You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara
terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan,
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik
komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan
Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang
sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari
pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang
berfokus pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi
menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada remaja mereka
mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap
dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh
sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan
komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami
mencoba membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep
komunikasi yang tepat pada remaja.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana cara
berkomunikasi dengan remaja.

BAB II
KARAKTERISTIK PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Septina Astuti

Nama Panggilan
Jenis Kelamin
TTL
Umur
Berat Badan
Tinggi Badan
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat Rumah

: Tina
: Perempuan
: Karanganyar, 18 september 1997
: 16 Tahun
: 48 Kg
: 160 Cm
: Islam
:: Sma/Sederajat
: Kerjo, Karanganyar

B. Keluarga Terdekat
Nama
: sadino
Nama Panggilan : sadino
Pekerjaan
: petani
Alamat
: kerjo, karanganyar
Hubungan
: ayah
C. Riwayat Kesehatan Pasien
- Penyakit Yang Pernah Diderita :
Pasien memiliki riwayat kejang-kejang sewaktu masih kanakkanak, pernah operasi patah kaki 10 tahun yang lalu.

Riwayat Kesehatan Sekarang :


1 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit pasien merasakan
sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer dan perutnya

sakit.
Riwayat Kesehatan Keluarga :b
Tidak ditemukan anggota keluarga yang mengalami sakit yang di
derita pasien.

Komposisi Keluarga :

Keterangan :
: laki- laki sudah meninggal

: perempuan
: laki-laki
: pasien
-

Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan :


Pasien sering mengonsumsi makanan yang pedas dan yang
bersifat asam dalam porsi yang banyak.

Pola Istirahat Tidur :


Pasien susah tidur karena menahan sakit perut yang di alaminnya
setiap hari, pasien hanya dapat tidur selama 4 jam semalam.
Pasien memerlukan pengantar tidur berupa obat diare, tapi hanya
dapat bertahan sebentar. Pasien tidak puas saat bangun pada pagi

harinnya , pasien merasa lemah, dan pusing.


Pola Nutrisi :
Pasien merasa kurang nafsu makan , sehari hanya makan 2 x
dengan porsi habis , minum 5 gelas x 24 jam, pasien hanya mau
makan bubur lembek, snack, dan lauk, sementara minum hanya air
putih dan teh. Pasien merasa mual dan lidahnya terasa pahit saat
sehabis makan.

- Pola Eliminasi :
a. Eliminasi alvi (BAB) :
Pasien sering BAB dengan frekuensi 5 x sehari, konsistensi tinja
cair atau encer yang berbau busuk, warna tinja kuning. Pasien
mengatakan setelah BAB merasakan nyeri di bagian sekitar anus.
b. Eliminasi urine (BAK) :
Pasien mengatakan frekuensi berkemih menurun sebanyak 3-5 x
sehari dengan pancaran lemah, sehingga pasien mengeluh merasa
kurang puas saat berkemih dan merasa nyeri, pasien mengatakan
warna air kemih menjadi lebih gelap atau pekat.

BAB III
ANALISA TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA
A. Teknik-teknik yang harus dilakukan saat berkomunikasi pada remaja, yaitu
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mulai komunikasi dengan mengajak remaja berdiskusi


Jangan menyalahkan remaja pada saat komunikasi
Jangan memotong pembicaraan
Jaga privasi atau kerahasiaan dalam berkomunikasi
Berikan penguatan yang positif
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya
Hargai pendapat remaja
Hindari pertanyaan yang menyudutkan remaja menyinggung dan

menimbulkan rasa malu


B. Analisa kasus
Tina merasa sakit di bagian perut selama 1 minggu dan tidak jarang
merasakan ingin buang air besar (BAB) dengan konsistensi encer atau cair
. Oleh karena itu, perawat harus menjelaskan dengan cara berdiskusi
dampak dari makan pedas yang berlebihan agar pasien mengurangi
makanan pedas, tidak hanya itu perawat juga menganjurkan pasien untuk
senantiasa menjaga kesehatan lingkungan, karena kemungkinan besar
lingkungan dan makananlah faktor utama. Berdasarkan prinsip-prinsip
diatas perawat
mestinnya.

telah menerapkan prinsip yang sesuai sebagaimana

BAB IV
HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan
komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam
menafsirkan pesan yang kita diterima. Hal ini terjadi karena setiap manusia
mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal, yaitu :
1. Hambatan Fisik :
a. Gangguan Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya. Ini menjadi
faktor penentu materi komunikasi yang perawat tidak dipahami.
b. Teknik bertanya yang buruk.
Perawat yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan
sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui
apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu
teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.
c. Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena
komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan
bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab
tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah
komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan
pertanyaan lalu langsung di jawab oleh komunikator.
d. Kurang menguasai materi.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu perawat tidak menguasai materi,
itulah hambatan komunikasi. Kompetensi profesional salah satu
maknanya adalah perawat menguasai materi secara mendalam.
e. Kurang persiapan.

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi dapat optimal jika


kita tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu,
pastikan bahwa kita telah merencanakan materi.
2. Hambatan Psikologis :
a. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator

mestilah

ditampilkan

selama

komunikasi berlangsung. Klien harus jujur tentang keluhannya


karena apabila tidak jujur perawat akan kesusahan menafsirkan
keluhan klien.
b. Kurang respek.
Kurang bisa menangkap informasi apa yang perawat ungkapkan.
c. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
b. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi perawat tidak
sama dengan klien. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan
antara perawat dan klien bahwa inilah tujuan komunikasi yang
ingin kita raih. Oleh karena itu, menyampaikan tujuan tersebut
kepada klien harus dengan jelas.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan


hal yang penting untuk dilakukan bagi perawat untuk menggali
informasi tentang riwayat kesehatan klien dan membantu proses
penyembuhan

dengan

memberikan

edukasi,

dengan

memiliki

ketrampilan berkomunikasi pada remaja perawat akan lebih mudah


menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih
efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan
akan meningkatkan profesi. Disamping itu, salah satu tujuan
komunikasi terapeutik remaja adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
B. Saran
a. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan
kepada tenaga kesehatan khususnya perawat, ketika berkomunikasi
pada pasien remaja hendaknya perawat memiliki sikap atetif
(memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tandatanda non verbal, mempertahankan kontak mata)
b. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi
dukungan dan dapat menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga
memudahkan bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien remaja dengan mengetahui permasalahannya dengan
jelas.
c. Kepada instansi keperawatan hendaknya dapat membimbing dan
memfasilitasi

mahasiswanya

agar

menjadi

perawat

yang

profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan


keperawatan kepada pasien dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Niswah.khoirotun. 2013. Komunikasi pada orang dewasa,


(online),
(http://khoirotunniswah6.blogspot.com/2013/06/komunikasi
-pada-orang-dewasa-untuk.html, diakses 14 maret 2014
pukul 09:30).
https://www.google.com/search?
q=HAMBATAN+YANG+DIALAMI+KETIKA+BERKOMUNIKASI+D
ENGAN+ORANG+DEWASA&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefoxa&channel=fflb#channel=fflb&q=HAMBATAN+BERKOMUNIKASI+D
ENGAN+ORANG+DEWASA&rls=org.mozilla:id:official

You might also like