You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi
1. Definisi
Karies gigi merupakan suatu kerusakan local yang terjadi pada gigi.
Karies gigi juga merupakan penyakit kronis yang berlangsung sangat lambat
di pada suatu individu tertentu (fejerskov dkk, 2008). Karies adalah suatu
penyakit jaringan keras pada gigi yaitu terdapat pada email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas bakteri dalam suatu karbohidrat
yang dapat difermentasikan (Kidd dkk,1991).
Karies dianggap sebagai penyakit infeksi, dengan penyebab multifactor
3 faktor yaitu, mikroorganisme, substrat dan host. Ketiga faktor tersebut
berinteraksi dalam waktu tertentu yang mennyebabkan ketidakseimbangan
demineralisasi dan remineralisasi pada permukaan gigi (Handayani, 2011).
Demineralisasi sendiri adalah suatu proses produk-produk asam organik dari
bakteri pathogen yang dapat melarutkan kalsium, phosphate, mineral di
enamel

atau

dentin,

sedangkan

remineralisasi

adalah

suatu

proses

pembalinnya mineral-mineral yang hilang. (Young dkk, 2008).


Menurut rianti 2005, karies adalah pennyakit yang menghancurkan
jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum yang di sebabhan
aktivitas mikro organism dalam suatu karbohidrat yang di fernentasikan.
Faktor-faktor

etiologi yang

mempengaruhi terjadinnya

mikroorganisme, substrat, gigi dan waktu.

karies,

yaitu

a.

Faktor host (gigi geligi)


Bakteri, terdapat pada gigi. Secara normal kuman

ada dan diperlukan di rongga mulut,tetapi apabila


terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat
menjadi penyebab terjadinya karies. Gigi geligi sebagai
tempat terjadinya karies dipengaruhi oleh faktor morfologi gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. (Riyanti, 2005)
b. Faktor agen (mikroorganisme)
Streptococcus mutans mengeluarkan racun yang tidak dapat di
lihat oleh mata dan berperan pada saat awal proses karies. Bakteri
tersebut merusak enamel gigi. Mikroorganisme menempel di gigi
bersama dengan plak yang terdiri dari mikroorganisme dan bahan
antar sel. Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat sedangkan karies
terjadi bila ada plak dan karbohidrat (kusumawati, 2010)
c. Faktor substrat atau diet

Faktor-faktor seperti komposisi makanan dan kebiasaan makan


mempengaruhi jenis dan proporsi mikroba hadir dalam biofilm gigi,
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas karies.
Faktor-faktor lain yang berinteraksi dengan faktor makanan mungkin
kualitas air liur, adanya restorasi, pasien medical condition, sikap
pasien, kondisi kesehatan dari individu, dan lain-lain. Makanan
kariogenik yang paling berperan adalah sukrosa. Gula kariogenik lain
termasuk glukosa dan fruktosa juga ikut berperan. Potensi karies
yang diproduksi dari makanan tersebut telah diukur oleh pH plak dan
dengan pengujian pada hewan (pranoto, 2011).
Nutrisi mempengaruhi gigi selama pengembangan dan apabila
terjadi kondisi malnutrisi dapat memperburuk periodontal dan
menimbulkan infeksi mulut. Namun, efek yang paling signifikan
nutrisi pada gigi adalah karena diet sehingga mudah terjadi karies dan
erosi enamel. Erosi gigi meningkat berhubungan dengan diet asam,
sumber utama penyebab karies dari minuman ringan (Pranoto, 2011).
d. Faktor waktu
Lama waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu karies bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Lamanya
gigi kontak dengan larutan gula atau seringnya anak mengkonsumsi
larutan gula adalah faktor yang paling menentukan terjadinya
Nursing Bottle Caries (Riyanti, 2005).

2.

