You are on page 1of 5

Destilasi Azeotrop Vanitrope dan Vanillin

Dalam distilasi azeotropik volatilitas komponen yang ditambahkan sama dengan


campuran, dan azeotrop terbentuk dengan satu atau lebih komponen berdasarkan
perbedaan polaritas. Jika agen pemisahan bahan yang dipilih untuk membentuk azeotrop
dengan lebih dari satu komponen pada umpan maka disebut sebagai entrainer.
Penambahkan entrainer harus dipulihkan dengan distilasi, dekantasi, atau metode
pemisahan yang lain dan dikembalikan ke bagian atas kolom.
Distilasi azeotrop digunakan untuk campuran yang sulit dipisahkan melalui proses
distilasi biasa, karena membentuk azeotrop, di mana komposisi komponen di fasa uap
maupun cair tidak berubah lagi oleh pemanasan (Widagdo dan Seader, 1996). Prosesnya
dilakukan dengan penambahan extraneous mass-separating agent yang dikenal sebaga
entrainer ke dalam campuran azeotrop sehingga entrainer akan membentuk azeotrop
terner dengan kedua komponen kunci tersebut. Entrainer harus memenuhi syarat: murah
dan mudah diperoleh, stabil secara kimia (tidak reaktif selama pemisahan berlangsung),
tidak korosif, tidak beracun, memiliki panas penguapan yang rendah, viskositas rendah
untuk memberikan efisiensi tinggi pada tray (Treybal, 1981)
Destilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain
yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
Campuran Azeotrope
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang
samadengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih
yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi
menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau
penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan

komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke
campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler
dalam larutan.
Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya
penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap
oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan
kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan
penyimpangan dari hukum Raoult.

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada
gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus).

Salah satu Contoh Azeotrop yaitu terdiri dari Alkohol yang berkadar 96%,
dimana sekitar 4%-nya adalah air membentuk suatu kondisi/campuran yang
disebut azeotrope. Pada tahap ini molekul alcohol dan air saling terikat dengan
erat dan tidak bisa dipisahkan dengan destilasi biasa. Karena itu untuk
meningkatkan dari kadar 96% menjadi 99,5% dibutuhkan bantuan zeolit
/molecular sieve /karbon aktif. Bahan-bahan tersebut mempunyai molekul dengan
rongga yang sangat kecil dan sangat banyak sehingga dapat menyerap molekul air
yang lebih kecil daripada molekul alcohol. Sehingga hasil yang didapatkan
nantinya adalah ethanol murni.
Titik Azeotrope

Teknik Pemisahan Azeotrope


Pemisahan senyawa azeotrope dapat menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik
pervaporas, pressure swing distillation, dan extractive distillation
1.

Pemisahan Senyawa Azeotrop dengan Teknik Pervaporasi

Pervaporasi adalah proses pemisahan menggunakan membran dimana suatu


campuran cairan (umpan) yang kontak dengan membran yang berada dalam tekanan
atmosfer dan dimana permeatnya diubah menjadi uap karena tekanan rendah yang
diberikan pada permeat (Mulder, 1996).
Penerapan pervaporasi adalah sebagai berikut (Seader & Henley, 2006):
(a) dehidrasi etanol,
(b) dehidrasi alkohol organik, keton, dan ester,
(c) pemisahan dari campuran organik dari a
Parameter parameter yang mempengaruhi kinerja pervaporasi yaitu:
1.

Tekanan atas (upstream pressure)


Tekanan atas berhubungan dengan mekanisme transpor massa melalui membrane

antarmuka. Hal ini akan mempengaruhi kondisi laju permeasi suatu tekanan uap jenuh
(Huang & Feng, 1997).
2.

Tekanan bawah (downstream pressure)

Pengaruh tekanan bawah pada sisi permeat terhadap selektivitas tidak berubah secara
signifikan oleh kenaikan tekanan bawah.
3.

Suhu
Selektivitas

bergantung

pada

suhu

umpan,

selektivitas

menurun

dengan

meningkatnya suhu (Smitha et al., 2004).


4.

Ketebalan lapisan
Menurut pernyataan sebelumnya, jika terjadi difusi umpan melalui membran

merupakan tahap penentuan laju transfer.


Teknik pervaporasi memiliki beberapa keunggulan, yaitu
a.

Hemat energi dan dapat memisahkan campuran azeotrop dengan mudah

b.

Memungkinkan untuk dapat diaplikasikan untuk berbagai tujuan pemisahan

c.

Menghasilkan produk yang bebas kontaminan

d.

Tidak mencemari lingkungan

e.

Proses pengoperasian mudah

f.

Menghemat tempat

g.

Mudah untuk diinstalasi dalam pabrik

2. Pressure Swing Distillation


Dalam pemisahan campuran propanol-ethyl acetate, digunakan metode pressure swing distillation.
Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda, komposisi azeotrop suatu
campuran akan berbeda pula.

Berdasarkan

prinsip

tersebut,

distilasi

dilakukan

bertahapmenggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang berbeda. Kolom distilasi
pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi kedua. Produk bawah kolom
pertama menghasilkan ethyl acetate murni sedangkan produk atasnya ialah campuran
propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.
Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom
yang bertekanan lebih rendah (kolom kedua).Produk bawah kolom kedua menghasilkan
propanol murni sedangkan produk atasnya merupakancampuranpropanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.

3. Extractive Distillation
Distilasi ekstraktif didefinisikan sebagai distilasi dalam kehadiran miscible, mendidih
tinggi,komponen yang relatif non-volatile, pelarut, bahwa tidak ada bentuk azeotrop dengan
komponenlain dalam campuran. Metode yang digunakan untuk campuran memiliki nilai volatilitas
relatif rendah, mendekati kesatuan. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan
penyulingansederhana, karena volatilitas dari dua komponen dalam campuran adalah
hampir sama, membuat mereka menguap pada suhu yang sama hampir pada tingkat yang
sama, membuat penyulingannormal tidak praktis.Metode penyulingan ekstraktif menggunakan
pemisahan pelarut, yang umumnya nonvolatil, memiliki titik didih tinggi dan miscible dengan
campuran, namun tidak merupakan campuranazeotrop. Berinteraksi pelarut berbeda dengan
komponen campuran sehingga menyebabkan volatilitas relatif mereka untuk berubah. Hal ini
memungkinkan campuran tiga bagian baru yang dipisahkan oleh distilasi normal. Komponen asli
dengan volatilitas terbesar memisahkan keluarsebagai produk atas.
Produk bawah terdiri dari campuran pelarut dan komponen lainnya, yang sekali lagi
dapat dipisahkan dengan mudah karena pelarut tidak membentuk sebuah azeotrop dengan itu. Produk
bawah dapat dipisahkan oleh salah satu metode yang tersedia. Sangat penting untuk memilih
pemisahan pelarut yang cocok untuk jenis distilasi.
Pelarut harus mengubah volatilitas relatif dengan selisih yang cukup lebar untuk hasil yang
sukses. Kuantitas, biaya dan ketersediaan pelarut harus dipertimbangkan. Pelarut harus
mudah dapat dipisahkan dari produk dasar, dan tidak harus bereaksi secara kimia dengan
komponen atau campuran, atau menyebab korosi di dalam peralatan. Sebuah contoh
klasik yang akan dikutip di sini adalah pemisahancampuran azeotrop benzena dan cyclohexane,
di mana anilina adalah salah satu pelarut yang cocok.

You might also like