You are on page 1of 132

1

SPESIFIKASI TEKNIS / METODE PELAKSANAAN


PEKERJAAN

BAGIAN I
SPESIFIKASI
UMUM
I. PENDAHULUAN
1. Penyedia jasa harus melindungi Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang ataupun Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang
dari tuntutan atas paten, lisensi, serta hak cipta yang melekat
pada barang, bahan, dan jasa yang digunakan atau yang
disediakan penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan
standar yang diajukan oleh penyedia jasa, penyedia jasa harus
menjelaskan secara tertulis kepada direksi pekerjaan, sekurangkurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum direksi pekerjaan
mentetapkan setuju atau tidak.
3. Dalam hal direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang
diajukan penyedia jasa tidak menjamin secara substansial sama
atau lebih tinggi dari standar yang disyaratkan, maka penyedia
jasa harus tetap memenuhi ketentuan standar yang disyaratkan
dalam dokumen lelang.
4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan
kebutuhan awal bagi para calon penyedia jasa untuk dapat
menyusun penawaran yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan
kebutuhan Pengguna Anggaran/Pengguna Barang ataupun Kuasa
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang tanpa catatan atau
persyaratan lain dalam penawaran mereka.
5. Kecuali
ditentukan
lain dalam
kontrak, spesifikasi
harus
mensyaratkan bahwa semua barang dan bahan yang akan
digunakan dalam pekerjaan adalah baru, belum dipergunakan,
dari type/model yang terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan
termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain
dan bahan yang digunakan.
6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar
nasional (SNI, SII, SKSNI, dsb.) untuk barang, bahan dan
jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi terakhir, atau
standar Internasional (ISO, dsb)/standar negara asing (ASTM, dsb)
padanannya (equivalennya) yang secara substantif sama atau lebih
tinggi dari standar nasional yang disyaratkan. Apabila standar
nasional untuk barang, bahan, dan pengerjaan/jasa/pabrikasi
tertentu belum ada, dapat digunakan standar internasional atau
standar negara asing.
7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah
MKS (metre, kilogram, second), sedangkan penggunaan standar
satuan ukuran lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak
dapat dielakkan.
8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :

1). Lingkup pekerjaan, termasuk ketentuan angka


8 di atas. 2). Pekerjaan-pekerjaan yang tidak
termasuk kontrak.
3). Spesifikasi umum:
a. Peraturan Perundang-undangan terkait, misalnya:
- UU tentang Lingkungan;
- UU tentang Keselamatan Kerja;
- UU/PP/SK Bersama/KPTS tentang Tenaga Kerja;
- UU/PP tentang Galian C;
- Perda terkait; dsb
b. Dokumen acuan (berupa standar-standar)
dengan
memperhatikan ketentuan tersebut pada angka 6 dan 7 di
atas;
c. Alingnment dan survey;
d. Hari kerja dan jam kerja;

e. Gangguan dan keadaan darurat;


f. Penyingkiran material berlebih.
4). Spesifikasi Khusus:
a. Lapangan;
b. Bangunan/desain/pengerjaan spesifik;
c. Bangunan-bangunan umum dan fasilitas-fasilitas publik;
d. Perancah;
e. Pengaturan lalu-lintas;
f. Pengendalian lingkungan.
5). Spesifikasi untuk Masing-masing Jenis Pekerjaan.
a. Apabila ketentuan untuk salah satu bagian pekerjaan
menggunakan dasar standar pengerjaan atau standar
fabrikasi tertentu, dengan beberapa perubahan, maka
pertama-tama harus dicantumkan ketentuan berikut:
PERUBAHAN :
Ketentuan
ini
didasarkan
pada
standar

(satu atau lebih standar pengerjaan atau standar fabrikasi).


Perubahan-perubahan dari ketentuan dasar tersebut
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i). Kata-kata yang merupakan tambahan dari standar
dan merupakan bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan
dalam huruf kursif/Italic.
ii). Kata-kata yang akan dihapus dari standar dan bukan
merupakan bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan
dengan huruf yang dicoret (strike out) sehingga katakata/kalimat asli dari standar yang digunakan masih dapat
dibaca.
b. Lingkup pekerjaan.
c. Dokumen acuan (standar-standar) yang digunakan.
d. Uraian ketentuan-ketentuan untuk jenis pekerjaan yang
bersangkutan, apabila tidak digunakan standar tertentu.

II. UMUM
1. Uraian Pekerjaan
Paket
...........................................................................
ini
meliputi
pekerjaan

...
......... (jenis-jenis pekerjaan utama yang akan dikerjakan).
2. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan
Lokasi pekerjaan dapat dilihat dalam album gambar. Uraian
singkat dari pekerjaan diberikan pada spesifikasi khusus.
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa
dalam kontrak ini adalah :
1.
2. (dst)
3. Jalan Masuk Daerah Kerja

Jalan keluar masuk menuju lokasi kerja adalah menggunakan jalanjalan setempat yang ada, dimana penyedia jasa bertanggung
jawab terhadap kerusakan akibat penggunaan jalan tersebut.
Penyedia jasa harus memperbaiki jalan tersebut dan apabila
penyedia jasa hendak membuat jalan masuk tambahan dapat
menggunakan tanah yang telah dibebaskan oleh kuasa pengguna
anggaran (apabila ada).

Apabila penyedia jasa membutuhkan jalan lain yang tidak


ditentukan oleh direksi pekerjaan, jalan tersebut dikerjakan oleh
penyedia jasa atas bebannya sendiri, dan harga semua pekerjaan
tersebut sudah termasuk dalam harga kontrak.
4. Gambar-gambar
Gambar yang dipakai pada pelelangan tercantum dalam Bab
XII dokumen pengadaan.
Gambar-gambar yang disiapkan kontraktor antara lain.
4.2.1. Gambar-gambar
Pekerjaan Tetap. (1).
Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor seperti
yang tersebut di bawah ini, harus merupakan gambar
yang
telah ditandatangani
direksi. Apabila ada
perubahan pada gambar tersebut
maka perubahan
yang telah dilakukan, kembali harus diperiksa dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
(2).

Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor harus menggunakan gambar kontrak sebagai
dasar mempersiapkan gambar pelaksanaan. Gambar
dibuat secara lebih detail dan dapat memperlihatkan
penampang melintang dan memanjang dari pekerjaan.

4.2.2. Gambar-gambar Pekerjaan


Sementara (1). Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh penyedia jasa
harus terinci.
Gambar-gambar yang harus disiapkan antara lain
adalah letak dan detail yang diusulkan penyedia jasa
untuk dilaksanakan di lapangan.
(2). Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yamg
ditinggalkan
Kontraktor
hendaknya
sementara yang berkaitan
secara lebih mendetail dan
pekerjaan sebelum pekerjaan

mengusulkan
pekerjaan
dengan pekerjaan tetap,
diserahkan kepada direksi
dimulai.

4.2.3. Gambar-gambar yang dilaksanakan (as built drawing) selama


pelaksanaan
Kontraktor harus memelihara satu set gambar yang
dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Gambar
tersebut memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan
sesuai dengan kontrak.
5. Program Pelaksanaan dan Laporan
5.1. Program Pelaksanaan
Penyedia jasa harus melaksanakan program dan jadual
pelaksanaan sesuai dengan syarat-syarat dokumen lelang
dengan menggunakan bar chart dan kurva S.
Aktifitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk
pelaksanaan pekerjaan sementara dan tetap.

5.2. Laporan Bulanan Kemajuan Pelaksanaan


Setiap bulannya kontraktor harus membuat dua kali
laporan yaitu pada pertengahan bulan dan akhir bulan,
yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai
berikut:
(a). Prosentase kemajuan pekerjaan bedasarkan kenyataan
yang
dicapai pada bulan laporan dan prosentase
rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya;

(b). Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan


maupun prosentase rencana pekerjaan harus sesuai
dengan yang dicapai pada laporan;
(c). Rencana kegiatan untuk bulan berikutnya.
5.3. Laporan Harian
Kontraktor harus membuat laporan harian atas setiap
kegiatan yang dilaksanakan, persiapan pekerjaan dan
peralatan serta data-data lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
5.4. Foto Kemajuan Pekerjaan
Penyedia jasa harus menyerahkan photo kemajuan pekerjaan
kepada direksi pekerjaan mengenai kemajuan pekerjaan pada
lokasi pekerjaan selama masa kontrak.
Foto diambil pada waktu:
a.

Sebelum pekerjaan dimulai atau pada waktu pemasangan


bouwplank;
b. Kemajuan pekerjaan mencapai 50 % (sedang dilaksanakan);
c. Kemajuan pelaksanaan 100 %;
d. Selesai masa pemeliharaan.
6. Spesifikasi Dasar
Kecuali ditentukan lain bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku 30 hari sebelum tanggal
pemasukan
surat
penawaran.
Spesifikasi
lain
dapat
disubstitusikan atas ketetapan direksi pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan sekurang-kurangnya satu
salinan : Standar Nasional Indonesia yang ditentukan dalam
spesifikasi atau standar lainnya yang disetujui untuk bahan yang
disuply atau hasil pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan pada
pekerjaan.
Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan
pemeriksaan dan penggunaan oleh direksi pekerjaan.
Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci atau
tidak dicakup dalam standar nasional atau standar lain yang telah
disetujui haruslah bahan dan hasil pekerjaan semacam pekerjaan
untuk kelas satu. Direksi pekerjaan akan menetapkan apakah
semua atau sebagian bahan yang dipesan yang akan digunakan
untuk pekerjaan tersebut dapat/cocok untuk digunakan.
7. Data Ketinggian
Ketinggian yang tertera dalam gambar didasarkan pada titik
tetap utama, yang letak dan angkanya terdapat pada spesifikasi
khusus. Selanjutnya detail dari penjelasan tentang titik tetap
tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada direksi pekerjaan.
8. Pengukuran dan Pematokan
Dari data ketinggian yang tercantum pada uraian di atas,
kontrakor harus memeriksa semua titik tetap lainnya yang akan
dipakainya dalam pengukuran pekerjaan dan harus membuat titik
tetap tambahan lainnya sehingga jarak antara 2 titik tetap tidak
boleh lebih dari 1 km. Titik tetap di atas dibangun pada tanah

milik proyek atas persetujuan direksi pekerjaan. penyedia jasa


harus memberikan kepada direksi pekerjaan, dalam rangkap dua
data dalam form usulan yang memberi detail lokasi dan elevasi
tiap-tiap titik tetap yang dipakai atau dibangun oleh penyedia
jasa.
Ketinggian harus dicocokkan kembali pada titik tetap dengan
ketelitian 10 VL, dengan penjelasan L adalah jarak dari titik-titik
(circuit) yang diambil ketinggiannya (dalam km).

Ketelitian
pengukuran
harus
selalu
dalam
batas-batas
keseksamaan sebagai berikut:
a. Titik-titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang dari
20 mm dari posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal
maupun horizontal;
b. Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik
tetap atau dibawa kembali ke titik pertama. Kesalahan
penutupan harus kurang dari 10 VL mm, dimana L adalah
Panjang atau jarak circuit pengukuran (dalam Km);
c. Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan
tanah harus dipasang dengan tidak melewati 2,5 mm dari titik
tinggi yang benar;
d. Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang
benar harus kurang 20 mm terhadap posisi yang benar. Titik
untuk bangunan harus terletak tidak lebih 2,5 mm dari
kedudukan yang sebenarnya kecuali pada pemasangan
pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan ketelitian yang
lebih tinggi.
9. Tindakan Pengamanan bagi Keselamatan
penyedia jasa harus menyelenggarakan, membangun dan
memelihara rintangan- rintangan, lampu peringatan yang sesuai
dan cukup, tanda-tanda bahaya dan isyarat-isyarat, serta harus
mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan
pekerjaan dan keselamatan umum.
10. Pemberitahuan Pelaksanaan
Penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi pekerjaan
sebelum suatu pekerjaan dimulai, untuk mengukur ketinggian
tanah asal dan ukuran dari bangunan-bangunan yang ada. Tidak
boleh ada suatu pekerjaan baru yang boleh dimulai sebelum
penyedia jasa menerima instruksi direksi pekerjaan atas
persetujuan bersama, atas semua ketinggian dan ukuran-ukuran
dari dasar saluran dan bangunan untuk ketepatan pengukuran dari
pekerjaan.
11. Pengukuran
Pengukuran saluran/bangunan yang telah dilakukan selama
periode desain akan disediakan untuk keperluan penyedia jasa
dan dapat dipakai sebagai dasar untuk perhitungan dan
penetapan volume pekerjaan untuk pembayaran. Apabila
menurut pendapat direksi pekerjaan keadaan lapangan telah
banyak berubah sejak pengukuran yang telah dilakukan, maka
direksi pekerjaan dapat memerintahkan kepada penyedia jasa
untuk mengukur ulang sebagian atau seluruh saluran/bangunan
yang ada.
12. Jalan Umum, Listrik dan Telepon
Pada jalan-jalan umum, air untuk kepentingan umum dan tiangtiang listrik dan telepon yang memotong atau berhubungan
dengan tempat pekerjaan, penyedia jasa harus mendapat
persetujuan secara tertulis dari yang berwenang, terhadap
usulan pekerjaan sementara atau pekerjaan tetap yang akan
mempengaruhi pekerjaan untuk kepentingan umum tersebut.

Bangunan kepentingan umum tersebut, baik terlihat atau tidak


terlihat di dalam gambar, tetapi penyedia jasa harus bertanggung
jawab demi keamanan dan kelangsungan fungsi dari jalan dan
tiang listrik dan telepon diatas selama pelaksanaan pekerjaan.
13. Papan Nama Proyek
a. Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek
dan ditempatkan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi,
selambat-lambatanya 14 (empat belas) hari setelah terbitnya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

b. Papan nama proyek tersebut dengan ketentuan :


Ukuran papan nama proyek 150 x 100 cm;
Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi
bawah papan terletak setinggi 2 m dari permukaan tanah.
Tulisan-Tulisan dan ketentuan lain yang belum jelas harus
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi.
c. Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama serta
menjaga agar tetap dalam keadaan baik sampai pada masa
menyerahkan perkerjaan terakhir kepada Direksi.
d. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan
ini dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan lainnya.

BAGIAN - II
SPESIFIKASI
KHUSUS

I.

BAHAN-BAHAN UMUM
1. PORTLAND
CEMENT
Semen
Semen yang akan dipakai adalah semen portland sesuai
dengan Standard Indonesia N.I.8, AST, Model C.150 atau Standard
Inggris Model BS.12.
1.2. Pengujian dan Pemeriksaan
a. Sampling, pemeriksaan dan pengujian semen-semen bila
diperlukan akan dilakukan oleh Direksi dan bahwa
sampling, pengujian dan pemeriksaan harus sesuai
dengan Standard Indonesia N.I.8 atau ASTM, Model C.150
atau test yang equivalent dengan Standard Inggris.
Kontraktor harus menyampaikan keterangan kepada
Direksi, waktu dan tempat semen dikeluarkan dari pabrik.
Direksi setiap saat mempunyai wewenang untuk meneliti
dan memeriksa material, laporan analisa laboratorium,
dan pengambilan sample semen untuk diperiksa.
Kontraktor harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam pengambilan contoh atau (sample)
tersebut.
b. Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam
gudang
setiap
waktu
sebelum
semen
tersebut
dipergunakan. Semen yang tidak memenuhi syarat
tidak akan dapat dipakai. Jika ternyata ada semen yang
tidak memuaskan dan telah terpasang maka bagian
yang telah menjadi campuran beton dan grout tersebut
harus dibongkar dan diganti dengan semen yang baru,
dengan biaya dari Kontraktor. Pengetesan silinder, kubus
beton atau campuran semen yang akan digunakan, dapat
diperintahkan oleh Direksi pada setiap waktu untuk
maksud keperluan testing dan Kontraktor harus
melaksanakan
dan
mempersiapkan
semen
dan
campuran semen/beton yang diminta untuk ditest tanpa
pungutan bayaran dari pada Direksi.
c. Semen boleh saja tidak dapat dipakai sebagai
kebijaksanaan dari Direksi, seandainya tidak memenuhi
syarat-syarat yang dibutuhkan. Semen dapat diterima
setelah 7 (tujuh) hari hasil test sesuai dengan kriteria
mengenai kwalitas dari pabrik semen yang telah
ditetapkan 12 (dua belas) bulan atau sebagai hasil dari
28 (dua puluh delapan) hari pengetesan pada nilai
testing normal harus disetujui sebelum pengiriman dari
pabrik.
1.3. Gudang/Penyimpanan

a.

