You are on page 1of 2

Foto 3

KERATON SUMENEP

Karaton Pajagalan atau lebih dikenal Karaton Songennep dibangun di atas tanah
pribadi milik Panembahan Somala penguasa Sumenep XXXI. Dibangun Pada tahun 1781
dengan arsitek pembangunan Karaton oleh Lauw Piango salah seorang warga keturunan
Tionghoa yang mengungsi akibat Huru Hara Tionghoa 1740 M di Semarang. Karaton
Panembahan Somala dibangun di sebelah timur karaton milik Gusti R. Ayu Rasmana
Tirtonegoro dan Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) yang tak lain adalah
orang tua dia. Bangunan Kompleks Karaton sendiri terdiri dari banyak massa, tidak dibangun
secara bersamaan namun di bangun dan diperluas secara bertahap oleh para keturunannya.
Di depan keraton, ke arah selatan berdiri Pendapa Agung dan di depannya berdiri
Gedong Negeri (sekarang Kantor Disbudparpora) yang didirikan oleh Pemerintahan Belanda.
Konon, Pembangunan Gedong Negeri sendiri dimaksudkan untuk menyaingi kewibawaan
keraton Sumenep dan juga untuk mengawasi segala gerak-gerik pemerintahan yang
dijalankan oleh keluarga Keraton. Selain itu Gedong Negeri ini juga difungsikan sebagai
kantor bendahara dan pembekalan Karaton yang dikelola oleh Patih yang dibantu oleh
Wedana Keraton.
Disebelah timur Gedong Negeri tersebut berdiri pintu masuk keraton Sumenep yaitu
Labang Mesem. Pintu gerbang ini sangat monumental, pada bangian atasnya terdapat sebuah
loteng, digunakan untuk memantau segala aktifitas yang berlangsung dalam lingkungan
keraton. Konon jalan masuk ke kompleks keraton ini ada lima pintu yang dulunya disebut
ponconiti. Saat ini tinggal dua buah yang masih ada, kesemuanya berada pada bagian depan
tapak menghadap ke selatan. Pintu yang sebelah barat merupakan jalan masuk yang amat
sederhana. Di bagian pojok disebelah timur bagian selatan Labhang Mesem berdiri Taman
Sare (tempat pemandian putera-puteri Adipati) dimana sekelilingnya dikelilingi tembok
tembok yang cukup tinggi dan tertutup.
Sedangkan di halaman belakang keraton sebelah timur berdiri dapur, sebelah barat
berdiri sisir (tempat tidur para pembantu keraton, emban, dayang-dayang Puteri Adipati), di
sebelah barat terdapat sumur. Di depan sumur agak ke arah barat berdiri Keraton Ratu R. Ayu
Rasmana Tirtanegara, dan di depannya berdiri pendapa. Namun pada zaman pemerintahan
Sultan Abdurahman Pakunataningrat pendapa tersebut dipindahkan ke Asta Tenggi dan
disana didirikan Kantor Koneng. Pembangunan Kantor Koneng (kantor kerajaan/adipati)
semula mendapat tentangan keras oleh pemerintah Hindia Belanda karena hal tersebut
bertentangan dengan peraturan pemerintah saat itu. Namun, untuk menghindari tuduhan

tersebut maka Sultan beninisiatif untuk mengubah seluruh cat bangunan tembok berwarna
kuning selaras dengan namanya yaitu "kantor koneng" (bahasa belanda :konenglijk=kantor
raja/adipati). Pada Masa Pemerintahan Sultan Abdurrahman, kantor Koneng difungsikan
sebagai tempat rapat-rapat rahasia para pejabat-pejabat tinggi Karaton. Di sebelah selatan
Kantor Koneng, di pojok sebelah barat pintu masuk berdiri pendapa (paseban).
Kompleks keraton Sumenep dibuka untuk umum setiap harinya sehingga seringkali
dikunjungi oleh para wisatawan dalam dan luar Sumenep. Foto yang saya buat menunjukkan
lorong penghubung antara pendopo dan tempat peristirahatan raja, kalau sekarang Bupati
Sumenep.

You might also like