You are on page 1of 19

PEMBAHASAN

1. Lokasi Penelitian Pencemaran


Penelitian ini untuk mempelajari dampak emisi kendaraan
terhadap kualitas udara di tiga titik lokasi. Dua diantaranya dekat
dengan masjidil haram yaitu di dekat Hotel Tawheed (S1), sekitar 400
meter sebelah barat Kabah dan di depan Gerbang Gesr Al-Nadwa (S2),
200 meter dari sebelah utara Kabah. Lokasi ketiga pada ujung daerah
Shameyah (S3), kurang lebih 600 meter sebelah utara dari Kabah.

Kondisi pada S1 memiliki titik kerapatan lalu lintas tertinggi serta


kegiatan konstruksi Jabal Omar, pada S2 kawasan bebas dari
kendaraan, sedangkan S3 memiliki kerapatan lalu lintas yang sedang, di

perbatasan Shameyah. Di daerah Jeddah, sumber polusi udara terbesar


berasal dari mobil. Hal ini dikarenakan di Mekkah jumlah mobil
melonjak sangat drastis. Hal ini berhubungan dengan emisi kendaraan
selama musim ibadah haji, saat tiga juta orang berkumpul dalam suatu
kawasan untuk menunaikan rukun iman ke-5 yaitu menunaikan ibadah
haji bagi yang mampu secara fisik dan materiil.
2. Sumber Pencemaran
Pada kasus ini termasuk ke dalam sumber pencemaran udara
tidak menetap (non point source) dari aktivitas manusia (antropogenik)
bergerak.

Pengelompokkan ini sesuai dengan klasifikasi sumber

pencemar udara yang ditetapkan WHO tahun 2005 yaitu termasuk ke


dalam kategori line source. Garis (line source) adalah sumber
pencemaran udara yang berasal dari gas emisi kendaraan bermotor
dengan lokasi yang berpindah-pindah. Jenis pencemar yang diemisikan
tergantung dari bahan bakar dan sistem ruang bakar yang digunakan.
Parameter pencemar

sekunder yang digunakan yaitu oksidan

fotokimia (O3) dan yang lainnya didominasi oleh pencemar primer yaitu
partikulat dan gas antara lain PM10, PM2.5 , CO, total hidrokarbon (THC),
metana (CH4), NO, NO2, oksida nitrogen (NOx), partikulat, sulfur
dioksida (SO2) sebagai zat pencemar indikatif. Serta dihidrogen sulfide
(H2S), non-methane hidrokarbon (NMHC) sebagai kelompok pencemar

spesifik yang diperlukan untuk memenuhi data pembuatan model


dispersi udara dan mengetahui kualitas udara.

3. Membandingkan hasil penelitian dengan standard parameter


ISPU

Dari seluruh data, dapat disimpulkan bahwa daerah sekitar Haram


terkandung partikulat udara yang tinggi. Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU) merupakan Indeks standar kualitas udara yang
dipergunakan secara resmi di Indonesia, hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH

/ 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan


tersebut yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya :
bahwa untuk memberikan kemudahan dari keseragaman informasi
kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu
serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar
Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas
udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada
dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup
lainnya.
Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara
mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka
yang tidak berdimensi. Menurut hasil perhitungan ISPU untuk jenis
partikulat PM10 berada pada konsentrasi >300 sehingga dapat
disimpulkan konsentrasi partikulat tersebut sudah melebihi ambang
baku mutu yang ditentukan. Begitu pun konsentrasi CO sudah melebihi
ambang batas maksimum dan memasuki kategori berbahaya. Tingkat
kualitas udara ini secara

umum dapat membahayakan kesehatan.

Khusus untuk gas Ozon masih dalam kualitas sedang dan SO2 dalam
kategori baik dimana konsentrasi polutan tersebut masih aman bagi
lingkungan sekitarnya. Untuk NO2 konsentrasinya tidak dapt terdeteksi

karena memiliki konsentrasi yang sangat rendah hingga tak dapat


diukur oleh parameter ISPU. Hasil perhitungan ISPU ini dapat dijadikan
pertimbangan serius selama konstruksi daerah Masjidil Haram
nantinya.

4. Dispersi Polutan Udara di Atmosfer


Dispersi

polutan

udara

di

atmosfer

dapat

memperkirakan

konsentrasi arah behembusnya emisi dari titik sumber polutan.