Kontraktor harus menyediakan suatu tempat menyimpan


(gudang) yang memenuhi syarat untuk penyimpanan
semen-semen tersebut, dari setiap waktu semen
tersebut
harus terlindung
dari
kelembaban
dan
pembekuan. Tempat/rumah penyimpanan semen-semen
tersebut benar-benar rapat/ tertutup, mempunyai jarak
di atas lantai dengan ukuran minimum 30 cm yang
luasnya juga harus cukup untuk menyimpan semen
yang didatangkan. Selain itu untuk menghindari adanya
penundaan-penundaan gangguan-gangguan pekerjaan
harus mempunyai suatu tempat yang luas agar dapat
menampung truck yang mengangkut semen tersebut
secara terpisah, sehingga masih ada jalan untuk
menarik/mengambil
(sampling)
semen
tersebut,
menghitung semen yang akan disimpan atau-pun semen
yang akan dipindahkan. Tumpukan semen pada kantong
atau zak, jangan melebihi 2 m.

b. Untuk menghindari penyimpanan yang terlalu lama atas


semen - semen yang telah dikirim tersebut, Kontraktor
harus mengatur penggunaan semen-semen yang ada
dalam zak-zak tersebut secara berturut-turut sesuai
dengan urutan waktu pengiriman (cronological order)
sampai di lokasi. Setiap pengiriman dari semen tersebut
harus langsung disimpan dan dengan mudah dapat
dibedakan antara zak-zak yang baru dengan yang lama,
begitu juga zak-zak bekas yang sudah kosong segera
dikumpulkan
dan
tandai
sedemikian
rupa
atas
persetujuan Direksi, sebelum dibuang.
c. Kontraktor harus menyediakan alat timbang yang baik,
teliti dalam skala yang memenuhi syarat untuk
pengetesan berat semen yang disimpan pada setiap
tempat yang berhubungan dengan pekerjaan bila diminta
oleh Direksi.
d. Kontraktor harus memperkerjakan penjaga gudang yang
baik dan
mampu menata pergudangan
(tempat
penyimpanan
semen
tersebut),
menyimpan
dan
mencatat dengan baik semua pengiriman dan pemakaian
semen. Copy/salinan dari catatan tersebut juga harus
diberikan/ diperlihatkan kepada Direksi, bila diminta,
dan
juga memperlihatkan secara detail jumlah zak
semen yang telah digunakan selama pelaksanaan untuk
tiap-tiap bagian pekerjaan.
2. PASIR, AGREGAT DAN BAHAN-BAHAN PERKUATAN
2.1. Ruang Lingkup Kerja
Semua pasir, agregate dan bahan perkuatan yang akan
dipakai untuk semua struktur/bangunan dan pekerjaan atas
dasar Dokumen Kontrak dan untuk semua hal yang ada
hubungannya, yang mungkin diminta/diperlukan oleh Direksi
terdiri dari material, dirinci sesuai dengan kebutuhankebutuhan. Segala ketentuan dan kebutuhan-kebutuhan
harus dilaksanakan kecuali segala ketentuan dan kebutuhankebutuhan yang sudah dirubah oleh Direksi untuk/ bagi
pekerjaan tertentu.

2.2. Handling dan Stockpiling


a. Kontraktor harus mengangkut dan membongkar semua
pasir, agregate dan bahan perkuatan yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan bangunanbangunan yang terinci. Semua cara-cara yang dikerjakan
oleh Kontraktor seperti membongkar, memuat dan
menumpuk pasir, agregate dan bahan perkuatan setiap
waktu harus disetujui oleh Direksi.
b. Lokasi dan pengaturan semua daerah stockpille
(penimbunan) harus disetujui oleh Direksi. Kontraktor
harus membersihkan dan mengatur drainase semua
tempat yang dipersiapkan untuk stockpiling dan harus
mengatur stockpiling pasir, agregate dan bahan
perkuatan
sehingga
adanya
kerusakan
ataupun
pemisahan/hilang dapat dikurangi seminimal mungkin
dan stockpille material tidak akan berkontaminasi
dengan tanah atau bahan-bahan lain sehubungan
dengan permukaan air banjir dan air tanah.

c.

Kontraktor menyediakan biaya untuk pemrosesan kembali


pasir, agregate atau bahan perkuatan yang mungkin akan
menjadi rusak atau berkontaminasi sehubungan dengan
stockpiling yang tidak memadai/perlindungan yang
kurang baik. Kontraktor juga harus melakukan semua
pelaksanaan
stockpiling
dengan
cara
menyimpan
langsung semua material pada stockpiles secara berlapis.
Pasir, agregate dan bahan perkuatan jangan dipindahpindah dari suatu tempat ke tempat stockpiles yang
lain kecuali pada suatu keadaan tertentu yang
memerlukan penyediaan jalan untuk truck dalam
penempatan material secara berlapis yang cukup.
Kontraktor harus dapat membuat sesuatu untuk
menghindari
adanya
kerusakan-kerusakan
dari
agregate dan

bahan perkuatan yang mungkin terjadi karena operasi


truck yang melewati stockpiles.
d. Penimbunan pada bagian sisi ujung stockpile tidak
diizinkan.
2.3. Pasir (Sand)
a. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan type dan jenis pasir
yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi adalah
sebagai berikut:
PASIR BUATAN
: (Manufacture sand) pasir yang
dihasilkan
dari batuan-batuan).
PASIR ALAM
: (Natural
sand)
pasir
yang
diambil dari
sungai-sungai ataupun pasir alam
yang didapat dari lain sumber,
dan ini semua harus telah
disetujui oleh Pemberi Tugas.
PASIR CAMPURAN
: (Blended Sand) campuran
antara pasir
alam dan pasir buatan yang
dibuat dengan ukuran yang tepat,
yang dijelaskan pada sub-clouse
(g).
b. Semua pasir alam yang diperlukan dalam pekerjaan
konstruksi harus diusahakan dan mendapatkannya dari
sungai ataupun sumber alam yang lainnya yang telah
disetujui.
c. Apabila pasir alam itu diperoleh dari sumber-sumber
yang tidak dikuasai oleh Pemerintah maka Kontraktor
harus membuat suatu peraturan/pembicaraan khusus
dengan pemilik usaha pasir tersebut, dan Kontraktor
harus membayar semua biaya-biayanya.
d. Persetujuan tentang pasir yang diperoleh dari sumbersumber alam
jangan
ditafsirkan
sebagai
suatu
persetujuan yang sah untuk semua material yang
diperoleh dari sumber-sumber alam lainnya, Kontraktor
harus bertanggung jawab penuh atas semua kwalitas
dari semua material yang digunakan dalam pekerjaan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi tentang
persiapan dan persetujuan test dengan contoh sebanyak
15 kg sebagai sample dari pasir alam tersebut yang
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum
pemakaian bahan-bahan tersebut.
e. Deposit pasir alam harus dibersihkan dari vegetasi,
bahan-bahan lain yang mengotori dan yang dapat
menimbulkan pasir menjadi jelek.
Deposit harus sedemikian rupa sehingga mutu tidak
berkurang. Material-material tersebut harus dianginanginkan (screened) dan dicuci bila memang perlu
untuk memperoleh pasir yang sesuai kebutuhan.
f. Pasir atau agregate halus (fine agregate) harus benarbenar bersih dan bebas dari clay lumps, soft, flaki
particle, sckale alkali, organik matra, loam, mica dan
injurious amounts yang menimbulkan pasir menjadi
tidak sesuai. Jumlah persentase dari semua material

tersebut beratnya tidak akan melebihi 50%. Agregate


yang baik adalah yang berbentuk tajam atau sharp,
cubical, keras, tebal dana tahan lama.
g. Semua pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton
seperti yang telah ditentukan harus dari pasir campuran
dalam perbandingan yang sesuai. Pasir-pasir tersebut
harus
mempunyai
modulus
antara
2/3,2
atau
pengetesan dengan saringan sesuai dengan Standard
Indonesia. Untuk beton PBI.1971 atau sebagai berikut:

1
0

No
Saringan
4
(Screen

Persentase Bagian Yang


Tinggal Dalam
Berat
05

6 15

16

10 25

30

10 30

50

15 35

100

12 20

PAN

37

Kalau persentase yang tinggal (tertahan) dari saringan


No. 16 20 % atau kurang, maka batas maksimum untuk
persentase yang tertahan dari saringan No. 8 boleh naik
menjadi 20 %.
h. Pasir yang digunakan untuk adukan bagi pekerjaan
pasangan batu atau batu bata untuk lining, untuk
permukaan atau tubuh pekerjaan, harus berupa pasir
alam dan bila ditest harus memenuhi standar seperti
berikut:

Screen No. Passing


8
100

Percent Bay Weight


Screen
100
15 (max)

Dengan nilai tersebut di atas harus dengan gradasi baik


(well graded) sehingga sesuai dengan pekerjaan adukan
yang diperlukan.
i.

Pasir alam dan pasir campuran dapat diminta untuk ditest


oleh Direksi untuk menentukan apakah pasir-pasir
tersebut sesuai dengan apa yang telah ditentukan dan
dibutuhkan.
Kontraktor
harus
menyiapkan
dan
melaksanakan pengambilan contoh yang diperintahkan
oleh Direksi tanpa pungutan bayaran yang meliputi
tenaga, material dan operasinya.

2.4. Agregate Kasar


a. Coarse agregate harus didapat dari sumber-sumber yang
telah disetujui yang terdiri dari kerikil, batu gunung atau
batu pecah (crushed stone) atau campuran dari
semuanya itu.
b. Coarse agregate harus bersih bebas dari partikel lunak,
satuan tebal dan memanjang, alkali, organik dan bahan
lain yang tidak sesuai ini tidak lebih dari 3%.
c. Coarse agregate harus dengan gradasi yang baik dengan
ukuran butir antara 5 mm - 50 mm atau dengan ukuran
yang dibatasi untuk pekerjaan-pekerjaan khusus seperti
yang ditentukan. Coarse agregate mempunyai modulus
yang baik (fitness modules) antara 6 - 7.5 atau bila
dengan pengetesan berarti sesuai dengan Standard
Indonesia (PBI 1971).
d. Coarse agregate harus sesuai dengan spesifikasi yang
ada. Apabila ditest oleh Direksi tidak memenuhi
spesifikasi, Kontraktor harus mengayak kembali atau
memproses material-material tersebut dengan biaya

1
sendiri. Kontraktor harus meningkatkan mutu produksi
1
agregate sehingga memenuhi syarat seperti yang
disetujui oleh Direksi.

2.5. Bahan-bahan Perkuatan atau Batu


a. Batu diperoleh dari suatu pengambilan yang telah
disetujui. Batu-batu yang dipakai/digunakan adalah
boulder atau batu gunung, mempunyai berat jenis
(spesific-gracity) minimum 2.4. Compression Strenght
(tegangan kompressi) tidak boleh kurang dari 400 kg/cm2.
b. Untuk penggunaan pada pekerjaan pasangan batu,
pasangan batu kosong dan agregate jalan maka batubatu tersebut harus keras, kasar, padat dan tahan lama
serta bebas dari retak ataupun pecah. Pasangan batu
kosong beratnya antara 10 - 25 kg/buah dan harus
dibelah sedikitnya satu sisi.
c. Batu untuk pasangan harus dibentuk/dibuat dengan
ukuran seperti pada gambar atau sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Direksi.
2.6. Bahan-bahan untuk Perkerasan
2.6.1. Base course
a. Material lapis dasar harus mempunyai
ukuran
partikel
maksimum 4 centimeter dan harus
bergradasi baik (well graded) dalam batasan-batasan
berikut ini.
Standar Saringan
U.S.
25,4 mm ( 1 in.)
19,1 mm (3/4 in)
4,76 mm (No. 4)
2,0 mm (No. 10)
0,42 mm (No. 40)
0,074 mm (No. 200)

Persentase Berat Lolos


Saringan
70 - 100
60 90
30 60
20 50
10 30
2 10

b.Bagian material yang kurang dari 0,2 millimeter


(Saringan no.
70) harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25
dan indeks plastisitas (Plasticity Index) yang tidak
lebih dari 6.
2.6.2. Surface course
Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus
terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah bersiku
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pada
Spesifikasi Teknis untuk agregat beton, atau seperti
ketentuan berikut ini :
a. Berat jenis dari material agregat tidak boleh kurang
dari 2,65.
b.Agregat kasar (tertahan Saringan No. 4) harus
mengandung tidak kurang dari tujuh puluh lima
persen (75 %) agregat yang memiliki dua atau lebih
permukaan fraktur.
c. Material agregat harus memenuhi persyaratan
gradasi sebagai berikut :
Persentase Berat Lolos Saringan

Standar
Saringan
U.S.
51 mm (2 )
38 mm
(1)
25 mm (1)
19 mm (3/4)
12 mm (1/2)
9,5 mm
(3/8)
4,7
mm (No.
4) mm (No.
2,4
8)

Agregat
Kasar
100
90 sampai
100
20 sampai
55
10 sampai
20
5 sampai 10
0 sampai 5
-

Agregat
Kunci 100
90 sampai
100 20 sampai
55
0 sampai 10
0 sampai 5

Agregat
Halus
100
85 sampai
100
10 sampai
30
0 sampai 10

d.Semua permukaan agregat harus kering ketika


ditempatkan.
e. Fraksi kasar agregat, ukuran partikel lebih dari 4,7
mm (Saringan No. 4), harus memiliki kadar air yang
tidak melebihi 0,4 %, dan fraksi halus di bawah 4,7
mm harus memiliki kadar air tidak melebihi 1 %.
f. Agregat yang digunakan harus mempunyai sifat
sedemikian sehingga apabila secara menyeluruh
dilapisi material bitumen, lapisan tersebut tidak
akan lepas pada keadaan kontak dengan air.
2.6.3. Aspal Bitumen
Bituminous asphalt materials untuk lapis awal dan
bahan rekat harus memenuhi persyaratan berikut ini :
i. Lapis awal (primer) : Lapis awal aspal bitumen harus
memenuhi Standar ASTM D2027-76 ; Designation
MC70 : Cutback Asphalt;
ii. Bahan rekat : Bahan rekat aspal bitumen harus
memenuhi Standar ASTM D946-82 Penetration
Grade Asphalt Cement for Use in Pavement
Construction : penetration grade 85-100.
Material aspal harus dikirimkan dan ditangani dengan
perlakuan tertentu untuk menghindari kontaminasi
dari air atau material lainnya.

3. TULANGAN
3.1 Bahan-Bahan dan Ukuran Tulangan
a. Semen tulangan beton harus baru dan dari tingkatan dan
ukuran yang sesuai dengan Indonesia Standard for
Concrete N.I.2, PBI 1971 atau ASTM Design Nation A.15
dan harus disetujui oleh Direksi.
b. Kontraktor dapat diminta untuk menyediakan sertifikat
pengetesan tulangan beton terhadap adukan yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan Direksi.
3.2. Pembuatan dan Pembersihan
a. Tulangan beton, sebelum dipasang harus bebas dari
kotoran-kotoran, karat, minyak, oli dan lapisan yang
akan merusak atau mengurangi mutu. Bilamana
terdapat penundaan di dalam pengecoran beton,
tulangan harus diperiksa kembali dan dibersihkan
bilamana perlu.
b. Tulangan harus dilekukkan dengan tepat menurut
ukuran yang ditunjukkan pada gambar-gambar yang
dilampirkan
atau
gambar
konstruksi yang harus
diselesaikan oleh Kontraktor.
c. Tulangan janganlah diluruskan atau dilekukkan kembali
dengan cara yang akan merusak bahan. Batangan
dengan putaran/tekukan atau lekukan-lekukan yang tidak
ditunjukkan pada gambar, janganlah digunakan. Semua
batangan harus dilekukkan dalam keadaan dingin.
Pemanasan hanya diperbolehkan bila seluruh operasi
disetujui oleh Direksi.

