Professional Documents
Culture Documents
1
KARDIOVASKULAR II
KELOMPOK 3
Shelvie Astina
1523012056
Andrean Christian
1523013005
Ovie Kurnio Candra
1523013010
Jessy Teressa Yang
1523013032
Faustine Emanuela
1523013033
SKENARIO PEMICU
Seorang laki-laki datang ke rumah sakit dengan keluhan
kaki bengkak. Akhir-akhir ini penderita juga mengeluh
sesak napas.
Kata Kunci
Laki-laki
Kaki bengkak
Sesak nafas akhir-akhir ini
DAFTAR PEMBAHASAN
Apa definisi, ciri, jenis, dan patofisiologi dari edema?
Apa definisi, ciri, jenis, dan patofisiologi dari sesak
napas?
Apa definsi, ciri, dan patofisiologi dari gagal jantung?
Bagaimana manifestasi klinis dari gagal jantung pada
kasus ini?
Apa makna klinis dari pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan fisik?
Apa saja DD pada kasus ini?
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
Bagaimana tata laksana dari DU?
Bagaimana prognosis dari pasien tersebut?
STATUS MEDIK
Identitas Pasien :
Usia
: 54 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang di pasar
Berat badan : 78 kg
Tinggi badan : 166 cm
Keluhan Utama :
Kaki bengkak
Keluhan Lain :
Sesak nafas
ANAMNESIS
Riwayat kaki bengkak: Didapat sejak 1 bulan yang
lalu, bengkat terdapat pada kedua tungkai, tidak
ada rsa nyeri. Kaki membengkak lebih parah pada
siang hari dan membaik pada malam hari. 4 bulan
terakhir ini terdapat nyeri pada kaki bila
mengangkat beban (keranjang kecil).
Riwayat keluhan sesak nafas: Merasa ngosngosan sejak 4 bulan terakhir, bila membawa
beban (keranjang kecil) memperparah sesak
nafas, membaik bila beristirahat dan memperburuk
bila beraktivitas. Kadang-kadang menyebabkan
terbangun di malam hari karena sesak.
ANAMNESIS (2)
Riwayat dahulu: Tidak pernah memeriksa
cholesterol, Riwayat keluarga tidak diketahui,
Diabetes Melitus di sangkal. Pernah masuk
rumah sakit karena penyakit jantung karena
dirasakan dada yang nyeri.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Tekanan darah : 130/70mmHg
Suhu
: 36,7
Denyut nadi
: 125x/menit
Frekuensi napas : 32x/menit
Akral
: hangat
Anemis (-)
Cyanosis (-)
Icterus (-)
Dispneu (+)
Abdomen
- Meteorismus (-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium
Darah lengkap : Normal
Urine
: Normal
Radiologi
X- ray
: Cardiomegali dan didapati
perselubungan di kedua lapangan paru.
EKG :
EDEMA
Dalam
keadaan
normal,
kapiler
bersifat
homeostatis karena tekanan hisdrostatik vascular
sebanding dengan tekanan osmotic plasma sehingga
hanya sedikit cairan yang berada dalam ruang
interstitium, namun cairan itu diserap kembali oleh
pembuluh limfatik dan disalurkan kembali melalui
ductuc thoraxicus. Bila tekanan hidrostatik lebih tinggi
dari tekanan osmotic maka akanmengganggu
keseimbangan ini, sehingga terjadi penimbunan
cairan di ruang interstitial dan menyebabkan edema
pada jaringan atau rongga tubuh. Edema paling
sering dapat dilihatpada extrimitas bawah atau atas,
dan pada perut.
Edema juga dapat bersifat noninflamatory bila disebabkan karena efek dari
obat (anti hipertensi, NSIAD, Steroid, dll),
kehamilan atau penyakit yang mendasari
(gagal jantung, penyakit ginjal atau sirosis
hati) yang bersifat rendah protein yang
disebut transudate.Tandadan gejala edema
meliputi:
(1) Pembengkakan pada jaringan dibawah kulit.
