Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Sub Kelompok D
Anggota:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Laporan Kasus
Judul
Presentasi Bokong
Oleh:
Sub Kelompok D
Anggota:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Telah dinilai dan dinyatakan diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Obstetrik dan Ginekologi RSMH
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang,
Mei 2015
KATA PENGANTAR
Palembang,
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ii
STATUS PASIEN
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
13
2.1.
13
Seksio Sesarea
2.1.1. Definisi 13
2.1.2. Jenis
14
2.1.3. Indikasi 14
2.1.4. Kontraindikasi 15
2.2.
2.1.5. Prosedur
15
2.1.6. Komplikasi
18
20
2.2.1
Definisi
20
2.2.2
Insiden 20
2.2.3
Diagnosis
2.2.4
Syarat 21
2.2.5
Kontraindikasi 23
2.2.6
2.2.7
Komplikasi
BAB III.
ANALISA KASUS
27
BAB IV.
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
21
24
26
30
BAB I
STATUS PASIEN
A. Anamnesis Umum
I.
II.
Identifikasi
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Bangsa
Agama
Alamat
MRS
No. Med Rek
Nama Suami
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Bangsa
Agaama
: Ny. DA
: 35 tahun
:IRT
:SLTA
:Sumatera
:Islam
: Dalam kota
: 21 April 2015 pukul 14:00
: 888201
: Tn NF
: 35 Tahun
: Swasta
: SLTA
: Sumatera
: Islam
Riwayat Reproduksi
Menarche
Siklus haid
Lama haid
Banyak haid
HPHT
Taksiran Tanggal Persalinan
Usia Kehamilan
: 13 tahun
: 28 hari, teratur
: 5-7 hari
: 2 kali ganti pembalut
: 05 Agustus 2014
: 12 Mei 2015
: 37 minggu
III.
Riwayat Pernikahan
IV.
: Sedang
V.
Riwayat Gizi
: Sedang
VI.
Riwayat Kontrasepsi
:Tidak ada
VII.
Riwayat Obstetri
:
1. 2010, aterm, SC, laki-laki, BB 3300 gram, sehat
2. Hamil ini
VIII.
IX.
X.
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh
His mulai sejak
Darah lendir sejak
Rasa mengejan sejak
Ketuban pecah sejak
B. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama
: Bidan
: 7 jam SMRS
: 7 jam SMRS
::-
melahirkan
Keluhan Tambahan
:Riwayat Perjalanan Penyakit:
7 jam SMRS, os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang yang
semakin lama semakin sering dan kuat (+). Riwayat keluar darah lendir(+),
riwayat keluar air-air (-). Riwayat operasi melahirkan 1 kali di RS Bari
karena tempuni menutupi jalan lahir. Os berobat ke bidan dan dirujuk ke
RS Bari, tetapi tempat penuh lalu dirujuk ke RSMH. Os mengaku hamil
cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan.
C. PemeriksaanFisik
I.
II.
Status Generalis:
KU
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
RR
TB
BB
: Sedang
: Compos Mentis
:110/70
:92 x/menit
:36,7 C
:22 x/menit
:146 cm
:52 kg
Status spesifik
Kepala
Leher
Thorax
III.
Abdomen
Ekstremitas
Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar
Leopold I
:
: FUT 3 JBPX (31cm), teraba bokong di
fundus,
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
HIS
DJJ
TBJ
: memanjang, puki
: teraba kepala
:penurunan 3/5
: 3x / 10/ 35
: 145x/menit
: 2790 gr
2. Pemeriksaan Dalam
Portio
Posisi
Pendataran
Pembukaan
Ketuban
Terbawah
Penurunan
Penunjuk
: Livid, lunak
: Anterior
:100%
:6 cm
:+
: kepala
:H2
:UUK kiri lintang
D. Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)
Eritrosit (RBC)
Hasil
10.4
3.57
Rujukan
11.7-15.5
4.20-4.87
Satuan
g/dL
106/mm3
7
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
26.0
31
316
103/mm3
%
103/L
4.5-11.00
38-44
150-450
E. Diagnosis
G2P1A0, hamil 37 minggu inpartu kala I fase aktif dengan bekas SC 1x
(a.i plasenta previa totalis) JTH presentasi kepala
F. Tatalaksana
- Observasi TVI, His, DJJ
- IVFD RL gtt xx/min
- Kosongkan kandung kemih
- R/ Partus Pervaginam
- Cek lab DR, CM
- Evaluasi partograf WHO modifikasi
G. Prognosis
Dubia
Dubia
LAPORAN PERSALINAN
21/04/2015
`FOLLOW UP
21/4/2015 PUKUL 18:00 WIB
S:
Habis melahirkan
O:
Status Present
KU: Sedang, TD: 110/70 mmHg, T: 36,5C , Kesadaran: Compos
Mentis, Nadi: 82x/men, RR: 18x/men
Status Obstetri
PL: FUT 2 jari bawah pusat , kontraksi baik, perdarahan (-), lokia
(+), rubra, vulva tenang, luka episiotomi tenang.