3.3. Pemasangan
a. Tulangan harus ditempatkan secara tepat dan dijamin
terhadap penggesekan dengan menggunakan
ikatan
kawat besi atau klip-klip yang cocok pada persilangan,
dan harus diganjal dengan kepingan beton atau logam
sesuai dengan keperluan konstruksi. Di dalam semua hal
pengganjal yang cukup untuk tulangan mendatar harus
digunakan sehingga tidak akan ada pelenturan dari
pada batangan atau ikatan.

Bilamana pengganjal tersebut akan digunakan untuk


permukaan licin, pengganjal-nya harus dibuat dari logam
yang tidak berkarat.
b. Tulangan di dalam plat beton di atas tanah harus
ditopang
dengan beton yang dicor sebelumnya.
Kepingan beton harus mempunyai permukaan datar
dengan ukuran 5 - 7.5 cm kali 5 - 7.5 cm. Tulangan di
dalam semua ukuran plat lainnya dan di dalam balok
harus ditopang dengan logam.
c. Jarak minimum antara batang yang sejajar harus sama
dengan diameter batang, tetapi jarak bersih antara
batang tidak kurang dari 1.2 x diameter maksimum dari
pada agregate yang kasar. Pada permukaan pondasi,
plat, dinding dan konstruksi pokok lainnya dimana beton
dicor secara langsung terhadap dasar, tulangan harus
mempunyai lapisan penutup beton min. 7.5 cm.
3.4. S a m b u n g a n
Bila diperlukan menyambung tulangan pada suatu titik
selain dari yang ditunjuk pada gambar, ciri sambungan
harus ditentukan oleh Direksi. Panjang penyambungan di
dalam dinding tulangan dan harus min. 30 x diameter
tulangan dan harus disetujui oleh Direksi.
Setelah rencana tersebut disetujui atau diminta untuk
memperbaiki oleh Direksi, pekerjaan pengalihan tersebut
harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disetujui. Pembayaran untuk pekerjaan sementara tersebut
ditanggung dalam item Prop. Sum sesuai dengan permintaan
Kontraktor yang dilampiri dengan penjelasan penggunaannya
secara detail sesuai dengan perintah Direksi.
3.5. Pengukuran dan Pembayaran
a. Harga satuan penawaran di dalam daftar kuantitas dan
harga akan meliputi harga yang tepat dimana tulangan
digunakan, pembongkaran, penyimpanan, penanganan
dan pemasangan di tempat-tempat pemakaian akhir di
dalam konstruksi beton bertulang dan pekerjaanpekerjaan lainnya.
b. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk tulangan yang
tertuang, hilang atau tidak diperhitungkan sebagai akibat
penanganan yang tidak tepat, serta tulangan yang
digunakan sebagai pengganti tulangan beton yang rusak
atau yang digunakan oleh kontraktor dengan tujuan
memungkinkan
atau
memudahkan
pelaksanaan
konstruksinya.
c. Semua biaya penyediaan tulangan sedemikian rupa
harus sudah termasuk ke dalam harga satuan
penawaran seperti di dalam Daftar Kwantitas dan Harga
untuk uraian yang tepat dimana tulangan akan
digunakan.
4. ALAT DUGA AIR (Automatic Water Level Recording)
4.1. Manfaat
Untuk pengukur tinggi muka air secara otomatis real time
dan data dapat tersimpan dalam suatu memori. Data yang

dapat direkam merupakan data ketinggian muka air dan


waktu, tanggal, hari dan tahun.
4.2. Jenis Alat
Alat penakar tinggi muka air otomatis (Automatic Water
Level Logger / AWLL) jenis pelampung dengan pulley yang
dikonversikan ke dalam bentuk digital oleh sensor dan
dilengkapi dengan piranti penyimpan data (memory)
/ logger.
4.3. Operasi Alat
Alat akan merekam semua kejadian perubahan tinggi muka
air pada badan air. Data hasil yang sudah tersimpan di data
logger dapat didownload untuk

ditampilkan dalam bentuk data tabular maupun grafik batang


sesuai waktu yang diinginkan pengguna.
4.4. Pemeliharaan
Lingkup pemeliharaan peralatan :
- Sensitifitas pulley.
- Sensitifitas sensor.
- Perawatan data logger.
- Perawatan sumber daya (power / battery)
- Perbaikan-perbaikan ringan
- Kalibrasi alat (antara bacaan peilschall dengan PC interface)
Spesifikasi Alat Duga Air
No.

Diskripsi

Spektek

Sensor duga air

Tipe bandul

Logger

Mempunyai :
Interface/fasilitas koneksi ke serial
modem dan GSM modem.
Interface /fasilitas data transfer.
Interface tampilan data

Penyimpanan
Memory

Penampil / Display

Mempunyai :
Kapasitas memory minimal dapat
menyimpan data 8 bulan data
pencatatan dengan interval waktu 1
jam.
Fasiltas pengaturan interval waktu
pencatatan data.
Fasilitas rotary ( berputar menghapus
data yang lama)
Fasilitas reset
data memory .
- Menunjukkan
:

Interval waktu

Power datalogger

Tanggal
Waktu (Jam, Menit dan Detik)
No Stasiun
Kode Wilayah
Ketinggian air (Cm)
Tinggi muka air saat pemasangan
Battery status
- Otomatis of dalam 1 menit.

Interval penyimpanan data dapat diset


dari 1 menit hingga 24 jam
Battery / solar panel + battery.
Untuk satu tahun penggunaan secara
menerus.

Kelengkapan

Tersedia tombol operasi


Tersedianya fasilitas proteksi data.
Dilengkai nomor identitas alat.
Dilengkapi peilschall sepanjang 5 meter.
Manual operasi dan pemeliharaan alat.

5. AIR
Semua air yang digunakan untuk pekerjaan beton, adukan dan
grout harus bebas dari lumpur yang dapat mengganggu, bahan
organik, alkali, garam dan hal-hal lain yang tidak baik. Air yang
dapat digunakan di dalam semua beton, adukan dan grout akan
ditest oleh Direksi untuk menentukan kecocokannya terhadap
keperluan-keperluan.
5. BAHAN-BAHAN LAIN
5.1. Batu-bata
Batu bata harus batu bata biasa, yang sesuai dengan
Standard Indonesia untuk batu bata NI 10 batu bata harus
digolongkan sebagai berikut:
a. Batu bata klas I harus terbuat dari tanah yang baik,
bekas dari deposit saline harus dibakar dengan baik
tanpa divitrivikasi, harus teratur, seragam dalam bentuk
dan ukuran dengan ujung yang tajam dan persegi,
permukaan sejajar dan mempunyai warna merah menyala
atau tembaga;
Batu-bata klas I harus bertekstur homogen dan
menimbulkan suara gemerincing yang jelas bila dipukul
dan harus bebas dari retakan, serpihan, batu dan modul
batu kapur.
b. Batu bata klas II harus dibakar sama baiknya seperti
batu bata klas I atau sedikit dibakar berlebihan tetapi
tidak divitrivikasikan di dalam bagian manapun dan
harus memberi suara gemerin-cing yang jelas bila dipukul.
Perbedaan yang kecil dalam ukuran bentuk dan warna
akan diterima tetapi tidak sedemikian sehingga memberi
bentuk yang tidak teratur atau tidak rata.
5.2. Batu Kapur
Batu kapur harus berupa batu kapur biasa yang sesuai
dengan tuntutan Standar Indonesia untuk Kapur N.I.7.
5.3. Tras dan Semen Merah
Tras dan semen merah haruslah tras dan semen merah biasa
sesuai dengan tuntutan Standar Indonesia untuk tras dan
semen merah NI. 20.
5.4. Bahan Tambahan (Admixture/additif)
a. Kontraktor akan melengkapi dan memakai bahan
tambahan
campuran
beton
(admixture)
untuk
memperbaiki mutu dan mempermudah pekerjaan beton
dan mortar.
Bahan tambahan lain untuk perbaikan pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan yang mungkin dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi. Bahan tambahan harus

disertai dengan sertifikasi pabrik yang sesuai dengan


spesifikasi pabrik.
Direksi akan menolak usulan pemakaian bahan
tambahan yang diajukan kontraktor bila dianggap
bahan tambahan tersebut kurang baik dipakai untuk
menghasilkan homogenitas tinggi pada pekerjaan
yang bersangkutan.
Kontraktor harus siap bila Direksi menganggap perlu
untuk mengajukan contoh dan melakukan test untuk
contoh bahan dan test tambahan setelah bahan
sampai ke lokasi pekerjaan.

Kontraktor harus bertanggung jawab pada kesulitan


yang timbul atau kerusakan yang terjadi akibat
pemilikan dan pemakaian bahan tambahan, seperti
penundaan,
kesulitan
pengecoran
beton
atau
kerusakan beton atau kerusakan beton waktu
pembukaan bekesting
Bahan tambahan lainnya bila dipakai harus memenuhi
spesikasi yang dibutuhkan seperti:
Bahan Tambahan
Pengurangan Volume
Udara Pengurangan
Kadar Air Perlambatan

Spesifikasi
ASTM C260-77
ASTM C 494-82,
type A

b. Kecocokan pemakaian bahan tambahan, dua macam


atau lebih yang dapat dipakai pada campuran beton,
harus ditest dengan cara yang disetujui oleh Direksi.
c. Penyimpanan cairan atau bubuk bahan tambahan untuk
beton harus ditempatkan pada gudang tahan air. Tempat
penyimpanan harus direncanakan di tempat dimana akan
digunakan bahan tersebut.
5.5. K a y u
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui. Kayu
harus dari mutu yang baik dan harus diawetkan dengan
baik. Kayu harus bertekstur seragam, berserat lurus bebas
dari mata kayu, lobang-lobang bor, serangan humus,
pembusukan, titik-titik, pembongkokan, belitan atau retakretak serta kekurangan-kekurangan dan noda-noda lainnya.
Semua persyaratan lain harus dipenuhi seperti kekuatan
tekan, tarikan, penyimpanan, penyusunan dan kelas harus
sesuai dengan tuntutan Standard Indonesia untuk kayu NI.5
atau seperti yang ditentukan oleh Direksi.
5.6. Kawat Bronjong Anyaman
Kawat yang digunakan untuk bronjong atau krip atau
groyne haruslah kawat baja yang digalvanisir yang
mempunyai fleksibilitas yang tinggi sesuai spesifikasi
Standard Indonesia, dianyam dengan menggunakan mesin
penganyam/ pabrikasi atau sesuai petunjuk Direksi.
Anyaman dibuat dengan melilitkan dua batang kawat
sebanyak 3 (tiga) lilitan membentuk segi enam. Diameter
kawat 4 mm untuk Bronjong anyaman manual dan
diameter kawat 3 mm untuk Bronjong anyaman pabrikasi
seperti yang ditentukan oleh Direksi.
5.7. Geotextile
Geotextile sebagai separator dan stabilisasi tanah harus
memenuhi syarat untuk mencegah kontaminasi dua lapisan
aggregat yang berlainan jenis tetapi sekaligus harus dapat
meloloskan air tanpa terjadi penyumbatan. Kontraktor harus
menyerahkan contoh material disertai dengan sertifikat dari
pabrik yang menjelaskan kapasitas teknis dari material
geotextile.
Sifat-sifat fisik geotextile :

Geotextile harus dari jenis yang tidak dianyam (nonwoven), yang terdiri dari serabut menerus dengan vahan
polimer polypropylene yang diproduksi dengan teknik
needle punched. Kualitas dari polimer yang dipakai
harus bersertifikasi pabrik, tahan asam, alkaki dan zat
kimia didalam rentang pH 2-12 dan tidak mengalami
hidrlisis pada kondisi iklim tropis.
b. Geotextile harus mempunyai daya tahan terhadap
pengaruh kontak langsung dengan zat kimia yang
umumnya ada di dalam tanah dan air limbah serta
memiliki daya tahan terhadap mikro biologis lainnya.
a.

Geotextil harus mempunyai kualitas filtrasi yang


memadai dan permeabilitas yang tinggi, sehingga
memungkinkan drainase pada tanah berbutir halus
dengan tingkat kejenuhan yang tinggi.
d. Geotekstile harus mempunyai jaringan serabut yang
stabil sehingga memiliki ketahan terhadap kerusakan
selama proses konstruksi.
e. Geotextile yang dihasilkan dari potongan-potongan
bahan fiber atau daur ulang tidak diterima.
f. Setiap rol geotextile yang dikirim ke lapangan harus
mempunyai kode produksi dan pernyataan type yang
tertera jelas pada pembungkus luar maupun sepanjang
lembaran denga interval tertentu untuk pemerikasaan
visual.
c.

5.7.1. Geotextile type geomembran


Geotextile yang dipakai harus memenuhi syarat
seperti yang disebutkan berikut dengan metode
pengujian yang sama.
Sifat-sifat
a. Massa Nominal (gr/m2)
b. Tebal (mm)

Persyarat
an
400

Metod
e
ISO 9864

3.2

ISO 9863

c. Ketahanan Jebol CBR (N)

4250

ISO 12236

d. Ketahanan Jebol Metode Rod


(N)

800
28

ASTM
D
4833
ISO
10319

80/40

ISO 10319

0.08

ISO 12956

e. Kuat Tarik (kN/m)


f.

Elongasi (%)

g. Ukuran bukaan efektif (O95)


(mm)
h. Performance Energy
i.

Dynamic Drop Cone Puncture

j.

Kuat Tarik Grab (N)

k. Permeabilitas vertikal (m/s)


l.

Kapasitas
(l/m2/s)

8.4
14

ISO 13433

1770 /
1650

ASTM D
4632

3x10-3

ISO 11058

Pengaliran

- 50 mm head

ISO 11058
50
106

- 100 mm head
m. Kapasitas
(l/m.h)
- 20 kPa

ISO 12958
20.0
4.0

- 200 kPa

5.7.2. Geotextile type clay-liner, geo-cl


Geotextile
type
ini
strukturnya
lebih
tebal
dibandingkan dengan geotextile jenis non woven dan
type ini lebih cocok dipasang pada timbunan yang
menggunakan
tanah
liat.
Geotextile berfungsi
sebagai penyokong tanah dengan daya tegangannya
dan dapat meneruskan air rembesan pada lokasi
pekerjaan timbunan jalan, timbunan tubuh bendungan
dan sebagainya.

Material ini dibentang diatas permukaan tanah yang


akan ditimbun pada tanah lembek.

Kelas
Geotext
ile
1
Geotext
ile
Klas I
Geotext
ile
Klas II

Fungsi
2
Penguatan
Tanah
Penguatan
Tanah dan
Rembesan

Bukaa
n
Ruang
/ 5

Kekuat
an
tegang
3

Kekuat
an
Tekan
4

0.71 KN

0.42 KN 0.212
mm

201.4
KN/m

120
KN/m

Permitt
iv
ity
6
1.4 jam1

0.6 mm 0.32 jam1

5.7.3. Geotextile non wooven


Bahan geotextile non wooven adalah crimped
polyester fiber yang diikat dengan cara needlepunched staple fibre yang dirancang khusus dengan
ketebalan tinggi, tahan terhadap coblosan (puncture)
tinggi dan kapasitas mulur (elongation) yang tinggi
sehingga dapat mengikuti deformasi tanah akibat
beban besar.

