You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka
kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak
pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya
jumlah penduduk golongan lanjut usia. Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu
tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi
25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu
berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data demografi internasional dari
Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun
1990-2025 mencapai 41,4%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan
usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia ratarata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO
(1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun). Perhatian pemerintah terhadap
keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia
yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam
pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia. Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan
segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping
itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan pada usia lanjut

merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai
keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat
ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering
dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing
sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia
dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun
dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu
mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam
penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun
sosial.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada 26 Januari 5 Februari 2015 diketahui
bahwa jumlah lansia di Wisma Cempaka Sasana Tresna Wredha Bakti Ria
Pembangunan sebanyak 18 orang. Dari jumlah lansia tersebut, terdapat sebanyak
72 % lansia yang menderita hipertensi. Banyaknya lansia tidak menghabiskan
makanan mereka maupun dalam sehari hanya makan sekali menjadi alasan
kelompok untuk memberikan pendidikan kesehatan seputar makanan apa yang
baik untuk hipertensi dan diet garam yang baik bagi lansia yang mengalami
hipertensi dan juga banyaknya lansia yang jarang mengikuti kegiatan senam di
panti.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk membuat terapi
aktivitas kelompok dengan cara mengulang singkat pendidikan kesehatan tentang
hipertensi, permainan dan terapi relaksasi progresif.

1.2

Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, para oma dan opa dapat
mengingat kembali pengetahuan tentang hipertensi dan menerapkan terapi
secara mandiri.
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok selama 15 menit diharapkan


kelompok mampu
1. Dapat menerapkan pola diet hipertensi
2. Dapat mengurangi makanan apa yang tidak boleh dikonsumsi
3. Dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia
4. Dapat melakukan terapi relaksasi progresif secara mandiri.
1.3

Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap
lansia yang berada di STW.
c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses keperawatan terhadap
lansia yang berada di STW.

BAB III
TINJAUAN KASUS
III.1 Gambaran Sasana Tresna Werdha
Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia akan semakin banyak, itu
semua disebabkan karena adanya peningkatan kualitas hidup maka dari itu para
lanjut usia wajib mendapatkan perlindungan, perawatan, kesejahteraan dan juga
pendidikan yang layak dan sesuai dengan keadaan lanjut usia. Wujud nyata
tindakan tersebut adalah dengan dibangunnya Sasana Trena Werdha bagi lansia
yang bertujuan untuk melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia
lanjut.
III.1.1 Identitas Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Yayasan Karya
Bhakti RIA Pembangunan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan
sosial bagi para lansia, sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya
dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
III.1.2 Sejarah Berdirinya Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti yang dimiliki dan dikelola oleh
Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, diprakarsai oleh Ibu Hj. Siti
Hartinah Soeharto dan diresmikan oleh Bp.Soeharto tanggal 14 Maret
1984. Merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pelayanan
kesejahteraan khusus kepada generasi lanjut usia. Sasana Tresna Werdha
Karya Bhakti memiliki kapasitas tampung 110 orang dan menempati area
seluas 16.454 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Selatan : Dusun Klampok


Sebelah Utara : Dusun Tengger
Sebelah Timur : Dusun Sukun
Sebelah Barat : Dusun Rajeg
Pada

tahun

1994

mengalami

pembakuan

penamaan

UPT

Pusat/Panti/Sasana dilingkungan Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI.


No. 14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Sejahtera
Pandaan. Melalui SK Mensos RI No. 8/HUK/1998 ditetapkan termasuk
kategori panti percontohan tingkat Provinsi dengan kapasitas tampung 110
orang Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan, merupakan unit pelaksana
teknis Dinas sosial Provinsi Jawa Timur. Dengan keluarnya Perda No. 14
th 2002 yang merubah Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial yang
berisi bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah menjadi Panti
Sosial Tresna Werdha Pandaan-Bangkalan yang merupakan unit pelaksana
teknis dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.
III.1.3 Visi dan Misi
a. Visi
Visi sasana tresna werdha adalah untuk memberikan pelayanan bagi para
lanjut usia yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan hidup secara bio,
psiko, sosial, dan spiritual.
b. Misi
1. Terpenuhinya kebutuhan biologis atau jasmani yang meliputi:
a) Kebutuhan pokok hidup seperti sandang, pangan dan papan.
b) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia.
c) Kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.
2. Terpenuhinya kebutuhan psikologis yang meliputi:
a) Kebutuhan kasih sayang.
b) Kebutuhan rasa aman.
c) Kebutuhan untuk rasa ketenangan.
d) Peningkatan semangat hidup.
e) Peningkatan rasa percaya diri.
3. Terpenuhinya kebutuhan sosial yang meliputi:
a) Terpenuhinya kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar
penghuni wisma yang lain.
b) Terpenuhinya kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

