Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan Intensive. Saat ini pelayanan
di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga
meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi /
gagal organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi,
Ruang Rawat, ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain.
Intensive Care Unit ( ICU ) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah,
dengan staf khusus yang ditujukan untuk observasi, rawat dan terapi pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang mengancam jiwa atau potensial
mengancam jiwa. ICU menyediakan kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi - fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medis, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan -keadaan
tersebut.
Keadaan yang sedemikian akan tercapai bila pelaksanaan pelayanan di ICU
dilakukan dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga - tenaga yang terampil, profesional
dan bermutu. Ruang lingkup pelayanan meliputi pemberian dukungan fungsi organ organ vital seperti pernapasan, kardiovaskular, susunan syaraf pusat, renal dan lainlainnya.
Mengingat diperlukannya tenaga - tanaga khusus dan terbatasnya sarana serta
mahalnya peralatan yang diperlukan di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit , maka perlu
disusun Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif di Rumah Sakit yang diharapkan
bisa sebagai panduan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di Instalasi
Rawat Intensif
b.
Tujuan Khusus
Meningkatkan
efisiensi
dan
efektifitas
pemanfaatan
pelayanan
Instalasi Rawat Intensif terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya
membutuhkan pelayanan pengawasan saja.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di Instalasi Rawat Intensif adalah sebagai
berikut:
1.
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa
hari;
2.
Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
a.
ICU
b.
ICCU
c.
HCU
d.
Recovery Room
e.
NICU
D. BATASAN OPERASIONAL
Instalasi Rawat Intensif adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh
kegagalan / disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi
yang masih ada harapan hidupnya (reversible).
Pelayanan Instalasi Rawat Intensif harus dilakukan oleh staf yang terlatih secara formal
dan mampu memberikan pelayanan yang optimal dan terbebas dari tugas - tugas lain
yang membebani, seperti kamar operasi, praktek dan tugas - tugas kantor.
Staff
pelayanan intensive care 24 jam. Hubungan pelayanan Instalasi Rawat Intensif yang
terorganisir dengan bagian - bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam
organisasi rumah sakit.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang - undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Undang - undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang - undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 779 / Menkes / SK / VIII / 2008, tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 834 / MENKES / SK / VII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU)
7. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 1778 / MENKES/ SK/ XII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU ) di Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No 519 / Menkes / PER / III / 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anesthesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit
9. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan No HK. 02.04/ / 1966 / 11, tentang
Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit Di Rumah Sakit.
BAB II
FALSAFAH PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
A. ETIKA KEDOKTERAN
Landasan dasar dari etika kedokteran adalah "saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk dapat secara optimal,
memperbaiki kondisi kesehatan pasien".
Oleh karena hal yang perlu dipertimbangkan dalam segi etika pelayanan pasien di
Instalasi Rawat Intensif adalah
1. Autonomy, hak dari pasien untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.
2. Benefiscence, kewajiban dokter untuk memberikan apa yang terbaik dan bermanfaat
bagi pasien
3. Non- melefiscence : tidak melakukan hal - hal yang membahayakan pasien
4. Justice : kewajiban untuk memberikan pelayanan yang sama bagi setiap pasien
B. KERJA SAMA MULTIDISIPLINER DALAM MASALAH MEDIK KOMPLEKS
Dasar pengelolaan pasien Instalasi Rawat Intensif adalah pendekatan multidisiplin
tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di dalam tim yang
dipimpin oleh seorang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan atau Kepala Instalasi
C. KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN
Kebutuhan pasien Instalasi Rawat Intensif adalah tindakan resusitasi yang meliputi
dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing
(fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ
lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.
D. PERAN KOORDINASI DAN INTEGRASI DALAM KERJA SAMA TIM
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut pada butir c di atas, maka
sistem kerja tim multidisplin adalah sebagai berikut:
1. Sebelum masuk Instalasi Rawat Intensif, bila pasien dari IGD maka dokter jaga IGD
melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien di IGD
2. Dokter penanggung jawab pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan
memberi pandangan atau usulan terapi
3. Jika diperlukan konsultasi antar spesialis maka dokter jaga IGD langsung melakukan
konsultasi sesuai dengan jenis spesialisasi yang diperlukan sesuai dengan kondisi
pasien.
4. Dokter konsulen memberikan pandangan atau usulan terapi sesuai dengan
bidangnya.
