You are on page 1of 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang pertanian ditinjau dari ketersediaan
lahan, kesesuaian iklim, tenaga kerja (melimpah), komoditas beragam, dan kekayaan hayati.
Indonesia memiliki lahan luas, yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian
berkelanjutan. Ini dimanfaatkan negara lain, seperti Malaysia, yang memperluas lahan
pertaniannya di Pulau Sumatera dan Kalimantan, antara lain, untuk komoditas perkebunan.
Karena iklim tropis, banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan di Indonesia .
Ditambah lagi dengan daerah bergunung yang cocok untuk tanaman subtropis.
Komoditas pertanian menjadi beragam, seperti perkebunan, pangan, rempah dan obat, energi
nabati, hortikultura (sayur, buah, flora), serta serat alam. Indonesia juga pernah menjadi salah
satu pemasok utama dunia, antara lain, komoditas kelapa sawit, kakao, teh, kopi, karet alam,
dan rempah rempah.
Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian yaitu kontribusi
produk dalam sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi
pasar. Peran penting lainnya adalah dalam penyediaan kebutuhan pangan manusia apalagi
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan
juga semakin meningkat. Di Indonesia sebagai Negara agraris, ada peran tambahan dari
sektor pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang
berada di bawah garis kemiskinan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah penduduk
miskin pada tahun 2004 mencapai 36,147 juta orang, dan 21,265 juta (58,8%) di antaranya
bekerja di sektor pertanian.
Di antara gegap gempitanya pembangunan, sayangnya potensi itu kini tidak lagi
optimal untuk dikembangkan oleh generasi muda. Lapangan pertanian mulai kurang diminati
generasi muda di desa, seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, menyebabkan
berubahnya pula orientasi masyarakat untuk mempertahankan hidupnya, ini dibuktikan
dengan menurunnya kemampuan para generasi muda untuk mewarisi keahlian orang tuanya
untuk bertani, dengan memilih merantau kekota karena sektor industri atau sektor jasa
lainnya dianggap lebih menjanjikan.
Akibatnya, mobilitas penduduk desa ke kota untuk mendapat pekerjaan di luar pertanian
begitu menonjol. Arus urbanisasi ini selain menimbulkan masalah sosial baru di kota,

2
mengakibatkan hilangnya potensi tenaga kerja di sektor pertanian. Hilangnya sumber daya
insan pertanian ini merupakan persoalan yang tidak kalah serius dalam konteks membangun
kesejahteraan negeri agraris.
Minimnya pengetahuan akan pertanian yang diberikan oleh sekolah dan universitas
turut memberikan efek yang cukup kuat dalam menurukan minat para pemuda untuk memilih
terjun ke dalam dunia pertanian, banyak para pemuda yang setelah lulus SMA lebih memilih
melanjutkan pendidikan di jurusan teknologi,eksakta dan juga seni, jarang yang memilih
jurusan pertanian, perikanan, kedokteran hewan, kehutanan dan pertenakan, mereka hanya
berfikir bahwa memilih jurusan teknologi, eksakta dan seni akan memberikan mereka
penghidupan yang layak dan gaji yang besar. Bekerja di sektor pertanian dianggap tidak
memberikan masa depan yang cerah dan segala cita-cita mereka tidak akan tercipta jika harus
memilih sektor pertanian.
1.2

Rumusan Masalah
1.
2.

Sejauh mana potensi pertanian Indonesia diminati generasi muda pedesaan?


Bagaimana cara mensiati dan menanggulangi dampak dari lunturnya minat generasi
muda pedesaan dibidang pertanian tersebut?

1.3

Tujuan dan Manfaat


1.3.1

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sejauh mana

potensi dan pengaruh sektor pertanian bagi berbagai bidang kehidupan masyarakat dan
memberikan informasi yang penting mengenai budaya hidup generasi muda pedesaan dan
perkembangannya dalam kurun waktu yang singkat yakni beberapa tahun terakhir serta kiatkiat terbaru dan cara mensiati dampak lunturnya budaya pertanian di pedesaan.
1.3.2

Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terkait budaya yang kini marak ditinggalkan generasi muda pedesaan dan dampak
dampak yang ditimbulkan beserta siasat dan penanggulangan terbaik untuk penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan hal tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pertanian dimata generasi muda Indonesia


