Professional Documents
Culture Documents
-Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan
kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan
muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume
darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata
kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak
dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
-Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada
kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan
anemia fisiologis yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata
sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan
tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta
peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak
meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat
mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua
monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata
sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
-Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak
visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari
uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat
mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati
obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke
normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat
dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan
kehamilan dilanjutkan. Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan
dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada
kehamilan kembar.
-
DIAGNOSIS
-Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan
dugaan kehamilan ganda, yaitu :
a. Anamnesis
-Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah
riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas,
adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang
terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan
obesitas atau edema.
b. Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda
-Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan
diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda
dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan
satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda
perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihi
lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak bagian kecil
teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan
perbedaan 10 atau lebih.
c. Pemeriksaan USG
-Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2
kantong amnion. Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat
menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang
terlihat.
d. Pemeriksaan radiologi
-Pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan ganda
karena cahaya penyinaran. Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua
kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dan dari pemeriksaan ultrasonografi.
Diagnosis diferensial :
Kehamilan tunggal dengan janin besar
Hidramnion
Molahidatidosa
Kehamilan dengan tumor
TANDA DAN GEJALA
Berikut adalah tanda dan gejala yang mengidentifikasikan kemungkinan kehamilan kembar
menurut Bobak (2004):
1) Ukuran uterus, tinggi fundus uteri dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang seharusnya
untuk usia kehamilan akibat pertumbuhan uterus yang pesat selama trimester kedua.
2) Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar hCG).
3) Riwayat bayi kembar dalam keluarga.
4) Riwayat penggunaan obat penyubur sel telur, seperti sitrat klomifen (Clomid) atau
menotropins (Pergonal).
5) Pada palpasi abdomen didapat dua atau lebih bagian besar dan atau banyak bagian kecil,
yang akan semakin mudah diraba terutama pada trimester tiga.
6) Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas-jelas
berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10 denyut jantung per menit dan terpisah dari
detak jantung ibu).
Filed under: Ilmu kebidanan | Leave a comment
Pergeseran Paradigma
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan
aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini.
Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan
pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif
kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik
dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih
dalam kondisi yang optimal.
Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena
dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan
seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada
perineum.
Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah
bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
Partus Lama
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan
seperti ini, berarti bahwa:
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut
bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus
diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan
persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan
dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan
mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang
akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat
memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:
a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci
tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses
persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.
b. Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses
persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik,
sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar
dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan
kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi
dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap
tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya
kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan
lengkap, meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin
pada bayi baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tandatanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan
ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan,
keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda
bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang
sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada
masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir
1. Reproductive health is the opportunity, particularly for women, to regulate and control fertility. This includes
not only family planning, but for some couples, the proper treatment of infertility.
2. Reproductive health should allow all women to have a safe pregnancy and childbirth.
3. Reproductive health is the striving for neonatal excellence, allowing every newborn to have the benefits of a
healthy infancy.
4. Finally, reproductive health is the freedom from sexually-transmitted diseases.
The State of World Population 1997 documents the effects of denying sexual and
reproductive rights in many countries :
1. 585,000 womenone every minutedie each year from pregnancy-related causes, nearly all
in developing countries. Many times this number are disabled as the result of childbirth.
Much of this death and suffering could be averted with relatively low-cost improvements in
health care systems.
2. About 200,000 maternal deaths per year result from the lack or failure of contraceptive
services.
3. 120-150 million women who want to limit or space their pregnancies are still without the
means to do so effectively. Altogether 350 million couples lack information about and access
to a range of contraceptive services.
4. At least 75 million pregnancies each year (out of about 175 million) are unwanted; they
result in 45 million abortions, 20 million of which are unsafe.
5. 70,000 women die each year as a result of unsafe abortion, and an unknown number suffer
infection and other health consequences. Many unsafe abortions could be avoided if safe and
effective means of contraception were freely available.
6. 3.1 million people were infected last year by the human immunodeficiency virus (HIV)
which leads to AIDS; 1.5 million died from HIV/AIDS-related causes in 1996; 22.6 million
people are living with HIV/AIDS.
7. 1 million people die each year from reproductive tract infections including sexually
transmitted diseases (STDs) other than HIV/AIDS. More than half of the 333 million new
cases of STDs per year are among teenagers.
8. 120 million women have undergone some form of female genital mutilation; another 2
million are at risk each year.
9. Rape and other forms of sexual violence are rampant, though many rapes are unreported
because of the stigma and trauma associated with rape and the lack of sympathetic treatment
Terdapat juga pengertian yang mungkin keliru di kalangan awam, bahwa penyakit menular
seksual atau penyakit kelamin adalah penyakit yang menyerang organ kelamin / genital.