5. Untuk menghindari kesimpang siuran / tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan
pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya yang telah disetujui oleh
DPJP
E. ASAS PRIORITAS
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke Instalasi Rawat Intensif sesuai dengan
indikasi masuk ke Instalasi Rawat Intensif yang benar. Karena keterbatasan jumlah
tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.
F. KEMITRAAN PROFESI
Kegiatan pelayanan pasien di Instalasi Rawat Intensif di samping multi disiplin juga antar
profesi, yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal
maka perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup
semua profesi.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Kualifikasi tenaga yang bekerja di Instalasi Rawat Intensif harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen tehadap waktu.
Uraian kualifikasi ketenagaan di pelayanan Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Instalasi Rawat Intensif adalah :
NO
1
2
NAMA JABATAN
Kepala
Instalasi
Rawat Intensif
Tim Medis
KUALIFIKASI FORMAL
Dokter spesialis Saraf
KETERANGAN
Dapat
dihubungi
konsultan
setiap diperlukan
Mempunyai
kemampuan
jantung
resusitasi
paru
yang
Manager
lanjut
Bersertifikat
S 1 Keperawatan
Pelayanan
ICU/ICCU
Keperawatan
Instalasi
4
Unit
Rawat
Intensif
Perawat Pelaksana
Instalasi
Rawat
Berpengalaman:
Minimal
Keperawatan
Intensif
III
Pengalaman di ruang
Bersertifikat
ICU/ICCU/
BCLS/PPGD
Tenaga Pos
SMU/SMK
/BT N CLS
BLS
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan instalasi Rawat Intensif (dibagi dalam 3 (tiga) shift yang
masing - masing shift terdiri dari:
NO
SHIFT
JUMLAH
PERBANDINGAN
PERAWAT
PERAWAT: PASIEN
KETERANGAN
Pagi
1 :2
2 Orang Pelaksana
1 Orang Pos
Keperawatan
Incharge / KATIM
2
Sore
1 :2
2 Orang Pelaksana
Incharge
KATIM
3
Malam
1 :2
1 Orang Pelaksana
Libur
Penggan
ti Libur /
cu
ti
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Tim Medis
a.
Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing masing
Jika salah satu dokter konsulen berhalangan hadir maka wajib memberitahu
1 hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter konsulen lainnya dalam
displin ilmu yang sama
b.
Dokter jaga
Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter IGD
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore, malam, lepas malam, libur dan cuti
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana Instalasi Rawat Intensif setiap satu bulan.
d. Jika ada keperluan penting pada hari tertentu ( direncanakan ), maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
e. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada ( apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui )
f.
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( Incharge
) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat ICU / BLS.
g. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberikan informasi kepada Manager Unit Pelayanan
Keperawatan Instalasi Rawat Intensif minimal 1 hari sebelumnya, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan waktu penanggung jawab mengatur personil
yang jaga saat itu
h. Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ) karena sakit / anak sakit dan sebagainya maka perawat
tersebut
harus memberikan
Unit
Pelayanan
Keperawatan minimal 4 jam sebelum jam dinas dimulai, hal ini dimaksudkan
untuk memberikan waktu untuk mencarikan perawat pengganti saat itu.
i.
Apabila ada tenaga perawat yang tiba - tiba tidak bisa jaga sesuai dengan jadwal
yang ditetapkan karena ada kejadian yang mendadak ( 1jam sebelum jam dinas
dimulai ) maka penanggung jawab wajib mencarikan perawat pengganti.
dan Manager Unit Pelayanan Keperawatan Instalasi Rawat Intensif beserta LLP
Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan dan pengajuan program pengembangan
tenaga.
2.
c.
d.
e.
f.
Intensif dan atau Manager Unit Pelayanan Keperawatan, sedangkan tindak lanjut
dilakukan berdasarkan evaluasi dari hasil koordinasi Instalasi Rawat Intensif,
manager divisi terkait dengan LLP Rumah Sakit .
7.
dievaluasi tiap tahun oleh Ka. Instalasi dan atau Manager Unit Keperawatan Instalasi
Rawat Intensif sebagai acuan dalam penyusunan progam berikutnya.
BAB IV
STANDAR FASILITAS, SARANA DAN PRASARANA
A. DENAH RUANG INSTALASI RAWAT INTENSIF
Memanfaatkan ruangan yang ada di RS Siti Khodijah sepanjang dan menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, lokasi ICU berada dekat dengan UGD, Ruang Neonatus,
Ruang Bersalin dan kamar Operasi. Desain ICU mengupayakan terjadinya kondisi:
1. Terisolasi
2. Memiliki akses masuk tersendiri.
3. Ditempatkan Alat Pemadam Kebakaran.
4. Memiliki Instalasi pipa air.
5. Suhu dan kelembaban diatur dengan AC.
6. Memiliki akses komunikasi memadai.
7. Memiliki intalasi untuk kebutuhan monitor pasien.
8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan kelembaban di kontrol dengan pembiakan kuman
secara berkala.
