You are on page 1of 13

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di bagian timur dunia, negara yang
bagian pulau-pulaunya termasuk dalam garis khatulistiwa berbatasan dengan dua benua dan
juga dua samudra dikatakan oleh dunia sebagai tempat yang strategis untuk melakukan
kegiatan agraris dan maritim sehingga tumbuhan-tumbuhan yang dapat memakmurkan dapat
tumbuh subur disana. Karena terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam
corak kebudayaan yang dimiliki oleh para penduduknya mulai dari bagia timur sampai
dengan bagian barat. Beragam kebudayaan tersebut semakin bercorak lagi dengan
kedatangan para pedagang-pedagang asing yang datang dari Asia dan Eropa, adanya
kemungkinan perubahan sosial dapat terjadi di Indonesia, baik secara paksa ataupun
kebudayaan tersebut dapat diterima oleh masyarakat.

1. KONSEP-KONSEP DAN KONSEPSI-KONSEPSI KHUSUS


MENGENAI PERGESERAN MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN

Semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergerakan


masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian yang diteliti oleh ilmu antropologi
dan sosiologi yang disebut dinamika sosial. Konsep yang terpenting adalah mengenai proses
belajar kebudayaan itu sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selain itu ada
proses perkembangan kebudayaan umat manusia (evolusi kebudayaan) dari bentuk-bentuk
kebudayaan yang sederahana hingga yang makin lama makin kompleks yang melalui
beberapa tahapan-tahapan. Proses lainnya adalah proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan
asing yang disebut proses akulturasi dan asimilasi. Ada proses pembaruan (inovasi) yang
berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery) dan invention (pengembangan penemuan
yang telah ada).

2. PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN SENDIRI


Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu
mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus
belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk
kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan
adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.

Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai


kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari
sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami
proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan
kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat
menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah
individu.individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi,
sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.

3. PROSES EVOLUSI SOSIAL

Proses Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat
dianalisa secara mendetail(makroskopik) tetapi dapat dilihat secara keseluruhan, dengan
hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi(makroskopik). Proses
evolusi social budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang
panjang, dalam antropologi disebut ”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.

Proses-proses berulang dalam evolusi social budaya. Dalam antropologi, perhatian


terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920
bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.

Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan
yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua
konsep yang berbeda, yaitu

a. kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan,


dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu system budaya), dan
b. kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling
berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan,
dan dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah
dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.

1. PROSES DIFUSI

Penyebaran manusia. Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia


yang pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang telah
menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-
beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta
adaptasi fisik dan social budaya, yang berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi


kelompok-kelompok manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah
satu objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi diakronik. Proses difusi
dari unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan oleh migrasi bangsa-bangsa yang
berpindah dari suatu tempat ketempat lajn dimuka bumi.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan


kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu
memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.

Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian antropologi adalah penyebaran unsur-
unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari
berbagai kelompok yang berbeda.

2. AKULTURASI DAN ASIMILASI

Akulturasi. Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga
unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Jika dalam permasalahannya dapat diringkas, maka dapat dibagi menjadi 5 golongan
masalah, yaitu :
1. Masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan
suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah
diterima oleh suatu masyarakat.
3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti
atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat
diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban
dalam menerimanya.
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul
akibat akulturasi.

Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya


memperhatikan beberapa hal, yaitu :

• Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai.


• Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
• Saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke
dalam kebudayaan penerima.
• Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
• Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

Asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif,
sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing
berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Dari berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif saja
belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya toleransi dan
simpati antara kedua golongan.

1. PEMBARUAN (INOVASI)

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi,
dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga
terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu
berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial
yang melalui tahap discovery dan invention.

Pendorong penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang


individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah

a) kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan;


b) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan;
c) sistem perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat
ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa
tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di
sekelilingnya.

Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya
ialah bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam
proses evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif.

Pada makalah ini, saya sebagai penulis akan membahas asimilasi. Sebagai salah satu
bagian dari dinamika masyarakat dan kebudayaan yang juga berperan penting dalam
perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Dapat dilihat bahwa Indonesia merupakan
negara yang bisa dikatakan berhasil dalam melakukan asimilasi dari beberapa kebudayaan.
Dari bagian barat Indonesia sampai dengan bagian timur kita dapat melihat berbagai aneka
suku bangsa (etnik) yang tersebar dari sabang sampai dengan merauke.