c) Terpenuhinya kebutuhan untuk ikut bergabung dalam kegiatan


lansia.
d) Terpenuhinya kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.
4. Terpenuhinya kebutuhan spiritual yang meliputi:
a) Kebutuhan untuk beribadah sesuai dengan agamanya masingmasing.
b) Kebutuhan untuk menerima siraman rohani sesuai dengan
agamanya masing-masing.
III.1.4 Fungsi Sasana Tresna Werdha
a. Sebagai pusat pemberi pelayanan bagi kesejahteraan lanjut usia.
b. Sebagai pusat informasi dan konsultasi masalah lanjut usia.
c. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.
III.1.5 Panduan Pelayanan Sasana Tresna Werdha
1. Memberi pelayanan / pendampingan kepada lansia yang disesuaikan
dengan kebutuhan
2. Bersikap dalam kesantunan secara professional
3. Memberi dukungan untuk mendorong / mempertahankan kemandirian
lansia
4. Memberi berbagai kemudahan untuk lansia sehingga permasalahan yang
di hadapi lansia menjadi lebih ringan
5. Adnya kerja sama yang saling percaya dan menghormati
6. Partisipation Approach
III.1.6 Sarana dan Prasarana STW
1. Bangunan
2. Sasana Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah
tersebut dibgi menjadi:
a) Gedung wisma dibagi menjadi 3 bagian tempat yaitu untuk fasilitas
hunian, fasilitas klinik werdha dan fasilitas penunjang pelayanan
lansia. Fasilitas hunian sebanyak 4 wisma meliputi wisma Aster,
Bungur, Cempaka, Dahlia. Fasilitas klinik terdapat 1 wisma yaitu
wisma Wijaya Kusuma dengan 3 kamar VIP, bangsal rawat inap
dengan 15 kamar tidur, dan pelayanan 24 jam. Gedung tersebut
dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki

fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur,


dan kamar mandi.
b) Gedung kantor seluas 210 m2
c) Gedung lokal kerja 70 m2
d) Musholla seluas 160 m2
e) Dapur umum seluas 160 m2
f) Aula seluas 160 m2
g) Pos satpam seluas 6 m2
h) Rumah dinas tipe 50
i) Rumah dinas tipe 36
3. Sarana air bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma
dan bantuan air dari perusahaan air minum Vivi.
4. Jamban keluarga
Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap wisma
mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung
antar yang satu dengan yang lainnya.
5. Sarana pembuangan air limbah
Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan
sampai ke tempat pembuangan limbah akhir.
6. Sarana ibadah setiap wisma
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak
disebelah barat panti.
7. Kebun dan kolam
Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam ikan.

III.1.7 Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral


1. Lintas Program
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi
ada juga kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama,
bimbingan mental agama yang ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud
untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.
2. Lintas Sektoral
Panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas
Pandaan, RSU Bangil, Pemda setempat.
III.1.8 Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha

1.
2.
3.
4.
5.

Lansia umur 60 tahun ke atas.


Terlantar sosial dan ekonominya.
Tidak ada yang menanggung kelangsungan hidupnya.
Atas kemauan sendiri atau dipaksa.
Tidak mempunyai penyakit menular/kronis yang membahayakan orang

6.
7.
8.
9.

lain.
Surat keterangan RT/RW.
Surat rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.
Surat keterangan sehat dari puskesmas setempat.
Lulus seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh
panti.

III.1.9 Distribusi Pendanaan


Seluruh dana kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial
Propinsi Jawa Timur.

