You are on page 1of 38

1.

Tikus
Gejala serangan :
1.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan.

2.

Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan.

3.

Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.

4.

Tikus membuat lubang lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak
semak.

Pengendaliannya :
1.

Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.

2.

Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.

3.

Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman
dipanen.

4.

Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu
irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini
sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun
harus hati hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng
Gejala serangan :
1.

Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang lubang.

2.

Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya :
1.

Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan
cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 2 bulan.

2.

b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba
laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepikMicrovelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.

3.

Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak
mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga
efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit
Gejala serangan :
1.

Menghisap butir butir padi yang masih cair.

2.

Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.

3.

Kulit biji iu akan berwarna kehitam hitaman.

4.

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.

5.

Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.

6.

Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.

Sawah sangat dekat dengat perhutanan.

Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.

Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya :
1.

Menanam tanaman secara serentak.

2.

Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak
menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.

3.

Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.

4.

Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.

5.

Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba laba
dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.

6.

Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat
Gejala serangan :
1.

Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.

2.

Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya :
1.

Membuang telur telur kupu kupu yang melekat pada bagian bawah daun.

2.

Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.

3.

Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

5. Tungau
Gejala serangan :
1.

Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.

2.

Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya :
1.

Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)


Gejala serangan :
1.

Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.

2.

Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago
yang siap kawin.

3.

Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya :
1.

Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African


Gejala serangan :
1.

Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.

2.

Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari
pada manfaatnya sebagai predator.

3.

Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang
setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya :
1.

Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)


Gejala serangan :
1.

Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida,
Phyllophaga helleri

2.

Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa imago
(kumbang).

3.

Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.

Pengendaliannya :
1.

Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)


Gejala serangan :
1.

Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas
setelah 3 hari.

2.

Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak
normal.

3.

Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari. Siklus
hidup keseluruhan 19 26 hari.

Pengendaliannya :
1.

Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)
Gejala serangan :

1.

Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.

2.

Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.

3.

Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.

4.

Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva
berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 20 hari. Stadia pupa 4 7 hari.

Pengendaliannya :
1.

Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air
sebagai sumber oksigen.

2.

Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)


Gejala serangan :
1.

Menyebabkan batang jagung retak dan patah.

2.

Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari,
antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu
betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih
kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh
bulu-bulu.

3.

Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari
melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek
ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula
ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari

4.

Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.

5.

Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya
tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.

6.

Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.

Pengendaliannya :
1.

Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.

2.

Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak.

3.

Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.

4.

Membersihkan rumput-rumputan

5.

Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis
insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC,
Karvos 20 EC

12. Kutu daun persik (Myzus persicae)


Gejala serangan :
1.

Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun
muda tanaman cabai.

2.

Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun
jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.

3.

Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.

4.

Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.

5.

Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi
cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil
dalam penyebaran virus.

Pengendaliannya :
1.

Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai
seperti jagung.

2.

Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation
40 EC, Orthene 75 SP.

13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)


Gejala serangan :
1.

Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.

2.

Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya
dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.

Pengendaliannya :
1.

Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.

2.

Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung
dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.

3.

Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC,
Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500
EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan
label kemasan.

14. Ulat grayak (Spodoptera litura)


Gejala serangan :
1.

Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau
tinggal tulang daun saja.

2.

Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.

Pengendaliannya :
1.

Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.

2.

Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian
hama dan pergiliran tanaman.

3.

Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air
mineral liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena
UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif
untuk dijadikan perangkap.

4.

Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75
Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak
terjadi kekebalan pada hama.

15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala serangan :
1.

Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat
buah untuk memasukkan telur.

2.

Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang.

3.

Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan
membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.

Pengendaliannya :
1.

Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.

2.

Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.

3.

Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan
metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau
diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.

4.

Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron,
Curacron 500 EC.

16. Belalang
Gejala serangan :
1.

Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.

Pengendaliannya :
1.

Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.

2.

Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang
tidak dapat terbang dengan sayap basah.