Generasi muda yang semestinya menjadi generasi penerus, sangat jarang yang
memilih pertanian sebagai mata pencaharian mereka. Di desa, kaum muda yang
umumnya lahir dan dibesarkan di keluarga petani, sebagian besar enggan untuk
melanjutkan profesi orang tua mereka untuk menjadi petani. Mereka lebih memilih
pekerjaan non tanah sebagai sumber penghidupan. Misalnya menjadi buruh pabrik,
kuli bangunan, atau tukang ojek. Sebagian dari mereka tergoda untuk pergi mengadu
nasib di kota, misalnya Jakarta. Hal ini bisa dilihat diantaranya dari fenomena
urbanisasi tahunan pasca lebaran. Puluhan ribu orang dari desa berbondong-bondong ke
kota. Di kota mereka biasanya bekerja di sektor informal seperti pedagang kaki lima,
pembantu rumah tangga, menjadi buruh bangunan, adapula yang terpaksa menjadi
pengamen jalanan.
Semakin lunturnya minat generasi muda terhadap pertanian diantaranya
disebabkan oleh citra pertanian (dalam hal ini petani) yang sering diidentikkan dengan
garapan kasar dan kotor serta penghasilan yang pas-pasan. Tentu saja itu adalah
paradigna sempit yang seharusnya diubah. Karena jika profesi di bidang pertanian itu
ditekuni dan dikerjakan dengan management dan keilmuan yang mumpuni, bila diukur
secara materi bisa menghasilkan pendapatan yang berlipat-lipat dibanding pekerja
kantoran. Namun demikian, pekerjaan-pekerjaan di bidang selain pertanian masih
dianggap menawarkan kemakmuran yang lebih besar dengan cara yang praktis dan
bergengsi.

2.2

Penyebab Pertanian kurang diminati


Ada beberapa faktor penyebab untuk bisa menjawab mengapa pertanian Indonesia
kurang diminati oleh generasi muda. Pertama, adanya imajinasi yang mengaitkan
pertanian adalah pekerjaan yang tidak memiliki prospek cerah untuk menjamin masa
depan. Memilih jalan menjadi sarjana pertanian dianggap sama dengan memilih
mendapat status kemiskinan dan pengangguran.
Kedua, faktor non pertanian lebih menjanjikan lapangan pekerjaan dan jaminan
kesejahteraan lebih bervariasi. Hal ini bisa kita lihat dengan mata telanjang di kolom
lowongan kerja di berbagai media massa yang sangat jarang membutuhkan lulusan dari
fakultas pertanian. Pada 2008, ada 940 perusahaan/jasa membutuhkan tenaga kerja,

4
tetapi hanya tiga perusahaan atau sekitar 0,31 persen dari total perusahaan/jasa yang
membutuhkan sarjana pertanian.
Ketiga, pengembangan

pertanian oleh pemerintah berjalan setengah hati.

Pemerintah lebih memihak pada faktor yang dianggap lebih cepat memacu
pertumbuhan ekonomi.
2.3

Peran Pemerintah
Kebijakan pemerintah di bidang pertanian belum mengarah kepada pembinaan
calon-calon agribusinessman yang kreatif. Banyak calon mahasiswa yang belum tahu
bagaimana prospek agribisnis jika ditekuni dengan menggunakan kombinasi keilmuan
dan keahlian lapangan (manajemen) yang baik. Banyak juga agribusinessman yang
bahkan lebih sukses dari mereka yang bekerja di bidang lain. Secara makro, sektor
pertanian memang masih cenderung dianaktirikan dibandingkan sektor industri, jasa,
keuangan perbankan, pertambangan, dsb. Petani biasanya dianggap hanya sebagai
tukang tanam, tukang pelihara.
Banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro-petani (petani tidak difasilitasi
kebutuhan sarana produksinya, harga jual hasil pertanian dipermainkan tengkulak),
sehingga tingkat kesejahteraan petani sangat rendah, berusaha di bidang pertanian
dinilai tidak menjanjikan dan tidak menarik lagi bagi generasi muda, Masih sangat
rendahnya budaya menciptakan lapangan kerja sendiri (wirausaha mandiri) dan
orientasi generasi muda untuk mencari pekerjaan setelah lulus masih sangat tinggi,
karena keberhasilan menjadi pegawai (PNS) masih dianggap sebagai ukuran
kesuksesan di masyarakat dibandingkan sebagai wirausahawan.
Dalam hal ini peran pemerintah sangat berpengaruh, pemerintah selaku pemegang
hak tertinggi perintah menentukan dalam hal peningkatan peran pemuda dalam hal
pertanian. Peran Kementrian Pemuda dan Olahraga juga perlu ditingkatkan, kementrian
ini jangan hanya mengurusi pemuda dalam hal olahraga dan seni saja, tetapi juga harus
memasukkan program peningkatan pertanian di Indonesia.