Geotextile non wooven harus memiliki properti seperti tertera dalam tabel
berikut ini :
Certifie
Charecteristic
Test method
Unit
d
value
Raw material

PES/PP/PA

Mass per unit area

DIN EN 965

g/m2

600

Thickness (x-s)

DIN EN 964-1

mm

Tensile strength (x-s)

DIN EN ISO
10319

KN/m

11,0

Longitudi
nal
Elongation at max.
tensile strength

11,0
DIN EN ISO
10319

%
60

Longitudin

40

al
Puncture
Transversforce (x-s)*

DIN EN ISO
12236
DIN EN ISO
12236

Elongation at
static puncture
strength
Efective opening size DIN E 60500 Part
6
Water permeability
coefficient
DIN E 60500 Part
at a load 2 kN/m2 Kv
DIN E 60500 Part
7
Kh

Nm

1200

35

mm

0,1

m/s

8,0 x 10-3

m/s

1,7 x 10-2

Bonding method

Detector tested

Standard roll
dimension

Needl
e
punch
Yes
5,0 x
50

Geotextile Filter cloth harus memiliki properti seperti tertera dalam tabel
berikut ini :
Certifie
Charecteristic value
Test method
Unit
d
Raw material
Mass per unit area
Thickness (x-s)
Tensile strength (xs) Longitudinal
Transverse
Elongation at max.
tensile strength
Longitudi
nal
Puncture force (x-s)*
Elongation at static
puncture strength
Efective opening size
Water permeability
coefficient
at a load 2 kN/m2 Kv
Kh
Bonding method

DIN EN 965
DIN EN 964-1
DIN EN ISO
10319

Detector tested
Standard roll dimension

PES/PP/PA
250
2-3

g/m2
mm
KN/m

11,0
11,0

DIN EN ISO
10319

DIN EN ISO
12236
DIN
EN ISO
12236
DIN E 60500 Part
6
DIN E 60500 Part
DIN E 60500 Part
7
-

Nm
%

1200
35

mm

0,1

60
40

m/s
m/s
m

8,0 x 10-3
1,7 x 10-2
Needl
e
Yes
5,0 x
50

Geotextile non woven dibuat dan dihasilkan dibawah


pengendalian
mutu yang ketat. Pabrik telah
bersertifikat ISO 9001 (2000).
5.7.4. Geotextile sand container
Bahan geotextile sand container adalah geotextile
non woven yang
dibuat
dengan
mekanisasi
interlocking polypropylene, crimped staple fibres
melalui sebuah proses needle punching. Material yang
dihasilkan kemudian dirol di atas pipa yang dibuat
khusus, tebal dinding 6 mm. Setelah proses needle
punching dan sebelum dirol, material harus dites
needle patah/hancur dengan detector metal dan
setiap metal yang ditemukan harus dibuang.

Geotextile sand container harus memiliki properti


seperti terteta dalam tabel berikut ini :
Property
Mass per unit area
Thickness
Tensile
strength at
break
Machine
direction (md)
Cross
Elongation at
Machine direction
break
(md)
Cross machine
direction (cmd)
Puncture force
Puncture

Test Method *
DIN EN 965
DIN EN 964-1
DIN EN ISO
10319

Unit

Value

g/m
mm
kN/m

600
5,0
25,0
40,0

DIN EN ISO
10319

DIN EN ISO
12236

%
%

60
40

N
%

6.000
35

Efective opening
size
Permeability

DIN EN ISO
12956
DIN
EN ISO
11058

mm
m/s

0,1
3,0 x 10-2

2
0

* Test method dari pabrik


Pabrik yang memproduksi harus terakreditasi
dengan ISO 9001 (2000)
Geotextile sand container harus dijahit dengan type
jahitan ganda
(double lock stitch) dan dengan menggunakan
benang jahit dengan spesifikasi berikut (untuk kedua
sisi kantong) :
- Bahan dasar polypropylene, single ply Z twisted
- Warna biru
- Guarantee UV-treated
- Dapat di-recycle
- Tanpa sambungan
- Tahan terhadap air laut
Data teknis benang adalah seperti berikut :
Yield
: 1.500 m/kg
Twist/mt
65
Tensile strength
: 360 N
Elongation at break
: 15 %
Lubrication
: 15 %
Denier 600, breaking strength : 37,5 kg
Proses pembuatan kantong geotextile harus dengan
menggunakan mesin khusus yang direkomendasi dan
telah terbukti pemakaiannya (referensi proyek). Untuk
benang penutup kantong juga harus memiliki
spesifikasi khusus sebagai berikut :
- Terbuat dari benang Polyester 100%
- Type benang adalah staple spun polyester
- Mass per unit benang adalah 300 gram / m2
- Tahan terhadap sinar UV dan air laut
- Ukuran benang : Nm 20/5
- Meter per kilo : 2.350 m +/- 3%.
- Elongation : 16% +/- 4%.
- Strength : 95 N (+/- 3%)
Mesin yang digunakan untuk menutup kantong
geotextile juga harus memiliki type double lock
stitch dengan mesin yang direkomendasi dan telah
terbukti pemakaiannya (referensi proyek).
5.8. Batu < 250 Kg, 250 Kg 1.000 Kg dan batu > 1000 Kg
Lokasi Pengambilan Material (Batu) dari sekitar lokasi
pekerjaan sepanjang masih memenuhi persyaratan atau pada
tempat lain yang disetujui Direksi. Batu tersebut harus tahan
terhadap cuaca (udara, air, panas dan dingin, getaran,
tekanan) dan mempunyai kepadatan yang memenuhi syarat.
Kontraktor harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi sebelum pengadaan material dengan menunjukkan
contoh / sample material yang akan digunakan.
Pengujian material harus memenuhi syarat standart ASTM
atau standart lain yang diakui, dengan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi.
Pegujian bahan batu yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
Abration Test (ASTM C-131-03) dengan model test diijinkan
lebih kecil atau sama dengan 10% - 20% dari batu
mengalami kehausan.
Berat isi atau kepadatan bahan tidak kurang dari 2 t/m3

2
1
5.9. Kayu Cerucuk
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/
kayu bakau dengan berdiameter antara 1015 cm. Apabila
menggunakan kayu lain harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi.

5.10. Drain Hole


Drain hole terbuat dari bahan pipa PVC berdiameter seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dengan
panjang 50 cm (atau disesuaikan dengan ketebalan
konstruksi) dan terdiri dari bahan ijuk, kerikil. Pemakaian pipa
PVC, ijuk dan kerikil harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi.
5.11. Gebalan Rumput
Gebalan rumput harus berakar dan dicangkul setebal 4
cm.
Gebalan rumput harus segera ditanamkan dalam
jajaran bersambung dan segera disiram air. Agar gebalan
tidak tergelincir maka harus dipasang pasak bambu sedalam
10 cm. Rumput yang ditanam adalah jenis rumput Paitpaitan dengan pola tanam papan catur.
5.12. Bahan-bahan sumur pompa
5.12.1.Kayu
Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui
direksi, dengan mutu yang baik atau menurut
persetujuan direksi dimana kayu tersebut akan
digunakan.
5.12.2. Pipa PVC
Pipa yang dipakai adalah Pipa PVC yang bertekanan
10 kg/cm2, sesuai dengan standar JIS atau SII
dengan diameter 6 inchi atau diameter 4 inchi. Cara
penyambungan menggunakan lem
pipa yang
berstandar JIS atau SII. Semua bahan yang akan
digunakan untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.12.3. Pipa GIV DIA 6 dan 4
Pipa GIV yang dipakai adalah Pipa GIV yang
ketebalannya 4,2 mm sesuai dengan standar JIS atau
SII dengan diameter 6 inchi dan 4 inchi. Cara
penyambungan menggunakan material las dan
socket. Semua bahan yang akan digunakan untuk
pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.12.4. Pipa-pipa Sumur
Pipa konstruksi sumur yang dipakai adalah pipa GIV
sesuai dengan standar JIS atau SII dengan diameter
10 inchi dan 6 inchi. Cara penyambungan
menggunakan material las dan socket. Semua bahan
yang akan digunakan untuk pekerjaan harus
persetujuan direksi.
5.12.5

Pipa saringan
Pipa saringan sumur yang dipakai adalah pipa low
carbond steel 0,4 mm sesuai dengan standar JIS
atau SII dengan diameter 10 inchi dan 6 inchi. Cara
penyambungan menggunakan material las dan
socket. Semua bahan yang akan digunakan untuk
pekerjaan harus persetujuan direksi.

5.12.6. Cable-cable Pompa

Cable yang dipakai untuk pompa Submersible


adalah Cable NYYHY dengan ukuran 3 core x 6 mm.
Untuk Cable probe automatic water level adalah
Cable NYYHY dengan ukuran ukuran
3 core x 3 mm. Semua bahan yang akan digunakan
untuk pekerjaan harus persetujuan direksi.
5.12.7. Wire Rope
Wire Rope untuk pengaman pompa dengan ukuran
6 mm dan ditambah Star clam untuk pengikat cable.
Semua bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan
harus persetujuan direksi.

5.13. Pintu Air


Pintu air yang digunakan adalah harus dari pabrik atau
perbengkelan pintu air yang sudah berpengalaman. Pengguna
jasa dan/atau Direksi Teknis berhak menolak perbengkelan
tersebut jika dipandang pengalamannya dalam pembuatan
pintu
air
belum
memenuhi
syarat.
Disamping
berpengalaman, perbengkelan pintu air juga harus memiliki
peralatan sandblansting dan coating worly, karena untuk
pekerjaan
pintu
materialnya
(besi)
harus
dilakukan
sandblansting dan coating worly.
Penunjukan perbengkelan pintu air harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari pengguna jasa dan/atau Direksi
Teknis.
5.14.Wiremesh
Wiremesh yang digunakan merupakan hasil produksi pabrik
(pabrikan) dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Jenis material
: besi ulir dia. 5 (m
5) Jenis material : besi ulir dia. 6 (m
6)
- Ukuran lembar
: 2,1 x 5,4 m
- Jarak kotak standar : 150 mm x 150 mm
Wiremesh yang digunakan harus memenuhi standar SNI. 07
0663 -1995. Sebelum dilakukan pemasangan, wiremesh
yang diajukan terlebih harus mendapatkan persetujuan dari
pengguna jasa/atau Direksi Teknis.
5.15. Sheet Pile Baja Type FSP II
Sebelum pekerjaan sheet pile dikerjakan terlebih dahulu
kontraktor harus melakukan test tanah (sondir) setiap 5 m
30 m dengan titik sondir 3 tempat test untuk dapat
menentukan berapa panjang sheet pile yang dibutuhkan
sesuai dengan hasil test labotorium.
Sheet Pile yang kita gunakan produk jadi atau pabrikan
dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Lebar
: 400 mm
- Tinggi
: 100 mm
- Ketebalan
: 10,50 mm
- Panjang
: 12 m
- Berat Per Unit
: 48 Kg/m
- Moment Inersia : 8.740 cm4/m
- Modulus Elastisitas : 874 cm3/m
Semua tiang pancang (sheet pile) baja yang dikerjakan harus
sesuai dengan spesifikasi yang tersebut diatas dan setiap
syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan lainnya dari cara
pelaksanaan harus sesuai peraturan-peraturan terkait lainnya
yang sudah dibakukan.
5.16. Sheet Pile Beton (RFC)
Sebelum pekerjaan sheet pile dikerjakan terlebih dahulu
kontraktor harus melakukan test tanah (sondir) setiap 5 m
30 m dengan titik sondir 3 tempat test untuk dapat

menentukan berapa panjang sheet pile yang dibutuhkan


sesuai dengan hasil test labotorium.
Sheet Pile yang kita gunakan produk jadi atau pabrikan
dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Flat Type
Type
FPC-220-A-500
FPC-320-A-500

B
Leng
(mm
ht
)
(m)
9 12 500
9 12 500

T
(mm)
220
320

Crac
k
(Tf3,32

Ultim
ate
(Tf5,39

6,05

7,85

b. Corrugated Type
Type
W-325 A
W-400 A

Type
W-325 A
W-400 A

Leng
ht
9(m)
- 12
9 - 12
Leng
ht
9(m)
- 12
9 - 12

Top End Section (mm)


H
t
i
j
e
325
110 125 200 430
400
120 200 200 370

a
109
130

Middle Section (mm)


b
c
d
h
f
169 338 63
215 100
148 296 93
280 100

Semua tiang pancang press tress (sheet pile) beton yang


dikerjakan harus sesuai dengan spesifikasi yang tersebut
diatas dan setiap syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
lainnya dari cara pelaksanaan harus sesuai peraturanperaturan terkait lainnya yang sudah dibakukan.

BAGIAN - III
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

I.

PEKERJAAN PERSIAPAN
1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN
a.

Pekerjaan
pembersihan
adalah
pada
lokasi/lapangan
pekerjaan maupun lokasi untuk jalan masuk peralatan agar
dapat ditempuh langsung dengan mudah. Semua daerah
yang ditempati bangunan atau yang dilewati jalur bangunan
dibersihkan sesuai petunjuk Direksi. Pembersihan meliputi
pembersihan pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Hasil pembersihan itu
harus ditempatkan diluar tempat kerja atau dibuang, kecuali
ada ketentuan lain sesuai petunjuk Direksi.
b. Pekerjaan tebas tebang dilakukan pada lokasi pekerjaan yang
banyak ditumbuhi pepohonan dengan diameter lebih besar
30 cm, yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan
pekerjaan tersebut dipotong-potong dan kemudian ditumpuk
pada suatu lokasi/ tempat dengan syarat tidak menggangu
lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya sesuai dengan
persetujuan Direksi
c. Pekerjaan cabut tunggul dilaksanakan pada lokasi dimana
akan dibangun suatu bangunan tanggul yang banyak terdapat
pepohonan, apabila tidak dilaksanakan pekerjaan cabut
tunggul dibuang keluar lokasi pekerjaan dengan syarat tidak
merusak lingkungan atau dibuang kelokasi lainnya atas
persetujuan dari Direksi.
d. Kontraktor diminta untuk memulai pekerjaan pembersihan ini
sebelum pekerjaan utama dimulai.
e. Semua kerusakan yang timbul akibat pekerjaan tersebut
terhadap milik umum atau perseorangan yang dilaksanakan
untuk kontraktor, hal tersebut harus diperbaiki atau diganti
atas biaya kontraktor.

2. PEKERJAAN UITZET/PENGUKURAN UNTUK M.C. NOL


DAN PEMASANGAN PROFIL
a.

Untuk mendukung pelaksanaan pekerjan konstruksi, Kontraktor


harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Pelaksanaan
pekerjaan pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
pengawas/pihak Direksi yang akan
menunjukkan titik
referensi.
b. Patok-patok sementara yang terpasang dibuat dari kayu,
dipasang pada setiap jarak antara 25 sampai 50 meter atau
ditentukan dalam jarak lain, menurut pertimbangan teknis
oleh Direksi. Patok-patok ini dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak mudah goyang atau hilang dan patok ini
dipakai sebagai titik uitzet, dimana ketinggian patok tersebut
dapat diketahui dari hasil pengukuran. Agar mudah terlihat,
patok dicat warna merah.
c. Kontraktor diwajibkan menjaga titik uitzet ini sebagai titik
bantu dalam pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi

pekerjaan ataupun oleh Tim Pemeriksa Serah terima


Pekerjaan. Apabila patok/titik uitzet tersebut hilang/rusak
maka Kontraktor diwajibkan mengganti patok baru dengan
persetujuan Direksi atas biaya Kontraktor.
d. Pengukuran M.C.-0, untuk mutual chek nol yang akan
menghasilkan:
Data Ukur
Gambar situasi
Gambar profil memanjang
Construction drawing (CD)

e.

Setiap hasil pengukuran baik yang data ukur dan gambar harus
diketahui dan diparaf dan ditandatangani oleh Pihak
Kontraktor serta Pihak Direksi. Data dan gambar yang
disajikan harus dibuat pada kertas reproduksi yang
berkualitas baik, sehingga hasilnya dapat dibaca dengan jelas
dan dijilid rapi.
f. Kontraktor
harus
telah
menyerahkan
gambar-gambar
Contruction Drawing
(CD)
dari
pengukuran
M.C.-Nol,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk diperiksa oleh
Direksi sebelum dilakukan persetujuan.
g. Setiap ada terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan
harus dituangkan dalam gambar dan tulisan dan
boleh
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pihak Direksi.
h. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan
ini dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan lainnya.

3. PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


a.

Sesuai persyaratan dalam Kontrak, maka Kontraktor harus


mengadakan Mobilisasi peralatan yang akan dipakai dalam
melaksanakan pekerjaan.
b. Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk
mendatangkan alat berat ke dan dari lokasi pekerjaan.
c. Pembayaran untuk pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi
dilakukan lamp sump dalam 2 (dua) tahap yaitu :
Tahap kesatu sebesar 50% (lima puluh persen) pada tahap
akhir mobilisasi (mendatangkan alat), dan alat siap
dioperasikan.
Tahap kedua sebesar 50% (lima puluh persen) pada
saat pekerjaan konstruksi siap 100% (seratus persen), dan
alat sudah dipulangkan.

4. DIREKSI KEET, BARAK KERJA/GUDANG DAN LAIN-LAIN


a.

Kantor Direksi Lapangan yang disiapkan oleh kontraktor


adalah merupakan bagian dari persiapan kontraktor dalam
pekerjaan sementara sesuai dengan yang tertuang dalam
spesifikasi umum.
b. Barak kerja untuk pemondokan pekerja maupun bangunan
gudang, bengkel
sebagai penyimpanan bahan/material
ataupun peralatan kerja harus sesuai dengan spesifikasi
umum.
c. Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan
ini dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan lainnya.

5. PEMBUATAN /PEMELIHARAAN JALAN MASUK


a.

Untuk kelancaran mendatangkan bahan/material maupun alatalat berat ke dan dari lokasi proyek,
Kontraktor dapat
memanfaatkan jalan desa, jalan inspeksi yang sudah ada.
b. Apabila jalan masuk tersebut rusak yang diakibatkan lalu
lalangnya alat-alat berat dan lain-lainnya ke dan dari lokasi
proyek, kontraktor harus memperbaikinya.

c.

Apabila tidak disebutkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga


atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan
ini dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan lainnya.

6. DEWATERING
Pekerjaan pengeringan (Dewatering) harus dilakukan untuk
pekerjaan yang mempunyai elevasi dibawah permukaan air dan
dilakukan secara terus menerus hingga konstruksi pasangan
maupun beton bertulang sudah mengering dengan sempurna.
Tidak dibenarkan melakukan pasangan batu maupun beton dalam
keadaan tergenang air .

6.1. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran
untuk
pembayaran
pekerjaan
Dewatering
(pengeringan) dilakukan menurut harga satuan lump sump
atau disesuaikan dengan satuan seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Pekerjaan yang
dilaksanakan menurut kebutuhan dalam pekerjaan konstruksi
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
atau sesuai yang ditentukan oleh Direksi.

7. QUALITY CONTROL
Kontraktor berkewajiban untuk melakukan quality control
terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan.

Qualitycontrol pekerjaan timbunan


sebagaimana berikut:
- Water Content
- Specific Gravity
- Atterberg Limit
- Gradasi dan grain size analysis
- Test Hydrometer
- Test Permeabilitas
- Standart Compaction
- Konsolidasi
- Uncofined Compression Test

akan

meliputi

test-test

Untuk Pekerjaan Beton dilakukan Test Sebagai Berikut :


- Test Tekan Beton atau Schmidt Hammer
- Slump Test Beton
- Test Vicat
Apabila dipandang perlu oleh Direksi, maka Kontraktor
berkewajiban untuk melaksanakan test/pengujian tambahan
sebagaimana diminta oleh Direksi dan Kontraktor tidak berhak
untuk meminta biaya tambahan berkenaan dengan hal tersebut.
Apapun hasil test, tidak membebaskan Kontraktor terhadap
kewajiban dan tanggung-jawabnya terhadap keamanan dan
stabilitas konstruksi.

II. PEKERJAAN TANAH


1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan tanah yang diminta untuk dilaksanakan pada
dokumen-dokumen
kontrak
untuk
semua
tujuan
yang
bersangkutan, dan seperti yang diminta oleh direksi, akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syaratsyarat yang diajukan disini akan berlaku kecuali bila untuk suatu
item pekerjaan tertentu. Tempat pengambilan dan pembuangan
tanah menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
2. Pembersihan
a. Semua
tanah
yang
perlu
dikerjakan
harus
diadakan
pembersihan seperti ditentukan oleh direksi. Tanah harus
dibersihkan dari semua pohon-pohon, semak dan bahan yang
mengganggu lainnya dan bahan tersebut akan dibuang
ketempat yang disetujui oleh direksi.

b. Sisa-sisa bongkaran bangunan harus dibuang ketempat


sesuai persetujuan direksi.
c. Penyedia jasa akan diminta untuk melakukan pembersihan
sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

d. Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan atau bangunan


masyarakat atau pemerintah yang disebabkan pelaksanaan
kontraktor di dalam pembersihan akan diperbaiki atau diganti
atas biaya kontraktor.
e. Ukuran dan Pembayaran.
Pembersihan lapangan dalam spesifikasi ini dibuat atas dasar
harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang meliputi
pecabutan pohon-pohon, pembersihan akar-akar pohon dan
bangunan
yang
dibongkar
(dimana
tidak
termasuk
pembersihan gulma, rumput dan semak) dan sayarat-syarat lain
yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Galian Umum
a. Semua galian akan dilaksanakan sesuai dengan syarat bab ini
dan dengan profil dan elevasi yang ditunjukkan gambar-gambar
atau ditentukan oleh direksi.
b. Selama berlangsungnya pekerjaan, mungkin perlu atau
diminta oleh direksi untuk merubah kemiringan-kemiringan
ataupun dimensi-dimensi galian dengan mengadakan revisi
kemiringan ataupun dimensi gambar dengan spesifikasi ini.
c. Jika galian tidak ditutup oleh konstruksi maka galian harus
dibuat
dengan
dimensi
penuh
yang
diminta
yang
disempurnakan menurut profil dan elevasi yang diberikan.
Semua tindakan yang perlu harus diambil untuk menjaga agar
material dibawah dan diatas profil dalam kondisi sebaik
mungkin. Setiap galian yang dibuat untuk memudahkan
kontraktor dengan suatu alasan atau tujuan kecuali bila
ditentukan lain, harus ditimbun kembali bila diminta atas
biaya sendiri.
d. Penyedia jasa harus menjaga dan mengontrol kecepatan dan
penambahan dan penurunan muka air terhadap galian
sehingga tidak membahayakan stabilitas lereng-lereng atau
bangunan-bangunan, pondasi-pondasi, konstruksi- konstruksi
dan lainnya.
e. Semua galian harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk
menjaga stabilitas jalan-jalan dan konstruksi berdekatan lainnya.
4. Ukuran dan Pembayaran
Galian tanah harus pada ketentuan yang ditunjukkan dalam
gambar yang telah disetujui oleh direksi, termasuk pemindahan
ketentuan pembuangan atau penimbunan apabila galian tersebut
digunakan kembali. Apabila tidak ditunjukkan pada gambar, galian
tanah harus diukur untuk mendapatkan gambaran pasti atau
menggunakan ketentuan lain yang paling baik tingkat dan
ukurannya dan disetujui direksi.
5. Bahan-bahan yang Digali
a. Semua hasil bahan galian yang cocok dengan spesifikasi yang
diminta akan digunakan dan akan ditempatkan pada lokasi
tertentu langsung dari tempat penggalian, kecuali bahan
galian yang akan dipakai untuk penimbunan kembali sesuai
dengan petunjuk direksi harus ditempatkan disekitar tempattempat dimana penimbunan kembali akan dilaksanakan. Bahan
galian yang akan digunakan untuk penimbunan tanggul harus

dipadatkan dengan kadar air yang optimum yang dapat


diperoleh dengan penyiraman atau dengan cara lain yang cocok
sebelum dan selama penggalian.
b. Semua timbunan dan timbunan kembali disekitar bangunan pada
lereng-lereng dan garis batas bangunan sampai dengan
permukaan tanah asli harus diapadatkan dengan alat pemadat,
sedangkan timbunan atau timbunan kembali diatas permukaan
tanah asli harus diperlakukan sebagai pemadatan tanggul,
kecuali bila ditentukan lain pada gambar.
c. Apabila hasil galian yang cocok tidak mencukupi untuk
penimbunan tanggul,
kisdam,
timbunan
kembali
pada
bangunan dan pekerjaan timbunan lainnya yang ditunjuk
dalam gambar atau sesuai perintah direksi, maka dapat dipakai

timbunan tanah didatangkan untuk mencukupi volume


pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar rencana.
d. Bahan-bahan yang berisikan kayu, akar, humus dan lainnya
yang tidak berguna dan bahan galian yang tidak dibutuhkan
untuk timbunan kembali pada bangunan, tanggul-tanggul dan
konstrusi permanen lainnya, harus ditempatkan pada tempat
pembuangan yang telah ditentukan oleh direksi.
6. Timbunan Umum
a. Timbunan harus ditempatkan pada garis-garis dan profil-profil
yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi
sesuai dengan spesifikasi.
b. Semua bahan timbunan dan timbunan kembali harus terdiri
dari hasil galian yang baik dan disetujui oleh direksi yang
dihamparkan
dalam
lapisan-lapisan
dan
dipadatkan
sebagaimana ditentukan dalam syarat teknik atau sesuai atas
garis-garis elevasi yang ditunjukkan pada gambar.
c. Bilamana timbunan lokal yang sesuai tidak cukup, maka
kekurangan didatangkan yang harus diusahakan oleh kontraktor
dan dibawa kelokasi.
7. Galian di Tempat Pengambilan Tanah
Penyedia jasa harus memperoleh tanah yang cocok untuk
pemadatan timbunan, jalan inspeksi dan pekerjaan lainnya.
Daerah tempat pengambilan tanah, kedalaman dan kemiringan
harus mendapat persetujuan dari direksi. Bilamana menurut
direksi bahan-bahan yang diperlukan tidak cocok, maka kontraktor
tidak boleh menggunakan tanah tersebut dan mengganti dengan
tanah yang
lain.
8. Pemadatan
a. Timbunan tanah dan timbunan kembali yang direncanakan pada
gambar atau oleh direksi harus dipadatkan pada suatu garis
lurus (jalur), tersusun padat dan berlereng seperti yang
ditunjukkan pada gambar atau seperti yang ditetapkan oleh
direksi.
b. Material yang dipadatkan harus ditimbun (dikumpulkan) dalam
lapisan horizontal dengan tebal tidak boleh lebih dari 25 cm
sesudah dipadatkan dan pendistribusian material akan
homogen dan bebas dari bentuk pengelupasan berkantong,
retakan atau ketidaksempurnaan.
c. Penggalian dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sehingga
material
yamg
dipadatkan
tercampur
dan
dijamin
pemedatannya
dapat
mencapai
tingkat
terbaik.
Bila
menggunaka tamping roller kaki tamping roller harus dijaga
tetap bersih dari material yang merugikan keefektifan kerja dari
tamping roller.
d. Untuk beberapa bagian dari timbunan tanah atau timbunan
kembali yang berdekatan dengan bangunan termasuk pipa-pipa
beton dimana pemadatan timbunan tanah atau timbunan
kembali dibutuhkan, dalam hal tersebut tidak memungkinkan
mencapai pemadatan yang memadai dengan pemadatan
rolling, timbunan tanah atau timbunan kembali harus
dipadatkan dengan tempers mekanis pada tingkatan yang

sama pada pemadatan mendekati timbunan tanah atau


timbunan kembali dipadatkan.
e. Pemadatan dengan tenaga manusia.
Material yang akan dipadatkan harus dihamparkan dan
lapisan-lapisan horizontal yang tebal tidak lebih dari 15 cm.
Alat stemper tangan mempunyai berat tidak lebih dari 15 kg,
dan tinggi jatuh untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 30 cm.
Material dipadatkan harus mencapai density yang dimaksud.
Metode pemadatan harus disetujui oleh direksi.
f. Dalam menempatkan alat pemadat dalam hal pekerjaan
timbunan kembali atau timbunan tanah yang berhubungan
dengan pipa beton, kedua sisi pipa dipukul dan dipadatkan
sehingga menjadi perletakan pipa yang kuat. Material
kemudian harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lajuran
seperti yang ditetapkan.

g. Percobaan pemadatan. Sebelum dimulai pekerjaan timbunan,


penyedia jasa harus menunjukkan kepada direksi, peralatan
dan
cara-cara
penempatan
material
timbunan
dan
pemadatannya paling tidak tiga lapisan percobaan timbunan.
9. Galian Tanah Berpasir
a. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali tanah
berpasir untuk perapihan tanah asli guna meletakkan batu.
b. Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang
jalur rencana
Revetment.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu
dilakukan pengukuran memanjang dan melintang sehingga
diperoleh titik-titik elevasi dasar yang akurat. Setelah
penggalian selesai harus dilakukan pengukuran kembali untuk
mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan.
d. Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok yang
berjarak antara 20 meter hingga 50 meter atau sesuai arahan
Direksi.
e. Galian menggunakan Excavator.
f. Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang
aman terhadap dampak lingkungan atas persetujuan Direksi.
g. Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak
terhadap lingkungan disekitar lokasi yaitu dengan membuat
benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk Direksi yang
biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian.
h. Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam
satuan meter kubik (M3) sesuai dengan tampang hasil
penggaian terakhir.
10. Galian Tanah (Mekanik)
a. Semua galian menggunakan alat berat, galian ini harus
dilakukan sesuai dengan Gambar yang ditentukan dan SyaratSyarat Teknik ini atau seperti diperintahkan oleh Direksi.
Selama pekerjaan berlangsung Direksi mungkin mengubah
lereng, kemiringan atau dimensi galian karena sesuatu sebab.
b. Kontraktor tidak akan mendapatkan biaya tambahan akibat
perubahan semacam itu. Galian lain yang dilakukan oleh
Kontraktor untuk keperluannya sendiri seperti untuk jalan
masuk atau untuk mengangkut bahan hasil galian harus
mendapat persetujuan Direksi dan atas biaya Kontraktor dan
tidak dapat dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
c. Kontraktor harus selalu berusaha agar batuan di bawah galian
berada dalam kondisi tidak terganggu. Semua penggalian yang
melebihi batas yang ditentukan oleh Direksi dianggap tidak sah
dan tidak dapat dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
d. Kecuali kalau Direksi memerintahkan lain, semua galian-lebih
harus ditimbun kembali dengan tanah, tanah dipadatkan,
beton atau bahan lain yang ditentukan oleh Direksi atas biaya
Kontraktor. Namun demikian apabila galian lebih terjadi akibat
keadaan geologi yang tidak menguntungkan dan bukan
karena kelalaian Kontraktor maka Kontraktor berhak atas suatu
pembayaran untuk mengisi kembali galian-lebih tersebut.

e. Pembayarannya berdasarkan
harga satuan
yang sesuai
dengan bahan yang digunakan dan harga satuannya sudah ada
dalam Kontrak. Semua galian untuk pondasi bangunan harus
merupakan galian dalam keadaan kering. Tidak ada biaya
tambahan untuk galian dalam keadaan basah.
f. Kontraktor harus mengambil semua tindakan guna melindungi
lereng galian terhadap erosi atau degradasi selama pekerjaan
berlangsung. Biaya untuk pekerjaan ini harus dimasukkan
dalam harga satuan pekerjaan yang berkaitan dengan
penggalian.

