You are on page 1of 18

KONJUNGTIVITIS

Oleh :
Annita Wasbiru
Stevani Irwan
Yusnida Rahmawati

0810312114
0810312186
0810312105

Preseptor :
dr. M. Hidayat, Sp.M
dr. Fitratul Ilahi, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session
(CSS) yang berjudul Konjungtivitis.
CSS ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kami
mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Hidayat, Sp.M dan dr. FitratulIlahi Sp. M
selaku pembimbing, beserta semuapihak yang telah membantu penyusunan CSS
ini.
Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata
penulis berharap agar CSS ini bisa bermanfaat bagi kita bersama, serta dapat
menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman sebagai klinisi yang nantinya
dapat diaplikasikan untuk penatalaksanaan pasien dengan lebih baik dan
komprehensif.

Padang, 23 Agustus 2012


Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Metode Penulisan 2
BAB II Pembahasan
2.1. Anatomi Konjungtiva
3
2.2. Histologi Konjungtiva
5
2.3. Fungsi Konjungtiva 5
2.4. Definisi Konjungtivitis
6
2.5. Epidemiologi Konjungtivitis
6
2.6. Etiologi Konjungtivitis
7
2.7. Klasifikasi Konjungtivitis 8
2.8. Patofisiologi Konjungtivitis
9
2.9. Gambaran Klinis Konjungtivitis 9
2.10. Macam-macam Konjungtivitis
12
A. Konjungtivitis Bakterial 12
B. Konjungtivitis Klamidia 15
C. Konjungtivitis Virus
19
D. Konjungtivitis Imunologik (Alergi)
E. K onjungtivitis Kimia atau Iritatif
BAB III Penutup
33
Daftar Pustaka
34

25
31

BAB I
PENDAHULUAN

1.1
Latar Belakang
Permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sklera dibungkus oleh
membran mukosa transparan dan tipis yang disebut Konjungtiva. Karena lokasinya,
konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor faktor lingkungan
lain yang mengganggu. Keadaan ini dapat menyebabkan radang konjungtiva atau

Konjungtivitis.
Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala hiperemia
ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret
purulent kental. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, alergi,
atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit infeksi mata yang paling umum dan
sering terjadi di seluruh dunia dan juga merupakan penyakit yang mudah menular.
Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotic, sementara konjungtivitis virus
tidak memerlikan pengobatan spesifik karena bersifat self limitied disease. Pada
konjungtivitis alergi, dapat dicegah dengan menghindari allergen penyebabnya.
Konjungtivitis berkaitan dengan higien pribadi sehingga selain dengan pengobatan,
tatalaksana yang juga diperlukan adalah dengan menjaga higien.
Pada dasarnya konjungtivitis bukanlah penyakit yang berat, namun jika tidak
ditatalaksana segera, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang
membahayakan mata dan penglihatan.
1.2
Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai
konjungtivitis, khususnya konjungtivitis bakteri, virus, klamidia, dan alergi.
1.3
Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai anatomi, histologi dan fungsi konjungtiva, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan konjungtivitis
bakteri, virus, klamidia, dan alergi.
1.4
Metode Penulisan
Referat ini ditulis dengan metode tinjauan pustaka yang mengacu kepada berbagi
literatur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Konjungtiva


Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam

dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari
bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Konjungtiva terdiri
atas 3 bagian yaitu:
1.
Konjungtiva palpebralis yang menutupi permukaan posterior dari palpebra
2.
Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera
3.
Konjungtiva forniks atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.3
Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area
marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. 3
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat
erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior
(pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan
menjadi konjungtiva bulbaris.2
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul
tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan
konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah
bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk
kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam
daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan
merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran
mukosa.2
Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi
hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukanlekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu,
pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.4
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva

.
Gambar 2.1. Anatomi Konjungtiva

Gambar 2.2. 10) Plika semilunaris; 11) Karunkula


Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena
konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring
vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun
dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh
limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. 6
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 6,3

