Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Kelompok IV
Bani Larasati (1410721013)
Dhita Eka Risdyanti (1410721)
Ari Nur Fauxy Cahyaningsih (1410721010)
Ririn Novia Shandy (1410721)
Euis Salsabila Izzati (1410721006)
Taufik Hidayatullah (1410721)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Seseorang
yang
pola
makannya
tidak
terkontrol
dan
Normal
Dibawah 85 mmhg
Normal tinggi
Stadium1
(hipertensi ringan)
Stadium2
(hipertensi sedang)
Stadium3
(hipertensi berat)
Stadium4
(hipertensi maligna)
130-139 mmhg
85-89 mmhg
140-159 mmhg
90-99 mmhg
160-179 mmhg
100-109 mmhg
180-209 mmhg
110-119 mmhg
4.
Penyebab
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah
tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat Anda
kendalikan. Ada juga yang dapat Anda kendalikan sehingga bisa mengatasi
penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:
a.
Keturunan
Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Jika seseorang
memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan
darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa
masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik daripada
penelitian
menunjukkan
bahwa
ada
bukti
gen
yang
b.
Usia
Faktor ini tidak bisa Anda kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas
atas yang normal.
c.
Garam
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit
hitam.
d.
Kolesterol
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah
akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin. Untuk tips
mengendalikan kolesterol, silahkan lihat artikel berikut: kolesterol.
e.
Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.
f.
Stress
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.
g.
Rokok
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus
dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang
sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
jantung dan darah.
h.
Kafein
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i.
Alkohol
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.
j.
Kurang Olahraga
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang
berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
5.
b.
Mudah marah
c.
Susah tidur
d.
Berat di tengkuk
e.
Sesak napas
f.
g.
Pandangan kabur
h.
Telinga berdenging
i.
6.
Pencegahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hindari stress
g.
h.
7.
b.
c.
Serangan jantung
d.
Gagal ginjal.
8.
Pengobatan
a.
Medis
{Tablet
Hydrochlorothiazide
(HCT),
Lasix
(Furosemide)}.
b. Jatuh
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut
seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai
yang licin dan tidak rata, tersandung benda benda, penglihatan kurang
karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.
The International Classification of Disease (ICD 9) mendefinisikan
jatuh sebagai kejadian yag diharapka dimana seseorang terjatuh dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dengan atau tempat
yang sama tingginya( Masud, Morris, 2006).
Sistem sensorik
Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ),
risiko
jatuh
pada
lansia.
Gangguan
sistem
Dihubungkan Dengan
h. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
2. Faktor Faktor Situasional Yang Mungkin Mempresipitasi Jatuh
Antara Lain
a. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya
sedikit sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas
berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh juga
sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga,
mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih
banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang
bergerak ) ketika tiba tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil
sesuatu tanpa pertolongan.
b. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di
tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung /
menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tak
rata, penerangan ruang yang kurang
c. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut
dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan
jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru
obstruktif menahun, nyeri dada tiba tiba pada penderita penyakit
jantung iskenmik, dan lain lain.
3. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi komplikasi seperti :
a. Perlukaan ( injury ).
1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena.
2) Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ),
humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista.
3) Hematom subdural
b. Perawatan rumah sakit.
1)
2)
1)
b. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1)
c. Modifikasi lingkungan
Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu di antara:
1) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
3) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
4) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
5) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
6) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
7) Gunakan lantai yang tidak licin.
8) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindari tersandung.
9) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti
misalnya di kamar mandi.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
Hal hal yang perlu juga diperhatikan dalam melakukan kegiatan relaksasi
otot progresif adalah :
a
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi
berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia,
dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat
permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan
psikologis bila tidak diatasi.
Stres terhadap tugas maupun permasalahan lainnya, yang tidak segera
diatasi dapat memunculkan suatu bentuk kecemasan dalam diri seseorang.
Kecemasan itu sendiri bila tidak juga diatasi dapat berakibat pada munculnya
emosi negatif baik terhadap permasalah yang timbul akibat stres juga perilaku
sehari-hari seseorang. Dan akibat dari itu semua menyebabkan suatu bentuk
gangguan tidur atau insomnia. Dan relaksasi bisa digunakan agar seseorang
kembali pada taraf keadaan normal.
