Professional Documents
Culture Documents
JUNI 2015
Nama
No. Stambuk
: N 111 14 077
Pembimbing
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
klinis dengan didukung oleh pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang medis
lainnya. 1
Pemberian antibiotik berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pemiihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak dilakukan secara empirik sesuai
dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophillus influenza. 3
I.
IDENTITAS
Identitas penderita
Nama penderita
Jenis kelamin
Umur
Alamat
II.
:
:
:
:
An. TB
Laki-laki
7 bulan
desa Kamarora-Palolo
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Sesak napas
Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit DBD (-) ; Tuberkulosis (-) ; Asma bronkial (-)
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan:
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Tidak ada yang merokok di dalam rumah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Anak ke-4 dari 4 bersaudara. Pasien lahir lahir dirumah di tolong oleh bidan secara
normal, cukup bulan dengan berat badan lahir adalah 3000 gram dan panjang badan
lahir dilupa . Antenatal care teratur dan tidak pernah mengalami sakit selama hamil.
Riwayat Tumbuh Kembang :
2
Anamnesis Makanan :
ASI: dari lahir sampai sekarang. Mengkonsumsi bubur saring usia 4 bulan sampai
6 bulan.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar anak lengkap, baik Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, dan terakhir
imunisasi Campak.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran
: Sakit Sedang
: Compos mentis
2. Pengukuran
Tanda vital :
Tekanan darah:
Respirasi
:
Nadi
:
Suhu
:
Berat Badan
:
Panjang Badan
:
Status Gizi
:
- mmHg
62 x/menit
132 x/menit
38.2 oC
7.8 kg
69 cm
Gizi Baik (Z-score 0 s/d -1 SD)
4. Leher :
Mata
Telinga
: Otorrhea (-)
Hidung
Mulut
5. Thoraks
1. Dinding dada/ Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Hipersonor
3
Auskultasi
2. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6. Abdomen
Inspeksi
: kesan normal
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
7. Anggota gerak
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
IV.
II.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium :
WBC
: 13,8 x 103/mm3
RBC
: 4,45 x 106/mm3
HGB
: 9,5 g/dL
HCT
: 29.8 %
PLT
: 464 x 103/mm3
( 3.5-10 x 103/mm3)
( 4 - 6 x 106/mm3)
( 12-19.5 g/dL )
( 40-64 % )
( 200-400 x 103/mm3)
RESUME
Pasien Laki-Laki dengan usia 7 bulan masuk dengan keluhan sesak napas. Pasien
mengalami sesak napas yang muncul bersamaan dengan batuk . Pasien juga mengalami
batuk sejak 1 minggu yang lalu, disertai lendir, berwarna putih, flu (+).
Ibu pasien juga mengeluhkan anaknya demam naik-turun sejak 1 minggu yang
lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam turun setelah meminum obat penurun panas
tapi naik kembali setelah beberapa jam.
Buang air besar 2 kali, ampas (+), lendir (+), darah (-), berwarna kecoklatan dan
buang air kecil lancar, volume biasa, tidak ada keluhan.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan: keadaan umum: sakit Sedang, Kesadaran
Compos mentis, Berat badan 7,8 kg dan Panjang badan 69 cm dimana status gizi : gizi
baik (Z-score 0 s/d -1 SD), Denyut nadi 132 kali/menit, Suhu 37,2 o C, Respirasi 62
kali/menit. Pernapasan cuping hidung (+), Pada inspeksi paru adanya retraksi dinding
dada bagian bawah (+);perkusi didapatkan vocal fremitus meningkat di kedua lapang
paru dan pada auskultasi paru adanya ronki (+).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Eritrosit 4,45x106/mm3,
Hemoglobin 9,5 g/dL, Hematokrit 29,8 %, Platelet 464 x10 3/mm3, WBC 13,8
x103/mm3.
III.
V.
VI.
IV.
Diagnosis Kerja
Bronkopneumonia
Terapi
IVFD : Dextrose 5 % 10 gtt/m
Paracetamol syrup 4 x 3/4 Cth
Injeksi ceftriaxon 2 x 250 mg IV
Injeksi dexametason 3 x 1,5 mg IV
Gliseril Guaiakolat 1/3 tablet
Salbutamol 0.8 mg
3 x 1 Pulv
DISKUSI
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksik, distress
prenapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi
dan terutama pertimbangan usia pasien.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan
analgetik/antipiretik.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia
hari pada pasien pneumonia tanpa komplikasi, meskipun tidak ada studi kontrol
mengenai lama terapi antibiotik yang optimal.
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik beta-laktam dengan atau tanpa klavulanat, pada kasus yang lebih berat
diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru intravena,
atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah
stabil, antibiotik diganti dengan oral dan berobat jalan.
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang,
kemungkinan
penyebab
bronkopneumonia
adalah
bakteri.
Berikut
pengobatan yang dapat diberikan pada pasien dan dibandingkan dengan teori:
Kasus
IVFD : Dextrose 5 % 10 gtt/m
Teori
Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan
dengan pemberian antipiretik (asetaminofen
Diberikan
antibiotik
golongan
Salbutamol 0.8 mg
pulv
lain. [3]
kortikosteroid dexametason 1 mg/8 jam/IV.
Pemberian kortikosteroid disini berfungsi
sebagai anti-inflamasi
Pada pasien terdapat batuk disertai lendir,
maka dari itu seharusnya diberikan
Selain medika mentosa, edukasi juga perlu dilakukan meliputi berbagai aspek
dari penyakit bronkopneumonia itu sendiri. Dari segi penyebab ada baiknya diberikan
penjelasan dan jelas mengenai bakteri penyebab, pola dan mekanisme penularan, dan
bagaimana cara mencegahnya dengan menghindari paparan asap rokok dan debu.
Edukasi juga perlu dilakukan mengenai pengobatan pasien baik yang berupa
kausatif dan simtomatis. Antibiotik yang diberikan oleh dokter harus diminum sesuai
dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan (biasanya habis dalam 7-10 hari).
Kemungkinan terjadinya resistensi obat akibat penggunaan antbiotik yang tidak
teratur juga harus dijelaskan kepada pasien. Pengobatan yang simtomatis juga harus
dijelaskan cara pemakaiannya yaitu dapat dihentikan ketika gejala-gejala simtomatis
sudah hilang atau membaik. Efek samping dari obat yang diberikan juga harus
dijelaskan agar pasien dapat segera kontrol ke dokter apabila terjadi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Badan
Penerbit IDAI, Jakarta.
2. Behrman, R.E., Kliegman, R.M. 2010. Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4. EGC, Jakarta.
3. Yani, FF. 2010. Faringitis Akut. Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M
Djamil- FK Universitas Andalas.
4. Sitompul, R. 2011. Kortikosteroid dalam Tatalaksana Uveitis: Mekanisme Kerja,
Aplikasi Klinis, dan Efek Samping. Volume 61. Nomor 6. Departemen Ilmu Kesehatan
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
8
5. Cumming, C.W., Flent, P.W., Barker, L.A. 2005. Cummings Otolaryngology Head and
Neck Surgery. Edisi 4. Philadelphia: Elsevier.