(2) Kulit mengkilat dan terdapat pitting edema.
(3) Terdapat asites (bila edema perut).
SESAK NAPAS
Dispnea
atau
sesak
napas
adalah
ketidakmampuan organ respirasi untuk melakukan
ventilasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
udara.Seseorang yang mengalami dispnea sering
mengeluh nafasnya pendek atau merasa
tercekik.Dispnea merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonal. Sesak napas tidak selalu
menunjukan adanya penyakit. Orang normal juga
akan mengalami sesak napas apabila melakukan
kegiatan fisik pada tingkat yang berbeda-beda.
Tingkat
Derajat
Kriteria
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau sulit bernapas
ketika memakai baju atau membuka baju
GAGAL JANTUNG
Terkadang
kegagalan
terjadi
karena
ketidakmampuan kamar jantung untuk relaksasi,
membesar, dan terisi dengan cukup selama
diastol untuk mengakomodasi volume darah
ventrikel yang adekuat (disfungsi diastolik), yang
dapat muncul pada hipertrofi ventrikel kiri yang
masif, fibrosis miokardium, deposisi amiloid, dan
perikarditis konstriktif. Apapun yang mendasari,
gagal jantung kongestif dikarakteristikkan dengan
adanya penurunan curah jantung (forward
failure) atau aliran balik darah ke sistem vena
(backward failure) atau keduanya.
Pemeriksaan
Umum
Normal
GCS : 456
Tidak menahan nyeri/sulit bernapas
BMI : 18.5-25
Pasien
GCS : 456
Sesak napas
BMI : Over Weight (30,5)
Fisik
1. Vital sign
Suhu tubuh
Tekanan darah
Denyut nadi
Frekuensi napas
Akral
2. Kepala-Leher
Inspeksi
Lesi
Anemis
Sianosis
Icterus
Edema
Palpasi
JVP
3. Thorax
Inspeksi
Dispneu
Auskultasi
Wheezing
Ronki
Cardiac mur-mur
Gallop
4. Abdomen
Palpasi
Ukuran Organ
Auskultasi
meteorismus
5. Ekstremitas
Inspeksi
Edema
36.5oC-37.5 oC
120/80 mmHg
60-100x/menit
15-20x/menit
Hangat
o
o
o
o
o
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
6-8 cm H2O
10 cm H2O
Negative
Positive
o
o
o
o
Negative
Negative
Negative
Negative
o
o
o
o
Negative
Negative
Negative
Positive
Normal
Hepatomegali
Negative
Negative
Negative
Positive
36.7 oC
130/70 mmHg
125x/menit
32x/menit
Hangat
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
KARDIOMIOPATI
HIPERTROFI
COR PULMONALE
DIAGNOSIS UTAMA
GAGAL JANTUNG
KONGESTIF
DEFINISI
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peningkatan volume diastolik
secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
sisi kanan (Mansjoer, 2001). Tanda-tanda kardinal dari
gagal jantung ialah dispnea, fatigue yang menyebabkan
pembatasan toleransi aktivitas dan retensi cairan yang
berujung pada kongesti paru dan edema perifer. Gejala ini
mempengaruhi kapasitas dan kualitas dari pasien gagal
jantung.
ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk
menderita penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner
dengan hipertrofi ventrikel kiri.
Hipertensi
Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui mekanisme
disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan
ventrikel yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.
Hipertrophic Cardiomiopathy
Hipertrophic
cardiomiopathy
merupakan
salah
satu
jenis
cardiomiopathy yang bersifat herediter autosomal dominan.
Karakteristik dari jenis ini ialah abnormalitas pada serabut otot
miokardium. Tidak hanya miokardium tetapi juga menyebabkan
hipertrofi septum. Sehingga terjadi obstruksi aliran darah ke aorta
(aortic outflow). Kondisi ini menyebabkan komplians ventrikel kiri yang
buruk, peningkatan tekanan diastolik disertai aritmia atrium dan
ventrikel.