Konsentrasi arah berhembusnya polutan udara merupakan suatu fungsi
dari:
1. Stabilitas atmosfer
2. Lapse rate temperature udara
3. Inversi udara di lapisan atmosfer
4. Campuran ketinggian atmosfer
5. Disperse dari titik sumber emisi
6. Koefisien disperse
Perkiraan dispersi polutan di atmosfer berdasarkan frekuensi
distribusi arah angin, termperatur udara, pada perbedaan ketinggian
yang digunakan dan juga kecepatan angin. Arah angin yang berlaku di
Mekkah seharusnya dari utara dan terdiri dari 41.7% dari seluruh per
jam arah angin. Sekitar 19.8% dari waktu, kecepatan angin 1.54 m/s;

14.9% waktu memiliki kecepatan 3.09 m/s, selama 48% waktu, angin
menjadi tenang.

Fluktuasi temperatur di Mekkah sangat besar hal ini dikarenakan


kota tersebut di pengaruhi oleh thermal stability. Karakter suhunya
panas, musim panas. Memiliki daerah gurun luas tak berpenghuni,
dengan temperature bermacam-macam antara 40C- dan 50C
setidaknya 6-9 bulan setiap tahunnya. Sehingga stabilitas termal
stratifikasi memengaruhi difusi kontaminan dalam planetary boundary
layer. Daerah terendah dari troposfer dikenal sebagai Planetary
boundary layer (PBL); daerah ini secara langsung dipengaruhi oleh
permukaan bumi dalam pembentukan frictional drag (dari topologi dan
halangan seperti bangunan, dan lain-lain.), panas matahari (radiasi),

dan evapotranspirasi. PBL terbentang dari 100m hingga 3000 m dari


tanah. Disperse dalam skala mikro biasanya terjadi seluruhnya di PBL.
Model disperse atmosfer merupakan penyajian terakhir matematika
tentang bagaimana disperse polusi udara di atmosfer ambient. Model
ISC-AERMOD didesain untuk memperhitungkan dampak polusi yang
terjadi. Pada Stable Boundary Layer , distribusi konsentrasi diasumsikan
menggunakan Gaussian pada arah vertical dan horizontal. (Madala,
2012)
Perpindahan polutan antara atmospheric boundary layer dan
troposfer bebas merupakan suatu proses penting yang cenderung
menghasilkan lapisan polusi nyata pada troposfer bawah. Lapisan ini
mewakili potential sink dari polutan dari boundary layer, memiliki
potensial untuk bercampur dengan yang ada di permukaan bumi dan
kemungkinan besar memengaruhi sifat kimia tropoposfer dan
perubahan iklim global. (McKendry, 2000)
Stabilitas disini memiliki pengertian sebagai kecenderungan
untuk menahan gerakan vertikal udara/turbulensi atmosfer untuk
mendispersikan pencemar yang diemisikan. Bila suatu gumpalan udara
bergerak naik di atmosfer dia akan mengembang dan mendingin karena
mencapai lokasi dengan tekanan udara yang lebih rendah.

Parameter meteorology hampir


memiliki pengulangan setiap 24
jam

pada

Kecepatan

seluruh
angin

stasiun.
52%-59%

pengulangan pada stasiun S1


dan S2, tetapi menjadi acak
pada stasiun S3 yaitu sebesar 8%. Hal ini berhubungan dengan lokasi S3
berada yang dikelilingi bangunan-bangunan tinggi. Aliran di sekitar
halangan seperti banguna, pohon, dan elemen kasar alami lainnya
memngaruhi disperse polutan dalam skala mikro.
Hal ini juga menunjukkan bahwa arah angin pada stasiun S3 tidak
mengikuti arah angin yang berlaku pada kota Mekkah (utara, baratlaut)

Apakah temperature lapse rate memiliki mepngaruh pada kualitas


udara? Jawabannya, iya. Hal ini berhubungan dengan jumlah vertical
mixing dari emisi polusi udara.

Pada bulan Januari dan Juni ke arah selatan dan tenggara. Hal ini
dikarenakan rata-rata arah angin yaitu selatan dan kadang-kadang
barat laut. Bangunan tinggi di kawasan Haram menimbulkanaliran
hambatan (obstacle flow). Adapun, observasi disperse ke arah utara
dan baratlaut disebabkan oleh aliran inverse dari adanya gedung
gedung tinggi.
Pada bulan Mei, arah angin rata-rata yaitu utara dan baratdaya.
Adapun, disperse polutan kea rah selatan dan timurlaut. Pada bulan
September, arah angin rata-rata menuju selatan dan baratlaut. Adaoun,
disperse polutan menuju ke arah selatan dan tenggara. Berkenaan
dengan dampak dari stabilitas termal (thermal stability), disperse
polutan pada kondisi atmosfer stabil lebih besar daripda netral dan
kondisi tidak stabil, terlihat pada bulan Januari.