III.2 Pengkajian
A. DIMENSI BIOLOGIS
1. Usia
Usia

Jumlah

Presentasi

60-79

33.3

80

12

66.7

Total

18

100.0
Berdasarkan

jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang, werdha berumur


60-79 tahun sebanyak 6 orang atau 33.3%, dan werrdha berumur 80
sebanyak 12 orang atau 66.7%.
2. Jenis kelamin
Jenis Kelamin

Jumlah

Presentasi

Laki-Laki

11.1

Perempuan

16

88.9

Total

100.0

Berdasarkan jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang,


werdha berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang atau 11.1%, dan
werrdha berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang atau 88.9%.
3. Suku
Suku

Jumlah

Presentasi

Jawa

12

66.7

Sumatra

27.8

Sunda

5.6

Total

18

100.0

Berdasarkan jumlah werdha di wisma cempaka sebanyak 18 orang,


werdha suku

jawa sebanyak 12 orang atau 66.7%,

Sumatra sebanyak 5 orang

werrdha suku

atau 27,8% dan werdha suku sunda

sebanyak 1 orang atau 5.6 %.


4. Masalah kesehatan utama
Masalah kesehatan terbanyak yang kita temui di Wisma Cempaka
adalah penyakit hipertensi dan penurunan keseimbangan sehingga
menyebabkan werdha sering terjatuh (resiko jatuh).
B. DIMENSI PSIKOLOGIS
1. Gambaran diri kelompok
Werdha sangat menghargai satu sama lain, mereka tidak
membedakan teman yang satu dengan teman yang lain. Mereka
mengatakan bahwa semua penghumi STW adalah sama apabila ada
2.

yang mengalami kesusahan atau masalah harus ditolong.


Keterampilan koping
Werdha memandang penyakit yang dialami oleh teman-teman
mereka adalah wajar, karna umur seperti mereka sangat rentan
mengalami penyakit darah tinggi, dan mengalami penurunan fungsifungsi pendengaran, fungsi penglihatan, dan keseimbangan.

Apabila ada salah satu teman yang sakit kemudian

dirawat

mereka menjenguk bersama-sama ke Rumah Sakit menggunakan mobil


3.

pribadi salah satu lansia yang ada di Cempaka.


Insiden dan prevalen masalah psikologis
Dari 18 orang jumlah lansia di Cempaka, sebanyak 5 orang
pernah jatuh. Dan ada juga yang jatuh lebih dari 1 kali. Penyakit
terbanyak yang kita dapat adalah hipertensi, dan katarak.

4.

Stressor psikologis di dalam masyarakat


Werdha di wisma cempaka merasa bahwa tidak ada ancaman
fisik maupun ancaman social yang dapat merugikan mereka.

C. DIMENSI FISIK
1. Lokasi atau tempat target group
Lokasi yang kita targetkan adalah Wisma Cempaka yang terdiri dari
28 kamar dan mempunyai penghuni 18 lansia. Fasilitas dan penerangan
yang tersedia di ruangan sudah sangat baik, disetiap kamar ada 1 lampu, 1
kipas angin, 1 tempat tidur, 1 kamar mandi dan wastafel.
Lantai sudah terpasang keramik, setiap hari ada petugas yang
membersihkan. Tetapi kadang saat dari kamar mandi werdha sering
terpeleset karna lantai yang licin. Untuk penataan barang juga sudah
sangat baik, kursi dan meja di letakan di pinggir agar werdha dapat leluasa
bergerak, disetiap dinding juga terdapat pegangan yang dapat digunakan
oleh werdha.
2. Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan (Polusi, pertukaran cuaca,
resiko penyakit)
Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan werdha adalah
lantai yang licin sehingga kadang membuat mereka terpleset, banyaknya
nyamuk juga sangat mengganggu werdha.
D. DIMENSI LINGKUNGAN SOSIAL
1. Sikap komunitas terhadap target grup
Werdha di Wisma Cempaka selalu terbuka dengan keadaan mereka,
mereka juga selalu berpartisipasi dengan kegiatan yang ada yang
disediakan di STW.
2. Status social dan ekonomi target grup
Werdha memiliki status social yang cukup. Untuk membiayai
keperluan sehari-hari serta untuk membayar uang STW mereka dibiayai

