You are on page 1of 30

LBM 6 SGD 2

DARAH SAAT BAB


Skenario:
Seorang laki-laki, usia 30 tahun datang ke poli umum RSI Sultan Agung dengan keluhan
buang air besar berdarah. Keluhan ini sudah sering di rasakan sejak 5 tahun yang lallu namun
keluhan ini hilang sendiri. Selain itu penderita juga mengalami diare dan konstipasi secara
bergantian. Penderita merasakan nafsu makan berkurang dan badan semakin kurus dalam
kurun waktu 2 tahun terakhir. Riwayat penderita tidak suka makan sayur. Dari pemeriksaan
fisik , didapatkan KU: Comppos mentis, tanda-tanda anemia +, rectal toucher didapatkan
anoperineal mukosa berbenjol-benjol dan rapuh , pada sarung tangan didapatkan darah, lendir
dan jaringan nekrotik. Oleh dokter yang memeriksa disarankan untuk melakukan
pemeriksaan penunjang lanjutan dan merujuk ke spesialis bedah digestif.

Step 7
Anatomi dan histologi colon

1. Ca colon

Definisi

suatu bentuk keganasan dari masaabnormal/neoplasma yang muncul dari


jaringan epithelial daricolon (Brooker, 2001 : 72)

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari


masaabnormal/neoplasma

yang

muncul

dari

jaringan epithelial daricolon (Brooker, 2001 : 72).


Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel
kankeryang ganas di dalam permukaan usus besar
atau rektum (Boyle& Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat
ganasyang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya(Tambayong, 2000 : 143).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik


kesimpulanbahwa
pertumbuhan

kanker

tumor

kolon

yangbersifat

adalah
ganas

suatu
dan

merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitarkolon


(usus besar).

Etiologi

1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang


rendah

serat(sayur-sayuran,

buah-buahan),

kebiasaan makan makananberlemak tinggi dan


sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
Adenoma di kolon :

degenerasi

maligna

menjadiadenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami
degenerasimaligna menjadi karsinoma.
Kondisi ulserativePenderita colitis ulserativa
menahun mempunyai risikoterkena karsinoma
kolon.
3. GenetikAnak yang berasal dari orangtua yang
menderitakarsinoma kolon mempunyai frekuensi
3 kali lebih banyakdaripada anak anak yang
orangtuanya sehat (FKUI, 2001 :207).

Klasifikasi

STADIUM

DUKES

TNM

DERAJAT

DESKRIPSI
HISTOPATOLOGI

A.

B1

T1NOM 1

S
Kanker terbatas

pd mukosa atua

T2NOM 1

submukosa
Kanker

mencapai
muscularis

B2

T3N0M 2

mukosa
Kanker

cenderung
masuk

C
D

ke

TXN1M 3

lapisan serosa
Tumor menjalar

ke KGB Regional

TXNXM 4

Metastasis

organ lain

Tumor (T) : mengacu pada tumor primer.

ke

N (Nodes) : merupakan keterlibatan kelenjar


getah

bening

regional

dan

dapat

juga

peringkat 0-4.
Metastasis : diwakili oleh huruf M; 0 jika
tidak

terjadi

metastasis;

jika

terjadi

metastasis.

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding


kolon
Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga
ke

lapisan

otot

kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke


kelenjar-kelenjar

limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke


organ-organ

lain

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalahsebagai berikut (FKUI, 2001 :
209) :
A : k a n k e r h a n y a t e r b a t a s p a d a m u k o s a d a n b e l u m a d a metastasis.
B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa
.B 2 : k a n k e r t e l a h m e n e m b u s l a p i s a n m u s k u l a r i s s a m p a i l a p i s a n propria.
C 1 : k a n k e r t e l a h m e n g a d a k a n m e t a s t a s i s k e k e l e n j a r g e t a h bening
sebanyak satu sampai empat buah.
C2:kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar geta
h bening lebih dari 5 buah
.D : k a n k e r t e l a h m e n g a d a k a n m e t a s t a s i s r e g i o n a l t a h a p lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasilagi.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:

1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar
usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ
lain.