Sedangkan
gerakan
kesepuluh
bertujuan
depan
(lihat
kepala
ke
untuk
membenamkan dagu ke
dadanya. Sehingga dapat
merasakan ketegangan di
daerah
leher
bagian
muka.
Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini
dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada
gambar 6. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada
saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi
lemas.
Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk melemaskan
otototot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk
mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama
beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke
perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega.
Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga
dapat
dirasakan
perbedaan
antara
kondisi
tegang
dan
rileks.
Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketigabelas bertujuan untuk melatih otot-
ke
dalam,
menahannya
kemudian
sampai
menjadi
kencang
Setelah
10
detik
perut
dank
eras.
dilepaskan
Gerakan
ini
dilakukan
secara berurutan.
Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan)
sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut
(lihat gambar delapan), sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis.
Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama
10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing
dua kali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008).
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
II.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI tahun 2013 mengklasifikasikan lanjut usia
sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa.
dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia
dip anti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.
II.4 Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
II.5 Mitos dan Stereotip Seputar Lanjut Usia
Menurut Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai berikut:
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil
kerja, dan jerih payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan
seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataannya, sering ditemui lansia
yang mengalami stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
2. Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan
keadaan yang berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak
kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, kembali ke masa
kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala, dan cerewet. Kenyataannya,
tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pemikiran demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi
biologis yang disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya,
tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis pengobatan
dengan
banyaknya
lansia
yang
ditinggal
mati
oleh
Hereditas (Keturunan/Genetik)
Nutrisi (Asupan Makanan)
Status Kesehatan
Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
II.8 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur.
Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan
sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi
atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
adanya
perubahan
psikososial
yang
masyarakat individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
II.10 Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia
Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Depresi Mental
Gangguan Pendengaran
Bronkitis Kronis
Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
Gangguan pada koksa/sendi panggul
Anemia
Demensia
Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada
orang dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh
(endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh
(eksogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan
fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena
proses menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian,
lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari
satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri
maupun saling berkaitan dan memperberat.
2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati
demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit
sebenarnya cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya
tidak berat dan tidak perlu berobat.
3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya
memerlukan obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang
dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh
seperti hati dan ginjal yang berperan dalam mengolah obat-obat yang
masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini menyebabkan
kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi
keracunan obat dengan segala komplikasinya bila diberikan dengan dosis
yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu
dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia
yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian
obat tadi (iatrogenik), misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat
diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh
akibat
penggunaan
obat-obat
penurun
tekanan
darah,
penenang,
antidepresi, dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi
karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta
penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang
lama.
4. Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan
jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya
gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang
masyarakat.
Kegiatan
tersebut
dapat
berupa
a)
b)
c)
d)
STW.
3) Keperawatan kasus darurat
a) Mengenal kasus darurat.
b) Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.
c) Mengenal kasus gangguan jiwa.
d) Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.
e) Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
4) Olah raga
a) Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.
b) Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.
c) Cara-cara melakukan olah raga yang benar.
5) Teknik-teknik berkomunikasi
a) Bimbingan rohani.
b) Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.
c) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di STW.
d) Rekreasi.
e) Kegiatan lomba antar lansia di dalam STW atau antar STW.
f) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di STW
maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media.
b. Upaya Preventif
Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakitpenyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di STW oleh petugas
kesehatan yang datang ke STW secara periodik atau di puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
2) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas STW yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
STW yang menggunakan buku catatan pribadi.
4) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing.
5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni STW sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
6) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
produktif.
petugas kesehatan/puskesmas.
Pengobatan jalan di puskesmas.
Perawatan dietetik.
Perawatan kesehatan jiwa.
Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Perawatan kesehatan mata.
Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang
diperlukan.
d. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin.
Kegiatan
ini
dapat
berupa
rehabilitasi
mental,
vokasional
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul
perasaan tidak berguna (useless) dan kesepian. Padahal mereka yang
sudah tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal.
Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang
suatu makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih
dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.
10 kebutuhan lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001)
adalah sebagai berikut:
1) Makanan cukup dan sehat (healthy food).
2) Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial
assistance).
6) Transportasi umum (facilities for public transportations).
7) Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).
8) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9) Rasa aman dan tentram (safety feeling).
10) Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan
bantuan dana dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).
4. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu
luang bagi lansia.
a. Tujuan
1) Mengisi waktu luang bagi lansia.
2) Meningkatkan kesehatan lansia.
3) Meningkatkan produktivitas lansia.
4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
b. Jenis Kegiatan
1) Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat
dipilih sesuai dengan masalah lansia.
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator.
Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3) Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
4) Terapi berkebun
rasa
nyaman.
Seperti
mengadakan
pengajian,
BAB III
TINJAUAN KASUS
III.1 Gambaran Sasana Tresna Werdha
Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia akan semakin banyak, itu semua
disebabkan karena adanya peningkatan kualitas hidup maka dari itu para lanjut
usia wajib mendapatkan perlindungan, perawatan, kesejahteraan dan juga
pendidikan yang layak dan sesuai dengan keadaan lanjut usia. Wujud nyata
tindakan tersebut adalah dengan dibangunnya Sasana Trena Werdha bagi lansia
yang bertujuan untuk melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia
lanjut.
III.1.1 Identitas Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Yayasan Karya
Bhakti RIA Pembangunan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan
sosial bagi para lansia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya
dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
III.1.2 Sejarah Berdirinya Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti yang dimiliki dan dikelola oleh
Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, diprakarsai oleh Ibu Hj. Siti
Hartinah Soeharto dan diresmikan oleh Bp.Soeharto tanggal 14 Maret
1984. Merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan
kesejahteraan khusus kepada generasi lanjut usia. Sasana Tresna Werdha
Karya Bhakti memiliki kapasitas tampung 110 orang dan menempati area
seluas 16.454 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Dusun Klampok
Sebelah Utara : Dusun Tengger
Sebelah Timur : Dusun Sukun
Sebelah Barat : Dusun Rajeg
Pada
tahun
1994
mengalami
pembakuan
penamaan
UPT
b. Misi
1. Terpenuhinya kebutuhan biologis atau jasmani yang meliputi:
a) Kebutuhan pokok hidup seperti sandang, pangan dan papan.
b) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia.
c) Kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.
2. Terpenuhinya kebutuhan psikologis yang meliputi:
a) Kebutuhan kasih sayang.
b) Kebutuhan rasa aman.
c) Kebutuhan untuk rasa ketenangan.
d) Peningkatan semangat hidup.
e) Peningkatan rasa percaya diri.
3. Terpenuhinya kebutuhan sosial yang meliputi:
a) Terpenuhinya kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar
penghuni wisma yang lain.
b) Terpenuhinya kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
c) Terpenuhinya kebutuhan untuk ikut bergabung dalam kegiatan
lansia.
d) Terpenuhinya kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.
4. Terpenuhinya kebutuhan spiritual yang meliputi:
a) Kebutuhan untuk beribadah sesuai dengan agamanya masingmasing.
b) Kebutuhan untuk menerima siraman rohani sesuai dengan
agamanya masing-masing.
III.1.4 Fungsi Sasana Tresna Werdha
a. Sebagai pusat pemberi pelayanan bagi kesejahteraan lanjut usia.
b. Sebagai pusat informasi dan konsultasi masalah lanjut usia.
c. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.