Ruang ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri :
1. Area pasien.
a. Dibagi menjadi 2 ruangan yaitu UPI dan ROI
Ruangan UPI
Ruangan ROI
Terdiri dari 3 tempat tidur dan i ruangan isolasi. Ruangan isolasi disini diperuntukkan
untuk pasien Haematemisis melena dan bukan untuk kasus droplet /airbom infection.
Merawat pasien secara umum yang sesuai dengan indikasi pasien masuk ICU
b. Area pasien merupakan ruangan terbuka ROI dengan luas ruangan 39 m persegi dan
ruangan UPI seluas 31,5 m persegi dengan jarak anta tempat tidur 1,5 m.
c. Setiap ruangan ada wastafel tempat untuk cuci tangan
d. Satu tempat tidur ada satu outlet oksigen dan untuk yang di ruang UPI terdapat 2
outlet udara tekan.
e. Di setiap tempat tidur terdapat 6 stop kontak, dan di sediakan stop kontak
sambungan jika diperlukan.
2. Area kerja meliputi
a. Nurse Station berada ditengah - tengah antara ruangan UPI dan ROI
10
3. Ruang penyimpanan alat medis bersih, ventilasi mekanik, pompa infus, pompa
syynge, cairan, dan linen bersih.
4. Ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat penyimpanan alat - alat rumah
tangga.
5. Ruang pembuangan alas bahan kotor
6. Ruang tunggu keluarga pasien.
Denah ruang ICU-HCU terlampir
B. SYARAT - SYARAT RUANG ICU
Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
b.
Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
c.
Bangunan:
Pasien monitor,
Alat komunikasi,
Ventilator,
Tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan
d.
Area pasien
Unit Terbuka
: 12- 16 M 2.
Unit Tertutup
: 16-20 M 2
11
: 2 meter
Outlet oksigen,
Stop Kontak
: 2 / Tempat Tidur
e.
Area Kerja
Suction sentral
3.
4.
Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien
C. STANDAR FASILITAS
1.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
O2 transport,
i.
j.
Standart infuse
k.
l.
m.
n.
Alat ventilasi manual dewasa, anak dan bayi dan alat penunjang jalan nafas.
12
2.
o.
Ventilator
p.
Oksigen sentral
q.
r.
Defibrilator Biphasic
s.
t.
Troley emergency yang berisi alat dan obat - obat untuk emergency
13
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
A. KLASIFIKASI PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
Dalam menyelenggarakan pelayanan Instalasi Rawat Intensif di rumah sakit dibagi
dalam 3 (tiga) klasifikasi pelayanan yaitu:
1. Pelayanan ICU primer (Standart minimal)
Merupakan Intensive Care Unit ICU yang mampu melakukan resusitasi dan ventilasi
bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe
C atau B1.
2. Pelayanan ICU sekunder ( Standart Menengah )
Merupakan Intensive Care Unit (ICU ) yang mampu melakukan ventilasi bantu lebih
lama dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup lain, tetapi tidak terlalu
kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe B2
3. Pelayanan ICU tersier
Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua aspek Rawat
atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A.
Dalam penyelenggaraannya pelayanan Instalasi Rawat Intensif di Rumah Sakit masuk
dalam klasifikasi pelayanan Intensif Care Unit (ICU) Primer ( Standar Minimal )
Pelayanan Instalasi Rawat Intensif terdiri dari:
1. ICU
2. ICCU
3. HCU
4. Recovery Room
5. NICU
14
3) Prioritas 3 pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat
sangat kecil. Pasien ini hanya memerlukan terapi intensif pada penyakit
akutnya tetapi tidak diiakukan intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.
