You are on page 1of 3

Nama: wan wan

Kelas: 5a unggulan

Sastra Peninggalan Budha di Indonesia. Ada beberapa karya sastra peninggalan sejarah yang
bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak Buddha yang terkenal adalah Kitab Sutasoma.
Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma menceritakan kisah Raden Sutasoma.
Kisah ini mengajarkan pengorbanan belas kasih yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai
kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang terkenal dari Kitab Sutasoma adalah
Bhinneka Tunggal lka Tan Hana Dharma Mangrwa. Berikut ini daftar karya sastra atau kitabkitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu
Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan
Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini
tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan
upeti.
2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur,
sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika
(Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini.
Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya.
Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan
Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.
3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab
naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup
singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah
raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka
Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang
menunjukkan siapa penulis Pararaton.
4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga. Kakawin ini
menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa,
dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari
yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda
Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka
berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor
babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada
seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara
Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini
tujuh bidadari ini. Sastra Peninggalan Budha di Indonesia. Ada beberapa karya sastra
peninggalan sejarah yang bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak Buddha yang
terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma
menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan pengorbanan belas kasih yang
harus ditempuh seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang

terkenal dari Kitab Sutasoma adalah Bhinneka Tunggal lka Tan Hana Dharma Mangrwa.
Berikut ini daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu
Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan
Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini
tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan
upeti.
2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur,
sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika
(Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini.
Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya.
Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan
Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.

3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit


Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab
naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup
singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah
raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka
Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang
menunjukkan siapa penulis Pararaton.
4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga. Kakawin ini
menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa,
dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari
yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda
Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka
berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor
babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada
seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara
Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini
tujuh bidadari ini. Sastra Peninggalan Budha di Indonesia. Ada beberapa karya sastra
peninggalan sejarah yang bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak Buddha yang
terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma
menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan pengorbanan belas kasih yang
harus ditempuh seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang
terkenal dari Kitab Sutasoma adalah Bhinneka Tunggal lka Tan Hana Dharma Mangrwa.
Berikut ini daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu

Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan
Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini
tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan
upeti.
2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur,
sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika
(Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini.
Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya.
Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan
Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.

3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit


Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab
naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup
singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah
raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka
Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang
menunjukkan siapa penulis Pararaton.
4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga. Kakawin ini
menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa,
dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari
yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda
Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka
berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor
babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada
seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara
Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini
tujuh bidadari ini.

You might also like