2.4

Potensi Generasi Muda


Generasi muda memberikan banyak potensi yang dinilai sebagai kontribusi yang
menguntugkan, salah satunya mampu meningkatkan tingkat produksi pertanian negeri.
Peningkatan maupun penurunan produksi pertanian negeri dipengaruhi oleh banyak
faktor. Dukungan inovasi teknologi tidak boleh dilupakan dalam rangka pencapaian
target produksi pertanian negeri ditengah keadaan lingkungan yang kadang kurang
menguntungkan. Memang aplikasi teknologi inovasi tidak semudah membalikan

5
telapak tangan. Apa yang sebenarnya dibutuhkan petani dalam mengantisipasi masalah
belum tentu sesuai dengan teknologi yang tersedia.
Karena memang tidak bisa dipungkiri sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini
petani,

tidak memiliki kemampuan yang cakap dalam beradaptasi dengan inovasi

teknologi, respon petani terhadap kemunculan teknologi inovasi seringkali terlambat


karena tidak banyak petani Indonesia yang berusia muda, banyak petani mengalami
kesulitan dalam menerima transfer teknologi.
Penerapan teknologi membutuhkan sumber daya manusia yang melek teknologi.
Target tidak mudah dicapai bila tak sampai 10% sarjana pertanian Indonesia yang ingin
jadi petani. Karena itu, pengembangan inovasi teknologi tanpa pengembangan sumber
daya manusia yang baik bagaikan menegakkan benang basah. Eksekusi teknologi
dilapangan tidak akan optimal, masalah-masalah pertanian pun tidak dapat ditangani
dengan baik. Yang dibutuhkan adalah sosialisasi intensif bagi para petani sampai tingkat
desa, sosialisasi disampaikan dengan cara yang sederhana dan berkesinambungan agar
mereka terbiasa dan siap menghadapi kondisi apapun, termasuk perubahan iklim.
2.5

Minat Generasi muda terhadap sektor pertanian


Tantangan berat bagi Perguruan tinggi dan sekolah-sekolah dalam bidang pertanian
(agro komplek) saat ini adalah semakin kurang diminatinya bidang pertanian (pertanian
secara umum) oleh kalangan generasi muda. Banyak kebijakan pemerintah yang tidak
pro-petani (petani tidak difasilitasi kebutuhan sarana produksinya, harga jual hasil
pertanian dipermainkan tengkulak), sehingga tingkat kesejahteraan petani sangat
rendah, berusaha di bidang pertanian dinilai tidak menjanjikan dan tidak menarik lagi
bagi generasi muda, Masih sangat rendahnya budaya menciptakan lapangan kerja
sendiri (wirausaha mandiri) dan orientasi generasi muda untuk mencari pekerjaan
setelah lulus masih sangat tinggi, karena keberhasilan menjadi pegawai (PNS) masih
dianggap

sebagai

ukuran

kesuksesan

di

masyarakat

dibandingkan

sebagai

wirausahawan. Teknologi pertanian modern dari hulu sampai hilir perlu dan harus
dikedepankan, dan diprioritaskan untuk mengembangkan potensi hasil pertanian local
sehingga dapat menarik minat para pemuda untuk bertujuan di bidang pertanian.
2.6

Pertimbangan Identifikasi aktifitas pertanian


Identifikasi dari aktifitas bidang pertanian akan diuraikan menggunakan analisis
SWOT (Stregth (Kekuataan), Weaknees (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan
Threat (Tantangan).
1. Strengths (Kekuatan)

6
-

Bangsa Indonesia merupakan bangsa Agraris terbesar di dunia,karena hampir

semua matapencaharian penduduk Indonesia bercocok tanam.


Lahan pertanian yang begitu luas yang belum di manfaatkan secara optimal.
Tanah yang subur yang cocok untuk agropertanian.
Tersedianya tenaga-tenaga muda yang banyak.
Iklim Indonesia yang mendukung untuk bercocok tanam
Banyak dan beragam tanaman yang sangat cocok dan dapat tumbuh berkembang di

Indonesia.
Sektor pertanian di Indonesia lebih banyak digarap oleh investor asing dan rakyat
Indonesia hanya menjadi buruh asing di tanah sendiri.

2.
-

Weaknesses (Kelemahan)
Infrastruktur pendidikan pertanian yang diperlukan yang masih rendah di

bandingkan negara tetangga.