oleh anak-anak mereka serta keluarga mereka dan ada juga dari pensiunan
suami serta tabungan sendiri.
2. Pendidikan
Pendidikan werdha beragam, mulai dari SD hingga Sarjana bahkan
ada juga yang professor.
3. Pekerjaan
Pekerjaan werdha mulai dari ibu rumah tangga, Guru, Dosen,
Karyawan Swasta, dan ada juga yang berprofesi sebagai Dokter.
4. Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi
Pelayanan kesehatan di STW sudah tersedia Klinik, Dokter dan
perawat yang dapat menangani masalah kesehatan yang dirasakan oleh
werdha. Saat penyakit werdha sudah tidak bisa ditangani oleh petugas
kesehatan yang ada di STW maka werdha di rujuk ke Rumah sakit.
5. Transportasi ( termasuk khusus )
Saat bepergian untuk rekreasi dan memeriksakan kesehatan werdha
mempunyai tranportasi sendiri dengan dijemput oleh anak-anak serta
keluarga mereka.
E. DIMENSI PERILAKU
1. Kebutuhan nutrisi
Semua werdha menyukai makanan yang disediakan oleh STW,
makanan yang biasa di sajikan oleh STW diantaranya adalah sayur sop,
sayur lodeh, tumis kacang - kacangan, semur daging, tempe goreng, sayur
tahu sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada
werdha. Werdha juga sering membeli makanan dari luar seperti gorengan
dan makanan lain.
2. Merokok
Terdapat satu oma yang terbiasa merokok, tetapi oma tidak
merokok didalam wisma, ia merokok di kebun belakang wisma sehingga
tidak mengganggu kesehatan werdha yang lain.
3. Gerak badan
Gerak badan werdha sudah tidak leluasa lagi, ada diantara werdha
yang berjalan menggunakan wolker, tongkat, kursi roda.
4. Aktivitas rekreasi
Aktifitas rekreasi werdha biasanya di jemput oleh anak-anak serta
keluarga mereka untuk jalan-jalan. Saat keluarga dan anak-anak mereka
tidak berkunjung ke STW mereka membuat acara sendiri seperti makan

bersama di kebun, minum kopi dan ngeteh bersama untuk menghabiskan


waktu luang.
5. Perlindungan Khusus yang digunakan
Saat berjalan werdha menggunakan pegangan yang disediakan
disetiap dinding, ada juga yang menggunakan kursi roda, wolker dan
tongkat.
F.

DIMENSI KESEHATAN
1. Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
Werdha sangat memerlukan klinik dan perawat yang siap selama 24
jam untuk memantau dan menjaga kesehatan mereka.
2. Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
Sikap werdha terhadap kesehatan serta pelayanan kesehatan sangat
baik, werdha sangat aktif dalam menjaga kesehatan dengan mengikuti
senam bersama, terapi musik, bahkan sering menanyakan keadaan
kesehatan mereka kepada Dokter.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Seharusnya werdha tidak mengeluarkan biaya kembali untuk
membayar jaminan pemeliharaan kesehatan, karena di STW sudah
disediakan pelayanan kesehatan.

DATA FOKUS
No
1.
2.
3.
4.

Data Subjektif
Werdha mengatakan sering pusing
Werdha mengatakan saat sujud dan
ruku sering pusing
Werdha mengatakan

rata-rata tidur

pukul 22.00 kemudian bangun pukul


02.00 wib
Werdha mengatakan bila pusing minum
obat dari dokter (seperti : amlodiphin)
Werdha mengatakan sakit di tekuk
Werdha mengatakan sudah tidak kuat

5.

berjalan jauh

1.
2.
3.
4.
5.

Data Objektif
Werdha mudah emosi
TD : 140/90 sampai 170/90
N : 70-90 x/menit
Werdha memijat kepalanya
Werdha memakai alat bantu
jalan

(seperti

tongkat,

walker, kursi roda)


6. Werdha berjalan

dengan

perlahan dan berpegangan


7. Oma. H terjatuh di depan
kamar

mandi

dan

terjadi

Werdha mengatakan pernah terpleset


dan jatuh

fraktur di kaki kanan


8. Oma. P terpasang pen di
tangan kiri karena terjatuh di
depan kamar
9. Opa. R terpasang pen di
tangan kiri karena terjatuh di
rumah

ANALISA DATA
NO
DATA
1.
DS :
1) Werdha mengatakan sering pusing
2) Werdha mengatakan saat sujud dan ruku
sering pusing
3) Werdha mengatakan rata-rata tidur pukul
22.00 kemudian bangun pukul 02.00 wib
4) Werdha mengatakan bila pusing minum