b. HCU :
1) Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi
2) Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
Contoh kasus indikasi pasien masuk HCU berdasarkan system organ tubuh :
1) SISTEM PERNAPASAN
2) SISTEM KARDIOVASKULER
15
3) SISTEM SARAF
4) SISTEM PENCERNAAN
5) SISTEM ENDOKRIN
6) PEMBEDAHAN
c. Recovery Room ( RR )
1) Semua pasien yang telah mengalami pembiusan dan pembedahan (post op)
2) Pasien dengan indikasi operasi sito yang memerlukan perbaikan keadaan
umum
3) Tujuan perawatan di recovery room adalah menjaga fungsi vital pasien dalam
keadaan / batas normal setelah pembedahan berakhir dan selama sisa
anesthesia belum sama sekali hilang serta menjaga agar pasien tidak nyeri
dan atau cemas berlebihan
4) Bila dianggap perlu pasien bisa langsung masuk dalam kriteria rawat khusus
( HCU / ICU )
5) Aspek perawatan adalah :
Tujuan keperawatan :
3. Pasien yang masuk ke Instalasi Rawat Intensif boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang
Rawat Inap, Kamar Operasi, Rujukan / pindahan dari RS lain dan dari dokter praktek,
asalkan sesuai dengan kriteria pasien masuk Instalasi Rawat Intensif berdasar
prioritas 1,2,3 di atas.
4. Yang menentukan pasien bisa masuk Instalasi Rawat Intensif adalah DPJP/ PRIMER
5. Apabila Instalasi Rawat Intensif dalam keadaan kosong, maka semua dokter
diperkenankan untuk merawat pasien di ruang Instalasi Rawat Intensif sesuai dengan
kriteria pasien masuk Instalasi Rawat Intensif berdasarkan Prioritas 1, 2, 3 diatas.
6. Indikasi Pasien Keluar Instalasi Rawat Intensif :
a. ICU / ICCU / HCU
Pada pasien yang dengan'terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan atau
tidak memberikan hasil, dan sesuai dengan prioritas yaitu :
1) Prioritas I
Dipindah apabila pasien tidak membutuhkan Rawat intensif lagi, tetapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan
bila rawat intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau
lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
Misalnya:
2) Prioritas II
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa
rawat intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak
diperlukan lagi, misalnya :
17
Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut
3) Prioritas III
Tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensif jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit
manfaatnya misalnya :
Metastase carcinoma.
18
SKOR
a. Gerak bertujuan
c. Diam
2. PERNAFASAN
a. Merah jambu
b. Pucat
c. Cyanosis
5. KESADARAN
a. Sadar penuh
b. Bereaksi
c. Tak bereaksi
CATATAN
Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi pembedahan / tindakan
memungkinkan
Nilai 7 pindah ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2
Nilai 5 ke ICU
19
7. Apabila Instalasi Rawat Intensif tidak terisi penuh, maka yang menentukan pasien
keluar dari Instalasi Rawat Intensif adalah DPJP yang merawat pasien tersebut.
8. Pasien bisa keluar dari Instalasi Rawat Intensif selain berdasar kriteria 1,2,3 diatas
adalah apabila pasien / keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di Instalasi Rawat
Intensif ( Keluar Atas Permintaan Sendiri )
9. Apabila Instalasi Rawat Intensif terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk dan
keluar dari Instalasi Rawat Intensif dilakukan oleh atau Kepala Instalasi Rawat
Intensif dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPJP
10. Apabila DPJP berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang Instalasi Rawat
Intensif dilaksanakan oleh dokter jaga dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan
kepala Instalasi Rawat Intensif.
C. STANDART PELAYANAN MINIMUM INSTALASI RAWAT INTENSIF
Dalam penyelenggaraan pelayanan instalasi Rawat Intensif Di Rumah Sakit , standart
pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh staf di IRI adalah sebagai berikut:
1. Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen
4. Pemasangan Catheter Vena Central
5. Pemantauan EKG, Puls oksimetri dan tekanan darah non invasive
6. Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
9. Observasi fungsi vital dengan alat - alat portable selama transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
D. INFORMED CONSENT
1.
Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala Instalasi Rawat Intensif atau dokter
20
3.
PASIEN GAWAT
YA
TIDAK
IGD
POLIKLINIK
KAMAR
OPERASI
INSTALASI
RAWAT INTENSIF
21
RUANG
RAWAT INAP
RUANG
b.
c.
d.
SPO Ekstubasi
e.
f.
Patien Monitor
Syringe pump
Suction
22
c.
d.
23
24
1. VENTRICULER FIBRILASI
VF
25
2. VENTRICULER TACHICARDIA
( VT PULSELESS )
26
27
28
29
30
3.
4.
Bukan VF / VT
Prognosis sangat jelek, kecuali penyebab segera dapat segera dikoreksi
5.
Asistole
a. Penting sekali dipastikan kabel elektroda tidak tetiepas
b. BHD harus segera dimulai selama 3 menit, pastikan jalan nafas terbuka
c. Lakukan intubasi dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%
d. Pertahankan akses intravena untuk jalus obat - obat resusitasi agar segera beredar
dalam sirkulasi sistemik.