3
0
g. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar atau diperintahkan oleh
Direksi kemiringan lereng galian harus mengikuti Tabel berikut.
Selain itu untuk setiap tinggi 6 m harus dibuat berm lebar 2 m
pada galian tanah.
Bahan
Batuan

Kemiring
an
1(V:H)
: 0.3

Keterangan
Untuk lereng permanen

1 : 0.2

Untuk lereng sementara dan


diisi kembali

1 : 1.0

Untuk lereng permanen

1 : 0.6

Untuk lereng sementara dan


diisi kembali

Tanah

1 : 1.5

Untuk lereng permanen

Tanah
residual

1 : 1.0

Untuk lereng sementara dan


diisi kembali

Aluvium

1 : 2.5

Untuk lereng permanen

1 : 2.0

Untuk lereng sementara dan


diisi kembali

Batuan lapuk

h. Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Direksi berdasar


klasifikasi yang berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
i. Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan
selesai harus dilakukan pengukuran volume galian. Kontraktor
harus memasang tanda- tanda di lapangan sehingga kondisi
sebelum
dan setelah
penggalian dapat diketahui guna
menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran
Kontraktor akan diperiksa ulang oleh Direksi.
j. Paling lambat 7 hari sebelum mulai pekerjaan pengukuran
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi suatu rencana
yang menunjukkan tata-letak semua patok, garis referensi,
profil dan rincian metode pengukuran yang akan digunakan
untuk menghitung volume.
k. Garis referensi dan patok harus dipasang di lapangan paling
lambat
24
jam
sebelum
pengukuran
dimulai
dan
memberitahukan hal itu kepada Direksi.
l. Semua jenis referensi dan patok harus tetap berada di
tempatnya dalam kondisi baik sampai waktu yang ditentukan
oleh Direksi untuk memungkinkan Direksi dapat melakukan
pengukuran ulang.
m. Semua catatan lapangan pengukuran dan penghitungan
volume galian harus diserahkan kepada Direksi.
n. Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan
dipakai dasar untuk mengajukan pembayaran tambahan harus
dilakukan
dengan kehadiran
Direksi.
Kontraktor
harus
memberitahukan Direksi sebelumnya sehingga pengukuran
bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi kemajuan
pekerjaan penggalian.
11. Timbunan Blanket
a. Semua lapisan tipis (seam) lempung, retakan (crack) dan
rekahan (kekar/joint) pada permukaan batuan pondasi lebih
besar dari 25 mm harus dibersihkan sampai kedalaman tidak
kurang dari tiga kali lebarnya pada permukaan dan diisi

3
1
kembali dengan slash grout, adukan semen atau beton atau
sesuai arahan oleh Direksi.
b. Direksi
dapat
meminta
Kontraktor
untuk
melakukan
penanganan celah dan retakan permukaan yang lebih kecil
agar di-grouting khusus, sikat masuk adukan semen, atau
dengan aplikasi pneumatic dengan mortar, gunite atau
shotcrete.

c. Cekungan,
ketidakteraturan
dan
lubang
besar
pada
permukaan pondasi dan bekas galian sumur uji (test pit) atau
investigasi bawah tanah lainnya harus diisi kembali sesuai
arahan Direksi dengan beton atau material urugan yang
memenuhi spesifikasi material urugan dan dipadatkan
sebagaimana diuraikan pada pasal sebelumnya.
d. Segera sebelum penempatan lapisan zona urugan utama,
permukaan pondasi harus dibersihkan dari semua material
lepas atau pengganggu.
e. Air yang tertampung di cekungan harus dibersihkan dengan
tangan atau dengan alat lainnya sesuai persetujuan Direksi.
f. Sebaliknya bila permukaan pondasi terlalu kering permukaan
pondasi dapat dibasahi sesaat sebelum penempatan material
urugan guna mendapatkan lekatan yang baik dengan lapisan
pertama material urugan.
g. Kontrol Kelembaban dan Density
Kelembaban seluruh lapisan material urugan sebelum dan
selama pemadatan harus dijaga seragam. Kecuali jika
ditentukan lain oleh Direksi, kadar air dari material urugan
harus memenuhi ketentuan sesuai Standard ASTM D 2216
sebagai berikut:
Kadar air material zona urugan sebelum, selama dan
sesaat setelah pemadatan harus dalam kisaran minus satu
persen (-1%) sampai plus tiga persen (+3%) dari kadar air
optimum (OMC) sebagaimana didapat dari uji pemadatan
yang dilakukan berdasarkan Standard ASTM D 698; dengan
catatan bahwa rata-rata kadar air material harus dalam
kisaran OMC sampai plus dua persen (+2%) OMC.
Pengkondisian kadar air material urugan harus dilakukan
sebelum pengangkutan ke lokasi konstruksi yaitu pada lokasi
sumber material atau tempat penimbunan sementara
(stockpile).
Metode untuk mendapatkan kadar air yang ditentukan dari
material urugan adalah merupakan tanggung jawab
Kontraktor
dengan
mendapatkan
persetujuan Direksi.
Tambahan kelembaban mungkin dapat diberikan pada
urugan jika secara spesifik diarahkan dan disetujui Direksi
dan tambahan kelembaban tersebut harus dilaksanakan
dengan menggunakan kendaraan penyemprot (sprinkle) atau
sejenisnya sesuai persetujuan Direksi.
Density kering material urugan sesaat setelah pemadatan
tidak boleh kurang dari 98% dari Density Kering Maksimum
(DKM) sebagaimana didapat dari uji pemadatan standard
yang dilakukan berdasarkan prosedur standar ASTM; dengan
catatan bahwa rata-rata density kering material tidak boleh
kurang seratus persen (100%) density kering maksimum.
Kadar air dan density saat penempatan, dan kadar air
optimum dan densitas kering maksimum material urugan
akan ditentukan oleh Direksi secara berkala dengan uji
lapangan dan laboratorium berdasarkan sampel acak sesuai
dengan pasal sebelumnya pada bab ini.
Jika kadar air atau density pada saat penempatan
sebagaimana ditentukan dalam uji kontrol tidak dapat
dipenuhi maka Direksi akan meminta Kontraktor untuk
mengganti
material
atau
untuk
mengolah
material

sedemikian sehingga kadar air dan densitynya dapat


diperbaiki sesuai ketentuan. Hal ini perlu diperiksa dengan
pengujian berikutnya.
Direksi mempunyai hak untuk mengubah kadar air yang
diijinkan setiap saat, berdasarkan informasi yang didapat
dari uji pengisian selama konstruksi. Untuk perubahan
semacam itu tidak diperbolehkan adanya perubahan harga
satuan pekerjaan.
h. Penempatan material
Pemilihan, penempatan dan penyebaran material urugan
harus sedemikian sehingga distribusi dan gradasi material
terpasang bebas dari kelainan tekstur, gradasi, kadar air atau
densitas dari material di sekitarnya.

Bila material berbeda karakternya maka material yang lebih


halus dan lebih urugan harus ditempatkan pada lokasi yang
lebih ke tengah zona.
Penghamparan dan penyebaran material harus sedemikian
sehingga memperkecil kemungkinan segregasi. Batu dengan
diameter lebih dari 10 cm tidak boleh ada pada material
urugan. Bila ditemukan kumpulan pasir, kerikil atau kerakal
di sekitar struktur, batas zona, area kontrak, maka harus
dibuang untuk menghindari pemipaan sepanjang permukaan
kontak tersebut.
Jika Direksi berpendapat bahwa permukaan pondasi yang
disiapkan atau permukaan pemadatan lapisan urugan
dianggap terlalu kering atau terlalu halus untuk pelekatan
yang baik dengan lapisan urugan berikutnya, maka
permukaan tersebut harus dibasahi dan atau dikasarkan
dengan menggunakan alat yang disetujui oleh Direksi
sebelum lapisan berikutnya dihamparkan.
Jika menurut Direksi permukaan terpadatkan dari lapisan
material urugan dianggap terlalu basah untuk pemadatan
lapisan berikutnya, maka harus dibuang, dibiarkan kering
dahulu atau dikasarkan dengan alat tertentu untuk
mengurangi kadar airnya hingga yang diperlukan dan
kemudian dipadatkan kembali sesuai spesifikasi sebelum
lapisan berikutnya digelar.
Material homogen harus ditempatkan di urugan secara
menerus, kurang lebih horizontal dengan ketebalan yang
memungkinkan densitas yang diperlukan tercapai di seluruh
lapisan sesuai pasal di atas bila dipadatkan dengan catatan
ketebalan lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum
dipadatkan. Semua lapisan harus mempunyai kemiringan
drainase kurang lebih 1:30 setelah pemadatan.
Jika sheepfoot roller akan digunakan untuk pemadatan
material urugan pada permukaan pondasi, termasuk grout
cap atau
permukaan beton pengisi, lapisan pertama
diperbolehkan lebih tebal dari yang ditentukan tapi tidak
boleh lebih dari 50 cm sebelum pemadatan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kerusakan permukaan
pondasi akibat aksi dari kaki sheepfoot roller.
Direksi memiliki hak untuk merubah ketebalan lapisan
material urugan setiap saat, berdasarkan informasi yang
didapat dari uji pengisian atau uji kontrol selama konstruksi;
dan pada kejadian itu tidak boleh ada perubahan harga
satuan pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya.
10. Pengukuran dan Pembayaran
a. Hargaharga satuan yang ditenderkan didalam rencana
anggaran biaya untuk berbagai pos pekerjaan tanah meliputi
biaya pemakaian semua tenaga kerja, perlengkapan dan
bahan-bahan yang digunakan di dalam menggali, menimbun,
termasuk pelaksanaan semua kebutuhan pengeringan dan
pengadukan. Untuk pemadatan yang tepat bila dibutuhkan
pada pengangkutan semua material galian dari borrow area
ketempat penimbunan untuk timbunan kembali.
b. Pengukuran untuk pembayaran material timbunan adalah
dalam meter kubik pada timbunan terpasang sesuai garis,

c.

ukuran dan level seperti ditunjukkan dalam Gambar atau


sesuai perubahan oleh Direksi tidak tergantung pada toleransi
yang diijinkan pada konstruksi.
Pembayaran material timbunan sesuai harga satuan per
meter kubik yang disetujui sebelumnya untuk item pekerjaan
bersangkutan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan.

III. PEKERJAAN BETON


1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Semua "beton" yang akan digunakan pada bagian konstruksi
harus sesuai spesifikasi dan yang diminta oleh Direksi. Beton
harus terdiri dari bahan yang disetujui oleh Direksi. Beton harus
terdiri dari bahan yang telah ditentukan dan harus secara
proporsi sesuai dengan yang ditentukan menurut ketentuanketentuan dan kebutuhan seperti tersebut di atas. Konstruksi
harus dilaksanakan kecuali bila mana ada ketentuan-ketentuan
yang tidak diperinci disini harus sesuai dengan Standard Beton
Indonesia yaitu NI. 2 PBI 1971.

2. BAHAN
Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir , agregat
kasar dan air akan disesuaikan dengan Bagian I, yaitu bahanbahan umum.

3. MUTU BETON
3.1. Mutu Beton
Mutu beton harus disesuaikan dengan Standard Indonesia
untuk beton NI. 2 PBI 1971 seperti tabel berikut ini:

Tbm
With S =
46
(Kg/cm2)
-

B1

Structura
l

K-125

125

200

Structura
l

K-175

175

250

Structura
l

K-225

225

300

Structura
l

Us
Grade

Tbk

Category
of
(Kg/cm2)
Non
Structur

Supervisio
nAgrega
te
Structu
Visual
Inspecti
Stric
Inspecti
on
Detailed
Examinati
on by
Detailed
Examinati
on by
Detailed
Examinati
on by

Control
Crushing
No Test
No Test
No Test
Test
To be
Carried
Test
To be
Carried

Dimana T'bk adalah karakteristik "Crushing Strength" yang


diperoleh dari beberapa percobaan sample crushing, dengan
penyimpangan maksimum 5
% di bawah yang disyaratkan.
T'bm adalah nilai crusing stregth rata-rata.
Jika tidak ditentukan lain, nilai crushing strength selalu
diambil nilai compresive strength dari kubus ukuran 15
(0.06) cm per sisi, diuji pada umur 28 hari.
Formula untuk menghitung adalah :
T ' bk T ' bm 1.64S

(T ' b T
'
2
bm )

Dimana:

N 1

N
= Jumlah
sample yang diuji
(minimum 20 buah

sample) T'b = Crushing Strength untuk tiap


sample (kg/cm2)
T'bm = Nilai Crushing rata-rata
S
= Standard Crushing Deviasi (kg/cm2)

3.2. Kriteria
Secara umum USBR dapat diterima dengan ketentuan bahwa
strength 80% dari hasil test specemen harus lebih besar dari
design strength. Design strength klasifikasi seperti:
Class I = 160 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30 cm selama
28 hari; Class II = 200 kg/cm2 dengan uji silinder 15 x 30
cm selama 21 hari; Class III =
225 kg/cm2 dengan uji
silinder 15 x 30 cm selama 28 hari.

4. CAMPURAN BETON
a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Beton terdiri dari semen portland, pasir, agregat kasar, air


seperti yang telah tercantum pada spesifikasi, semua
dicampur secara baik dan membawa konsistensi yang layak.
Untuk beton mutu grade "B" campuran biasanya untuk "NonStructural Work" digunakan dengan kondisi bahwa proporsi
semen portland, pasir, dan agregat tidak kurang dari 1:8.
Jumlah semen untuk tiap-tiap m3 beton harus sedikitnya 225
kg.
Untuk mutu beton B1 dan K-125, campuran normal semen
portland, pasir dan kerikil batu pecah akan berlaku proporsi
1:2:3 atau 1:1,5:2,5. Jumlah semen untuk tiap m3 beton harus
diantara 300 - 325 kg.
Untuk mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi harus
digunakan "Design Mix". Design Mix harus dari hasil
pengujian campuran untuk memperoleh ketentuan-ketentuan
dan karakteristik kekuatan. Jumlah semen untuk tiap m3 beton
sekurang-kurangnya 325 kg.
Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa
bagian pekerjaan adalah yang paling besar dari ukuran yang
telah ditentukan dan penggunaannya mulai dari pengadukan
beton sampai pemasangan hingga memuaskan.
Proporsi untuk bermacam bahan-bahan yang akan digunakan
untuk tempat yang berbeda harus seperti yang didapatkan
dari hasil percobaan test, dari waktu ke waktu selama
pekerjaan berlangsung.
Proporsi campuran air dan semen akan dideterminasi dari
beton sudah diproduksi yang mempunyai density yang cocok,
impermeabilitas, ketahanan, dan tegangan yang dibutuhkan
tanpa menggunakan semen dengan jumlah yang berlebihan.
Perbandingan air semen dari beton (tak termasuk air dalam
atau diabsorsi oleh agregat) tidak akan lebih 0.55 dari berat
untuk Class III dan tidak lebih
0.60 dari berat untuk Class-class lain.
Pengujian beton dibuat oleh Direksi dan propor-si campuran
akan diganti bilamana diperlukan untuk maksud pengukuhan
kebutuhan
ekonomi,
kemampuan
kerja,
density,
impermeabilitas, ketahanan atau kekuatan dan Kontraktor
harus menyanggupi bahwa tidak ada kompensasi tambahan
karena pertukaran yang demikian.

5. PENGUJIAN KONSISTENSI BETON DAN SAMPLE BETON


a.