17. Kutu perisai


Gejala serangan :
1.

Hama ini menyerang bagian daun.

2.

Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.

Pengendaliannya :
1.

Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

18. Spider mite


Gejala serangan :
1.

Spider mite mengisap cairan pada tanaman.

2.

Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak
pada bagian yang diisap cairannya.

3.

Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider
mite lebih kebal terhadap insektisida.

Pengendaliannya :
1.

Disarankan menggunakan akarisida.

19. Fungus gnats


Gejala serangan :
1.

Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.

2.

Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar
halus tanaman.

3.

Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintikbintik hitam pada seludang bunga.

Pengendaliannya :
1.

Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan
Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.

2.

Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.

20. Cacing liang (Radhopolus Similis)


Gejala serangan :
1.

Menghisap cairan pada akar tanaman.

2.

Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta
menghasilkan bunga yang kecil.

Pengendaliannya :
1.

Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media
tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.

2.

Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak
negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan
manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin
kebal dengan insektisida yang digunakan.

21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
1.

Penyakit ini menyerang pada tembakau.

2.

Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.

3.

Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase
buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 8,5.

Pengendaliannya :
1.

Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.

2.

Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.

3.

Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 3
g/liter air), Benomil 2 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 2 ml/l air.

22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
1.

Penyakit ini menyerang pada tembakau.

2.

Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal
batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman
bersekat-sekat.

3.

Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati.

4.

Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih
coklat dibanding daun normal.

Pengendaliannya :
1.

Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan


pupuk kandang yang telah masak.

2.

Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker
206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.

3.

Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida


Mankozeb 2 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 2 ml air dan
bubur bordo 1 2 %.

23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).


Gejala serangan :
1.

Penyakit ini menyerang pada tembakau.

2.

Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun
menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.

Pengendaliannya :
1.

Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau
imedakloprid.

24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)


Gejala serangan :
1.

Kutu ini merusak tanaman tembakau.

2.

Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga


pertumbuhan tanaman terhambat.

3.

Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam.

4.

Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan
mengurangi mutu dan harga.

5.

Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun.

6.

Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan
kerugian 22 28 % pada tembakau flue-cured.

Pengendaliannya :
1.

Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar
dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).

2.

Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)


Gejala serangan :
1.

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang
kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.

2.

Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang
dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.

Pengendaliannya :
1.

Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang
PBK

2.

Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga


memudahkan saat pengendalian dan panen

3.

Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu
buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam

4.

Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara
ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan
hama helopeltis dan tikus

5.

Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC
dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)

Gejala serangan :
1.

Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan
ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.

2.

Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh
terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.

3.

Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu
mengering dan meranggas.

Pengendaliannya :
1.

Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang
terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an
dilakukan secara menyeluruh.

2.

Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun
kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

27. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)


Gejala serangan :
1.

Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau
pangkal buah.

2.

Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit
ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi
lembab.

Pengendaliannya :
1.

Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam
30 cm.

2.

Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada
tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.

3.

Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll.
Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan
hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)


Gejala serangan :
1.

Menyerang pada tanaman cabe

2.

Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.

3.

Lamakelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.

4.

Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk.

5.

Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.

6.

Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena
percikan air, angin, maupun melalui vektor.

Pengendaliannya :
1.

Dengan kultur teknis yang baik.

2.

Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang
agar tidak menyebar.

3.

Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara
selektif .

4.

Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.

5.

Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik
yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga
hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

1. Tikus

Gejala serangan:

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.


2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat
penyimpanan.
3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan
muda.
4. Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-

semak.

Pengendaliannya:

1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap
tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.
4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun,
yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu
penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng

Gejala serangan:

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang.


2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya:

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2
bulan.
2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-

laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss


lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain
tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Gejala serangan:

1. Menghisap butir-butir padi yang masih cair.


2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam-hitaman.
4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu
dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
6. Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain
sebagai berikut:
- Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
- Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
- Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya:

1. Menanam tanaman secara serentak.


2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar
tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.