Bagaimanapun,

pengamatan disperse polutan pada bulan ini lebih besar daripada

bulan-bulan lainnya. Selain itu, konsentrasi polutan untuk kondisi


atmosfer tidak stabil lebih besar daripada kondisi netral dan stabil,
seperti terlihat pada bulan Mei dan Juni.
Rata-rata konsentrasi tertinggi diteliti selama bulan Januari dan
Juni, sedangkan rata-rata konsentrasi terendah selama bulan Juni dan
September.

5. Perhitungan
Untuk menentukan konsentrasi pencemar dalam parameter ISPU menggunakan
rumus di bawah:

Adapun batas indeks standar ISPU dalam satuan SI yaitu seperti tertera di bawah

(BAPEDAL, 1998)

Adapun untuk menkonversi satuan ppm ke g/m3 atau sebaliknya menggunakan rumus
di bawah ini;

Adapun untuk mengkonversi satuan ppm ke fraksi % menggunakan rumus dibawah ini

% = Ppm x 10-4
Diketahui bahwa :
Mr NO2 : 46 g/mol
Mr NO: 30 g/mol
Mr O3 ; 48 g/mol
Mr SO2 : 64 g/mol
Mr CO : 28 g/mol
Mr H2S : 34 g/mol

Mr CH4 : 16 g/mol
Hasil perhitungan ada pada halaman terlampir.

Daftar Pustaka
Madala, Srikanth, A. N. V. Satyanarayana, V. Krisna Prasad. 2012. Micro-Scale
Dispersion of Air Pollutants over an Urban Setup in a Coastal Region. Open Journal
of Air Pollution, 2012, 1, 51-58. India: Indian Institute of Tecnology Kharagpur.
McKendry, I.G. dan Lundgren J. 2000. Tropospheric layering of Ozone in Regions of
Urbanized Complex and /or Coastal Terrain: a Review. Progress in Physical
Geography 24,3 (2000) pp. 329-354. Canada: University of British Columbia.
BAPEDAL. 1998. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Nomor: Kep- 107/Kabapedal/11/1997 Tentang Pedoman


Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara.