Proses Karies
Awal mula terjadinya karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu
lapisan tipis transparan yang menempel pada permukaan email gigi. Plak gigi
merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan sisa-sisa makanan
yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi. Dalam keadaan
normal, bakteri dalam rongga mulut ada pada semua orang dan bila
berinteraksi dengan karbohidrat terfermentasi, maka akan dihasilkan asam.
Gigi yang berada dalam kondisi asam terus menerus akan menyebabkan
terjadinya proses demineralisasi pada permukaan email gigi. Oleh karena
setiap gigi membentuk plak setiap hari maka untuk mencegah terjadinya plak
sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi karbohidrat terfermentasi
dan menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur
setiap hari (Lilik, 2005)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi anak antara


lain: jenis makanan, konsistensi makanan, frekuensi makan, kebiasaan
menyikat gigi, serta sikap dan perhatian orang tua terhadap keadaan gigi
geligi anaknya.
Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat,
permen, kue-kue manis, dan sebagainya disebabkan karena makanan
tersebut bentuknya menarik dan rasanya yang enak atau lezat sangat disukai
oleh anakanak. Peran orang tua terutama ibu dalam memenuhi kebutuhan
makan anak terutama terjadi pada saat proses pengambilan keputusan
penyediaan makanan. Tindakan pengambilan keputusan oleh ibu dalam
penyediaan makanan yang baik sangat dipengaruhi oleh kesiapan psikologi
ibu diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu.

Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh ibu mengenai makanan kariogenik


antara lain adalah pengetahuan yang berkaitan dengan jenis makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh anak serta kapan anak boleh mengkonsumsi
makanan jajanan tersebut (Suwelo,1986). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sandjur dan Scoma (1971) mengenai kebiasaan makan anak,
menunjukkan bahwa makanan yang tidak disukai ibu juga tidak disukai oleh
anaknya dan ketidaktahuan ibu terhadap jenis makanan tertentu akan
berpengaruh terhadap kesehatan anak.

a. Retardasi mental
Definisi
Retardasi menteal adalah kondisi terbatasnnya kemampuan mental,
yang individunya memiliki kemampuan IQ redah (70 kebawah), pada tes
inteligensi konvensional anak retardasi mental memiliki kesulitan dalam
beradaptasi pada di masyarakat. (Santrock, 2011). Sedangkan menurut
Triandini (2013) Retardasi mental adalah seorang anak yang memiliki
kebutuhan kuhusus, yang di akibat kan oleh gangguan yang bermakna
dalam batasan tertentu dan prilaku pennyesuaian diri.
Menurut American association on Mental Retardation (AAMR)
retardasi mental bisa disebut juga Disabilitas intelektual yang merupakan
disabilitas yang ditandai oleh keterbatasan signifikan pada fungsi
intelektual dan prilaku adaptif . (woolfolk, 2009)
Anak dengan retardasi mental memiliki impairment yang signifikan
dalam berbagai kemampuan, termasuk beradaptasi dalam berbagai kemampuan,

termasuk beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnnya, mereka kurang dalam


hal keterampilan sosial dan pemilaian, memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, atau
tidak mampu merawat diri mereka sendiri, meskipun beberapa individu dengan
retardasi mental mampu berfungsi secara mandiri. (Halgin, 2011)
2.2.2 Etiologi Retardasi metal
Retardasi mental diakibatkan oleh kondisi yang di wariskan (herediter)
oleh orangtua kepada anaknnya yang terjadi selama proses perkembangan
pada priode dari pembuahan hingga remaja. (Halgin dan Whitbourne,
2011). Menurut John W. Santrock (2011) retardasi mental dapat disebabkan
oleh pennyebab organis atau dapat pula karena sosial dan budaya :
Retardasi organis (Organic Retardation) adalah retardasi mental
yang disebabkan oleh karena gangguan genetic atau kerusakan otak
yang meliputi kerusakan jaringan atau organ dari tubuh yang di
indikasikan kerusakan fisik. Orang yang menderita retardasi

organis memiliki IQ 1 hingga 50.


Retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation) adalah
retardasi mental yang disebabkan oleh variasi normal yang
mendistribusikan

seseorang

sesuai

tes

inteligensi

yang

dikombinasikan dengantumbuh di lingkungan intelektual yang


berada di bawah rata-rata. Kemunduran mental ini biasannya tidak
ditemukan adannya kerusakan organis pada otak, orang yang

menderita Retardasi budaya-keluarga biasannya memiliki IQ


berkisar antara 50 hingga 70.

2.2.3 klasifikasi retardasi mental


Klasifikasi berdasarkan skor IQ dan kompetensi prilaku masa
prasekolah dan usia sekolah pada retardasi mental ada 4 klasifikasi, yaitu :
Ringan (rentang IQ 50/55-70); pada masa prasekolah (0-5 tahun),
dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi, retardasi
yang minimal pada area sensorik-motorik, sering tidak diketahui
pennyebabnnya hingga tua. Pada usia sekolah umur 6-19 tahun, dapat
mempelajari keterampilan akademis hingga level kelas 6 dan dapat

dibimbing untuk konformitas sosial.