Patofisiologi

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon


mengikuti kira-kira pada bagian (Sthrock, 1991):

26 % pada caecum dan ascending colon

10 % pada transfersum colon

15 % pada desending colon

20 % pada sigmoid colon

30 % pada rectum

Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya


kanker

pada

mengurangi

sigmoid
timbulnya

dan

colon

penyakit

kanan

pada

dan

rektum

dalam waktu 30 tahun (Sthrock).


Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan
adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh
tidak
secara

terdeteksi
berlahan

sampai
dan

gejala-gejala

tampak

muncul

membahayakan.

Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.


Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu
pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan
mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat
pada organ yang ada disekitarnya, kemudian
meluas kedalam lumen pada usus besar atau
menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa, setelah sel tumor masuk pada
sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver.

Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh


kemudian

metastase

ke

paru-paru.

Tempat

metastase yang lain termasuk :

Kelenjar Adrenalin

Ginjal

Kulit

Tulang

Otak

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan


menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi tumor
colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial
sebelum pembedahan tumor belum dilakukan.
Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan
sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga
peritonial.

Manifestasi klinis

Karsinoma

colon

dan

menyebabkan ulserasi,

rectum

dapat

atau perdarahan,

menimbulkan obstruksi bila membesar, atau


menembus (invasi) keseluruh dinding usus

dan

kelenjar-kelenjar

kadang

bisa

regional.

terjadi

Kadang-

perforasi

dan

menimbulkan abses di peritonium. Keluhan


dan gejala tergantung juga dari lokasi dan
besarnya tumor.
2.5.1. Karsinoma Colon Sebelah Kanan
Penting untuk diketahui bahwa umumnya
pasien dengan karsinoma pada caecum atau
pada

ascending

colon

biasanya

memperlihatkan gejala nonspesifik seperti


kekurangan
anemia

zat

ini

besi

(anemia).

biasanya

Kejadian

meningkatkan

kemungkinan terjadinya karsinoma colon


yang

belum

terdeteksi,

yang

lebih

cenderung berada di proksimal daripada di


colon distal. Beberapa tanda gejala yang
terlihat yaitu berat badan yang menurun
dan sakit perut pada bagian bawah yang
relatif

sering,

tetapi

jarang

terjadi

pendarahan di anus. Pada 50-60% pasien


terdapat massa yang teraba di sisi kanan
perut.35
2.5.2. Karsinoma colon sebelah kiri

Jika karsinoma terletak pada bagian distal,


maka

kemungkinan

besar

akan

ada

gangguan pada kebiasaan buang air besar,


serta adanya darah di feses. Beberapa
karsinoma pada transversa colon dan colon
sigmoid dapat teraba melalui dinding perut.
Karsinoma

sebelah

menimbulkan
obstipasi.

kiri

obstruksi,

Tidak

lebih

cepat

sehingga

terjadi

timbul

diare

jarang

paradoksikal, karena tinja yang masih encer


dipaksa melewati daerah obstruksi partial
2.5.3. Karsinoma Rectum
Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya
konstipasi

atau

perdarahan

diare.

yang

segar

Sering

terjadi

dan

sering

bercampur lendir, berat badan menurun.


Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa
timbul pada kanker rectum. Kadang-kadang
menimbulkan

tenesmus

merupakan gejala utama.

Faktor resiko

Penegakkan diagnosis

dan

sering

a.1. Anamnesis yang teliti


Meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi,
baik

berupa

diare

ataupun

konstipasi

(change of bowel habit), perdarahan per


anum

(darah

badan,

faktor

segar),

penurunan

predisposisi

(risk

berat
factor),

riwayat kanker dalam keluarga, riwayat polip


usus, riwayat colitis ulserosa, riwayat kanker
payudara/ovarium, uretero sigmoidostomi,
serta

kebiasaan

makan

(rendah

serat,

banyak lemak).
a.2. Pemeriksaan Fisik
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah
adanya perubahan pola buang air besar
(change of bowel habits), bisa diare bisa
juga obstipasi. Semakin distal letak tumor
semakin

jelas

gejala

yang

ditimbulkan

karena semakin ke distal feses semakin


keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen
yang menyempit, bahkan bisa disertai nyeri
dan perdarahan, bisa jelas atau samar.
Warna perdarahan sangat bervariasi, merah
terang, purple, mahogany, dan kadang kala

merah kehitaman. Makin ke distal letak


tumor

warna

merah

makin

pudar.