Padahal, melalui modus kontak kelamin yang bervariasi (manual / oral / anal) dapat juga
terjadi gejala penyakit pada kulit, mulut, anus, dan organ / sistem organ ekstragenital lainnya.
Selama dekade terakhir ini insidens PHS cepat meningkat di berbagai negara. Meskipun
demikian, data yang dilaporkan tentu tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya
(fenomena gunung es).
Hal ini antara lain disebabkan :
1. Banyak kasus yang tidak dilaporkan.
2. Kalaupun ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum ada keseragaman.
3. Fasilitas diagnostik di berbagai daerah kurang mendukung, seringkali juga terjadi salah
diagnosis dan penatalaksanaan.
4. Banyak kasus yang asimptomatik (tidak memberikan gejala yang khas).
5. Bila penderita wanita, sering tanpa gejala khas (asimptomatik) sehingga mereka merasa
tidak perlu berobat.
6. Program pengontrolan terhadap PHS dari pemerintah / instansi belum berjalan baik.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan terjadinya insidens PHS, antara lain :
1. Perubahan demografik yang luar biasa : peledakan jumlah penduduk, pergerakan /
mobilitas masyarakat yang bertambah (sering bepergian ke luar kota untuk pekerjaan, liburan,
Masalah
Masalah yang mungkin timbul sebagai akibatnya, misalnya perilaku seksual yang tidak baik,
menjadi penyebab tingginya angka kejadian kehamilan remaja / di luar nikah, aborsi,
penyakit menular seksual, dsb.
Di negara berkembang, banyak perkawinan yang terjadi pada usia muda. Sehingga yang
menjadi masalah mendasar sebenarnya bukan hubungan seks / kehamilan di luar nikah,
tetapi pernikahan / kehamilan pada usia muda (karena pada usia belasan tahun sudah
menikah, berhubungan seks, hamil dan mempunyai anak).
Makin maju / makin meningkatnya kualitas hidup masyarakat di
suatu negara, tampaknya trend pola kehidupan reproduksi wanita
juga ikut berubah (grafik).
1. Dengan peningkatan kualitas hidup, gizi, pengetahuan, dsb,
dapat terjadi menstruasi pada anak wanita pada usia yang lebih
awal (semakin muda).
2. Dengan bertambahnya wawasan, pengetahuan, dsb, dapat
terjadi seorang wanita memilih untuk menikah pada usia yang
lebih tua.
Hal ini menjadi masalah khusus lain kesehatan reproduksi wanita
usia remaja, karena terdapat celah / gap yang luas antara usia menarche dengan usia perkawinan, padahal
masa remaja itu adalah masa yang rentan terhadap perilaku seksual yang kurang baik (misalnya berganti-ganti
pasangan, dsb), kemungkinan kehamilan yang besar (karena sudah memasuki usia reproduktif), kemungkinan
terpapar penyakit menular seksual, dan sebagainya.
Ilmu Kebidanan
Posted on Mei 23, 2008 by kuliahbidan
Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal
yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933). Obstetri
terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan
puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid
wifery.
Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu
dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi
sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang
diakibatkannya.
Statistik Vital Obstetri
Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).
Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan
apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir
adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia
kehamilan sama atau lebih 20 minggu.
Angka Kelahiran
Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.
Angka Fertilitas
Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.
Kelahiran Hidup
Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya
meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.
Lahir Mati (Still Birth)
Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah
kelahiran.
Kematian Neonatal
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian
neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah
kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup
lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.
Angka Lahir Mati
Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.
Angka Kematian Neonatal
Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000
kelahiran total.
Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.
Bayi Cukup Bulan
Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau
260-294 hari.
Bayi Kurang Bulan (Prematur)
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.
Bayi Lewat Bulan
Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.
Abortus
Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh
pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram
atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.
Kematian Ibu Langsung
Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau
puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.
Kematian Ibu Tak Langsung
Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan,
persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan.
Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.
Kematian Non Maternal
Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan kehamilan.
Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000
kelahiran hidup.
Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :
1. Perdarahan
2. Hipertensi
3. Infeksi
Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum,
perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi
plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan
perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema
dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma
(eklamsia).
Infeksi
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau
parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan
bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
Transfusi darah
Anti mikroba
Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasikomplikasi serius kehamilan dan persalinan.
Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-teknik untuk
mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).
Kematian Perinatal
Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital
Update : 26 Desember 2005
Sumber :
Cunningham, Mac Donald, Gant. Obstetri Williams, ed. ke-18. dr. Joko Suyono & dr. Andry
Hartono (penerj.). Jakarta : EGC.