Professional Documents
Culture Documents
STEP 1
a. Lintang dorsoinferior
: keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada satu sisi kiri atau kanan, dan bokong disisi
kontralateralnya, dan punggung terletak di sebelah bawah.
b. Partograf
: catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk
memantau keadaan ibu dan janin untuk menentukan persalinan
normal atau abnormal, dan menemukan kelainan CPD sebelum
persalinan menjadi macet.
c. Partus tak maju : suatu kondisi dimana dalam proses kelahiran tidak
ada penurunan dr janin, dan pembukaan yg sesuai meskipun HIS
sudah adekuat. Dan tidak terjadi putaran paksi dalam dalam 2 jam
terakhir.
Tidak ada kemajuan kala 1 dalam waktu yg telah ditentukan.
Primigravida : 13-14 jam, Multigravida: 7-8 jam.
STEP 2
1. Bagaimana proses persalinan normal?
2. Apa penyebab dari partus tak maju?
3. Apa saja yang mempengaruhi dari partus tak maju (kemajuan dalam
persalinan) ?
4. Mengapa persalinan berlangsung selama 10 jam tanpa kemajuan
proses persalinan?
5. Apa pengaruh TB dan BB ibu terhadap status obstetrinya?
6. Apa tujuan dari pengamatan partograf?
7. Apa maksud berada disebelah kanan garis waspada saat partograf?
8. Apa Interpretasi dari hasil pemeriksaan VT?
9. Apa yang mempengaruhi posisi janin?
10.
Apa tindakan yang bisa dilakukan sebagai dokter umum
terhadap kasus tersebut?
11.
DD?
12.
Apa dan tanda-tanda kegawat daruratan dalam kasus ini
(persalinan)?
STEP 3
1. Bagaimana proses persalinan normal?
KALA I adalah proses / awal dr proses persalinan.
Tanda-tanda keluarnya lendir dan darah. Ada 2 fase : fase laten dan
aktif (fase akselerasi: dari pembukaan 3 maju ke empat selama 2 jam,
dilatasi maksimal: dari 3-9, deselerasi: dari 9 ke 10)
Keadaan yg dapat membuat
Laten memanjang : diawal lebih lama lebih dr 10 jam
fase aktiv memanjang : sesudah 2cm naik dibawah 1 cm, dari 4 ke 9
naiknya dibawah 1,5cm, sampai pembukaan 9 bukanya sediki-sediki
0,5cm
gangguan pada fase akif :
1. Protraction : fase berkepanjangan dan berlarut larut terjadi
penurunan yg lambat dan pembukaan yang lambat (kurang dari 1
cm/jam)
2. Arrest : macet terhentinya total penurunan atau pembukaan dari
servik
Lama menunggu menggunakan kurva friedman:
Primigravida sekitar 13-14 jam (8,6 jam fase laten dan 4,3 jam fase
aktiv)
Multigravida 7-8 jam (fase latent 5,3 jam dan fase aktif: 2,2 jam)
KALA II : proses pengeluaran buah kehamilan
Primigravida : kurang lebih sekitar 2-3 jam
Multigravida : 1,5-2 jam
KALA III : proses pengeluaran dari plasenta
Primigravida : 0,5-1 jam
Multigravida : 15-30 menit
KALA IV : pengawasan terhadap ibu apakah terhadapat perdarahan
post partum, diawasi KU, tanda vital, laserasi jalan lahir. Diawasi tiap
15 menit pd satu jam pertama, dan tiap 30 menit dr 1 jam berikutnya.