2.2. Histologi Konjungtiva


Jika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga
lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel
konjungtiva di dekat limbus dan di atas karunkula. Di dekat persambungan
mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.2
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus dapat
mengandung pigmen.2
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di
beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus,
pembuluh darah dan serabut saraf. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler
pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.2
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring
terletak di tepi atas tarsus atas.2
2.3. Fungsi Konjungtiva
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan
oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan
mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi,
dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme
imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut
dan antibodi dalam bentuk IgA. 6
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena
suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang
rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata
bukan merupakan medium yang baik. 6
2.4. Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.7
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,
infiltrasi selular dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.3, 6


2.5. Epidemiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok
penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status
sosial dan kedua gender.8 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang
mendata insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan
sebagai salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri
dirinya.2 Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang
permanen atau kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam
hal kehilangan waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan
lagi. Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata
dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk
konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan
13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari
seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid dan
konjungtivitis neoplasma jarang tampak.8
2.6. Etiologi Konjungtivitis
1. Bakterial
a.
Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N.Gonorrhoea sub
kochii
b.
Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus / Strept Pneumoniae, Haemophillus
Aegyptius (iklim tropik)
c.
Subakut : Haemophillus Influenzae (iklim sedang)
d.
Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunata
e.
Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M. Tuberculose
2. Klamidial
a.
Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C)
b.
Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K)
c.
Limfogranuloma Venerum (LGV)
3. Virus
a.
Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus
tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus
herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b.
Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contagiosum
c.
Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster
4. Ricketsia, Konjungtivitis non purulen dengan hiperemia
5. Fungal

a.
b.

Eksudatif menahun : Candida


Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii

6. Parasitik
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia
Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva


Epidemiologi

Paling sering ditemui.

Klasifikasi
1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
Contoh :
o Konjungtivitis Neonatorum

Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe

Chemical Konjungtivitis Neonatorum

o Konjungtivitis Gonorhoe dewasa


2. Konjungtivitis akut
Contoh :
o Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakteri
o Konjungtivitis Inklusi pada Neonatus

o Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa


o Konjungtivitis Folikular Akut

Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF)

Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC)

Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis

Newcastle Conjungtivitis

Inclusion Conjungtivitis

Other Clamydia Infection (zoonoses)

Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH)

3. Konjungtivitis kronis
Contoh :
o Konjungtivitis folokularis kronik

Trachoma

Non Trachoma

Konjungtivitis inklusi kronik

Konjungtivitis folikular toxic

Konjungtivitis virus lain

o Konjungtivitis bakteri kronik

Etiologi

S. Aureus

Syphilis

TB

1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur


2. Imunologi (alergik)
3. Autoimun
4. Iritatif : zat kimia
5. Berhubungan dengan penyakit sistemik
6. Idiopatik
Patofisiologi
Bila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:

Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi

Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan
IgA).

Mukus => menangkap debris

Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.

Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga
terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel).
Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan
mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian
palpebra (terutama pagi hari).
Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva
Gejala Klinis

Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.

Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva
posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris =>
menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.

o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.


o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti
angin, matahari, asap, dll.

Fotofobia

Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan
terkenanya kornea.

Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut.


o Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak
berbentuk).
o Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut
Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur),
kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Secret pada mata :


o Serosa => akibat virus
o Mukosa dan purulent => akibat bakteri

Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller.


Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.

Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang
mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi
atau jaringan ikat.
o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
o Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan
keratokonjungtivitis vernal.
o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik

Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis
gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis
konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada
infiltrat atau eksudat.

Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat)
=>
kebanyakan
pada
konjungtivitis
karena
virus.
(Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)

Pseudomembran dan membran =. hasil proses eksudatif berupa pengentalan (koagulum)


di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel akan tetap utuh (mudah diangkat).

Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak).
Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.

Phlyctenula (plikten) => reaksi hipersensitif terhadap mikroba (misal : staphylococcus).


Awalnya terdiri dari perivaskulitis dengan bungkusan limfositik pada pembuluh darah.
Bila keadaan ini sampai mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi
leukosit polimorfonuklear.

Adenopati pre-aurikuler => adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus


preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular Parinaud dan jarang pada
keratokonjungtivitis
epidemika.
Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.