Perdarahan sering disertai dengan lendir,


kombinasi keduanya harus dicurigai adanya
proses patologis pada colorectal. Selain itu,
pemeriksaan

fisik

lainnya

yaitu

adanya

massa yang teraba pada fossa iliaca dextra


dan secara perlahan makin lama makin
membesar. Penurunan berat badan sering
terjadi pada fase lanjut, dan 5% kasus sudah
metastasis jauh ke hepar a.3. Pemeriksaan
laboratorium
Meliputi

pemeriksaan

tinja

apakah

ada

darah secara makroskopis/mikroskopis atau


ada

darah

samar

pemeriksaan
antigen).
adalah

meninggi

blood)

(carcino

yang

ngr/ml.

pada

mesenkimal,
hepatis,

CEA

Kadar

2,5-5

(occult

tumor

emfisema

hepatitis,

embryonic

dianggap
Kadar

serta
normal

CEA

dapat

epitelial
paru,

perlemakan

dan

sirhosis
hati,

pankreatitis, colitis ulserosa, penyakit crohn,


tukak peptik, serta pada orang sehat yang
merokok. Peranan penting dari CEA adalah

bila diagnosis karsinoma colorectal sudah


ditegakkan dan ternyata CEA meninggi yang
kemudian menurun setelah operasi maka
CEA penting untuk tindak lanjut.
a.4. Double-contrast barium enema (DCBE)
Pemeriksaan dengan barium enema dapat
dilakukan dengan Single contras procedure
(barium saja) atau Double contras procedure
(udara dan barium). Kombinasi udara dan
barium

menghasilkan

visualisasi

mukosa

yang lebih detail. Akan tetapi barium enema


hanya bisa mendeteksi lesi yang signifikan
(lebih

dari

cm).42

DCBE

memiliki

spesifisitas untuk adenoma yang besar 96%


dengan nilai prediksi negatif 98%. Metode
ini kurang efektif untuk mendeteksi polips di
rectosigmoid-colon. Angka kejadian perforasi
pada DCBE 1/25.000 sedangkan pada Single
Contras Barium Enema (SCBE) 1/10.000.43
a.5. Flexible Sigmoidoscopy
Flexible

Sigmoidoscopy

(FS)

merupakan

bagian dari endoskopi yang dapat dilakukan


pada rectum dan bagian bawah dari colon

sampai

jarak

dilakukan

60

sedasi.

cm

(sigmoid)

Prosedur

ini

tanpa

sekaligus

dapat melakukan biopsi. Hasilnya terbukti


dapat

mengurangi

mortalitas

akibat

karsinoma colorectal hingga 60%-80% dan


memiliki sensistivitas yang hampir sama
dengan

colonoscopy

60%-70%

untuk

mendeteksi karsinoma colorectal. Walaupun


jarang,

FS

juga

terjadinya

mengandung

perforasi

resiko
1/20.000

pemeriksaan.42,44
Intepretasi hasil biopsi dapat menentukan
apakah jaringan normal, prekarsinoma, atau
jaringan
Society

karsinoma.
(ACS)

American

merekomendasikan

Cancer
untuk

dilakukan colonoscopy apabila ditemukan


jaringan adenoma pada pemeriksaan FS.
Sedangkan
pemeriksaan

hasil
FS,

yang
dilakukan

negatif

pada

pemeriksaan

ulang setelah 5 tahun.44


a.6. Endoscopy dan biopsi
Endoscopy dapat dikerjakan dengan rigid
endoscope untuk kelainan-kelainan sampai

