Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Kampong is the part of urban settlement and often interpreted as a low income residential
community with poor physical condition (Budiharjo, 1992) so that it needs sort of efforts to
improve the social life and building condition of Kampong as the good settlement. To realize
that it is important to know and analyze typology of kampong in Bandar Senapelan ,
Pekanbaru Riau and improve the quality live of kampong become more appropriate without
losing the characteristic and develop a new paradigm kampong improvement as a decent
place to living in.
Keyword : Kampong, Livable settlement
PENDAHULUAN
Istilah kampung atau Indlandsche Gemeente sudah dipakai sejak awal pemerintahan
kolonial Belanda. Mengutip pernyataan Sullivan dan Muray dalam buku tulisan Evers dan
Korff Urbanisme di Asia Tenggara terbitan Yayasan Obor 2002 mengatakan bahwa kampung
di ketahui oleh dua hal, yaitu : kawasan kumuh (slum) dan hunian liar (squatter). Kampung
setidaknya memperlihatkan sesuatu yang terkait dengan desa dan komunitas-komunitas yang
ada didalamnya. Namun istilah itu sebenarnya tidak bisa didefinisikan sebagai komunitas
usaha (corporate community) karena ikatan sosial yang terjadi didalamnya pada umumnya
hanya antar tetangga saja.
Masih menurut Sullivan dalam buku yang sama ( Evers 2002) bahwa aspek komunitasnya
didalam kampung berkenaan dengan kebertetanggaan (neighbourship) dan di situ ada
tekanan kuat pada orang kampung agar menjadi tetangga yang baik. Tetangga yang baik
(neighbourliness) persisnya ditetapkan dalam kampung, begitu juga sanksi-sanksi berat yang
berfungsi untuk membuat anggota komunitas berperilaku sejalan dengan konvensi-konvensi
yang berlaku (Sullivan 1992:71) atau kampung menghargai tujuan utamanya sebagai
keharmonisan, kebersamaan, suatu situasi di mana orang hidup damai dan kompak, biasanya
dilukiskan dengan kata rukun (Sullivan 1992:106). Sedangkan Murray dalam buku yang
ditulis Evers dan Korff berpendapat bahwa kampung bukanlah suatu entitas yang mampu
merencanakan strategi, tetapi suatu komunitas dari orang perorang yang menyesuaikan diri
mereka dengan situasi perkotaan dan kian hari kian banyak orang yang datang untuk bekerja
sama dan bersaing (Murray 1991:61).
Dari defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kampung merupakan kawasan hunian
yang memiliki ke unikan dengan ciri sebagai berikut : hubungan kebertetanggaan yang
kuat,kondisi fisik bangunan dan lingkungan yang kurang baik, kepadatan tingkat hunian yang
tinggi, sarana pelayanan yang kurang serta keberagaman latarbelakang penghuninya baik
agama,pendapatan,pendidikan bahkan pandangan politiknya.Keberagaman kampung ini
akhirnya membentuk pola fisik yang beragam pula ,organic melebihi daya kreatifitas arsitek
yang jenius sekalipun. Sementara defenisi kampung kota hingga saat ini belum dapat
dirumuskan namun tersirat adanya ciri ke-padatan dan kemiskinan dan tidak bisa
dipisahkan dari kota. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kampung kota merupakan
salah satu komponen dalam pembentukan struktur kota, yaitu sebagai permukiman didalam
kota yang terbentuk tanpa perencanaan atau tumbuh sebelum perencanaan diterapkan
Latarbelakang
Pekanbaru sebagai ibu kota dan merupakan kota terbesar di Propinsi Riau termasuk sebagai
kota yang memiliki tingkat pertumbuhan,migrasi dan urbanisasi yang tinggi di Indonesia.
Kondisi ini berdampak pada munculnya permasalahan kampung kota yang sama dengan kotakota lainnya di Indonesia, salah satu nya adalah permukiman padat yang terdapat di tepi
sungai Siak diwilayah Kecamatan Senapelan, Kelurahan Kampung Bandar yang lebih dikenal
dengan Kampung Bandar.