5.
EMD/PEA
a.
ECG masih menunjukkan irama yang seolah - olah diikuti adanya sirkulasi
darah (curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak ada / henti jantung.
b.
dikoreksi
c.
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau
syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi
atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20
menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus
dengan dosis 1mg (1 mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis
dewasa 1 mg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat
mencapai 2-10 mg/mnt
31
32
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif / salvo dan R on T
Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit sampai dosis
total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai
24 j dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
c. Sulfas Atropin
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat fl tipe 2 atau derajat ill (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 /derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra
vena diencerkan menjadi 10 cc
Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot
jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif
atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan
secara
pelahan-lahan
(V
selama
10-20
menit
atau
dengan
menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium
klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul
Kalsium gluconat
33
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktiiitas miokard,
curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
b. Digoxin
Dosis Awal
menit
/ 24jam
c. Verapamil
Verapamil IV hanya diberikan pada SVT yang sudah pasti karena efek inotropik
negatifnya cukup besar.
d. Dobutamin
34
b. Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac
arrest.
c. Kortikosteroid
Furosemide
e.
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
f. Norepineprin
Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS <
70 mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah
35
g. Cairan Resusitasi
Kristaloid
Keloid
H. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di Instalasi Rawat Intensif dilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.
Langkah langkah pelaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a.
d.
g.
h. Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh proses
perawatan
i.
B-1 Breath
Sistem pernafasan
b.
B-2 Bleed
c.
B-3 Brain
d.
B-4 Blader
Sistem urogenital
e.
B-5 Bowel
Sistem pencernaan
f.
B-6 Bone
36
I.
37
J. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas /
wewenang dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
1. Jenis Rujukan
a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
Rujukan vertikal
Contoh : Rujukan dari Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit ke Rumah Sakit
dr Soetomo Surabaya
Rujukan horizontal
Rujukan dari Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit
yang
diiakukan
berkaitan
dengan
upaya
pencegahan
dan
38
4. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus diiakukan segera
setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani. Oleh karena itu rujukan
merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer
informasi diantara fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Tujuan rujukan
Tujuan diiakukan rujukan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
K. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a.
b.
Perawat Ruang Rawat Inap ( sesuai dengan kamar yang diminta oleh
keluarga pasien) menjemput pasien di Instalasi Rawat Intensif.
Perawat instalasi Rawat Intensif melakukan serah terima / hand over dengan
perawat Ruang Rawat Inap
39
c. Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit menerima rujukan dari rumah sakit atau klinik
yang tingkat pelayanannya lebih rendah.
d. Kriteria pasien rujukan yang masuk Instalasi Rawat Intensif sesuai dengan kebijakan
pasien masuk Instalasi Rawat Intensif.
L. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Catatan di Instalasi Rawat Intensif di verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan dan dokter tersebut harus bertanggung jawab terhadap semua
yang telah dikerjakan
2. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus
(jantung, paru, ginjal, dan sebagainya ) secara berkala, jenis dan jumlah asupan
nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari
pasien
3. Pencatatan nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh perawat ICU
minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan kondisi pasien
40
4. Pemantauan dan pelaporan secara umum dan khusus setiap pagi dan sore hari oleh
dokter jaga atau perawat ICU kepada DPJP / PRIMER
5. Dalam keadaan emergency laporan bisa dilaksanakan sewaktu - waktu sesuai
dengan kondisi pasien dengan menggunkan Metode SBAR
6. Hal hal yang perlu dilaporkan adalah pemantauan umum yang meliputi:
a.
b.
Pemeriksaan fisik
c.
d.
Evaluasi
e.
BUN, Creatinin, Keton darah, Keton urine, FH, SGOT, SGPT sesuai indikasi
B-1 Breath
Sistem pernafasan
b.
B-2 Bleed
c.
B-3 Brain
d.
B-4 Blader
Sistem urogenital
e.
B-5 Bowel
Sistem pencernaan
f.
B-6 Bone
8. Pelaporan secara umum setiap pagi oleh dokter jaga atau perawat ICU kepada
kepala Instalasi Rawat Intensif, jika di perlukan.
9. Pelaporan umum meliputi:
a.
b.
10. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ICU ditulis dalam Buku Register
Pasien, buku laporan harian tiap shif dan sensus harian.
41
M. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian DRM Instalasi Rawat Intensif berdasarkan JUKNIS pengisian DRM
Instalasi Rawat Intensif.