A:
P:
Habis melahirkan
O:
Status Present
KU: Sedang, TD: 110/70 mmHg, T: 36,5C , Kesadaran: Compos
Mentis, Nadi: 82x/men, RR: 18x/men
Status Obstetri
PL: FUT 2 jari bawah pusat , kontraksi baik, perdarahan (-), lokia
(+), rubra, vulva tenang, luka episiotomi tenang.
A:
P:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Namun beberapa
Jenis
a. Seksio sesarea klasik : pembedahan secara sanger
12
Indikasi
Indikasi ibu
a. Riwayat sesar
b. Panggul sempit absolut
c. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
d. Stenosis serviks atau vagina
e. Plasenta previa
f. Disproporsi kepala panggul
g. Ruptur uteri membakat.
Indikasi janin
a. Distosia persalinan
b. Presentasi bokong
c. Kelainan letak
d. Gawat janin.
2.1.4
Kontraindikasi
Pada umumnya seksio sesarea tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. syok, anemia berat yang belum teratasi
c. kelainan kongenital berat
2.1.5
Prosedur
1. Teknik seksio sesarea klasik (corporal)
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan
lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
b. Pada dinding perut diibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang 12 cm sampai di bawah umbilikus lapis
demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka
c. Dalam rongga perut sekitar rahim dilingkari dengan kasa
laparotomi
d. Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas
rahim, kemudian diperlebar secara sagital dengan gunting
e. Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan. Janin
dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong fundus
13
14
2.1.6
Komplikasi
Setiap tindakan operasi SC memiliki tingkat kesulitan yang
Demam tinggi
Nyeri perut
Bila mencapai keadaan sepsis, resiko kematian ibu akan tinggi sekali.
Keadaan yang memudahkan terjadinya komplikasi :
16
Sangat gemuk
Hipertensi
Gizi buruk
Infeksi nifas
Perdarahan
Ruptur uteri
17
2.2.1
Insiden
Di Amerika pada tahun 1990 angka kejadian persalinan pervaginam
Diagnosis
VBAC dapat didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
Syarat
18
Karakteristik
Sko
o
1
2
r
Usia < 40 tahun
Riwayat persalinan pervaginal
- Sebelum dan sesudah
2
4
19
seksio sesaria
Persalinan pervaginal
2
1
0
25-75%
<25%
Interpretasi
Skor
0-2
3
4
5
6
7
8-10
Total
Angka keberhasilan
42-49 %
59-60%
64-67%
77-79%
88-89%
93%
95-99%
74-75%
Tidak
20
Ya
1. Bishop Score 4
Malpresentasi,Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
Makrosemia, IUGR
2.2.4 Kontraindikasi
a. Bekas seksio sesaria klasik
b. Bekas seksio sesaria dengan insisi T
c. Bekas ruptur uteri
d. Bekas komplikasi operasi seksio sesaria dengan laseraasi servik
yang luas
e. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya
f.
g.
h.
i.
miomektomi
Disproporsi sepalopelvik yang jelas
Pasien menolak persalinan pervaginal
Panggula sempit
Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan
kontraindikasi persalinan pervaginal.
2.2.5
Plasenta previa
Vasa previa
CPD/FPD
Panggul patologik
Presentasi abnormal
Kelainan letak
Postterm dengan skor pelvik rendah
2 kali seksio
Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk
Operasi yang lalu korporal atau klasik
21
Usia Maternal
22
23
Perdarahan pervaginal
BAB III
ANALISA KASUS
Dari anamnesis Ny DA, 35 tahun, didapatkan pasien hamil 37
minggu, perut mules menjalar ke pinggang hilang timbul makin lama makin
sering dan kuat, riwayat keluar darah lendir (+) 7 jam SMRS, keluar air (-),
pernah seksio sesarea 1x pada tahun 2010 karena tembuni menutupi jalan
lahir. Ini adalah kehamilan yang ke-2 , sebelumnya tidak pernah keguguran.
Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih
utuh dan tidak ada nyeri tekan abdomen.Tinggu fundus uteri 3 jari di bawah
processus xyphoideus (31cm), denyut jantung janin 145x/mnt teratur, letak
janin memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 3/5, his 3x
dalam 10 menit selama 45 detik, taksiran berat janin 2790 gram.
Pemeriksaan dalam menunjukkan portio dengan konsistensi lunak, anterior,
pendataran 100%, pembukaan 6 cm, ketuban (+) jernih, bau (-), bagian
terbawah kepala, penurunan Hodge II, penunjuk ubun-ubun kecil kiri
lintang.
Dari anamnesis dan pemeriksaan obstetrik di atas dapat disimpulkan
bahwa diagnosis pada kasus ini adalah G2P1A0 hamil aterm dengan bekas
seksio sesarea 1x (a.i. plasenta previa totalis) inpartu kala I fase aktif janin
tunggal hidup presentasi kepala.
Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan
persalinan pervaginam pada bekas seksio sesaria. Bekas seksio sesarea klasik,
insisi T pada uterus, dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu
misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan
persalinan pervaginam. Seksio sesaria klasik atau insisi T pada uterus
24
kontraksi yang paling kuat di fundus uteri sebagai pacemaker kontraksi menurun,
maka kemampuan segmen bawah rahim saja tidak adekuat untuk melakukan
persalinan pervaginam.Selain itu, pasien dengan insisi SC klasik lebih berisiko
untuk mengalami ruptur uteri. Pada pasien ini, riwayat SC sebelumnya adalah
sectio sesaria transperitoneal profunda (SSTP) sehingga pasien ini memenuhi
kualifikasi untuk melakukan persalinan pevaginam pada kehamilan berikutnya.
Usia pasien pada kasus ini adalah 35 tahun. Pada usia >30 tahun, insiden
ruptura uteri pada persalinan pervaginam setelah seksio sesaria lebih tinggi
(1,4%) jika dibanding pada usia < 30 tahun (0,5%).
Pasien belum pernah melahirkan pervaginam, padahal pasien dengan
bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginam memiliki
angka keberhasilan persalinan pervaginam yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginam.
Indikasi seksio sesaria sebelumnya pada kasus ini adalah dikarenakan
plasenta previa totalis. Hal ini memperbesar kemungkinan berhasil rencana
persalinan pervaginam, jika dibandingkan seksio sesaria yang lalu atas indikasi
lainnya seperti letak sungsang, fetal distress, dan disfungsi persalinan.
Jarak sectio sesaria sebelumnya dengan sekarang adalah 5 tahun. Jarak ini
dipandang sudah baik. Jarak antara waktu persalinan seksio sesarea yang lalu
dengan taksiran partus kehamilan sekarang sekurang-kurangnya 18 bulan untuk
memastikan kekuatan uterus pada kehamilan sekarang.
Risiko ruptura uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio
sesarea sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptura uteri. Pasien ini baru satu kali
menjalani SC sehingga memenuhi kriteria untuk melakukan persalinan
pervaginam.
25
26
27
BAB IV
KESIMPULAN
1.
2.
28
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, Ed. IV, cetakan III. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.
Smith GC, Pell JP, Dobbie R. Interpregnancy Interval and risk of Preterm birth
and neonatal death: Retrospective co-hort study. Bmj. 2003;327:9.
Saifuddin, A.B. ,Rachimhadi, T., Wiknjosastro,G.H. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo.
2010.
Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan pada
presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (18th ed),
Suyono, J., Hartono, A., ( Alih Bahasa ), Jakarta : EGC, 1995.
Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, 3rd
ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980.
National Collaborating Centre for Womens and Childrens
Health
October. Available
from
:http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx?
Wiknjosastro H; Persalinan sungsang; dalam; Ilmu bedah kebidanan; Yayasan
BinaPustaka; Jakarta ;2002;12:194-12.
Hofmeyr GJ, Kulier R. Cephalic version by postural management for breech
presentation (Review). The Cochrane Library. Issue 4. USA. Oxford; 2000.
Smith C, Crowter C, Wilkinson C, Pridmore B, Robinson J. Knee-chest postural
management for breech at term: A randomized controlled trial. Birth
1999;26(2):71-5.
29