Factor yg mempengaruhi:
a. Power : kekuatan ibu untuk mengeluarkan janin
b. Passanger : keadaaan janin
c. Passage : jalan lahir
d. Psikis ibu
e. Penolong
Faktor yg menyebabkan mulai terjadinya persalinan :
Teori persalinan :
a. Teori penurunan hormone : kurang lebih 1-2minggu sebelum
persalinan (terjadi penurunan estrogen dan progesterone yang
menyebabkan meningkatnya tekanan pada otot-oto rahim dan
merangsang peningkatan hormone oksitosin dan prostaglandin)
b. Teori plasenta : karena umur plasenta yang menjadi tua
c. Teori distensi rahim : akibat penekanan janin yang bertambah besar
d. Teori mekanik : akibat penekanan ganglion cervicalis plexus
frankenhausen (dlm ganglion cervicalis) kontraksi uterus
meningkat
e. Teori gravitasi
Mekanisme persalinan normal :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Engagement
Desensus
Fleksi
Rotasi internal
Ekstensi
Rotasi eksternal
Ekspulsi
FAKTOR YG MEMPENGARUHI
Kekuatan yang mendorong janin keluar (Power) :Power adalah
kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu
Faktor jalan lahir (passage): pinggul sempit, kelainan serviks, vagina,
tumor. Jalan lahir adalah jalan lahir yang akan dilalui oleh janin. Jalan
lahir dibagi atas bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kondisi janin
Kemajuan persalinan
Jam dan waktu
Kontraksi uterus
Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Kondisi ibu
Asuhan,pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Halaman Belakang
Digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran, serta tindakan tindakan yang dilakukan
selama persalinan Kala I hingga Kala IV
Ilmu kebidanan,Sarwono Prawirohardjo, hal 316-323
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis ditujukan untuk memeriksa pintu atas panggul
digunakan diameter anteroposteriot, diameter interspinosus digunakan
untuk mengukur luas dari tulang tengah dan diameter intertuberous
digunakan untuk mengukur pintu bawah panggull. Sudur yang semput
dibawah 900 dapat dikatakan sebagai panggul sempit. Selain daripada
itu perlu juga dinilai seberapa besar ukuran kepala janin dan perkiraan
dapat atau tidaknya melewati jalan lahir pervaginum.
Pemeriksaan utuk mengukur besar kepala janin adalah dengan
menghitung diameter dari alis janin sampai dengan subociputal.
Pengukuran sendiri biasanya dilakukan dengan mengunakan CT scan
ataupun MRI karena pengukuran dengan mengunakan X-ray akan
menyebabkan distorsi paralax. Pengukuran dari diameter biparietal
dan lingkar kepala dapat dihitung dengan mengunakan USG dan
ukuran ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dan
membantu dalam menatalaksana distosia. Selain daripada itu
pengukuran fetal pelvic indeks dapat digunakan untuk melihat apakan
adanya komplikasi dalam persalinan. Sayangnya sensifitas dari
penghitungan cephalopelvic disproportion sangat rendah. Dan sampai
saat ini belum ada penelitian maupun metode yang akurat untuk
memprediksi adanya fetopelvic disproportion hanya berdasarkan
ukuran kepala janin. Penentuan adanya FPD ataupun CPD hanya dapat
ditetapkan dengan pengukuran dengan CT, MRI dan temuan klinis.
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
11.
DD? (paket lengkap definisi, etiologi, patfis, factor resiko,
manifest, cara diagnosis, penatalaksanaan, px. Penunjang, komplikasi,
prognosis)
DISTOSIA
- Uteri
- Serviks
- Kelainan janin : jumlah, presentasi
CPD
distosia
1. Definisi
Distocia Adalah terhalangnya kemajuan persalinan.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
2. Macam macam etiologi
Passage
1. Kelainan panggul
2. Disproporsi cephalopelvic
Passanger
1. Kelainan letak kepala
2. Kelainan letak sungsang
3. Kelainan letak lintang
4. Kelainan bentuk dan besar janin
5. Kelainan tali pusat menumbung
Power
Penanganan :
o inersia uteri
setelah diagnosis inersia uteri ditegakkan, harus diperiksa keadaan servik, presentasi
aerta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Jika ada
CPD maka langsung lakukan seksio sesarea. Keadaan umum penderita diperbaiki
sementara dan kosongkan kandung kencing dan retum. Apabila kepala atau bokong
janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita disuruh jalan2 supaya his menjadi
kuat. Jika ketuban belum pecah bisa dilakukan pemecahan ketuban, karena setelah
tindakan ini persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama.
Pemberian oksitisin 5 satuan dimasukkan dalam larutan glukosa 5% dan berikan
secara intravena dengan kecepatan 12 tetes per menitdan dapat perlahan2 dinaikkan
menjadi 50 tetes per menit. Tapi jika tetap uterus tidak berkontraksi dengan baik
lakukan seksio sesarea.
Kontra indikasi pemberian oksitosi adl pada panggul sempit, ibu yang pernah seksio
sesarea, miometomi, grande multipara.