Pemaham generasi muda terhadap pertanian sangat minim
Hilangnya minat generasi muda cerdas terdidik dari dunia pertanian Indonesia akan
menyulitkan dunia pertanian dalam melaksanakan mandat menjaga ketahanan

pangan yang berkelanjutan.


Karena tidak akan ada lagi generasi baru petani yang memiliki pengetahuan yang

cukup untuk mengatasi berbagai persoalan pertanian yang semakin kompleks.


Sulitnya melakukan kaderisasi petani cerdas selama ini antara lain disebabkan

image tentang dunia pertanian yang tertinggal dan terbelakang.


Para sarjana pertanian sulitnya mendapatkan pekerjaan.Ironis memang sarjana
pertanian banyak menganggur di negara Agraris.

3.
-

Opportunities (Peluang)
Bidang pertanian dapat menghasil dan meningkatkan perekonomian Indonesia
Negara Indonesia bisa menjadi negara agraris terbesar di dunia ,karen nenek

moyang kita sebagian bermata pencaharian bercocok tanam.


Kehadiran Food Estate di Jepang memberikan dampak yang signifikan pada image
tentang dunia pertanian. Pertanian kini mulai menjadi trend di kalangan anak muda

karena telah menjadi profesi yang bergengsi.


Banyak potensi potensi pertanian yang masih belum di lirik atau di manfaatkan
secara optimal.sesuai dengan keadaan alam yang berbeda -beda di Indonesia

4.
-

Threats (Tantangan)
Mengubah pola pikir generasi muda kita terhadap pertanian,
Kalangan masyarakat saat ini berkembang sinyalemen bahwa generasi muda

kurang berminat untuk terjun ke dunia pertanian


Pendekatan baru dan teknologi baru dalam mengembangkan dunia pertanian.
Sektor pertanian sudah seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan di
Indonesia.

7
-

Sektor pertanian bukan hanya berperan dalam penyediaan bahan pangan dan bahan
industri saja, tetapi juga mampu menyediakan bahan energi alternatif dan mampu

menjaga keseimbangan alam.


Jadi mulai hari ini jadilah Pemuda-Pemudi yang Bangga Jadi Petani Generasi Baru

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1

Kesimpulan
Pertanian merupakan salah satu sektor yang diunggulkan di Indonesia. Indonesia
dikenal sebagai Negara Agraris yaitu Negara yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di Indonesia dipenuhi dengan
tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini mulai luntur, hal tersebut diakibatkan
generasi muda berkualitas zaman sekarang enggan lagi untuk mengelola lahan
pertanian dan akhirnya lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan
hingga bangunan bertingkat. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan
mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di Indonesia
akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi Negara eksportir hasil pertanian,
namun apa yang terjadi kini, banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban
kemiskinan, kelaparan, busung lapar, dsb. Hal tersebut tentu hal yang ironis sekali,
Negara yang memiliki potensi besar dalam hal pertanian namun masih banyak
masyarakatnya yang mengalami kasus busung lapar, kemiskinan, dsb. Itu semua tentu
jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang berkualitas terhadap
pengelolaan pertanian.
Generasi muda di Indonesia lebih menyukai hal-hal yang bersifat teknologi, kreasi,
seni dan olahraga dibandingkan harus berkotor-kotoran,membajak, berkebun di sawah

8
atau harus mencangkul atau membajak sawah. Mereka mulai terhipnotis oleh budayabudaya luar yang memberikan segala hal yang membuat mereka lebih terpandang oleh
orang lain, tanpa mereka memikirkan dari mana asalnya nasi, ayam, ikan, sayur-mayur
dan atau daging yang mereka makan sehari-hari. Mereka hanya berfikir bertani hanya
dikerjakan oleh kaum bawah, pekerjaan kotor, tidak keren dan juga tidak akan
terpandang jika dinilai orang.
Peran pemuda sangat berpengaruh sekali dalam pengembangan pertanian di
Indonesia terutama dalam penyebaran informasi bagi para petani, Selain dari para
pemuda, peran pemerintah juga memiliki pengaruh yang sama besarnya, pemerintah
selaku pemegang hak tertinggu pemerintahan, dapat memberikan peran serta aktif
memberikan sumbangsih dalam hal peningkatan pertanian dengan cara memberikan
kredit lunak terhadap para petani, menghapus peraturan-peraturan yang memberatkan
para petani dan juga memberikan modal-modal awal yang besar kepada para petani
sehingga para petani lebih mudah dalam mencari bibit-bibit yang brrkualitas sehingga
merka lebih mudah dalam menjalakan produksi pertanian.
3.2

Rekomendasi
Jadi rasanya terlalu pagi untuk mengatakan bahwa sektor pertanian adalah sektor
garapan orang-orang kotor, tidak menjanjikan ataupun tidak memberikan masa depan
yang cerah. Oleh karena itu, kami merekomendasikan agar:
1.