Jumlah air yang digunakan dalam beton harus diatur sesuai


kebutuhan untuk menjamin konsistensi betonyang sebenarnya
dan untuk pengaturan berbagai variasi dalam kandungan
kadar air atau gradasi dari agregate sebagai mana
dimasukkan ke dalam mixer. Penambahan air untuk

mengganti kekakuan dari hasil beton yang telah diaduk yang


melampaui batas untuk dapat dipakai lagi karena terlalu
kering sebelum penurunan, tidak boleh lebih dari 5 cm untuk
beton yang mengandung ukuran agregate maksimum 7,5 cm.
Untuk beton lantai jembatan, pada puncak-puncak dinding,
pilar, tepi trotoar dan plat yang horizontal atau mendekati
horizontal dan tidak akan lebih dari 7.5 cm. Untuk semua
beton pengujian (test) disesuaikandengan standar Indonesia
NI.2 PBI 1971. Direksi menyatakan kebenaran tentang
keperluan lesser slump.

b. Compressive Strength dan pada beton akan didapatkan


Direksi melalui pengujian pada silinder dengan diameter 15 cm
dengan 30 cm atau kubus 15 x 15 atau 20 x 20 dibuat dan
diuji sesuai dengan NI.2 PBI 1971 atau designation 29 sampai
33, termasuk edisi terakhir dari USBR Concrete Manual,
kecuali untuk semua sample beton silinderis yang dicetak.
Butir dengan ukuran lebih besar dari 3.8 cm harus dipisahkan
dengan ayakan.
Slump test akan dibuat oleh Kontraktor dengan pengawasan
Direksi sesuai dengan NI.2 PBI 1971 atau designation 22 USBR
Concrete Manual. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan untuk memperoleh dan mendapatkan test sample
yang memadai.
c. Frekuensi test akan ditetapkan oleh direksi dengan dasar
"Placement Rate" pada bangunan, tetapi tidak lebih dari yang
diperlukan untuk menjamin bahwa beton yang dipasang
sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan- kebutuhan design.
6. PENUMPUKAN BAHAN (BATCHING)
Penyedia
jasa
harus
melengkapi
beberapa
hal
dengan
perlengkapan sebagaimana dibutuhkan oleh direksi pekerjaan
dengan teliti untuk dapat mengecek jumlah masing-masing
bahan terpisah sampai menjadi beton. Beberapa macam
perlengkapan dan cara operasinya berlangsung, pada setiap waktu
harus disetujui oleh direksi pekerjaan.

7. PENGADUKAN
7.1. Mesin Pengaduk Campuran Beton
a. Bahan-bahan untuk adukan beton harus dicampur dalam
batch mixer atau "Portable Mixer", waktu pengadukan
tidak kurang dari 15 menit, sesudah seluruh bahan-bahan
(kecuali untuk air dengan jumlah yang penuh) di dalam
mixer. Waktu pengadukan perlu ditambah apabila
kapsitas mixer melebihi dari 15 m3. Direksi memberi
syarat untuk penembahan waktu pengadukan bila mana
pengisian dan operasi pengadukan gagal menghasil-kan
beton melalui bahan-bahan yang didistribusi dan konsistensi yang uniform concrete harus seragam. Dalam
komposisi dan konsistensi dari kelompok-kelompok kecuali
bila perganti-an dalam komposisi atau konsistensi
dibutuhkan. Air harus ditambahkan sebelum pengisian
dan pengadukan berikutnya dilaksanakan. Campuran
yang berlebihan dengan penamba-han air
untuk
mendapatkan konsistensi beton tidak diizinkan.
b. Truck mixer akan diizinkan hanya jika mixer-mixer dan
operasi menunjukkan beton yang diolah adalah uniform
dari tiap-tiap
pengolahan dengan memperhatikan
konsistensi dan grading. Setiap mixer yang menghasilkan
hasil yang tidak memuaskan harus dibuang dari atas
biaya sendiri dari Kontraktor. Setiap mixer yang
memberikan
hasil yang tidak memuaskan harus
diperbaiki. Mixer dalam pengolahan secara sentralisasi
dan mixing plant harus dirangkai sedemikian rupa
sehingga gerak-an pengadukan dalam mixer dapat
diobservasi dari tempat yang sesuai terhadap tempat
operator-operator mixing plant. Mixer tidak akan
dibebani dengan bahan yang melebihi dari kapasitasnya,

kecuali dalam keadaan khusus yang diizinkan. Setiap


mixer harus dilengkapi dengan alat pencatat waktu
pengadukan mekanis yang menunjukkan dan menjamin
periode adukan-adukan yang dibutuhkan terhadap yang
sudah selesai.
7.2. Hand Mixing Beton
Untuk pekerjaan kecil dapat dilakukan pengadukan dengan
tangan apabila ada izin dari direksi pekerjaan:

Karena strain daripada beton sangat tergantung pada


kesempurnaan pengadukan, maka pekerjaan ini harus
dijaga dan dilaksanakan serta dicoba sesuai dengan
petunjuk Direksi. Direksi setiap saat dapat memeriksa
beberapa penampang dari bentuk yang dijumpai
dengan serba kekurangannya dan perhatiannya, dan
Kontraktor harus segera memperbaiki pekerjaan dengan
biaya sendiri;
b. Box
pengukuran
agregat,
saringan
agregat
dan
pengadukan beton dengan bentuk datar dilengkapi
dengan ukuran yang cukup untuk meningkatkan dan
mempercepat pengadukan sekurang-kurangnya dua
batching pada waktu yang sama. Tiap-tiap bahan tidak
akan lebih dari 15 cm3;
c. Dalam box-box pengadukan, pengukuran jumlah pasir
disebar lebih dahulu dalam adukan, kemudian semen
harus disebar di atas pasir, dan pasir serta semen secara
sempurna dicampur hingga warna seragam, kemudian
penambahan air yang membuat lapisan mortar. Setelah
campuran dibentuk lengkap sebagai mortar, kemudian
agregat
disebarkan
di
atas
permu-kaan
dan
keseluruhannya disodok dan dibalik, atau dicampur
sampai adukan tercampur sempurna dan semua agregat
ditutup dengan mortar. Hal ini mungkin membutuhkan
adukan dibalik dan disodok berkali-kali sampai sempurna.
d. Hand mixing tidak diizinkan untuk beton bendung,
jembatan dan bangunan-bangunan yang besar.
a.

8. TEMPERATUR
Temperatur beton ketika dipasang tidak lebih dari 32OC dan tidak
kurang dari 4.5OC. Ketika tempereatur beton waktu bekerja
mungkin 27O C dan 32OC, beton akan dicampurkan dijob site dan
dituangkan ke dalam peker-jaan dengan segera setelah
pengadukan selesai. Jika dipasang pada keadaan cuaca dengan
temperatur beton lebih dari 32OC, seperti yang didapatkan oleh
direksi maka campuran pada malam perlu dilakukan untuk
mempertahankan temperatur beton terpasang di bawah 32OC.

9. DESAIN PERANCAH
Design perancah disesuaikan dengan berbagai bentuk, ketinggian
dan dimensi dari beton seperti terlihat dalam gambar atau
sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi. Bahan yang
dipergunakan dalam design perancah akan ditentukan oleh
direksi sebelum pelaksanaan dimulai, meskipun telah disetujui
bukan berarti bahwa Kontraktor tidak bertanggung jawab atas
bentuk-bentuk atau perbaikan beberapa bagian yang rusak yang
dapat berkembang atau menjadi tidak dapat digunakan.

10. PEMBUATAN PERANCAH


a.

Perancah untuk membentuk beton sesuai dengan keperluan


harus dibuat seperlunya. Perancah harus terdiri dari logam,
dengan line kayu, plywood linning, tempered presswood
linning atau papan halus, dalam kondisi baik yang
dibutuhkan menghasilkan permukaan yang baik seperti yang
ditentukan.

b. Permukaan halus dari beton yang sudah dikerjakan sangat


diperlukan, bila pekerjaan ini untuk dilalui air. Perancah
cetakan untuk beberapa permukaan boleh terbuat dari kayu
atau metal lain dan harus benar dalam setiap penempatan,
bentuk dan ukuran dan harus dengan strength yang cukup dan
kaku untuk menjaga posisi dan bentuk akibat beban dan
operasi pemasangan dan vibrasi beton. Semua cetakan kayu
untuk permukaan yang dilalui air harus rata dan bersih.
Kekuatan dan keefektifan harus dijamin
sehingga dalam
konstruksi seluruh cetakan dapat mengikat sisi yang
berdampingan dengan ujung dari panel-panel dan membentuk
penampang yang tepat. Ini

semua

untuk

melidungi
pembentukan tumpukan,
pembongkaran- pembongkaran halus
atau yang rusak permukaan betonnya setelah terpasang.
c. Semua cetakan harus rapat ketika didirikan agar diperoleh
hasil yang cocok dan baik untuk pembongkaran cetakan tanpa
mengganggu permukaan beton yang telah terpasang harus
dipersiapkan sebelum beton dituang permukaan cetakan
diberi oli yang akan secara efektif mencegah pelekatan dari
beton dengan cetakan dan tidak akan menodai beton. Semua
baha-bahan yang tersimpan atau yang telah dipakai hanya
boleh digunakan bila disetujui direksi. Kontak antara tulangan
baja cetakan juga harus diperhatikan, jangan sampai
menghasilkan perpaduan yang tidak baik.
d. "Chamfer Strips" (bingkai penguat) harus ditempatkan pada
sudut cetakan hingga menghasilkan sisi yang dibentuk atas
permukaan beton. Sudut-sudut interior pada beberapa
permukaan dan sisi miring kecuali sisi miring dapat diketahui
dari gambar-gambar.

11. KLASIFIKASI PERANCAH


Kebutuhan tambahan dari apa yang sudah ditentukan di dalam
daftar volume dan harga yaitu:
a. Perancah < 4 m;
b. Perancah lainnya.

12. PEMASANGAN PERANCAH


a.

Tidak dibolehkan untuk pemasangan beton sebelum semua


perancah, cetakan dan persiapan-persiapan lainnya yang
berhubungan dengan pemasangan disetujui oleh Direksi.
Tidak diperbolehkan memasang beton di dalam air tanpa
izin tertulis dari Direksi, dan metode pengecoran harus
disetujui. Tidak diperbolehkan memasukkan beton ke dalam air
yang mengalir dan tidak boleh mengalirkan air sebelum
beton telah cukup mengering. Semua kerak- kerak beton,
mortar, grout yang melekat pada permukaan cetakan harus
dibersihkan sebelum pengecoran beton berikutnya dimulai.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan yang
akan diisi beton harus bersih dan bebas dari genangan air,
lumpur, kotoran atau loose material. Permukaan bahan-bahan
yang akan menyerap beton harus dibasahi sehingga kadar air
dari beton tidak terserap.
c. Bagian permukaan yang akan ditutup dengan beton bila
dirasa perlu untuk menyediakan penggetar (vibrator) beton
di dalam pengerasan dan pondasi seperti ditentukan oleh
Direksi, Kontraktor harus memasang beton kelas. B atau
kepingan beton yang terdiri dari ketebalan 5 cm sebagai
lantai kerja. kepingan kasar harus tersebar secara merata di
seluruh pondasi yang akan dilindungi, baru diperbolehkan
mengadakan pengecoran setelah 24 jam.
d. Permukaan beton yang sudah mengeras yang akan dilapisi
dengan beton baru, tidak boleh dicor dengan begitu saja,
harus dilaksanakan sebagai
penyambungan
konstruksi
(constructions joints). Permukaan sambungan konstruksi
harus bersih dan basah bila ditutup dengan beton baru atau
mortar. Pembersihan harus menghilangkan semua lailance,

e.

beton yang lepas atau yang rusak, lapisan atau bahan asing.
Permukaan sambungan konstruksi harus dibersihkan dengan
sand-blasting dan pencucian harus dilakukan pada kesempatan
terakhir sebelum penempatan yang pasti. Semua genangan
air harus dihilangkan dari permukaan sambungan konstruksi
sebelum beton yang baru dipasang.
Permukaan dari semua sambungan konstruksi atau expansion
joint seperti ditunjukkan pada gambar harus dibersihkan
dengan baik dari tempelan beton atau bahan-bahan asing lain
dengan menggaruk, shipping, atau cara lain yang disetujui
Direksi.

13. PENEMPATAN
a.

Metode dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut


beton harus sedemikian sehingga beton yang mempunyai
komposisi dan konsistensi yang dibutuhkan akan terjamin
tanpa pemisahan atau kehilangan slump yang merugikan.
b. Beton boleh dicor apabila Direksi atau wakilnya yang
dikuasakan, su-dah hadir permukaan konstruksi sambungan
atas dimana beton baru akan dicor harus ditutupi lapisan
grout semen yang rapi atau ditutup dengan lapisan mortar
kira-kira 2 cm tebalnya. Mortar harus mempu-nyai proporsi
semen dan pasir yang sama dengan campuran beton yang
telah diatur kecuali diarahkan dengan lain. Rasio air semen
dari mortar tidak melebihi dari rasio beton yang akan
dipasang di atasnya, dan konsistensi dari mortar harus sama
dengan pengecoran dan pekerjaan dengan cara-cara yang
ditetapkan. Mortar harus menyebar secara seragam dan
harus dikerjakan dengan teliti. Beton harus ditem-patkan
segera pada mortar yang baru, didalam menempatkan beton
pada sambungan-sambungan konstruksi yang dibentuk,
tindakan- tindakan pencegahan khusus harus diambil untuk
menjamin bahwa beton baru dimasukkan ke dalam kotak
yang erat dengan permukaan sambungan, dengan secara hatihati dengan alat yang cocok.
c. Pengaturan kembali beton tidak akan diizinkan. Suatu beton
yang telah kaku, demikian pula penempatan yang tepat tidak
dapat dijamin akan sia-sia dan tidak ada pembayaran kepada
Kontraktor. Beton harus ditempatkan dalam semua hal,
sedapat mungkin dapat dilaksanakan secara langsung di
dalam posisi akhir dan tidak akan mengalir dengan suatu cara
sehingga
menyebabkan
pemisahan.
Pemisahan
yang
berlebihan dari agregat kasar di dalam beton yang
disebabkan karena membiarkan beton jatuh bebas dari
ketinggian yang terlalu tinggi, atau pada sudut partikel yang
terlalu besar atau yang akan merusak cetakan dan tulangan
baja tidak dibolehkan bila pemisahan-pemisahan terjadi,
Kontraktor harus menyediakan jeram-jeram penjatuhan yang
cocok dan bafle untuk membatasi dan mengontrol beton
yang jatuh.
d. Kecuali karena dihalangi oleh sambungan-sambungan, semua
beton yang terbentuk harus ditempatkan di dalam lapisanlapisan horizontal yang menerus, yang ketebalannya tidak
melebihi 50 cm. Direksi berhak memerintahkan ketebalan
lapisan kurang dari 50 cm bilamana ketebalan 50 cm tersebut
tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan tuntutan spesifikasi.
Semua interseksi dari sambungan-sambungan konstruksi
dengan permukaan harus dibuat lurus dan datar atau tegak.
e. Dalam menempatkan beton di daerah-daerah yang diekpose
dengan ketebalan yang besar, Kontraktor harus menjaga
daerah yang diekpose dari beton baru dengan syarat-syarat
praktis yang minimum, dengan mula-mula membentuk beton
dengan lebar bangunan dengan ketinggi-an yang cukup di atas
daerah yang dibatasi pada suatu ujung bangunan dan
kemudian dilanjutkan dalam tahap-tahap progressive yang
serupa terhadap daerah bangunan. Lereng yang dibentuk pada
ujung mendaki yang tidak terbatas dari lapisan-lapisan beton
yang sudah baik harus dijaga securam mungkin, beton pada

f.