III.1.5 Panduan Pelayanan Sasana Tresna Werdha
1. Memberi pelayanan / pendampingan kepada lansia yang disesuaikan
dengan kebutuhan
2. Bersikap dalam kesantunan secara professional
3. Memberi dukungan untuk mendorong / mempertahankan kemandirian
lansia
4. Memberi berbagai kemudahan untuk lansia sehingga permasalahan yang
di hadapi lansia menjadi lebih ringan
5. Adnya kerja sama yang saling percaya dan menghormati
6. Partisipation Approach
III.1.6 Sarana dan Prasarana STW
1. Bangunan
2. Sasana Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah
tersebut dibgi menjadi:
a) Gedung wisma dibagi menjadi 3 bagian tempat yaitu untuk fasilitas
hunian, fasilitas klinik werdha dan fasilitas penunjang pelayanan
lansia. Fasilitas hunian sebanyak 4 wisma meliputi wisma Aster,
Bungur, Cempaka, Dahlia. Fasilitas klinik terdapat 1 wisma yaitu
wisma Wijaya Kusuma dengan 3 kamar VIP, bangsal rawat inap
dengan 15 kamar tidur, dan pelayanan 24 jam. Gedung tersebut
dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki
fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur,
dan kamar mandi.
b) Gedung kantor seluas 210 m2
c) Gedung lokal kerja 70 m2
d) Musholla seluas 160 m2
e) Dapur umum seluas 160 m2
f) Aula seluas 160 m2
g) Pos satpam seluas 6 m2
h) Rumah dinas tipe 50
i) Rumah dinas tipe 36
3. Sarana air bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma
dan bantuan air dari perusahaan air minum Vivi.
4. Jamban keluarga
Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap wisma
mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung
antar yang satu dengan yang lainnya.
5. Sarana pembuangan air limbah
Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan
sampai ke tempat pembuangan limbah akhir.
6. Sarana ibadah setiap wisma
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak
disebelah barat panti.
7. Kebun dan kolam
Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam ikan.
III.1.7 Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral
1. Lintas Program
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi
ada juga kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama,
bimbingan mental agama yang ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud
untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.
2. Lintas Sektoral
Panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas
Pandaan, RSU Bangil, Pemda setempat.
III.1.8 Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
lain.
Surat keterangan RT/RW.
Surat rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.
Surat keterangan sehat dari puskesmas setempat.
Lulus seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh
panti.
Jumla
Presentasi
60-69
>=70
Total
h
1
6
7
14.3
85.7
100.0
Jenis Kelamin
Jumla
Presentasi
Laki-Laki
h
0
b. Jenis Kelamin
Perempuan
Total
7
7
100.0
100.0
c. Suku
Suku
Sumatra
Jawa
Sunda
Total
Jumlah
5
1
1
7
Presentasi
71.4
14.3
14.3
100.0
kali dan diikuti oleh seluruh lansia di Sasana Tresna Werdha Karya
Bhakti
e. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Lansia yang sakit biasanya berkunjung ke klinik yang ada di STW. Selain
itu ada beberapa lansia yang berobat ke RS yang bekerja sama sedengan
pihak STW.
f. Ketergantungan obat
Sebagian besar lansia mengkonsumsi obat rutin sesuai dengan penyakit
yang mereka derita, diantaranya obat hipertensi, jantung, vitamin,
diabetes dan penghilang rasa nyeri.
g. Kecacatan
Di wisma Dahlia tidak ada lansia yang mengalami kecacatan.
h. Keadaan ekonomi
Lansia di wisma Dahlia rata-rata mempunyai tunjangan pensiun atau
ditanggung oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama
di STW. Uang yang didapatkan kebanyakan di simpan atau digunakan
untuk membeli kebutuhan seharihari.
i. Kegiatan organisasi sosial
Sebagian besar lansia mengikuti semua kegiatan yang diadakan di STW,
seperti senam setiap senin sampai kamis, pengajian, kerajinan tangan,
bermain angklung dan terapi musik.
j. Hubungan antara anggota kelompok
Sebagian besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan
pribadi masingmasing. Akan tetapi bila ada hal yang memang harus
dikomunikasikan mereka akan berdiskusi untuk menyelesaikannya.
Lansia di wisma Dahlia jarang melakukan bincang-bincang di ruang
tamu di wisma Dahlia.
k. Hubungan di luar kelompok
Lansia di wisma Dahlia terkadang suka berkunjung dan berhubungan
dengan lansia yang tinggal di wisma yang lain. Anggota lansia di wisma
lainpun sering datang berkunjung ke wisma Dahlia untuk sekedar
berbincang-bincang. Selain itu, hubungan dengan anggota wisma lainnya
sering dilakukan saat mengikuti kegiatan yang dilakukan pihak STW.
l. Hubungan dengan anggota keluarga
Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa
mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi ada
beberapa lansia yang tidak pernah dikunjungi oleh pihak keluarganya.