Pemerintah harus melakukan pembinaan secara rutin kepada petani desa agar
mereka memiliki tingkat kedisiplinan dan daya saing yang tinggi. Salah satunya
dengan cara memperbaiki infrastruktur pendidikan pertanian yang diperlukan dan
kepastian untuk mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dibidangnya.

2.

Membuat terobosan atau daya tarik di bidang pertanian supaya generasi kita,
khususnya generasi muda tertarik dengan pertanian dengan mengunakan teknologi
seperti yang di lakukan di negara Jepang. Karena selama ini anggapan generasi
muda terhadap pertanian kurang memihak, bahkan mereka berpikir negatif, dan
kurang mengutungkan.

3.

Mengubah persepsi masyarakat dari anggapan petani miskin dalam status sosial
ekonomi, menjadi petani makmur penuh harapan sehingga petani sebagai profesi
yang diminati generasi muda, ini juga merupakan persoalan yang tak kalah penting.
Usaha mengubah persepsi bukan sekadar penyuluhan, seminar atau merealisasi alih

9
teknologi tepat guna pertanian dari usaha tani tadisional menuju usaha pertanian
moderen.
4.

Kurikulum yang didesain seharusnya disesuaikan dengan apa tujuan program


pendidikan jurusan pertanian yang ingin dicapai. Dengan semakin jelasnya tujuan
atau target yang akan dicapai, maka langkah-langkah yang disusun untuk mencapai
tujuan tersebut akan semakin terfokus dan tepat sasaran pula.

5.

Jenjang pendidikan lanjutan seperti politeknik/universitas bidang pertanian


diperbanyak dan dikembangkan di daerah-daerah. Cukup tingginya angka
pengangguran sarjana hingga saat ini (ada sekitar 60 % lulusan PT menganggur)
seharusnya semakin menyadarkan kita semua bahwa jenjang pendidikan yang
hanya mementingkan teori tanpa membekalinya dengan praktek yang cukup tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan kita saat ini.

6.

Seyogianya pengembangan program pertanian lebih kepada agribisnis. Dengan


demikian, generasi muda tidak semata-mata melihat pertanian sekadar sawah di
sekeliling rumah. Pertanian menjadi pilihan bidang usaha tempat menggantungkan
harapan masa depan. Lahan pertanian masa depan ini kita harapkan memiliki
fasilitas traktor, sistem pengairan modern, gudang pupuk, obat-obatan dan
pengelolaan manajemen pemasaran yang maju. Ada gudang penyimpanan hasil
panen, karung dan peti kemas serta truk pengangkutan. Ada relasi berdasi,
transaksi dan uang. Makmur menjadi petani di negeri subur, mengapa tidak?

10

DAFTAR PURTAKA
http://www.kabarbisnis.com/anekabisnis/nasional/281194Penurunan_minat_belajar_pertanian_mengkhatirkan.html
http://www.bbpp-lembang.info/
http://www.beritadaerah.com/news.php?
pg=berita_kalimantan&id=1376&sub=column&page=172
http://belanegarari.wordpress.com/
http://arifindwi.blogdetik.com/2009/07/16/mengatasi-turunnya-minat-calon-mahasiswamengambil-jurusan-pertanian/
http://ballo.wordpress.com/2010/03/20/makalah-aktifitas-pertanian-mulai-kurang-di-minatioleh-generasi-muda-berkualitas/
http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/01/11/72573/masihkah_indonesia_negeri_agrari
s/#.UyfZ7IYpGZQ
http://wisnoe33.blogspot.com/2010/03/aktifitas-pertanian-mulai-kurang.html
http://blog.umy.ac.id/bintangpradana/agriculture/peran-generasi-muda-dan-pengembanganpertanian-berkelanjutan/?repeat=w3tc

11

M AK ALAH
LUNTURNYA BUDAYA AGRARIA
GENERASI MUDA PEDESAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sosilogi Pedesaan


dari Ir. Erry Mustariany, M.M.

Oleh :
AZIS GINANJAR / 41035003121011
MIA RAHMIYATI / 41035003121008

12
DAMAYANTI / 41035003121010
QURROTUL AINIYYAH WAKHOVIAH / 4103500313

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


KAJIAN UTAMA HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2014

You might also like