TUJUAN PENULISAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengkajii permasalahan yang ada pada lokasi penelitian yang
berkaitan dengan aspek fisik kawasan, aspek ekonomi dan aspek social budaya untuk
selanjutnya dapat dirumuskan langkah strategis dalam perancangan kampung kota yang sesuai
dengan kekhasan dan keunikan yang ada sebagai sebuahb Kampung layak huni.
METODOLOGI
Dalam kegiatan pengamatan dan telaah terhadap potensi serta permasalahan yang ada di
wilayah Kampung Bandar Pekanbaru,digunakan metode pengambilan data lapangan dengan
(a) Observasi/pengamatan secara langsung (b) Penyebaran kuesioner disetiap RW yang
termasuk kedalam kelurahan Kampung Bandar (c) Mengadakan wawancara (terstruktur)
kepada tokoh masyarakat setempat. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dilakukan
identifikasi pada lokasi penelitian dan selanjutnya menentukan kategori kondisi permukiman
agar didapat langkah strategis dalam Penataan Kampung Bandar sebagai Kampung Kota
layak huni.
Parameter
Pertambahan Bangunan
Liar
Kepadatan Bangunan
25% - 50%
Tinggi
80-100
Unit/Ha
Nilai
Bobot
30
30
30
3.
Kondisi Kependudukan
Bangunan Temporer
Tapak Bangunan
Jarak Antar Bangunan
>25% - 50%
>50%-75%
< 1.5 M
30
30
50
Kepadatan Penduduk
400-500
Jiwa/Ha
1,7%-2,0%
30
Pertumbuhan Penduduk
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Total Nilai Bobot
30
400
160
260
Variable
Letak Strategis Kawasan
Pekerjaan penduduk
Jarak Tempat Bekerja
Fungsi Sekitar Kawasan
Parameter
Sangat Strategis
Sektor Informal
1 Km 10 Km
Pusat bisnis dan Kantor
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Total Nilai
Nilai
Bobot
50
30
30
50
200
80
160
Variable
Kondisi Jalan Lingkungan
Kondisi Drainase
Kondisi Air Bersih
Parameter
Buruk
Genangan
Pelayanan
50% - 70%
> 50%
30% 60%
Nilai
Bobot
30
50
30
4.
5.
Pelayanan
Persampahan
< 30%
< 50%
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Total Nilai
50
50
250
100
210
Variable
Aktifitas Gotong Royong
Aktifitas Kesenian &
Kebudayaa
Aktifitas Keagamaan
Aktifitas Kepemudaan
Parameter
Sedang
Rendah
30% - 60%
< 30%
Nilai
Bobot
30
20
Sedang
Rendah
30 60%
< 30%
30
20
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Total Nilai
200
80
100
Variable
1.
2.
Parameter
Tinggi
Tinggi
> 50%
> 50%
Nilai
Bobot
50
50
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Total Nilai
100
40
100
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Eko. 1992. Sejumlah Masalah Permukiman Perkotaan.Bandung: Alumni
Budiharjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Alumni.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal. 2006. Panduan Identifikasi Kawasan
Permukiman Kumuh. Dirjen Cipta Karya.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal. 2006 Panduan Pelaksanaan Peremajaan
Kawasan Permukian Kota. Dirjen Cipta Karya.
Evers, Hans Dieter & Rudiger Korff.2002. Urbanisme di Asia Tenggara. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Frick, Heinz. 1984. Membangun dan Menghuni Rumah di Lerengan. Yogyakarta: Kanisius
Jayadinata, T. 1986. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perkotaan. Bandung:
Alumni.
Hasan Poerbo - PSLH ITS, " Pendekatan Terpadu di dalam Pembangunan daerah
Perkampungan dan Pemukiman Marjinal",suatu action research yang ditunjang oleh
UNEP di Bandung dan Surabaya, pada th.1977 - 1980, (makalah), 1981
Hasdan Poerbo, "Majalah Piisma", LP3ES,Edisi Mei 1996
Sastra, S. Marlin, E. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta: Andi.
Undang-undang RI No 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.