4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba labalaba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat

Gejala serangan:

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya:

1. Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun.


2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

5. Tungau

Gejala serangan:

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun
tersebut.
2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak-bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya:

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun-daun yang terserang hama
pada suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)

Gejala serangan:

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi
imago yang siap kimpoi.
3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African

Gejala serangan:

1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.


2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar
dari pada manfaatnya sebagai predator.
3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang
setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan:

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis
rorida, Phyllophaga helleri
2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa
imago (kumbang).
3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding

uretnya.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman
baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)

Gejala serangan:

1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kimpoi satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas
setelah 3 hari.
2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi
tidak normal.
3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari.
Siklus hidup keseluruhan 19 26 hari.

Pengendaliannya:

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan:

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.
2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air.
Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 s/d 20 hari. Stadia pupa 4
s/d 7 hari.

Pengendaliannya:

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air

sebagai sumber oksigen.


2.Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Gejala serangan:

1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.


2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam
hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut.
Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telur berwarna
putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya

ditutupi oleh bulu-bulu.


3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10
hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat
menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis
digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas
gigitan.
5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya
tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea
lacera.

Pengendaliannya:

1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.
2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak.
3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
4. Membersihkan rumput-rumputan
5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa

jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation
40 EC, Karvos 20 EC.

PENYAKIT-PENYAKIT

1. Antraknosa (Patek)
a. Pola Serangan dan Penyebaran

Sumber penyakit ini disebabkan oleh

cendawanColletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Sumbernya dapat


berasal dari sisa tanaman sakit atau dari benih yang sudah terinfeksi. Akibatnya serangan
dapat terjadi mulai pada fase pembibitan. Penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat
disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa serangan menyebabkan mati pucuk, serangan
pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu, serangan pada buah
akan menyebabkan buah menjadi busuk seperti terbakar.
Penyebaran bisa terjadi melalui tangan para pekerja, percikan air, hujan dan angin serta
tangan pemetik buah.

b. Pengendalian
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan
memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Lakukan treatment benih dengan memakai
PHEFOC dan SOT (baca DI SINI). Kondisi tajuk jangan terlalu lembab dan jangan terlalu
berlebih menggunakan pupuk buatan dengan kandungan Nitrogen (N). Tanah dengan
kandungan Ca (Calsium) rendah juga dapat memicu perkembangan. Pengendalian bisa
dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan dengan
menggunakan PHEFOC.

2. Penyakit Bercak Daun Cercospora

a. Pola Serangan

Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamurCercospora
capsici. Ciri-ciri tanaman yang terserang ditandai dengan terdapatnya bercak-bercak
bundar berwarna abu-abu dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat
daun akan berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang
pada musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air
hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa menempel pada benih atau
biji cabe.

b. Pengendalian

Pengendalian terbaik adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan terhadap


penyakit ini dapat dilakukan dengan memilih benih yang sehat bebas patogen.

Merenggangkan jarak tanam juga berguna meminimalkan serangan agar lingkungan


tidak terlalu lembab.

Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terinfeksi


dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa dilakukan penyemprotan
fungisida PHEFOC.

3. Penyakit Layu
Serangan penyakit layu ini sangat ditakuti karena sangat sulit dikendalikan. Penyakit layu
ini bisa ditumbulkan oleh beragam penganggu tanaman seperti berbagai jenis cendawan
dan bakteri. Terdapat dua jenis penyakit layu, yaitu layu fusarium dan layu bakteri.

a. Layu Fusarium

Layu yang disebabkan oleh cendawan disebut layu fusarium (gambar kanan). Jenis
cendawannya adalahFusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini
hidup di lingkungan yang masam

Layu fusarium dapat bersumber dari sisa tanaman sakit atau tanah. Penularan
dapat melalui aliran air dan tanah

Beberapa pemicu perkembangan penyakit layu fusarium : tanah berpasir, pupuk


N (ZA) yang terlalu terlalu tinggi, kandungan unsur Mn dan Fe dalam tanah terlalu
tinggi, kurang pupuk organik bokashi, tanah kekurangan calsium (Ca), dan jumlah
nematoda yang tinggi

b. Layu Bakteri

Sedangkan layu bakteri (gambar kiri) disebabkan oleh


bakteri Ralstonia solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan batang.