ETIOLOGI (2)
Kelainan Katup Jantung
Dari beberapa kasus kelainan katup jantung, yang paling
sering menyebabkan gagal jantung kongestif ialah
Regurgitasi Mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan preload
sehingga terjadi peningkatan volume di jantung.
Peningkatan volume jantung memaksa jantung untuk
berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat
didistribusi ke seluruh tubuh.
Aritmia
Artial Fibrilasi secara independen menjadi pencetus
gagal jantung tanpa perlu adanya faktor concomitant
lainnya seperti PJK atau hipertensi.. Aritmia tidak hanya
sebagai penyebab gagal jantung tetapi juga memperparah
prognosis dengan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
ETIOLOGI (3)
Alkohol dan Obat-obatan
Alkohol memiliki efek toksik terhadap jantung yang
menyebabkan atrial fibrilasi ataupun gagal jantung akut.
Konsumsi alkohol dalam jangka panjang menyebabkan
dilated cardiomiopathy. Sementara itu beberapa obat yang
memiliki efek toksik terhadap miokardium diantaranya ialah
agen kemoterapi seperti doxorubicin dan zidovudine yang
merupakan antiviral.
Lain-lain
Merokok, Diabetes Melitus, dan Obesitas merupakan faktor
resiko yang kuat dan independen untuk menyebabkan
penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki maupun
wanita.
PATOGENESIS
Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot
jantung yang tidak bisa berkontraksi secara normal seperti
infark miokard, gangguan tekanan hemodinamik, overload
volume, ataupun kasus herediter seperti cardiomiopathy.
Kondisi-kondisi
tersebut
menyebabkan
penurunan
kapasitas pompa jantung. Namun, pada awal penyakit,
pasien masih menunjukkan asimptomatis ataupun gejala
simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh
mekanisme kompensasi tubuh yang disebabkan oleh
cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel kiri.
PATOGENESIS (2)
Perubahan neurohormonal, adrenergic dan sitokin
menyebabkan remodelling ventrikel kiri. Remodelling
ventrikel kiri berupa
(1) hipertrofi miosit;
(2) perubahan substansi kontraktil miosit;
(3) penurunan jumlah miosit akibat nekrosis, apoptosis dan
kematian sel autophagia;
(4) desentisasi -adrenergik;
(5) kelainan metabolisme miokardium;
(6) perubahan struktur matriks ekstraseluler miosit.
PATOGENESIS (3)
Remodelling ventrikel kiri dapat diartikan sebagai
peruahan massa, volume, bentuk, dan komposisi jantung.
Remodelling ventrikel kiri merubah bentuk jantung menjadi
lebih sferis sehingga beban mekanik jantung semakin
meningkat. Dilatasi pada ventrikel kiri juga mengurangi
jumlah afterload yang mengurangi stroke volume. Pada
remodelling ventrikel kiri juga mengalami peningkatan enddiastolic wall stress yang menyebabkan
(1) Hipoperfusi
ke
subendokardium
yang
akan
memperparah fungsi ventrikel kiri;
(2) peningkatan stress oksidatif dan radikal bebas yang
mengaktivasi hipertrofi ventrikel.
PATOGENESIS (4)
Perubahan struktur jantung akibat
remodelling ini yang berperan dalam
penurunan cardiac output, dilatasi ventrikel
kiri dan overload hemodinamik. Keselruhan
hal diatas berkontribusi dalam progresivitas
penyakit jantung.
