Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Annita Wasbiru
Stevani Irwan
Yusnida Rahmawati
0810312114
0810312186
0810312105
Preseptor :
dr. M. Hidayat, Sp.M
dr. Fitratul Ilahi, Sp.M
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Metode Penulisan 2
BAB II Pembahasan
2.1. Anatomi Konjungtiva
3
2.2. Histologi Konjungtiva
5
2.3. Fungsi Konjungtiva 5
2.4. Definisi Konjungtivitis
6
2.5. Epidemiologi Konjungtivitis
6
2.6. Etiologi Konjungtivitis
7
2.7. Klasifikasi Konjungtivitis 8
2.8. Patofisiologi Konjungtivitis
9
2.9. Gambaran Klinis Konjungtivitis 9
2.10. Macam-macam Konjungtivitis
12
A. Konjungtivitis Bakterial 12
B. Konjungtivitis Klamidia 15
C. Konjungtivitis Virus
19
D. Konjungtivitis Imunologik (Alergi)
E. K onjungtivitis Kimia atau Iritatif
BAB III Penutup
33
Daftar Pustaka
34
25
31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sklera dibungkus oleh
membran mukosa transparan dan tipis yang disebut Konjungtiva. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor faktor lingkungan
lain yang mengganggu. Keadaan ini dapat menyebabkan radang konjungtiva atau
Konjungtivitis.
Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala hiperemia
ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret
purulent kental. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, alergi,
atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit infeksi mata yang paling umum dan
sering terjadi di seluruh dunia dan juga merupakan penyakit yang mudah menular.
Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotic, sementara konjungtivitis virus
tidak memerlikan pengobatan spesifik karena bersifat self limitied disease. Pada
konjungtivitis alergi, dapat dicegah dengan menghindari allergen penyebabnya.
Konjungtivitis berkaitan dengan higien pribadi sehingga selain dengan pengobatan,
tatalaksana yang juga diperlukan adalah dengan menjaga higien.
Pada dasarnya konjungtivitis bukanlah penyakit yang berat, namun jika tidak
ditatalaksana segera, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang
membahayakan mata dan penglihatan.
1.2
Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai
konjungtivitis, khususnya konjungtivitis bakteri, virus, klamidia, dan alergi.
1.3
Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi, histologi dan fungsi konjungtiva, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan konjungtivitis
bakteri, virus, klamidia, dan alergi.
1.4
Metode Penulisan
Referat ini ditulis dengan metode tinjauan pustaka yang mengacu kepada berbagi
literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari
bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Konjungtiva terdiri
atas 3 bagian yaitu:
1.
Konjungtiva palpebralis yang menutupi permukaan posterior dari palpebra
2.
Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera
3.
Konjungtiva forniks atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.3
Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area
marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. 3
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat
erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior
(pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan
menjadi konjungtiva bulbaris.2
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul
tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan
konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah
bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk
kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam
daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan
merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran
mukosa.2
Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi
hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukanlekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu,
pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.4
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva
.
Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva
a.
b.
6. Parasitik
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia
Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.
Klasifikasi
1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
Contoh :
o Konjungtivitis Neonatorum
Newcastle Conjungtivitis
Inclusion Conjungtivitis
3. Konjungtivitis kronis
Contoh :
o Konjungtivitis folokularis kronik
Trachoma
Non Trachoma
Etiologi
S. Aureus
Syphilis
TB
Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan
IgA).
Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga
terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel).
Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan
mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian
palpebra (terutama pagi hari).
Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva
Gejala Klinis
Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.
Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva
posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris =>
menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.
Fotofobia
Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan
terkenanya kornea.
Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang
mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi
atau jaringan ikat.
o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
o Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan
keratokonjungtivitis vernal.
o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik
Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis
gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis
konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada
infiltrat atau eksudat.
Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat)
=>
kebanyakan
pada
konjungtivitis
karena
virus.
(Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)
Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak).
Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.
Diagnosis
Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari
konjungtivitis.
Pemeriksaan Lab :
o Pulasan: gram, giemsa, KOH
o Kultur
o Sentivitas test
Tatalaksana
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan
kelopak
mata
atau
kompres
hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat,
untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.
Komplikasi
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.
Prognosis
Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.
Pola pikir
Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan
pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva
meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana
sesuai etiologi.
DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf
cara download
Sumber
Gambar
(c)
Kuliah Pengantar Blok 3.6 FKUA
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4
Klasifikasi
1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
Contoh :
o Konjungtivitis Neonatorum
Newcastle Conjungtivitis
Inclusion Conjungtivitis
3. Konjungtivitis kronis
Contoh :
o Konjungtivitis folokularis kronik
Trachoma
Non Trachoma
S. Aureus
Syphilis
TB
Etiologi
1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur
2. Imunologi (alergik)
3. Autoimun
4. Iritatif : zat kimia
Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan
IgA).
Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga
terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel).
Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan
mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian
palpebra (terutama pagi hari).
Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva
Gejala Klinis
Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.
Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva
posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris =>
menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.
o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.
o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti
angin, matahari, asap, dll.
Fotofobia
Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan
terkenanya kornea.
Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang
mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi
atau jaringan ikat.
o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
o Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan
keratokonjungtivitis vernal.
o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik
Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis
gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis
konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada
infiltrat atau eksudat.
Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat)
=>
kebanyakan
pada
konjungtivitis
karena
virus.
(Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)
Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak).
Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.
Diagnosis
Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari
konjungtivitis.
Pemeriksaan Lab :
o Pulasan: gram, giemsa, KOH
o Kultur
o Sentivitas test
Tatalaksana
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan
kelopak
mata
atau
kompres
hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat,
untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.
Komplikasi
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.
Prognosis
Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.
Pola pikir
Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan
pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva
meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana
sesuai etiologi.
DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf
cara download
Sumber
Gambar
(c)
Kuliah Pengantar Blok 3.6 FKUA
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.