Lampiran

Table 1
Station
S1
S2
S3

monitored
modeled
monitored
modeled
monitored
modeled

Nox
g/m3
88.01
92.38
64.79
172.38
42.79
108.42

ppm
0.071875
0.075444
0.052912
0.140777
0.034945
0.088543

CO
%
7.18748E-06
7.54437E-06
5.29118E-06
1.40777E-05
3.49452E-06
8.8543E-06

g/m3
3405.71
3233.94
4205.71
4791.91
548.57
1269.149

ppm
2.979996
2.829698
3.679996
4.192921
0.479999
1.110505

%
0.000298
0.000283
0.000368
0.000419
4.8E-05
0.000111

PM10

PM2.5

g/m3
282
139
166
139
209
46

g/m3
73
34
82
71
51
35

Table 2
ppb
ppm
S1 19.13 0.01913
S2 7.39
0.00739
S3 7.67
0.00767

ppb
ppm
S1 53.53 0.05353
S2 37.08 0.03708
S3 25.46 0.02546

ppb
ppm
S1 11.46 0.01146
S2 3.03
0.00303
S3 4.18
0.00418

NO
g/m3
23.42449
9.04898
9.391837

NOx
g/m3
65.54694
45.40408
31.17551

S02
g/m3
29.93633
7.915102
10.91918

NO2
%
0.002342449
0.000904898
0.000939184

ppm
S1
2.98
S2
3.68
S3
0.48

g/m

3405.714
4205.714
548.5714

%
0.340571
0.420571
0.054857

64.4
55.74449
33.40163

%
0.00644
0.005574
0.00334

O3
%
0.006554694
0.004540408
0.003117551

ppb
S1 37.8
S2 22.9
S3 32.6

ppm
0.0378
0.0229
0.0326

g/m3
74.05714
44.86531
63.86939

%
0.007406
0.004487
0.006387

H2S
%
0.002993633
0.00079151
0.001091918

ppb
S1 9.96
S2 3.48
S3 4.3

ppm
0.00996
0.00348
0.0043

CO
3

g/m3

ppb
ppm
S1 34.3
0.0343
S2 29.69 0.02969
S3 17.79 0.01779

g/m3
13.82204
4.829388
5.967347

CH4
ppm
S1
1.8
S2
2
S3
1.31

g/m

%
1175.51 0.117551
1306.122 0.130612
855.5102 0.085551

%
0.001382
0.000483
0.000597

Table 3
Maximum
Polutan
1
jam
24
jam
1
H2S
jam
24
jam
1
NO2
jam
24
jam
1
O3
jam
8
jam
1
CO
jam
8
jam
1
PM10
jam
24
jam
24
PM2.5 jam
SO2

S1

S2

Conservative
level

S3

g/m3

ppm

g/m3

ppm

g/m3

ppm

g/m3

129

0.049

4.94E-06

16

0.0061

6.1E-07

29

0.0111

1E-06

339

85

0.033

3.25E-06

14

0.0054

5.4E-07

16

0.0061

6E-07

125

64

0.046

4.61E-06

0.0065

6.5E-07

12

0.0086

9E-07

200

46

0.033

3.31E-06

0.0058

5.8E-07

0.0043

4E-07

40

247

0.132

1.32E-05

162

0.0863

8.6E-06

130

0.0692

7E-06

188

113

0.06

6.02E-06

74

0.0394

3.9E-06

44

0.0234

2E-06

150

149

0.076

7.61E-06

137

0.0699

7E-06

102

0.0521

5E-06

157

105

0.054

5.36E-06

94

0.048

4.8E-06

89

0.0454

5E-06

110

8637

7.557 0.000756

8075

7.0656 0.00071

2637

2.3074 0.0002

22.857

6648

5.817 0.000582

5704

4.991

1345

1.1769 0.0001

9143

0.0005

1907

710

300

557

426

565

150

132

139

125

65

Tabel 6
Maksimum
May

Jan

Polutan
g/m

CO

7079.699

ppm
%
6.194737 0.000619

Nox
VOC

2423.063
800.6909

1.978835 0.000198
-

PM10

139.2033

g/m

June

g/m

ppm
%
6688.198 5.852173 0.000585

ppm
%
5587.276 4.888867 0.000489

2428.092 1.982942 0.000198


770.5971
-

2072.486
645.9022

1.69253
-

0.000169
-

139.4784

118.569

Minimum part 1
Polutan

Sep
g/m

ppm

Jan
g/m

%
0.0048

May

June

ppm

1.23588 0.0010814

g/m
%
ppm
%
8.83E3.84E07
0.53732 0.00047
07
1.96E9.38E07
0.14057 0.000115
08

g/m

6.00E-05

ppm %
5E- 4E08
11
8E- 7E09
12

CO

6710.343 5.8716

Nox

2432.642 1.9867 0.00162 0.29411 0.0002402

VOC

772.9783

0.13388

0.06008

1.00E-05

PM10

139.778

0.01735

0.0088

0.00E+00

1.00E-05

Minimum part 2
Polut
an

Sep
g/
m3

pp
m

Jan
%

CO

Nox

VOC

PM10

g/m3
1.235
88
0.294
11
0.133
88
0.017
35

May

ppm
0.0010
81
0.0002
4

%
8.83
E-07
1.96
E-07

g/m3
0.537
32
0.140
57
0.060
08
0.008
8

June

Sep

g/m
ppm
0.0004
702
0.0001
148

%
4E07
9E08

####
##
####
##
####
##
####
##

ppm

g/m3

8.2E-09

%
4E11
7E12

5.3E-08

ppm

Lampiran 2
Data Perhitungan ISPU yang telah di analisis dengan angka dan
kategori ISPU berikut

NO2
Stasiun

g/m3

ISPU

SO2
g/m3

ISPU

O3
g/m3

CO
g/m3

ISPU

PM10
g/m3

ISPU

ISPU

S1

247

85

50.88583

149

62.08333

6648

62684

557

506.3

S2

162

14

38.30709

137

57.08333

5704

53783.429

426

388.4

S3

130

16

38.66142

102

42.5

1345

12684.286

565

513.5

kategori

Tak
terukur

baik

sedang

berbahaya

berbahaya

You might also like