Professional Documents
Culture Documents
Manajemen
Masalah
Istimewa
Kesadaran
Suhu
: 36o C
SpO2
:71 %
Mata : CA -/-, SI -/ Mulut : Tidak hiperemisSisa darah pada sudut bibir (+)
Leher : limfonodi TB (-) Kaku Kuduk : (-)
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
I
: Datar
Au : BU (+) normal
Per : Timpani
Pa : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Edema -/-/-/-
TERAPI (jam)
Saat Pasien di IGD:
O2 10 lpm sungkup
Inf.RL 20 tpm
Inj. Asam Traneksamat 500 mg
Daftar Pustaka :
1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis.
Edisi ke-2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008.
2. Amin Z, Asril B. Tuberculosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4.
Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006.
3. Amin Zulkifli. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan keluhan
nyeri pada panggul kanan post terjatuh pada saat KLL tunggal 1 jam
SMRS. Mual (-) Muntah (-)
OBJEKTIF:
Gejala klinis yang penting dari TB yang sering digunakan untuk menegakan
diagnosa klinik adalah batuk kronik yang terus menerus selama tiga minggu yang
disertai keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan. Diagnosa pasti TB Paru adalah
ditemukannya BTA pada pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Untuk itu
setiap pasien yang dicurigai TB Paru dengan gejala di atas, harus dilakukan pemeriksaan
sputum Selain itu dapat terjadi hemoptoe.
Pada pasien ini dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien batuk darah
1,5 jam SMRS dengan riwayat batuk lama 1bulan, disertai penurunan berat badan
yang signifikan. Menurut keluarga, pasien sering mengeluh badan terasa panas dingin.
Pasien mempunyai riwayat pengobatan rutin 6 bulan 10 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun (GCS E1M4V1), sisa darah di sudut
mulut dan rhonki pada kedua lapang paru.
PLAN:
Diagnosis
TB Paru dengan penurunan kesadaran
Pengobatan
Instruksi rawat inap (ICU)
Hasil konsul dengan dr.spesialis interna:
Inf NaCl 15 tpm
Inf Levofloxacin 1x500mg (skin test)
O2 10 lpm sungkup
j/ As.Traneksamat 3x1gram
j/Vit K 3x1 ap
j/Piracetam 2x3gr
j/Citicolin 2x500 mg
j/Ranitidine 3x1 ap
NGT
DC
PRO ICU
Lab DL,GDS,LFT lengkap,Ur/Cr, BGA, elektrolit lengkap,PAP TB
Ro Thorax
Hasil Konsul dr spesialis anestesi:
Jika Hb<8, transfuse whole blood 2 kolf
Pendidikan
Edukasi mengenai penyakit bertujuan untuk memotivasi pasien dan keluarga menjalani
rawat inap, menjelaskan tentang kondisi pasien yang dihubungkan dengan penyakit
beserta kemungkinan komplikasi.
Follow Up
KASUS MEDIS
TB PAru dengan Penurunan Kesadaran
Disusun oleh :
dr.Emy Novita Sari
Dokter Internship RSUD KAJEN
Pendamping :
Dr. Imam
Dr.Siti Hanah
Pada hari
Nama
Judul/topik
Nama Pendamping
: Dr. Imam
Dr.Siti Hanah
Nama wahana
: RSUD KAJEN
Keterangan
Tanda tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Presentan
Dokter internship
Dokter internship
Dokter internship
Dokter internship
Presentan
dr.Imam,dr.Siti Hanah
TINJAUAN PUSTAKA
atau apex paru-paru. Bila berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat
dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru, fokus kalsifikasi, tuberkuloma
(granuloma terlokasi yang sering mengalami kalsifikasi, dan kalsifikasi pleura (Patel,
2007)
Gejala spesifik sesuai organ yang terkena: TB kulit/ skrofuloderma; TB tulang dan
sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/ meningitis dengan gejala iritabel,
kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis
fliktenularis, tuberkel koroid), dll (Kapita Selekta, 2000).