25 cm 30 cm, dengan fibrescope untuk


semua kelainan dari rectum sampai caecum.
Biopsi diperlukan untuk menentukan secara
patologis anatomis jenis tumor.39
a.7. Colonoscopy
Colonoscopy
menggunakan

adalah

prosedur

tabung

dengan

fleksibel

yang

panjang dengan tujuan memeriksa seluruh


bagian rectum dan usus besar. Colonoscopy
umumnya dianggap lebih akurat daripada
barium enema, terutama dalam mendeteksi
polip kecil. Jika ditemukan polip pada usus
besar,

maka

biasanya

diangkat

dengan

menggunakan colonoscope dan dikirim ke


ahli patologi untuk kemudian diperiksa jenis
kankernya.38
Tingkat

sensitivitas

colonoscopy

dalam

mendiagnosis adenokarsinoma atau polip


colorectal
kualitas

adalah
dan

95%.

Namun

kesempurnaan

tingkat
prosedur

pemeriksaannya sangat tergantung pada


persiapan colon, sedasi, dan kompetensi

operator. Colonoskopi memiliki resiko dan


komplikasi yang lebih besar dibandingkan
FS. Angka kejadian perforasi pada skrining
karsinoma

colorectal

pemeriksaan,

dan

antara

3-61/10.000

angka

kejadian

perdarahan sebesar 2-3/1.000 pemeriksaan.


a.8. Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada
setiap

penderita

dengan

tujuan

untuk

menentukan keutuhan spinkter ani, ukuran


dan derajat fiksasi tumor pada rectum 1/3
tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok
dubur yang harus dinilai adalah pertama,
keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding
rectum.

Kedua,

mobilitas

tumor

untuk

mengetahui prospek terapi pembedahan.


Ketiga, ekstensi penjalaran yang diukur dari
ukuran

tumor

dan

karakteristik

pertumbuhan primer, mobilitas atau fiksasi


lesi.

Penatalaksanaan

b.1. Kemoprevensi
Obat

Antiinflamatori

termasuk
dengan

aspirin

Nonsteroid

dianggap

penurunan

(OAIN)

berhubungan

mortalitas

kanker

colorectal. Beberapa OAIN seperti sulindac


dan celecoxib telah terbukti secara efektif
menurunkan insidens berulangnya adenoma
pada

pasien

dengan

FAP

(Familial

Adenomatous Polyposis). Data epidemiologi


menunjukkan

adanya

penurunan

risiko

kanker dikalangan pemakai OAIN namun


bukti yang mendukung manfaat pemberian
aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah
kanker colorectal sporadik masih lemah.
b.2. Pembedahan
Tindakan
adalah

yang

paling

hemikolektomi

sering

dilakukan

kanan,

kolektomi

transversal, hemikolektomi kiri atau reseksi


anterior,

dan

reseksi

abdominoperineal.

Pembedahan sangat berhasil bila dilakukan


pada

pasien

metastasis.

yang

tidak

Pemeriksaan

mengalami

tindak

lanjut

dengan antigen embrionik adalah penanda

yang sensitif untuk rekurensi tumor yang


tidak terdeteksi. Daya tahan hidup 5 tahun
adalah sekitar 50%.
Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor
di

caecum,

colon

ascenden,

colon

transversum, tetapi lesi di fleksura lienalis


dan

colon

descenden

di

atasi

dengan

hemikolektomi kiri. Tumor di sigmoid dan


rectum proksimal dapat diangkat dengan
tindakan

LAR

(Low

Anterior

Resection).

Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5%


tetapi

bila

operasi

dikerjakan

secara

emergensi maka angka mortalitas menjadi


lebih tinggi. Reseksi terhadap metastasis di
hati dapat memberikan hasil 25-35% ratarata

masa

bebas

tumor

(disease

free

survival rate).
b.3. Radiasi
Radiasi pra bedah hanya diberikan pada
karsinoma rectum. Sementara itu, radiasi
pasca bedah diberikan jika sel karsinoma
telah menembus tunika muscularis propria,
ada metastasis ke kelenjar limfe regional,

atau

apabila

masih

ada

sisa-sisa

sel

karsinoma yang tertinggal akan tetapi belum


ada metastasis jauh.
b.4. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan apabila ada metastasis
ke kelenjar regional (Dukes C), tumor telah
menembus muskularis propria (Dukes B),
atau