2. Berkas DRM Instalasi Rawat Intensif dimasukkan dalam berkas rawat inap kemudian
disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang
atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien tersebut
pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.
3. Bila pasien keluar dari Instalasi Rawat Intensif tetapi masih dirawat di ruang Rawat
lain dalam RS , maka berkas DRM Instalasi Rawat Intensif disertakan dalam status
rawat inap pasien tersebut.
42
BAB VI
TATA TERTIB INSTALASI RAWAT INTENSIF
A. PETUGAS
Mematuhi seluruh aturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit .
Menjunjung tinggi profesi dan etika profesi.
Melaksanakan pelayanan asuhan kepada pasien yang aman dan efektif berdasarkan
B. PENGUNJUNG
Dilarang merokok, membuang sampah sembarangan, meludah di sembarang tempat
Menjaga ketenangan bersama dengan tidak membuat gaduh
Waktu berkunjung :
o Siang
:
jam 11.00 12.00 WIB.
o Sore
:
jam 16.00 18.00 WIB.
Untuk menjaga kesehatan, pengunjung dibawah usia 12 tahun tidak diizinkan masuk
ke ruang Instalasi Rawat Intensif
43
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN HAIs INSTALASI RAWAT INTENSIF
1. Pintu Instalasi Rawat intensif (luar dan dalam) harus selalu dalam keadaan tertutup
2. Melakukan pembersihan rutin Instalasi Rawat Intensif dan peralatan Instalasi Rawat
Intensif sesuai jadwal yang telah ditentukan setiap hari.
3. Melakukan sterilisasi ruangan (UV) setelah pembersihan ruangan sesuai prosedur
minimal 1 bulan 1 kali, atau ada pasien dengan droplet airborn
4. Penanganan sampah pembuangan BAB dan BAK pasien sesuai dengan prosedur.
5. Petugas Mengisi data survailence pemakaian alat invasif diisi oleh katim/IPCLN
6. Petugas Instalasi Rawat Intensif (dokter dan perawat).
a. Petugas Instalasi Rawat Intensif harus memakai skort, alas kaki dan masker khusus
Instalasi Rawat Intensif.
b. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c. Pemakaian sarung tangan setiap kali melakukan tindakan terhadap pasien.
d. Untuk tindakan-tindakan tertentu petugas harus memakai sarung tangan steril.
e. Perlindungan dari penyakit menular bagi petugas Instalasi Rawat Intensif diiakukan
sesuai prosedur.
f.
Karena sebagian besar alat Instalasi Rawat Intensif menggunakan listrik, maka
diiakukan pemeliharaan rutin untuk mencegah terjadinya lonjatan listrik baik ke
petugas maupun ke pasien.
g. Untuk Pasien Instalasi Rawat Intensif harus diganti dengan baju khusus Instalasi
Rawat Intensif.
h. Penggantian alat tenun pasien diiakukan setiap hari 2 x atau bila kotor .
i.
Pembersihan tempat tidur dan alat-alat yang dipakai pasien setelah pasien keluar,
dengan menggunakan cairan desinfektan dan beberapa tempat sampah kering
basah dan tempat alat tenun Infeksius dan Non infeksius
j.
Untuk pengunjung pasien / keluarga pasien bila masuk Instalasi Rawat Intensif harus
melepas alas kaki.
k. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung ( max 1orang )
44
BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
45
D.
E.
KarenaM keberuntungan"
Karena" pencegahan"
Karena" peringanan"
G.
TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD 3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan
kejadian
tersebut
Keselamatan"
46
pada
formulir
"
Pelaporan Insiden
BAB IX
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip "Universal Precaution".
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
47
BAB X
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan Instalasi Rawat Intensif merupakan suatu
program yang bersifat obyektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah
yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart
klinis yang bermutu
Indikator mutu di Instalasi Rawat Intensif adalah sebagai berikut:
1. Angka ketidak lengkapan rekam medis
2. Angka ketidak lengkapan Asuhan Keperawatan
3. Angka kematian spesifik
4. Angka infeksi nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus)
5. Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien
48
BAB XI
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif di Rumah Sakit ini diharapkan dapat menjadi
panduan bagi seluruh staf di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit . Pedoman Pelayanan
Instalasi Rawat Intensif disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber daya,
sarana, prasarana dan peralatan. Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini ,
selanjutnya
dijabarkan
dalam
standar
prosedur
pelaksanaannya.
49
operasional
guna
kelancaran