Penyakit bersumber dari tanah

Cara menular sama dengan layu fusarium

Pemicu perkembangan penyakit layu bakteri dapat disebabkan oleh : lahan yang
terlalu basah, tanah terlalu liat, penggunaan pupuk N (urea) terlalu tinggi, populasi
nematoda yang tinggi, atau sebelumnya lahan ditanami tembakau, terung, tomat,
atau

cabe yang pernah terserang.

Pengendalian penyakit layu harus diamati dan dianalisa dengan lebih spesifik lagi agar
penanganannya bisa lebih tepat dengan memperhatikan pemicu perkembangannya dan
harus dilakukan pengendalian secara terpadu sejak mulai pembibitan dan persiapan lahan.

4. Penyakit Keriting Daun atau Mosaik


Asal serangan penyakit mosaik

adalah virus Cucumber Mosaic Virus (CMV). Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna
daun belang-belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan
berubah menguning.
Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga.
Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya. Untuk
mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang kondisinya telah parah terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal lain
yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan yang baik dan tepat
dengan menggunakan SOT dan PHEFOC.

5. Penyakit Virus Kuning

a. Pola Serangan dan Penyebaran


Penyakit ini disebabkan oleh Gemini virus

Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat menguning
(sesuai dengan namanya..). Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyakit ini
bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu. Sumbernya bisa dari
gulma, atau tanaman sakit lainnya (cabai, tomat)
b. Pengendalian
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racunracun kimia. Pengendalian harus dilakukan sejak dini, dengan memilih benih unggul dan
tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi
vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikkan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning, bisa
dengantreatment benih memakai PHEFOC dan mengintensifkan pemupukan, yaitu dengan
penggunaan pupuk organik cair SOT HCS yang mengandung zat hara makro dan mikro
lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap
patogen.

6. Penyakit Busuk Batang, Akar dan Buah

a. Pola Serangan
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe, yakni busuk
batang dan busuk kuncup. Busuk batang pada tanaman cabe disebabkan
oleh Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawanChoanosearum sp. Penyakit ini masih jarang
dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan
mati.
Pemicu perkembangan penyakit ini dapat berupa :

drainase yang kurang baik

penggunaan pupuk N (Urea) yang terlalu tinggi

pupuk kandang tidak matang (makanya sebaiknya pakai pupuk bokashi)

banyak nematoda

sebelumnya lahan ditanam cabe atau mentimun

Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan Nitrogen seperti urea
dan ZA. Penggunaan pupuk organik seperti SOT HCS. Kemudian mengatur jarak tanam
agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang sudah terinfeksi sebaiknya dicabut dan
dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan fungisida PHEFOC.

[1] Martin, Elizabeth A. (editor) A Dictionary of Law. Fourth Edition. (New York: Oxford
University Press 1997).

[ii] T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, h. 188


8T.M.Hasbi Ash Shiddeqy Dalam bukunya Filsafat Hukum Islam ( 1975:156-212)

[iii] Ibn al-Manzhr, op. cit., juz XI, hlm. 631.

[iv] I Ibn al-Manzhr, Lisn al-Arab, juz I, hlm. 175; al-Fayrz al-Abdi, al-Qms al-Muhth, juz I, hlm. 6672; ArRzi, Mukhtr as-Shahhh, Maktabah Lubnn, Beirut, 1996, hlm. 294.

[v] Ibid, hal:60


[vi] Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, hal :58

You might also like