tumor

setelah

dioperasi

kemudian

residif kembali.
Kemoterapi
penderita

yang
kanker

biasa

diberikan

colorectal

pada
adalah

kemoterapi ajuvan. Sepertiga pasien yang


menjalani operasi kuratif akan mengalami
rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan
untuk menurunkan tingkat rekurensi kanker
colorectal setelah operasi. Pasien Dukes A
jarang mengalami rekurensi sehingga tidak
perlu terapi ajuvan. Pasien kanker colorectal
Dukes C yang mendapat levamisol dan 5 FU
secara
hidup

signifikan
dan

masa

meningkatkan
interval

harapan

bebas

tumor

(disease free interval). Kemoterapi ajuvan

tidak berpengaruh pada kanker colorectal


Dukes B.

Komplikasi

1.

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

2.

Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

3.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang

menyebabkan hemorragi.

4.

Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5.

Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

a.1. Anamnesis yang teliti


Meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi, baik
berupa diare ataupun konstipasi (change of bowel
habit),

perdarahan

per

anum

(darah

segar),

penurunan berat badan, faktor predisposisi (risk


factor), riwayat kanker dalam keluarga, riwayat
polip usus, riwayat colitis ulserosa, riwayat kanker
payudara/ovarium, uretero sigmoidostomi, serta
kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak).
a.2. Pemeriksaan Fisik
Gejala

yang

paling

sering

dikeluhkan

adalah

adanya perubahan pola buang air besar (change of


bowel habits), bisa diare bisa juga obstipasi.

Semakin distal letak tumor semakin jelas gejala


yang ditimbulkan karena semakin ke distal feses
semakin keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen
yang menyempit, bahkan bisa disertai nyeri dan
perdarahan,

bisa

perdarahan

sangat

purple,

mahogany,

jelas

atau

samar.

Warna

bervariasi,

merah

terang,

dan

kadang

kala

merah

kehitaman. Makin ke distal letak tumor warna


merah makin pudar. Perdarahan sering disertai
dengan lendir, kombinasi keduanya harus dicurigai
adanya proses patologis pada colorectal. Selain itu,
pemeriksaan fisik lainnya yaitu adanya massa
yang teraba pada fossa iliaca dextra dan secara
perlahan makin lama makin membesar. Penurunan
berat badan sering terjadi pada fase lanjut, dan 5%
kasus

sudah

metastasis

jauh

ke

hepar

a.3.

Pemeriksaan laboratorium
Meliputi pemeriksaan tinja apakah ada darah
secara makroskopis/mikroskopis atau ada darah
samar

(occult

blood)

serta

pemeriksaan

CEA

(carcino embryonic antigen). Kadar yang dianggap


normal adalah 2,5-5 ngr/ml. Kadar CEA dapat
meninggi pada tumor epitelial dan mesenkimal,
emfisema

paru,

sirhosis

hepatis,

hepatitis,

perlemakan

hati,

pankreatitis,

colitis

ulserosa,

penyakit crohn, tukak peptik, serta pada orang


sehat yang merokok. Peranan penting dari CEA
adalah bila diagnosis karsinoma colorectal sudah
ditegakkan

dan

ternyata

CEA

meninggi

yang

kemudian menurun setelah operasi maka CEA


penting untuk tindak lanjut.
a.4. Double-contrast barium enema (DCBE)
Pemeriksaan
dilakukan
(barium

dengan

dengan
saja)

barium

Single

atau Double

enema

contras

dapat

procedure

contras procedure

(udara dan barium). Kombinasi udara dan barium


menghasilkan visualisasi mukosa yang lebih detail.
Akan tetapi barium enema hanya bisa mendeteksi
lesi yang signifikan (lebih dari 1 cm).42 DCBE
memiliki spesifisitas untuk adenoma yang besar
96% dengan nilai prediksi negatif 98%. Metode ini
kurang

efektif

untuk

mendeteksi

polips

di

rectosigmoid-colon. Angka kejadian perforasi pada


DCBE 1/25.000 sedangkan pada Single Contras
Barium Enema (SCBE) 1/10.000.43
a.5. Flexible Sigmoidoscopy

Flexible Sigmoidoscopy (FS) merupakan bagian


dari endoskopi yang dapat dilakukan pada rectum
dan bagian bawah dari colon sampai jarak 60 cm
(sigmoid) tanpa dilakukan sedasi. Prosedur ini
sekaligus
terbukti

dapat
dapat

karsinoma

melakukan
mengurangi

colorectal

biopsi.