Menengah (rentang IQ 35/40-50/55); masa prasekolah (0-5 tahun),
dapat bicara atau belajar berkomunikasi, kesadaran sosial yang rendah,
keterampilan motorik sedang, dapat diajari latihan menolong diri dan
membutuh kan beberapa pengawasan. Usia sekolah (6-19 tahun) dapat
dilatih keterampilan sosial dan pekerjaan, kemungkinan tidak dapat
naik diatas level kelas 2 dan beberapa kemandirian di tempat yang

familiar.
Berat (rentan IQ 20/25-35-40); masa prasekolah (0-5 tahun)
perkembangan motorik yang buruk, keterampilan bahasa yang
minimal, umumnnya tidak dapat dilatih keterampilan menolong diri
dan komunikasi sedikit. Usia sekolah (6-15 tahun dapat blajar bicara

atau berkominikasi, dapat dilatih keterampilan dasar menolong-diri

dan dapat dilatih melakukan kebiasaan yang sistematis.


Sangat berat (tentan IQ di bawah 20 atau 25); pada masa prasekolah,
retardasi yang besar dengan kapasitas keberfungsian yang minimal
dalam area sensoris-motorik dan membutuhkan perawatan yang intens.
Pada usia sekolah, ada bannyak perkembangan motorik dan dapat
merespon latihan menolong-diri yang sangat terbatas. (Halgin
dkk,2011)

Pengetahuan
2.3.1 definisi
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi.
1

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung


dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki
yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif.

Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang

suatu objek

tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini


merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung
memperkaya kehidupan kita.

2.1.2. Tingkatan pengetahuan


Menurut Budiharto (2008) tingkat pengetahuan merupakan domain
kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
2.1.3.1.Pendidikan.
Pendidikan dalam arti formal yaitu pendidikan yang diterima oleh
peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga
atau institusi (Herijulianti dkk, 2001). Pengetahuan dapat diperoleh secara
alami maupun secara terencana melalui proses pendidikan (Riyanti, 2005).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Th 2003 tentang
SISDIKNAS adalah macam jalur pendidikan menurut UU pendidikan tahun
2003 terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal. Jenjang
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan informal ialah jalur pendidikan yang diperoleh dari
keluarga dan lingkungan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka


orang tersebut akan semakin bagus pula pengetahuannya. (Hidayat, 2005).
2.1.3.2.Informasi.
Informasi adalah penerangan, keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu hal (Iskak dan Yustinah, 2008). Media merupakan teknologi pembawa
pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
(Widodo dan Jasmadi, 2008). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3 (Notoatmojo, 2007)
2.1.3.2.1. Media cetak
Sumber informasi dari media cetak yaitu booklet, leaflet, flyer, flip
chart, surat kabar, poster, dan foto
2.1.3.2.2. Media elektronik
Sumber informasi dari televisi, radio, video, dan slide.
2.1.3.2.3. Media papan (Bill board)
Informasi yang diperoleh dari luar individu akan disimpan berupa
pengetahuan yang akan menimbulkan persepsi seseorang terhadap informasi
tersebut (Budiharto, 2008). Seseorang yang berpengetahuan cukup maka
informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima, akan tetapi
pengetahuan kurang akan menghasilkan informasi yang kurang (Hidayat,
2005).
2.1.3.3.Umur

Secara umum umur individu memiliki hubungan terhadap tinggi


rendahnya pengetahuan. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin
meningkatkan kemampuan inderanya. Kemampuan indera individu yang
optimal sangat menunjang dalam proses penerimaan dan penyampaian
pengetahuan. Dengan demikian faktor dapat berperan dalam tercapainya
pengetahuan dalam individu. Jika pertambahan umur berlangsung dapat
menciptakan kemampuan pengetahuan seseorang (Warni, 2009).
Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor
predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada timbulnya
penyakit. Pengetahuan ini erat pula kaitannya dengan sikap seseorang tentang
penyakit dan upaya pencegahannya (Budiharto, 2008).
2.2 Pendidikan ibu
Pendidikan merupakan dasar atau landasan bagi segala ilmu
pengetahuan, serta merupakan dasar yang penting untuk dimiliki semua orang.
Karena pendidikan pada hakekatnnya adalah usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar serta berlangsung seumur
hidup.
ibu merupakan pendidik pertama dalam keluarga untuk anak, maka
dari itu perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan. selain
merupakan modal utama untuk menunjang perekonomian keluarga,
pendidikan ibu juga dapat mempengaruhi derajat kedehatan karena dapat

berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Pendidikan merupakan salah satu


hal yang harus siperhatikan karena dapat mempengaruhi status gizi penduduk,
karena semakin tinggi tingkat pendidikan anak , maka semakin baik pula
status gizi anaknya (kusmawati, 2010)

2.3. Pengetahuan ibu tentang menyikat gigi.


Dalam teori Green (1983) dikutip dalam Notoatmodjo (2003) menyebutkan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faKor dalam menentukan perilaku. lni
membuktikan bahwa bila pengetahuan orang tua tinggi maka praktik gosolt gigi pada
anak juga dapat terlaksana dengan baik (Notoatmodjo. 2003 : 16-19).
Selain itu, menurut Karono (1990) dalam sebuah penelitian yang berjudul
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Keyakinan dan Kepercayaan dengan pratik ibu dalam
penatalaksanaan dirumah pada balita penderita diare akut di Kecamatan genuk kota
semarang menyebutkan bahwa praktik individu terhadap suatu obiek dapat
dipengaruhi oleh media massa maupun anjuran orang lain. Pratik gosok gigi pada
anak dibentuk oleh aniuran dari orang tua yang selalu memberikan pengetahuan akan
pentingnya gosok gigi secara rutin (Farida. 2001 : 97).
Peran orang tua merupakan faktor yang utama dalam melaksanakan praktik
gosok gigi pada anak. Peran yang aktif dari orang tua akan menjadikan anak terbiasa
melaksanakan gosok gigi secara rutin, hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan
yang signifikan antara peran orang tua dengan praktik anak gosok gigi yang tingkat

signifikannya mencapai 0.001. Bersarnya angka signifikan tersebut menyimpulkan


bahwa ada hubungan antara peran orang tua dengan praktik gosok gigi pada anak.
Selain itu menurut Mutia Rachmawati Ketua PKM Surabaya dalam kegiatan
Elementary Dental Schoot (EDS) di SDIT Al Uswah, praktik gosok gigi yang sudah
diajarkan di Sekolah selanjutnya harus melibatkan peran orang tua siswa, karena
kegiatan ini diharapkan bisa berkelanjutan. Artinya, orang tua diajak Untuk terlibat
memberitahukan jika cara menggosok gigi yang dilakukan putra-putrinya tidak benar.
Berdasarkan pernyataan tersebut menuniukkan bahwa peran orang tua begitu
besar dalam praktik gosok gigi anak usia. Selain itu pernyataan tersebut iuga bahwa
dalam penelitian ini hubungan antara peran orang tua dengan praktik gosok gigi anak
usia adalah benar-benar ada hubungan yang spesifik dengan dibuktikan dalam
penelitian ini tingkat signilikannya adalah mencapai 0.001.
2.4 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia mencakup dua
komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau
mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan
sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan
tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi
terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat
bersifat positif dapat pula negatif. Perlu pula ditekankan bahwa individu

dalam merespons atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain


dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, juga dipengaruhi lingkungan ataupun
kondisi pada saat itu. Selain pengertian tersebut diatas pengertian perilaku
dapat pula ditinjau dari aspek biologis. Pengertian perilaku dari segi biologis
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan (Herijulianti, dkk., 2002).
Menurut Kegeles, ada empat faktor utama agar seseorang mau
melakukan pemeliharaan
kesehatan gigi, yaitu:
1) Merasa mudah terserang penyakit gigi.
2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.
3) Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal.
4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan (Budiharto, 2010).
Menurut Budiharto (2010), pengetahuan merupakan ranah kognitif
yang mempunyai tingkatan, yaitu :
(1) Tahu,
(2) Memahami,
(3) Aplikasi,
(4) Analisis,
(5) Sintesis, dan
(6) Evaluasi.