KRITERIA DIAGNOSIS
Studi Framingham, diagnosis gagal jantung kongestif
1 atau dua kriteria mayor + dua kriteria minor
Kriteria Mayor
Dispnea/orthopnea Nocturnal
Parkosismal
Distensi vena leher Ronki
Kardiomegali
Edema pulmonary akut
Gallop-S3
Peningkatan tekanan vena
(>16 cmH20) Waktu sirkulasi >
25 detik
Reflex hepatojugularis
Kriteria Minor
Edema pretibial
Batuk malam
Dispnea saat aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital paru menurun
1/3 dari maksimal
Takikardia (>120 kali/menit)
KLASIFIKASI
New York Heart Association membagi klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
berdasarkan tingkat keparahan dan keterbatasan aktivitas fisik :
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Tidak ada
keterbatasan
dalam
PERBANDINGAN DIAGNOSIS
BANDING DENGAN
DIAGNOSIS UTAMA
Congestive Heart
Failure
Hypertrophy
Cardiomiopathy
Cor Pulmonale
Edema dependen
Dipsneu
Dipsneu
Hepatomegali
Nyeri dada
Tacypneu
JVP meningkat
Palpitasi
Asites
Pusing
Anoreksia
Anoreksia
Sinkop
Jaundice
Cardio mur-mur
Abdomen kuadran
kanan atas tidak
nyaman
Mual
Nokturia
Sianosis
Lemah
Cardio mur-mur
TATA LAKSANA
RENCANA TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGIS
Furosemide (Lasix)
Furosemide termasuk golongan loop diuretic yang bekerja dengan
menghambat reabsorpsi NaCl dan KCL pada pars asendens tebal
ansa henle. Secara farmakokinetika, loop diuretic cepat diserap. Obat
golongan ini dieliminasi oleh ginjal melalui filtrasi glomerulus dan
sekresi tubulus. Lama kerja furosemide 2-3 jam. Dapat diberikan
secara oral/IV. Waktu paruhnya bergantung pada fungsi ginjal.
Berkurangnya sekresi loop diuretic dapat terjadi karena pemberian
obat-obat seperti NSAID/Probenesid.
Pemakaian berkepanjangan dapat menyebabkan hipomagnesia
signifikan pada sebagian pasien. Dengan mengurangi reabsorpsi NaCl
maka volume plasma dalam tubuh menurun sehingga dapat
mengurangi preload dan afterload jantung. Dengan menurunnya
volume plasma juga mengurangi transudate sehingga dapat
mengurangi edema.
TERAPI BEDAH
(TRANSPLANTASI
JANTUNG)
Transplantasi dilakukan pada pasien dengan CHF yang
berat. Indikasi umum transplantasi jantung meliputi fungsi
jantung yang semakin memburuk dan prognosa kehidupan
pasien kurang dari 1 tahun untuk dapat bertahan hidup.
Indikasi spesifik transplantasi jantung adalah CHF dengan
terapi konvensional yang gagal/tidak membaik, usia pasien
lebih muda dari 65 tahun, kemampuan untuk memenuhi
pengobatan lebih lanjut.
RENCANA EDUKASI
RENCANA PREVENTIF
RENCANA PROMOTIF
RENCANA REHABILITATIF
FASE 2 (SUPERVISED
EXERCISE)
Fase 2 ini dimulai saat pasien sudah sembuh dari rumah
sakit dan setelah 2-6 minggu istirahat di rumah. Tim
rehabilitasi jantung membuat jadwal latihan untuk pasien.
Dilakukan counseling dan edukasi untuk
mencegah/mengurangi faktor resiko yang dapat
memperparah keadaan pasien. Fase 2 ini dilakukan
selama 3-6 bulan.
FASE 3 (MAINTENANCED
PHASE)
Tim rehabilitasi membuat program latihan untuk dilakukan
pasien seumur hidupnya. Program latihan biasanya
disusun 3 kali dalam seminggu. Aktivitasnya disesuaikan
dengan aktivitas dimana pasien menikmati aktivitas
tersebut. Tujuan utama dari fase 3 ini adalah usaha
promotif untuk membuat kebiasaan hidup yang sehat
PROGNOSIS
Bila pasien tertangani dengan baik, prognosis
yang dihasilkan juga baik. Hal itu harus didukung
dengan keberhasilan terapi farmakologis dan
terapi rehabititative pasien. Kepatuhan pasien
dalam menjalani terapi juga memperbaik
prognosis pasien.
KESIMPULAN
THANKYOU