Hasilnya

mortalitas

hingga

akibat

60%-80%

dan

memiliki sensistivitas yang hampir sama dengan


colonoscopy

60%-70%

untuk

mendeteksi

karsinoma colorectal. Walaupun jarang, FS juga


mengandung resiko terjadinya perforasi 1/20.000
pemeriksaan.42,44
Intepretasi hasil biopsi dapat menentukan apakah
jaringan

normal,

karsinoma.

prekarsinoma,

American

Cancer

atau

jaringan

Society

(ACS)

merekomendasikan untuk dilakukan colonoscopy


apabila

ditemukan

jaringan

adenoma

pada

pemeriksaan FS. Sedangkan hasil yang negatif


pada

pemeriksaan

FS,

dilakukan

pemeriksaan

ulang setelah 5 tahun.44


a.6. Endoscopy dan biopsi
Endoscopy

dapat

dikerjakan

dengan

rigid

endoscope untuk kelainan-kelainan sampai 25 cm


30 cm, dengan fibrescope untuk semua kelainan

dari rectum sampai caecum. Biopsi diperlukan


untuk menentukan secara patologis anatomis jenis
tumor.39
a.7. Colonoscopy
Colonoscopy
menggunakan

adalah
tabung

prosedur
fleksibel

dengan

yang

panjang

dengan tujuan memeriksa seluruh bagian rectum


dan usus besar. Colonoscopy umumnya dianggap
lebih akurat daripada barium enema, terutama
dalam mendeteksi polip kecil. Jika ditemukan polip
pada usus besar, maka biasanya diangkat dengan
menggunakan colonoscope dan dikirim ke ahli
patologi

untuk

kemudian

diperiksa

jenis

kankernya.38
Tingkat

sensitivitas

mendiagnosis

colonoscopy

adenokarsinoma

atau

dalam
polip

colorectal adalah 95%. Namun tingkat kualitas dan


kesempurnaan prosedur pemeriksaannya sangat
tergantung pada persiapan colon, sedasi, dan
kompetensi
operator.

Colonoskopi

memiliki

resiko

dan

komplikasi yang lebih besar dibandingkan FS.


Angka kejadian perforasi pada skrining karsinoma

colorectal antara 3-61/10.000 pemeriksaan, dan


angka

kejadian

perdarahan

sebesar

2-3/1.000

pemeriksaan.
a.8. Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap
penderita

dengan

tujuan

untuk

menentukan

keutuhan spinkter ani, ukuran dan derajat fiksasi


tumor pada rectum 1/3 tengah dan distal. Pada
pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai adalah
pertama,

keadaan

tumor:

ekstensi

lesi

pada

dinding rectum. Kedua, mobilitas tumor untuk


mengetahui prospek terapi pembedahan. Ketiga,
ekstensi penjalaran yang diukur dari ukuran tumor
dan karakteristik pertumbuhan primer, mobilitas
atau fiksasi lesi.

DD

Skenario

Mengapa ditemukan benjolan dari anus ?

Pada

Stadium

lanjut

mukosa

berbenjol

karena jaringan granulasi diselingi mukosa


yang normal (cobble stone appearance)

pada dasar ulkus karena rusaknya jaringan


dan pembuluh darah dan disertai proliferasi
kapiler dan miofibroblast.

Sumber : Patologi, EGC

Mengapa ditemukan jaringan nekrotik ?