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru
1. Genetic
Factor genetic kurang berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis
2. Upaya penanggulangan TB
a) Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
b) Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu
pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.
c) Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggaalangan kerjasama dan kemitraan
dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
d) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada pasien secara
cuma cuma dan dijamin ketersediaannya.
e) Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
f) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
3. Perilaku yang berpengaruh terhadap kejadian Tuberculosis
Kebiasaan membersihkan rumah dan pekarangan
Hygiene perseorangan
Penderita TB Paru yang kurang tahu tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan
akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan
b)
tuberculosis.
Ventilasi Rumah
Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan
dan menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi
kedalam dua jenis, yaitu:
i.
Ventilasi alam
Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur udara
dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka
ventilasipun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat porous dinding
ruangan, atap dan lantai.
ii.
Ventilasi buatan
Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat mekanis
maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin, exhauster, dan AC
(air conditioner).
Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas
lubang ventilasi isidentil ( dapat dibuka dan ditutup) minimal 5% dari luas lantai.
Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
b. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,
knalpot kendaraan,debu dan lain-lain.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi
berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang barangbarang besar misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.
Secara umum penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas
ventilasi dengan luas lantai rumah dengan menggunakan Role meter. Menurut
indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah
10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
adalah < 10% luas lantai rumah.
Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
membawa pengaruh bagi penghuninya. Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga
aliran udara dirumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang <10% dari luas
lantai akan mengakibatkan berkurangnya konsenterasi oksigen dan bertambahnya
konsenterasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya. Disamping itu,
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan
yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteribakteri pathogen termasuk kuman tuberculosis.
Selain itu, fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen seperti tubekulosis, karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir.
Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan
terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk kedalam
rumah, akibatnya kuman tuberculosis yang ada didalam rumah tidak dapat keluar dan
c)
Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan denggan satuan derajat
tertentu. Suhu udara dibedakan menjadi : 1). Suhu kering (umumnya 24-34 0C); 2).
Suhu basah (umumnya 20-250C).
Secara umum, penilaian suhu rumah dengan menggunakan thermometer ruangan.
Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu rumah yang memenuhi syarat
kesehatan adalah antara 20-250C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan adalah < 200C atau > 250C.
Suhu dalam rumah akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Suhu berperan
penting dalam metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan tekanan darah. Suhu rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatlan kehilangan panas tubuh
dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan suhu lingkungan melalui proses
evaporasi. Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan
merupakan predisposisi untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen
yang menular.
Bakteri mycobacterium tuberculosa memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di
dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka tumbuh pesat.
Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesolifik yang tumbuh subur dalam
d)
rentang 25-400C,akan tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-370C.
Pencahayaan Rumah
Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar
matahari, yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari
alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya alamiah yakni matahari.
Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen didalam
rumah, misalnya kuman TBC. Oleh karena itu, rumah yang cukup sehat seyogyanya
harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela), luasnya sekurang-kurangnya 1520%.perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat langsung kedalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga
sebagai jalan masuk cahaya.
Cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri, teruatama kuman
mycobacterium tuberculosa. Kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari
langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat
berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis. Kuman tuberculosis dapat bertahan hidup
pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun;tahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol,dan
panas api. Kuman mycobacterium tuberculosa akan mati dalam waktu 2 jam oleh
sinar matahari, oleh tincture iodii selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80% dalam
waktu 2-10 menit serta mati oleh fenol 5% dalam waktu 24 jam. Rumah yang tidak
masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberculosis 3-7 kali lebih besar
e)
2.7 Diagnosis
2.7.1
Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS
diulang.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain
misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
( misalnya: Kotrimoksasaol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak
ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi
pemeriksaan dahak SPS.
-
Bila hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
Bila hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
menegakkan diagnosis TBC.
Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka penderita tersebut bukan
penderita TBC.
2.8 Penatalaksanaan
Regimen dasar pengobatan TB adalah kombinasi INH dan RIF selama 6 bulan
dengan PZA pada 2 bulan pertama. Pada TB berat dan ekstrapulmonal biasanya
pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB
dan streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10 bulan sesuai
perkembangan klinis.
Pada meningitis TB, perikarditis, TB milier, dan efusi pleura diberikan
kortikosteroid, yaitu prednison 1-2 mg/ kgBB/ hari selama 2 minggu, diturunkan
perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu (Kapita Selekta, 2000).
DAFTAR PUSTAKA