2.

obat dari dokter (seperti : amlodiphin)


5) Werdha mengatakan sakit di tekuk
DO :
1) Werdha mudah emosi
2) TD : 140/90 sampai 170/90
3) N : 70-90 x/menit
4) Werdha memijat kepalanya
DS :
1) Werdha mengatakan sudah tidak kuat
berjalan jauh
2) Werdha mengatakan pernah terpleset dan
jatuh
DO :
1) Werdha berjalan dengan perlahan dan

MASALAH

Nyeri akut

berpegangan
2) Oma. H terjatuh di depan kamar mandi
dan terjadi fraktur di kaki kanan
3) Oma. P terpasang pen di tangan kiri
karena terjatuh di depan kamar
4) Opa. R terpasang pen di tangan kiri karena
terjatuh di rumah

Resiko jatuh

RENCANA KEPERAWATAN KELOMPOK


Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut

Tujuan
Umum

Rencana Kegiatan
Khusus

Setelah

Intervensi

Rasional

dilakukan Kriteria hasil :


1. Werdha
tidak
tindakan keperawatan
mengatakan sakit di
selama 1 kali dalam
kepala
seminggu
diharapkan
2. TD dalam batas
masalah nyeri akut
normal
dapat berkurang sampai 3. Ekspresi
wajah

1. Kaji status nyeri, area,

dengan hilang.

3. Berikan

4.

rileks
Skala nyeri 0-1

durasi,

jenis

nyeri,

intensitas, kualitas
2. Pertahankan

1. Membantu

mengevaluasi

derajad kenyamanan.
2. Meminimalkan

tirah

baring selama fase akut


tindakan

stimulasi/meningkatkan
relaksasi
3. Tindakan

menurunkan

tekanan vaskular serebral dan

nonfarmakologik untuk

yang

menghilangkan

simpatis

sakit

yang

memperlambat
efektif

respons
dalam

kepala, mis; kompres

menghilangkan sakit kepala dan

dingin pada dahi, pijat

komplikasinya

punggung dan leher,


tenang,

redupkan

lampu kamar, tehnik


relaksasi

4. Aktivitas yang meningkatkan


vasokontriksi

menyebabkan

4.

Hilangkan/minimalkan

sakit

aktivitas vasokontriksi

peningkatan tekanan vaskular

yang

dapat

serebral

meningkatkan

sakit

kepala

membungkuk,

batuk

panjang
berikan

obat analgesik sesuai


indikasi
6. Kolaborasi:

adanya

5. Menurunkan/mengontrol
dan

menurunkan

obat

antiansietas,

mis:

diazepam

nyeri

rangsang

sistem saraf simpatis


6. Dapat mengurangi ketegangan
dan

ketidaknyamanan

yang

diperberat oleh stress


7. Menambah

memberikan

pengetahuan

mengenai penyakit hipertensi


8. Melatih keseimbangan kognitif
antar lansia

7. Memberikan
pendidikan

dan

misalnya:

mengejan saat BAB,

5. Kolaborasi:

kepala

kesehatan

tentang

penyakit

hipertensi
8. Memberikan

terapi

aktivitas kelompok
Resiko
(injury)

jatuh Setelah

dilakukan Kriteria hasil :


1. Orientasikan pasien
1. klien terbebas dari
tindakan keperawatan
terhadap lingkungan,
trauma fisik
selama 1 kali dalam
staf, orang lain.
2. Klien terhindar dan terbebas
seminggu
diharapkan
dari jatuh
resiko jatuh tidak terjadi
2. Anjurkan pesien untuk
kembali pada lansia

mengistirahatkan

1.

Memberikan
kenyamanan
kecemasan

peningkatan
menurunkan

dan

mengurangi

resiko injury.
2. Mengurangi resiko perlukaan

mata

atau pecahnya pembulu darah

agar tidak terlalu lelah.

retina. Yang akan menyebabkan


semakin menurunya ketajaman
penglihatan.

3. Modifikasi lingkungan
sekitar pasien, dengan
cara : Pencahayaan yang
cukup, Jauhkan bendabenda

yang

beresiko

3.

Meningkatkan
mengurangi

rasa

resiko

aman,
injury.

menyebabkan
Berikan

cidera,
permukaan

lantai yang tidak licin,


Dekatkan
pemanggil

tombol

You might also like