Simblefaron (adhesi konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi) dan ankiloblefaron


(fusi antara satu palpebra dengan palpebra lain).

Diagnosis

Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari
konjungtivitis.

Pemeriksaan Lab :
o Pulasan: gram, giemsa, KOH
o Kultur
o Sentivitas test

Tatalaksana

Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan
kelopak
mata
atau
kompres
hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara

menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat,
untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.
Komplikasi

Jaringan parut pada konjungtiva

Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal

Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.

Prognosis

Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.

Pola pikir

Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan
pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva
meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana
sesuai etiologi.

DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf
cara download
Sumber
Gambar
(c)
Kuliah Pengantar Blok 3.6 FKUA
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER UMUM = 4

google

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva


Epidemiologi

Paling sering ditemui.

Klasifikasi
1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
Contoh :
o Konjungtivitis Neonatorum

Neonatorum Konjungtivitis Gonorhoe

Chemical Konjungtivitis Neonatorum

o Konjungtivitis Gonorhoe dewasa


2. Konjungtivitis akut
Contoh :
o Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakteri
o Konjungtivitis Inklusi pada Neonatus
o Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa
o Konjungtivitis Folikular Akut

Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF)

Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC)

Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis

Newcastle Conjungtivitis

Inclusion Conjungtivitis

Other Clamydia Infection (zoonoses)

Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH)

3. Konjungtivitis kronis
Contoh :
o Konjungtivitis folokularis kronik

Trachoma

Non Trachoma

Konjungtivitis inklusi kronik

Konjungtivitis folikular toxic

Konjungtivitis virus lain

o Konjungtivitis bakteri kronik

S. Aureus

Syphilis

TB

Etiologi
1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur
2. Imunologi (alergik)
3. Autoimun
4. Iritatif : zat kimia

5. Berhubungan dengan penyakit sistemik


6. Idiopatik
Patofisiologi
Bila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:

Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi

Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan
IgA).

Mukus => menangkap debris

Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.

Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga
terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel).
Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan
mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian
palpebra (terutama pagi hari).
Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva
Gejala Klinis

Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.

Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva
posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris =>
menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
o Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.
o Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.
o Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti
angin, matahari, asap, dll.

Fotofobia

Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan
terkenanya kornea.

Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut.


o Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak
berbentuk).
o Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut
Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur),
kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Secret pada mata :


o Serosa => akibat virus
o Mukosa dan purulent => akibat bakteri

Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller.


Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.

Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang
mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi
atau jaringan ikat.
o Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
o Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan
keratokonjungtivitis vernal.
o Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik

Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis
gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis
konjungtiva bulbi terlihat pada pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada
infiltrat atau eksudat.

Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat)
=>
kebanyakan
pada
konjungtivitis
karena
virus.
(Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)

Pseudomembran dan membran =. hasil proses eksudatif berupa pengentalan (koagulum)


di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel akan tetap utuh (mudah diangkat).

Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak).
Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.

Phlyctenula (plikten) => reaksi hipersensitif terhadap mikroba (misal : staphylococcus).


Awalnya terdiri dari perivaskulitis dengan bungkusan limfositik pada pembuluh darah.
Bila keadaan ini sampai mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi
leukosit polimorfonuklear.

Adenopati pre-aurikuler => adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus


preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular Parinaud dan jarang pada
keratokonjungtivitis
epidemika.
Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.

Simblefaron (adhesi konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi) dan ankiloblefaron


(fusi antara satu palpebra dengan palpebra lain).

Diagnosis

Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari
konjungtivitis.

Pemeriksaan Lab :
o Pulasan: gram, giemsa, KOH
o Kultur
o Sentivitas test

Tatalaksana

Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan
kelopak
mata
atau
kompres
hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat,
untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.

Komplikasi

Jaringan parut pada konjungtiva

Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal

Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.

Prognosis

Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.

Pola pikir

Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan
pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva
meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana
sesuai etiologi.

DOWNLOAD - Konjungtivitis.pdf
cara download
Sumber
Gambar
(c)
Kuliah Pengantar Blok 3.6 FKUA
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

google

You might also like