3. Dimensi Perilaku
a. Pola makan dan minum
Frekuensi makan 3x sehari dengan tambahan 1x snack yang diberikan
oleh pihak STW. Lansia yang berada di wisma Dahlia sering jajan keluar
untuk membeli makanan ataupun camilan. Lansia biasanya makan
dikamar masing-masing, sehingga jarang ada interaksi. Menu makanan
yang didapatkan oleh lansia bervariasi setiap harinya, terdiri dari nasi,
lauk, sayur dan buah. Makanan yang didapat oleh lansia tidak begitu
disesuaikan dengn keadaan penyakit yang diderita oleh lansia, karena
tidak adanya ahli gizi khusus yang menangani hal tersebut.
Sebagian lansia minum sebanyak 48 mug kecil dalam sehari (1 mug
kecil = 200 ml). Hasil observasi kelompok di dapat mukosa bibir dan
kulit lansia lembab.
b. Pola tidur
Lansia yang berada di wisma Dahlia sebagian pada malam hari sering
terbangun untung BAK, dalam 1 malam lansia bisa BAK sebanyak 2-3x.
Hal ini tentu saja akan mengganggu kualitas tidur mereka dimalam hari.
c. Kebersihan diri
Penampilan sebagian besar penghuni wisma Dahlia tampak bersih dan
rapih. Setiap lansia mandi dan gosok gigi 1-2 kali dalam satu hari.
Tercium bau mulut saat berkomunikasi dengan beberapa lansia, terdapat
kotoran pada rangkaian gigi dan warna gigi yang menguning. Mengganti
baju 2-3 kali sehari.
d. Ketaatan beribadah
Lansia di wisma Dahlia beragama Islam dan Kristen. Semua lansia
menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing
dengan baik. Mereka rajin mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan
oleh pihak STW seperti pengajian, tadarus dan kebaktian. Semua lansia
percaya akan tibanya kematian dan lansia pasrah bila kematian
menjemput mereka.
e. Keyakinan tentang kesehatan
Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada
manusia. Beberapa lansia juga menderita penyakit yang sudah cukup
lama mereka derita, seperti hipertensi, diabets milletus, sinusitis, dan
penyakit jantung.
f. Tabutabu
Tidak ada pantangan budaya atau hal-hal tabu yang dianut oleh lansia di
wisma Dahlia.
4. Keadaan lingkungan dalam
a. Penerangan
Semua kamar lansia di wisma Dahlia mendapatkan penerangan yang
baik. Di masingmasing kamar diberi lampu neon sebanyak 2 buah dan 1
buah lampu untuk dikamar mandi. Penerangan di ruang tengah ataupun
dikoridor kamar lansia juga memiliki penerangan yang baik.
b. Kebersihan dan kerapihan
Secara umum kondisi kamarkamar cukup bersih dan rapi, juga ruang
tamu, kamar mandi dan wc. Setiap hari wisma disapu dan dipel oleh
petugas yang ada di wisma Dahlia.
c. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma dan disetiap
kamar lansia terdapat cukup jendela yang selalu dibuka setiap hari untuk
sirkulasi udara.
5. Keadaan lingkungan dan halaman
a. Pemanfaatan halaman
Halaman wisma dimanfaatkan untuk penghijauan, ditaan ditanam
berbagai macam pohon buah-buahan. Tanaman yang ada di halaman
wisma dirawat oleh petugas yang sudah tentukan dari pihak STW.
b. Pembuangan air limbah
Semua limbah dari kamar mandi, WC ataupun limbah lainnya sudah
memiliki tempat penampungan tertutup sendiri yang disediakan oleh
pihak STW.
c. Pembuangan sampah
Sampah di wisma adalah sampah organik ataupun anorganik, sampah
tersebut ditampung menggunakan tempat sampah dan setiap pagi
diangkut ke penampungan sampah oleh petugas.