Perilaku kesehatan yang berupa pengetahuan dan sikap masih bersifat tertutup
(covert behavior), sedangkan perilaku kesehatan yang berupa tindakan, bersifat
terbuka (overt behavior). Sikap sebagai perilaku tertutup lebih sulit diamati, oleh
karena itu pengukurannya pun berupa kecenderungan atau tanggapan terhadap
fenomena tertentu (Budiharto, 2010).

Perilaku Ibu terhadap Anak


Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing,
memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada
anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu
orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah
terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak (Riyanti, 2005).
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan
seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sikap,
motivasi, reaksi dan sebagainya. Faktor lain yang berpengaruh di dalam gejala
kejiwaan yang tercermin di dalam jiwa sebagai tindakan atau perilaku
manusia diantaranya pengalaman, keyakinan, sarana-sarana fisik dan sosio
budaya masyarakat (Setyorini, 2006).

Hubungan orang tua terhadap karies pada anak-anak retardasi mental

Faktor pendukung perawatan gigi anak retardasi mental antara lain peran
orang tua/pengasuh yang merupakan pendukung utama dalam melakukan perawatan
gigi dan mulut. Peranan orangtua/pengasuh sangat mendukung dalam membantu
dokter gigi untuk menjalin komunikasi dengan anak. Wawancara perorangan sangat
penting untuk memahami perilaku orang tua. Selain itu peran dokter gigi dan staf
juga berpengaruh, diperlukan pendekatan psikologis terhadap anak, karena mereka
mempunyai kemampuan yang berlebih untuk merasakan ketika mereka disayang dan
dihargai. Pendekatan psikologis dokter gigi sebaiknya menerangkan akan perawatan
yang akan diberikan. Anak retardasi mental mungkin tidak mengerti permintaan
untuk buka mulut tetapi mungkin mereka mau meniru apa yang dilakukan oleh dokter
gigi. Untuk memulai suatu perawatan, sebaiknya demonstrasikan terlebih dahulu alatalat yang digunakan, agar anak mau menerima perawatan secara wajar. Setelah
mempersiapkan anak melalui penjelasan dan demonstrasi, kemudian dilanjutkan
dengan prosedur perawatan.
Orang tua atau pengasuh juga dapat menjadi faktor penghambat dalam
perawatan gigi anak retardasi mental ini, seperti kurang mampu menerima atau
mengatasi keadaan anak mereka, rasa malu dan depresi dari keluarga, overprotektif
yang menuju pada sikap permisif. Pihak keluarga yang lebih terfokus pada masalah
perawatan kondisi medisnya dan menganggap remeh masalah perawatan gigi. Selain
itu masyarakat yang kurang menerima keberadaan mereka sehingga membuat mereka
merasa tersisih dan tidak dapat menikmati fasilitas yang dinikmati sebagian besar
masyarakat. Dokter gigi juga dapat menjadi penghambat dalam perawatan gigi anak

retardasi mental dikarenakan rasa takut akan ketidakmampuan sendiri mengatasi


situasi tersebut menyebabkan kebanyakan dokter gigi menolak untuk merawat gigi
anak-anak tersebut, selain itu dokter gigi merasa perlu adanya perlengkapan khusus
dan fasilitas mahal untuk
merawat anak retardasi mental yang dapat mengakibatkan biaya perawatannya
menjadi lebih
mahal.
Anak-anak retardasi mental ini biasanya dididik dan dibimbing dalam wadah
sekolah-sekolah luar biasa yang memang secara khusus memberi perhatian pada
anak-anak kelompok ini. Salah satu Sekolah Luar Biasa ini adalah Sekolah Luar
BIasa Bhakti Luhur. Sekolah ini mempunyai pengasuh yang diberi pendidikan khusus
untuk merawat anak-anak retardasi mental dalam lembaga Sekolah Menengah
Kejuruan Bhakti Luhur dengan jurusan kelompok kesehatan masyarakat dengan
program keahlian pekerja sosial,dengan demikian diharapkan mereka lebih optimal
dalam mendidik dan mengawasi anakanak retardasi mental ini, selain itu pengasuhan
dilakukan lebih intensif karena setiap anak diawasi oleh satu pengasuh. (Anggraeni,
2010)

Krangka teori
host
Karies

mokroorganisme
substrat

Tingkat
pengetahuan

Pendidikan
orang tua /
pengasuh

Tingkat prilaku
waktu

Retardasi mental

You might also like