Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka
kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak
pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya
jumlah penduduk golongan lanjut usia. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu
tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi
25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu
berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data demografi internasional dari
Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun
1990-2025 mencapai 41,4%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan
usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia ratarata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO
(1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun). Perhatian pemerintah terhadap
keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia
yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam
pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan
segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping
itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan pada usia lanjut
merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai
keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat
ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering
dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing
sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia
dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun
dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu
mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam
penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun
sosial.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada 26 Januari 5 Februari 2015 diketahui
bahwa jumlah lansia di Wisma Cempaka Sasana Tresna Wredha Bakti Ria
Pembangunan sebanyak 18 orang. Dari jumlah lansia tersebut, terdapat sebanyak
72 % lansia yang menderita hipertensi. Banyaknya lansia tidak menghabiskan
makanan mereka maupun dalam sehari hanya makan sekali menjadi alasan
kelompok untuk memberikan pendidikan kesehatan seputar makanan apa yang
baik untuk hipertensi dan diet garam yang baik bagi lansia yang mengalami
hipertensi dan juga banyaknya lansia yang jarang mengikuti kegiatan senam di
panti.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk membuat terapi
aktivitas kelompok dengan cara mengulang singkat pendidikan kesehatan tentang
hipertensi, permainan dan terapi relaksasi progresif.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, para oma dan opa dapat
mengingat kembali pengetahuan tentang hipertensi dan menerapkan terapi
secara mandiri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap
lansia yang berada di STW.
c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses keperawatan terhadap
lansia yang berada di STW.
BAB III
TINJAUAN KASUS
III.1 Gambaran Sasana Tresna Werdha
Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia akan semakin banyak, itu
semua disebabkan karena adanya peningkatan kualitas hidup maka dari itu para
lanjut usia wajib mendapatkan perlindungan, perawatan, kesejahteraan dan juga
pendidikan yang layak dan sesuai dengan keadaan lanjut usia. Wujud nyata
tindakan tersebut adalah dengan dibangunnya Sasana Trena Werdha bagi lansia
yang bertujuan untuk melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia
lanjut.
III.1.1 Identitas Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Yayasan Karya
Bhakti RIA Pembangunan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan
sosial bagi para lansia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya
dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
III.1.2 Sejarah Berdirinya Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti yang dimiliki dan dikelola oleh
Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, diprakarsai oleh Ibu Hj. Siti
Hartinah Soeharto dan diresmikan oleh Bp.Soeharto tanggal 14 Maret
1984. Merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan
kesejahteraan khusus kepada generasi lanjut usia. Sasana Tresna Werdha
Karya Bhakti memiliki kapasitas tampung 110 orang dan menempati area
seluas 16.454 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
tahun
1994
mengalami
pembakuan
penamaan
UPT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
lain.
Surat keterangan RT/RW.
Surat rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.
Surat keterangan sehat dari puskesmas setempat.
Lulus seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh
panti.
III.2 Pengkajian
A. DIMENSI BIOLOGIS
1. Usia
Usia
Jumlah
Presentasi
60-79
33.3
80
12
66.7
Total
18
100.0
Berdasarkan
Jumlah
Presentasi
Laki-Laki
11.1
Perempuan
16
88.9
Total
100.0
Jumlah
Presentasi
Jawa
12
66.7
Sumatra
27.8
Sunda
5.6
Total
18
100.0
werrdha suku
dirawat
4.
C. DIMENSI FISIK
1. Lokasi atau tempat target group
Lokasi yang kita targetkan adalah Wisma Cempaka yang terdiri dari
28 kamar dan mempunyai penghuni 18 lansia. Fasilitas dan penerangan
yang tersedia di ruangan sudah sangat baik, disetiap kamar ada 1 lampu, 1
kipas angin, 1 tempat tidur, 1 kamar mandi dan wastafel.
Lantai sudah terpasang keramik, setiap hari ada petugas yang
membersihkan. Tetapi kadang saat dari kamar mandi werdha sering
terpeleset karna lantai yang licin. Untuk penataan barang juga sudah
sangat baik, kursi dan meja di letakan di pinggir agar werdha dapat leluasa
bergerak, disetiap dinding juga terdapat pegangan yang dapat digunakan
oleh werdha.
2. Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan (Polusi, pertukaran cuaca,
resiko penyakit)
Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan werdha adalah
lantai yang licin sehingga kadang membuat mereka terpleset, banyaknya
nyamuk juga sangat mengganggu werdha.
D. DIMENSI LINGKUNGAN SOSIAL
1. Sikap komunitas terhadap target grup
Werdha di Wisma Cempaka selalu terbuka dengan keadaan mereka,
mereka juga selalu berpartisipasi dengan kegiatan yang ada yang
disediakan di STW.
2. Status social dan ekonomi target grup
Werdha memiliki status social yang cukup. Untuk membiayai
keperluan sehari-hari serta untuk membayar uang STW mereka dibiayai
oleh anak-anak mereka serta keluarga mereka dan ada juga dari pensiunan
suami serta tabungan sendiri.
2. Pendidikan
Pendidikan werdha beragam, mulai dari SD hingga Sarjana bahkan
ada juga yang professor.
3. Pekerjaan
Pekerjaan werdha mulai dari ibu rumah tangga, Guru, Dosen,
Karyawan Swasta, dan ada juga yang berprofesi sebagai Dokter.
4. Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi
Pelayanan kesehatan di STW sudah tersedia Klinik, Dokter dan
perawat yang dapat menangani masalah kesehatan yang dirasakan oleh
werdha. Saat penyakit werdha sudah tidak bisa ditangani oleh petugas
kesehatan yang ada di STW maka werdha di rujuk ke Rumah sakit.
5. Transportasi ( termasuk khusus )
Saat bepergian untuk rekreasi dan memeriksakan kesehatan werdha
mempunyai tranportasi sendiri dengan dijemput oleh anak-anak serta
keluarga mereka.
E. DIMENSI PERILAKU
1. Kebutuhan nutrisi
Semua werdha menyukai makanan yang disediakan oleh STW,
makanan yang biasa di sajikan oleh STW diantaranya adalah sayur sop,
sayur lodeh, tumis kacang - kacangan, semur daging, tempe goreng, sayur
tahu sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada
werdha. Werdha juga sering membeli makanan dari luar seperti gorengan
dan makanan lain.
2. Merokok
Terdapat satu oma yang terbiasa merokok, tetapi oma tidak
merokok didalam wisma, ia merokok di kebun belakang wisma sehingga
tidak mengganggu kesehatan werdha yang lain.
3. Gerak badan
Gerak badan werdha sudah tidak leluasa lagi, ada diantara werdha
yang berjalan menggunakan wolker, tongkat, kursi roda.
4. Aktivitas rekreasi
Aktifitas rekreasi werdha biasanya di jemput oleh anak-anak serta
keluarga mereka untuk jalan-jalan. Saat keluarga dan anak-anak mereka
tidak berkunjung ke STW mereka membuat acara sendiri seperti makan
DIMENSI KESEHATAN
1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
Werdha sangat memerlukan klinik dan perawat yang siap selama 24
jam untuk memantau dan menjaga kesehatan mereka.
2. Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
Sikap werdha terhadap kesehatan serta pelayanan kesehatan sangat
baik, werdha sangat aktif dalam menjaga kesehatan dengan mengikuti
senam bersama, terapi musik, bahkan sering menanyakan keadaan
kesehatan mereka kepada Dokter.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Seharusnya werdha tidak mengeluarkan biaya kembali untuk
membayar jaminan pemeliharaan kesehatan, karena di STW sudah
disediakan pelayanan kesehatan.
DATA FOKUS
No
1.
2.
3.
4.
Data Subjektif
Werdha mengatakan sering pusing
Werdha mengatakan saat sujud dan
ruku sering pusing
Werdha mengatakan
rata-rata tidur
5.
berjalan jauh
1.
2.
3.
4.
5.
Data Objektif
Werdha mudah emosi
TD : 140/90 sampai 170/90
N : 70-90 x/menit
Werdha memijat kepalanya
Werdha memakai alat bantu
jalan
(seperti
tongkat,
dengan
mandi
dan
terjadi
ANALISA DATA
NO
DATA
1.
DS :
1) Werdha mengatakan sering pusing
2) Werdha mengatakan saat sujud dan ruku
sering pusing
3) Werdha mengatakan rata-rata tidur pukul
22.00 kemudian bangun pukul 02.00 wib
4) Werdha mengatakan bila pusing minum
2.
MASALAH
Nyeri akut
berpegangan
2) Oma. H terjatuh di depan kamar mandi
dan terjadi fraktur di kaki kanan
3) Oma. P terpasang pen di tangan kiri
karena terjatuh di depan kamar
4) Opa. R terpasang pen di tangan kiri karena
terjatuh di rumah
Resiko jatuh
Tujuan
Umum
Rencana Kegiatan
Khusus
Setelah
Intervensi
Rasional
dengan hilang.
3. Berikan
4.
rileks
Skala nyeri 0-1
durasi,
jenis
nyeri,
intensitas, kualitas
2. Pertahankan
1. Membantu
mengevaluasi
derajad kenyamanan.
2. Meminimalkan
tirah
stimulasi/meningkatkan
relaksasi
3. Tindakan
menurunkan
nonfarmakologik untuk
yang
menghilangkan
simpatis
sakit
yang
memperlambat
efektif
respons
dalam
komplikasinya
redupkan
menyebabkan
4.
Hilangkan/minimalkan
sakit
aktivitas vasokontriksi
yang
dapat
serebral
meningkatkan
sakit
kepala
membungkuk,
batuk
panjang
berikan
adanya
5. Menurunkan/mengontrol
dan
menurunkan
obat
antiansietas,
mis:
diazepam
nyeri
rangsang
ketidaknyamanan
yang
memberikan
pengetahuan
7. Memberikan
pendidikan
dan
misalnya:
5. Kolaborasi:
kepala
kesehatan
tentang
penyakit
hipertensi
8. Memberikan
terapi
aktivitas kelompok
Resiko
(injury)
jatuh Setelah
mengistirahatkan
1.
Memberikan
kenyamanan
kecemasan
peningkatan
menurunkan
dan
mengurangi
resiko injury.
2. Mengurangi resiko perlukaan
mata
3. Modifikasi lingkungan
sekitar pasien, dengan
cara : Pencahayaan yang
cukup, Jauhkan bendabenda
yang
beresiko
3.
Meningkatkan
mengurangi
rasa
resiko
aman,
injury.
menyebabkan
Berikan
cidera,
permukaan
tombol