Efek samping pemberian oksitosin dapat menimbulkan incoordinate uterine action.
o hipertonik uteri contaction
biasanya pada ibu yang pernah partus presipitatus kemungkinan akan terjadi lagi,
sehingga pada saat akan mendekati persalinan harus diawasi dengan baik, dan
episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari ruptur perinei.
o Incoordinate uterine action
Hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki
koordinasi fungsional atara bagian2 uterus. Usaha yang dilakukan adalah mengurangi
tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan
pemberian analgetik seperti morfin dan petidin. Persalinan tidak boleh lama apalagi
ketuban sudah pecah maka harus segera lakukan seksio sesarea.
(Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, BP-SP : Jakarta)
Passage
1. Kelainan panggul
Panggul ibu terlalu sempit
Kelainan bentuk ada 3
Kongenital
2. Disproporsi cephalopelvic
Ada beberapa kemungkinan:
Distosia serviks
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.
Klasifikasi kelainan pada serviks uteri :
a) Serviks kaku
Suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. Keadaan ini sering dijumpai
pada primigravida tua, atau karena adanya parut2 bekas luka atau nbekas
infeksi atau pada karsinoma servisis.
Jika setelah diberi obat valium dan petidin tidak merubah sifat kekakuan,
tindakan kita adalah melakukan seksio sesarea.
b) Serviks gantung
Suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedang
OUI tidak mau membuka.
Bila observasi keadaan tetap dan tidak ada kemajuan OUI maka pertolongan
yang tepat adl seksio sesarea.
c) Serviks konglumer
Suatu keadaan dimana OUI dapat terbuka sampai lengkap sdg OUE tidak
mau membuka. Keadaan ini biasanya ditemui pada ibu hamil dgn prolaps
uteri disertai serviks dan portio yang panjang.
Penanganan : perlebar OUE dgn sayatan menurut Durhsen yaitu sayatlah
masing2 selebar 1-2 cm shgg pembukaan menjadi lengkap (10cm) dan
partus dapat dipimpin atau diselesaikan dengan ekstraksi vakum atau forsep.
d) Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat pada serviks dan disertai hematoma serta
nekrosis maka ini mrpkan tanda adanya obstruksi. Bila syarat2 untuk
ekstraksi vakum atau forsep tidak dipenuhi lakukan seksio sesarea.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Passanger
1. Kelainan letak kepala
c) Letak sungsang tidak sempurna : dimana selain bokong bagian yang terendah
juga kaki atau lutut.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Etiologi :
a) Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul
sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa, tumor2 pelvis
b) Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
c) Gemeli
d) Kelainan uterus
e) Sebab yang tidak diketahui
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
a) Kehamilan posterm
b) Wanita dengan habitus endolen
c) Orang tua yang besar
d) Eritroblastosis
e) Hipertiroidisme
f) DM gestasional
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Pertumbuhan janin yang besar
janin besar adalah yang BB melebihi 4500 gram.
prognosis:
pada panggul normal janin dgn BB 4000-4500 gr umumnya tidak menimbulkan
kesulitan dalam persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih dari 45005000 gr atau kepala yang sudah keras dan bahu yang lebar. Apabila CPD ini
dibiarkan makaa terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
Penanganan :
a) Pada CPD dilakukan seksio sesarea
Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang
cukup lebar atau bahu diperkecil dengan mlakukan kleidotomi unilateral auat
bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera
post kleidotominya dikonsulkan ke bagian bedah.
( Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH )
12.
Apa dan tanda-tanda kegawat daruratan dalam kasus ini
(persalinan)?
- Keadaan ibu tampak lemah dehidrasi power tidak kuat
- Ketuban pecah dini
- Perdarahan
- Pergerakan janin HIS kurang dr normal, DJJ kurang dr
normal, suhu kurang dr 37 derajat)
- Tekanan darah ada protein uri
- Kondisi ibu shock
- Perdarahan akibat?? setelah persalinan dan sebelum
persalinan, saat persalinan, paling banyak atonia uteri (tidak
ada konraksi uterus), rupture uteri (GEJALA? kegawat
daruratan telat kematian ibu dan janin)
Inersia uteri
- setelah diagnosis inersia uteri ditegakkan, harus diperiksa
keadaan servik, presentasi aerta posisi janin, turunnya kepala
janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Jika ada CPD
maka langsung lakukan seksio sesarea. Keadaan umum
penderita diperbaiki sementara dan kosongkan kandung
kencing dan retum. Apabila kepala atau bokong janin sudah
masuk ke dalam panggul, penderita disuruh jalan2 supaya his
STEP 4