Darah dan lendir


apabila penderita tidak suka makan sayur maka
bahan

karsinogen

menimbulkan
menimbulkan

gampang

massa

pada

karsinoma,

transversum

batas

descenden,

sigmoid

masuk

dan

bisa

colon

serta

Karsinoma

(colon

flexura
dan

lienalis,
rectum)

colon
tumbuh

berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring. Pada


permulaan,

tumor

tampak

seperti

massa

berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak


melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian
bagian

tengah

mengalami

ulserasi

yang

menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir


dan

darah

berdarah.

sehingga

didapatkan

BAB

yang

Jaringan nekrotik
Akibat

adanya

disekitarnya

massa

akan

maka

mengalami

pembuluh
penekanan

darah
dan

kerusakan dari pembuluh darah tersebut dan


mengalami perdarahan dan pada saat yang sama
permukaanya akan ditutupi oleh lapisan fibrin,
makrofag akan bermigrasi kedalamnya, membuang
semua

jaringan

mati

melalui

fagositosis

meninggalkan jarinangan nekrotik tersebut.


Sumber : Patologi, EGC

Mengapa mengalami anemia?

Mengapa setiap BAB penderita mengeluarkan darah merah ?

Dlm Skenario : BAB berdarah sudah sejak 5


tahun yang lalu, menandakan adanya suatu
proses kronis. Dan ditambah pasien tidak
suka makan sayur, padahal sayuran dan
buah buahan mengandung selulosa dapat
mencegah terjadinya kanker kolon melalui
berbagai macam cara. Mekanisme selulosa
sebagai antikanker juga disebabkan oleh
peranannya dalam memperpendek waktu

transit bolus di kolon dan meningkatkan


pembentukan

feses,

sehingga

menurunkan

waktu

kontak

akan
bahan

karsinogen dengan mukosa kolon.


Jadi apabila penderita tidak suka makan
sayur maka bahan karsinogen gampang
masuk dan bisa menimbulkan massa pada
colon

serta

menimbulkan

karsinoma,

Karsinoma (colon transversum batas flexura


lienalis,

colon

rectum)

descenden,

tumbuh

sigmoid

berbentuk

dan
cincin

menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan,


tumor tampak seperti massa berbentuk
sesil,

kemudian

melingkar
Kemudian

yang

tumbuh

berbentuk

menimbulkan

bagian

tengah

plak

obstipasi.
mengalami

ulserasi yang menimbulkan simtom diare,


tinja campur lendir dan darah sehingga
didapatkan BAB yang berdarah.
Sumber :
www.usu.ac.id

Kovarik

J,

Svoboda

VH,

Higgins

B.

Conservative treatment of anorectal tumors.


Strahlenther Onkol 1998; 174:
403-407

Apa hubungan tidak suka makan sayur dengan gangguan pencernaan ?

Selulosa

sebagai

salah

satu

serat

polisakarida bagian dari dinding sel tanaman


terutama

ditemukan

sayur-sayuran,

pada

sereal

buah-buahan,

dan

padipadian.

Konsumsi selulosa sering dikaitkan dengan


rendahnya
Berbagai
efek

prevalensi
penelitian

kanker

kolon.

menunjukkan

preventif

selulosa

bahwa

terhadap

karsinogenesis lebih besar bila dibandingkan


dengan

efek

kuratifnya.

Selulosa

digolongkan sebagai serat yang tidak larut


dalam air, sehingga bila dikonsumsi manusia
tidak akan tercerna dengan baik. Di dalam
usus besar, serat ini akan difermentasi oleh
bakteri anaerob menghasilkan asam lemak
rantai pendek seperti

asam

butirat,

asam

asetat,

dan

asam

propionat.
Selulosa dapat mencegah terjadinya kanker
kolon

melalui

Konsumsi

berbagai

macam

cara.

selulosa terbukti memperhalus

jalannya bolus di saluran cerna. Selain itu,


mekanisme selulosa sebagai antikanker juga
disebabkan

oleh

peranannya

dalam

memperpendek waktu transit bolus di kolon


dan

meningkatkan

pembentukan

feses,

sehingga akan menurunkan waktu kontak


bahan karsinogen dengan mukosa kolon.

Sumber :
www.usu.ac.id
Kovarik

J,

Svoboda

VH,

Higgins

B.

Conservative treatment of anorectal tumors.


Strahlenther Onkol 1998; 174:
403-407

You might also like