Di beberapa pulau Indonesia, dapat ditemukan kelompok-kelompok atau


perkampungan masyarakat tionghoa, arab, dan bangsa-bangsa lain, yang pada masa lalu
Indonesia mengalami kejayaan dalam bidang perdagangan antar bangsa sebagai tempat
berlabuhnya para pedagang-pedagang asing. Sebagian dari pedagang tersebut ada yang tetap
tinggal di Indonesia dan memulai hidup baru mereka dengan menjadikan wanita-wanita
pribumi sebagai istri, sehingga terjadilah proses asimilasi dengan kebudayaan pribumi
Indonesia.

Asimilasi yang lain juga dapat dilihat pada pakaian adat bangsa Indonesia dari
beragam suku dan budaya, sebenarnya budaya pakaian Indonesia yang sebenarnya adalah apa
yang tergambarkan pada relief candi borobudur. Dimana pada masa itu seseorang hanya
menggunakan kain yang dilitkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan
sebagai pakaian, barulah ketika jalur perdagangan Indonesia mulai dibuka para pedagang-
pedagang yang menjual kain membawa serta alat untuk menjahit mereka, yaitu berupa jarum
dan benang sulam. Hal ini yang kemudian diajarkan kemudian ditularkan kepada masyarakat
Indonesia pribumi sehingga menjadi penggabungan antara kedua budaya yang bisa disebut
sebagai asimilasi, karena dalam proses pembuatan pakaian tersebut berasal dari negara lain,
namun corak dan model pakaiannya disesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia maka
munculah sebuah kebudayaan baru yaitu pakaian yang dijahit dan menggunakan pola.

PEMBAHASAN
Asimilasi merupakan proses sosial tingakat lanjut pembauran dua kebudayaan yang
disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
Proses asimilasi itu ditandai oleh pengembangan sikap-sikap yang sama, yang walaupun
terkadang bersifat emosional, bertujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit untuk
mencapai integrasi dalam organisasi dan tindakan. Secara matematis proses asimilasi dapat
ditulis : Aa + Bb + Cc = Dd yang berarti bahwa kelompok etnik A, B, dan C karena faktor-
faktor pendorong asimilasi terpenuhi, mengalami peleburan unsur-unsur kebudayaan
kelompok etnik a + b + c menghasilkan kebudayaan baru d, yang tidak ada dalam
kebudayaan sebelumnya.

Jenis-jenis asimilasi

a. Asimilasi budaya : proses mengadopsi nilai, kepercayaan, dogma, ideologi bahasa dan
sistem simbol dari suatu kelompok etnik atau beragam kelompok bagi terbentuknya
sebuah kandungan nilai, kepercayaan, dogma, ideologi bahasa maupun sistem simbol
dari kelompok etnik baru.
b. Asimilasi struktural : proses penetrasi kebudayaan dari suatu kelompok etnik ke
dalam ke dalam kebudayaan etnik lain melalui kelompok primer seperti keluarga,
teman dekat,DLL
c. Asimilasi perkawinan, atau sering disebut asimilasi fisik yang terjadi karena
perkawinan antar etnik atau antar ras untuk melahirkan etnik atau ras baru

Syarat asimilasi

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut.

• terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.


• terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang
relatif lama.
• Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan
diri.

Faktor pendorong

Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai


berikut.

• Toleransi antar kelompok yang berbeda kebudayaan


• Kesempatan yang seimbang dalam bidang sosial atau ekonomi
• Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan mereka
• Sikap terbuka dari golongan etnik dominan terhadap kelompok etnik minoritas
• Persamaan unsur kebudayaan
• Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya
• Adanya musuh yang sama

Faktor penghalang

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain sebagai
berikut.

• Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)


• Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
• Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi
dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
• Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak
mau mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya
• Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
• Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang
bersangkutan
• Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa

ASIMILASI GOLONGAN ETNIS ARAB

Pendahuluan

Studi mengenai asimilasi golongan etnis keturunan asing di beberapa negara sudah
merupakan suatu fenomena yang lahir dari adanya perpindahan dan menetapnya suatu bangsa
bermukim di negara yang bukan merupakan tanah leluhur nenek moyang mereka. Keturunan
asing tersebut disebut sebagai tamu negara, dimana mereka datang setelah negara tersebut
telah berpenghuni dan ditetapkan sebagai sebuah negara, disebut sebagai bangsa asing karena
dalam konsepsinya mereka sering dipertentangkan dengan penduduk pribumi negara tersebut.
Apabila dibandingkan dengan keturunan bangsa Tiongha di Indonesia yang sudah
umum diteliti terletak perbedaan peranan ekonomi, kehidupan sosialnya, dan hubungan
dengan tanah air. Di Indonesia konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan
masalah perkawinan antar golongan etnis, proses asimilasi orang keturunan Arab di Indonesia
sesungguhnya merupakan proses sosialisasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan diri
sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia dengan menggabungkan kedua golongan yang
mempunyai sikap mental, adat kebiasaan dan pertanyaan kebudayaan yang berbeda-beda
menjadi satu keutuhan yang harmonis dan bermakna satu yaitu satu nama bangsa Indonesia.

Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab
dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab
yang tersebar di berbagai kota di Indonesia -- misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor
(Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan),
Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman) dan Probolinggo
(Diponegoro),dan Bondowoso -- serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti
Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin (Kampung Arab), Makasar, Gorontalo,
Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, Papua dan bahkan di Timor
Leste. Pada zaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing
bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia, tapi seperti kaum etnis
Tionghoa dan India, tidaklah sedikit yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.

Kedatangan Golongan Etnis Arab

Masa awal kedatangan orang arab di Indonesia tidak dapat diketahui secara pasti,
namun ada sumber yang mengemukakan bahwa kedatangan mereka di Indonesia sudah
berlangsung sebelum agama islam lahir. Bahkan dikemukakan juga di dalam Al-Qur’an
bahwa mereka (orang Arab) mengadakan perjalanan di musim dingin dan musim panas, pada
musim dingin mereka menjelajah ke selatan yaitu Yaman dan sekitarnya atau bahkan lebih
jauh lagi, sedangkan pada musim panas mereka pergi ke utara yaitu daerah Syria bahkan
sampai Eropa.

Setelah terjadinya perpecahan besar diantara umat Islam yang menyebabkan


terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah)
besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-
Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman kira-kira seribu tahun yang lalu,
keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya. Sejak
itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari
kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan
bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya.

Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga banyak terdapat di Oman, India,
Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura. Terdapat pula warga keturunan Arab
yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari
Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka
yang berasal dari Hadramaut.

Perkembangan di Indonesia

Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi sejak abad
pertengahan (abad ke-13), dan hampir semuanya adalah pria. Tujuan awal kedatangan
mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai
menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Berdasarkan taksiran pada 1366 H
(atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari
kurang lebih 200 marga. Marga-marga ini hingga sekarang mempunyai pemimpin turun-
temurun yang bergelar "munsib". Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling
besar atau di tempat tinggal asal keluarganya. Semua munsib diakui sebagai pemimpin oleh
suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Di samping itu, mereka juga dipandang sebagai
penguasa daerah tempat tinggal mereka. Di antara munsib yang paling menonjol adalah
munsib Alatas, munsib Binsechbubakar serta munsib Al Bawazier.

Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila
dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk
Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut
sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup
banyak. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2
kelompok besar yaitu kelompok Alawi dan kelompok Qabili, yaitu kelompok diluar kaum
Sayyid. Di Indonesia, terkadang ada yang membedakan antara kelompok Sayyidi yang
umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh (Masyaikh) yang
biasa pula disebut "Irsyadi" atau pengikut organisasi al-Irsyad.
PENUTUP

Kesimpulan

Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki warisan budaya yang
sangat kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki Indonesia seperti
menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia menjadi kaya karena budayanya.
Kekayaan budaya itu ditambah lagi dengan masuknya berbagai unsur kebudayaan asing ke
dalam Indonesia melalui proses difusi, akulturasi, dan asimilasi. Difusi adalah proses
persebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain. Difusi dapat terjadi
dalam dua proses, proses langsung dan tak langsung. Akulturasi adalah bergabungnya dua
kebudayaan atau lebih sehingga menciptakan suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan
kepribadian dari kebudayaan asli. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
atau lebih sehingga menghasilkan suatu kebudayaan baru, yang berbeda dengan kebudayaan
aslinya. Asimilasi ini biasa terjadi pada golongan minoritas dan golongan mayoritas pada
suatu tempat. Di Indonesia tidak sedikit asimilasi yang terjadi, sehingga banyaknya
kebudayaan-kebudayaan baru di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002.

Bambang Pranowo, M dkk. Stereotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta : PT


Pustaka Grafika Kita. 1988.

http://asimilasi-sosiologi.blogspot.com/

http://iccsg.wordpress.com/2006/09/17/cerita-tentang-bangsa-perantau-1-asimilasi-
pencinaan-kembali-dan-pengakuan/

http://webersis.com/2008/03/31/antropologi-asimilasi-bergurulah-ke-indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia
http://www.scribd.com/doc/24673301/Difusi-Akulturasi-Dan-Asimilasi-Konsep-
Contoh-Dan-ya

Aditya Tirta N

Pend. Sosiologi Non-Regular 2009

You might also like