sisi ujung-ujung ini tidak boleh digetarkan segera dan


kondisi- kondisinya sedemikian rupa sehingga beton akan
mengeras, dimana getaran berikutnya tidak akan sepenuhnya
mengkonsolidasikan dan menginte- grasikan dengan beton
baru yang ditempatkan pada penyambungan kelompokkelompok agregat besar harus disebar sebelum beton yang
baru dipasang di atasnya, masing-masing deposit beton harus
digetarkan sebelum deposit beton beriikutnya ditempatkan di
atasnya.
Beton tidak boleh dicor selama musim hujan lebat atau
sehingga menghanyutkan mortar dari agregat kasar pada
lereng-lereng penempatan. Selama hujan yang demikian
mortar tidak boleh ditebar-kan pada sambungan konstruksi
dan mortar yang telah disebarkan harus dibuang dan
diganti

sebelum melanjutkan pekerjaan. Sekali penempatan beton


yang telah dimulai di dalam suatu bangunan, penempatan
tidak boleh diganggu.
g. Ember-ember beton yang digunakan harus dapat dengan cepat
mengeluarkan slump yang rendah, campuran-campuran beton
yang ditentukan dan mekanisme dumping harus dirancang
sedemikian rupa sehingga pengisian sebanyak 0.35 m3 bagian
muatan di suatu tempat. Ember-ember harus cocok untuk
pengikatan dan pemakaian dari drop chute (jeram) yang
dibutuhkan di lokasi-lokasi terbatas.
h. Sambungan konstruksi harus mendekati horizontal kecuali
bila ditentukan lain pada gambar-gambar atau diperintahkan
oleh Direksi. Semua interseksi dari sambungan-sambungan
konstruksi dengan permukaan beton yang akan diekpose
kepada pandangan akan dibuat lurus dan datar atau tegak.
i. Bila beton ditempatkan secara monolitis seputar lubang-lubang
yang mempunyai dimensi vertikal yang lebih besar 60 cm,
beton dalm deck (geladak) dasar lantai, balok gelagar atau
bagian-bagian bangunan yang serupa ditempatkan secara
monolitis dengan beton yang menopangnya. Instruksiinstruksi berikutnya harus diteliti baik-baik:
Penempatan beton harus ditunda dari satu atau tiga jam
pada bagian atas lubang dan pada dasar bevel di bawah
deck, lantai dasar, gelagar atau bagian serupa dari
bangunan-bangunan sewaktu bevel ditentukan atau tidak
ditentukan, tetapi dalam hal penempatan ditunda
sedemikian lamanya sehingga unit yang bergetar tidak
akan siap untuk penetrasi secara berat sendiri beton yang
ditempatkan sebelum penundaan. Ketika mengkonsolidasikan beton yang ditempatkan setelah penundaan, unit
yang bergetar harus menyerap dan menggetarkan beton
yang ditempat- kan sebelum penundaan;
60 cm terakhir atau lebih dari beton ditempatkan segera
sebelum penundaan harus ditempatkan dengan slump
sepraktis mungkin dan perhatian khusus dicurahkan agar
konsolidasi beton yang teliti akan terlaksana;
Beton yang ditempatkan di atas lubang-lubang dan di
dalam deck-deck,
lantai-lantai, balok gelagar dan
bangunan serupa lainnya harus ditempatkan dengan slump
serendah mungkin dan perhatian khusus harus dicurahkan
untuk menghasilkan konsolidasi yang teliti dari beton.
j. Tiap-tiap lapisan beton harus dikonsolidasi sampai kepadatan
yang semaksimum mungkin sehingga bebas dari kantongkantong agregat, dan menutupi semua permukaan bentuk
bahan-bahan yang ditanam-kan, Di dalam mengkonsolidasikan
setiap lapisan beton, getaran terdahulu dari vibrator harus
dibiarkan menyerap dan menggetarkan kembali beton bagian
atas lapisan.
Semua beton harus dikonsolidasikan dengan listrik atau type
imersion
yang
dikendalikan
tenaga
pneumatik
yang
beroperasi pada kecepatan sekurang- kurangnya 7000 rpm.
Bila dicelupkan dalam beton lapisan tambahan beton tidak
boleh ditempatkan sebelum lapisan yang ditempatkan
sebelumnya telah dikerjakan secara teliti sesuai dengan yang
ditentukan.

14. WAKTU DAN METODE PEMBONGKARAN PERANCAH


a.

Waktu dan metode pembongkaran dan pemindahan perancah/


cetakan harus seperti yang ditentukan oleh Direksi dan
pekerjaan ini harus dilakukan dengan teliti untuk menghindari
kerusakan dari beton.
b. Penunjang dan penopang perancah tidak boleh dibongkar dari
balok-balok beton tulang, lantai-lantai dan dinding-dinding
sebelum mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul
beban berat sendiri plus suatu muatan yang diperkirakan di
atasnya.
c. Tidak dibolehkan adanya muatan pada beton yang belum
mengeras segera setelah perancah dilepas permukaan beton
harus diperiksa dengan teliti dan

4
0
setiap permukaan-permukaan yang tidak teratur harus segera
diperbaiki demi kerapian dan keindahan.
d. Pada umumnya waktu minimum sebelum melepaskan
perancah adalah dua hari untuk dinding-dinding yang tidak
dimuati, 7 hari untuk dinding penopang dan dinding induk
serta 21 hari untuk lantai jambatan. Tabel di bawah ini
menunjukkan kekuatan minimumdari beton untuk pelepasan
bentuk.
KEKUATAN MINIMUM CONCRETE UNTUK PELEPASAN
BENTUK
Klasifikasi Struktural

1. Beton yang tidak mengalami


tekukan yang berat, atau
tidak perlu tiang perancah untuk
bantuan vertikal, atau tidak perlu
dikuatirkan setelah
pembongkaran
perancah dan operasi aktivitasaktivitas
lain selama konstruksi
2. Beton yang dipengaruhi
tekukan yang diizinkan
dan sebagian memerlukan tiang
perancah yang vertikal subjek
terhadap
muatan mati saja

Kekuatan
minimum
yang 2
kg/cm
psi

Usia
dengan
kondisi
perbaikan

35

500

24 jam

53

750

36 jam

15. PERAWATAN (CURING)


a. Semua beton dibasahi dengan air siraman/rendaman sesuai
dengan yang ditentukan. Direksi berhak untuk menentukan
metode apa yang akan digunakan dalam bagian pekerjaan
yang berlainan.
b. Beton yang dirawat dengan air harus tetap basah sekurangkurangya 14 hari
berturut-turut setelah pemasangan.
Perawatan harus dimulai segera setelah beton cukup
mengeras untuk mencegah kerusakan. Curing harus dengan
penutupan bahan yang basah suatu sistem dengan pipa-pipa
yang berlubang, sprinkler, mekanis, penyiram yang poreous
atau dengan metode lain yang disetujui yang akan menjaga
agar semua permukaan yang dirawat secara kontinyu tetap
basah (tidak periodik). Air yang digunakan untuk curing harus
memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi air yang digunakan
untuk mengaduk beton.

16. PERLINDUNGAN
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap gangguan
sampai akhirnya diterima oleh Direksi. Permukaan beton yang
diekpose, kecuali permukaan beton yang dilapisi dengan
campuran penutup berpigmen putih, harus dilindungi dari sinar
matahari langsung selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
pertama setelah pengecoran. Setiap perlindungan harus efektif,
sepraktis mungkin setelah pengecoran beton yang tidak
berperancah atau setelah perancah beton dibongkar.

17. PERAPIHAN
a.

4
1

Perapihan permukaan beton harus dilakukan oleh pekerjapekerja yang terampil dengan kehadiran Direksi. Permukaan
beton akan ditest oleh Direksi untuk menentukan apakah
keadaan permukaan yang tidak teratur dalam batas-batas yang
ditentukan. Perbaikan yang disebab-kan karena pemindahan
atau pemasangan cetakan yang salah, atau linning dari
penampang cetakan, pengancingan cetakan yang lepas atau
kerusakan cetakan dianggap sebagai

bentuk yang tidak teratur dan akan ditest dengan pengukuran


langsung. Semua keadaan tidak teratur lainnya dianggap
sebagai keadaan tidak teratur yang berangsur (gradualy) dan
akan ditest dengan menggunakan template yang terdiri dari
ujung lurus atau yang disamakan untuk permukaan yang
berlekuk. Panjang template 1.5 m untuk pengetesan
permukaan yang dibentuk dan 3 m untuk pengetesan
permukaan yang tidak dibentuk. Sebelum Direksi menerima
pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan
yang terlihat, kecuali ditetapkan lain seperti kerak dan nodanoda yang tidak tampak.
b. Permukaan bagian dalam yang tidak terbentuk harus
dimiringkan untuk pengeringan seperti ditunjukkan pada
gambar-gambar atau seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
Permukaan yang sempit seperti puncak dinding dan beton
penahan harus dimiringkan 20 mm untuk setiap lebar 1 m.
Permukaan yang lebih besar seperti plat form dan lantai harus
dimiringkan kira-kira 10 mm setiap lebar 1 m.
c. Permukaan yang tidak teratur yang diukur seperti yang
digambarkan dalam
(a) melebihi 6 mm untuk keadaan yang tidak teratur dan
tidak terdapat tanda-tanda tambahan.
Sambungan dan ujung harus dikerjakan kecuali ditetapkan
lain, perapihan untuk permukaan yang tidak dibentuk
dilakukan sebagai berikut :
Permukaan yang tidak dibentuk yang akan ditutup dengan
bekas galian atau dengan beton harus dirapikan dengan
levelling yang cukup panjang untuk
menghasilkan
permukaan seragam yang rata. Permukaan yang tidak
teratur yang diukur seperti (a) tidak melebihi 0.95 cm.
Bajak keras harus digunakan untuk permukaan-permukaan
yang tidak dibentuk yang akan terpampang atau yang
akan berhadapan dengan air mengalir, kecuali permukaan
lantai jembatan subjek terhadap lalu lintas pejalan kaki
atau yang berkendaraan yang akan dirapikan dengan
menyapukan lapisan yang terang. Penambalan dapat
dilakukan dengan menggunakan perlengkapan yang
dikendalikan dengan tenaga atau dengan tangan.
Penambala akan dimulai segera setelah permukaan yang
panjang telah cukup kaku dan harus mencapai keadaan
minimum yang diperlukan untuk menghasilkan permukaan
yang bebas dari tanda-tanda perpanjangan dan pelebaran
seragam dalam teksturnya.

18. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


a.

Apabila setelah pengupasan beton ternyata tidak berbentuk


seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau tidak
lurus atau datar, dan menunjukkan permukaan yang rusak hal
ini akan dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi dan harus
dihilangkan atau diganti oleh Kontraktor atas biayanya,
kecuali bila Direksi memberi izin untuk mem-perbaiki daerah
yang rusak. Perbaikan harus dilakukan seperti yang
digambarkan dalam pasal- pasal berikutnya.
b. Kerusakan yang perlu diganti atau diperbaiki adalah yang
terdiri dari sarang lebah, kerusakan yang disebabkan

c.

pengelupasan cetakan, potongan-potongan yang lepas dari


beton, lubang-lubang skrup, lubang-lubang tongkat ikatan
(tie rode), tepi-tepi dan pembengkakan yang disebabkan
karena bergeraknya cetakan. Tepi-tepi dan pem-bengkakan
(gelembung-gelembung) akan dihilangkan dengan shipping
(penyerpihan) atau tolling dan diikuti dengan penggosokan
dengan batu penggosok. Sarang lebah dan lainnya yang
merusak beton akan diserpihkan dengan alat yang berujung
tajam dan berbentuk sedemiki-an rupa sehingga perbaikan
akan dilakukan di tempat. Semua lubang-lubang harus
dibasahi dengan baik selama 24 jam. Permukaan pengisi akan
diselesaikan sesuai dengan dinding-dinding di sekitarnya
sehing- ga mempunyai tekstur yang sama. Semua tambalan
harus dihaluskan.
Apabila menurut pendapat Direksi penambahan yang tidak
sempurna untuk bangunan yang terpampang sedemikian
rupa sehingga tidak akan

menghasilkan suatu tembok dengan penampilan yang


memuas-kan, Kontraktor akan diminta untuk membuat
tembok sebaik mungkin dengan tembok yang berbatasan
sesuai dengan petunjuk Direksi.
d. Kekurangan-kekurangan baut dan lubang ikatan dan daerah
sarang kerikil
harus diperbaiki dengan diisi mortar
penambahan kering yang terdiri dari satu bagian semen dan
dua bagian pasir beton (perbandingan volume) dengan
campuran tambahan yang tidak mengerut, dengan air yang
cukup, dan yang sudah disetujui oleh Direksi dengan jumlah
yang sesuai dengan spesifikasi pabrik sehingga setelah
adukan bercampur baik mortar melekat dan menyatu dengan
baik tanpa ada gelembung-gelembung udara. Mortar yang
digunakan untuk memper-baiki beton dipasang dengan
lapisan yang tipis dan dipadatkan secara tipis dengan alat
yang memadai. Pengisian mortar harus diperhatikan secara
khusus sehingga setiap lubang terisi penuh dengan mortar
yang padat.
e. Untuk beton permukaan mortar harus dibuat dengan warna
yang sama dengan menggunakan bahan pengganti yang
terdiri dari semen putih dalam jumlah yang sesuai.
Sambungan beton harus kedap air, rapi dan baik serta dapat
diterima oleh Direksi.

19. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a.

Beton
Semua beton dan grout yang dibutuhkan untuk pekerjaan
dalam spesifikasi ini harus dimasukkan dalam harga satuan
penawaran di dalam rencana anggaran biaya untuk item-item
yang berhubu-ngan. Harga satuan penawaran untuk pekerjaan
demikian akan meliputi tetapi tidak terbatas pada air, pasir dan
agregat, campu-ran tambahan, campuran yang tidak menyusut,
campuran perbaikan dan perletakan neoprene dan asbestos
sheet packing dan juga meliputi semua pengerjaan tetapi
tidak terbatas pada pengolahan, pencampuran, pengontrolan,
temperatur, transpor-tasi persiapan untuk
penempatan
perbaikan, perlindungan dan sewa pengerjaan lainnya,
prosedur-prosedur,
penempatan-penempatan dan syaratsyarat yang diajukan.

b. Perancah
Semua perancah yang dibutuhkan harus dimasukkan ke dalam
harga satuan pekerjaan di dalam rencana anggaran biaya
sesuai dengan klasifikasinya.
Harga satuan pekerjaan
mengikuti dan tidak terbatas pada bahan-bahan cetakan,
transportasi, persia-pan, pemasangan, pelepasan kembali dan
semua pekerjaan yang lain sesuai persyaratan dan prosedur.

IV. PEKERJAAN PASANGAN BATU


1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Semua pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik
dan untuk keperluan yang berhubungan dengannya, dibuat dan
yang mungkin ditentukan oleh direksi pekrjaan, terdiri dari

bahan yang dipersyaratkan disini dan harus dicampur sesuai


dengan kegunaan, pembuatan dan pemasangannya sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang dinyatakan disini. Ketentuan
dan persyaratan disini lebih lanjut harus diterapkan untuk semua
pekerjaan batu, kecuali ada yang secara khusus untuk jenis
pekerjaan tertentu diubah oleh Direksi.

2. Bahan
Untuk pasangan batu yang dibutuhkan dalam persyaratan teknik ini
meliputi batu, semen, pasir dan air, harus sesuai dengan
ketentuan dan sepenuhnya memenuhi persyaratan dalam Bab I
Bahan Umum. Untuk pasangan batu terdiri dari 1 PC : 3

pasir atau 1 PC : 4 pasir dalam satuan volume dan air


secukupnya sampai dihasilkan kepekatan yang sesuai dengan
keperluan yang diinginkan.

3. Adonan Adukan
Adukan dibuat dalam volume yang cukup dipakai untuk
pekerjaan yang segera dilaksanakan saja, semua adonan yang
telah ditambah air dalam adukan selama
30 menit tidak boleh dipakai lagi. Mengencerkan kembali
adukan tidak diperkenankan.

4. Pasangan batu bata dan batu kali


a.

Batu yang dipakai dalam pasangan batu harus bersih dan


sisetujui oleh direksi pekerjaan.
b. Batu tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang dapat
mengikis adukan dari pasangan batu. Adukan yang telah
dipasang yang menjadi encer karena kehujanan harus
dibongkar dan diganti sebelum melanjutkan pekerjaan yang
baru.
c. Batu yang dipakai harus terlebih dahulu dibasahi dengan air
antara 3 4 jam sebelum dipakai, dengan cara yang dapat
menjamin bahwa tiap batu telah menjadi basah dengan
merata.

5. Siaran
a.

Susunan adukan untuk siaran harus terdiri dari campuran 1


PC : 3 pasir dalam volume air yang cukup untuk
menghasilkan kekentalan untuk keperluan yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan siaran dimulai, celah-celah batu harus
dikorek sebelum adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Siaran terbenam. celah-celah diisi sampai rata sedalam 1 cm
muka batu;
- Siaran rata. celah-celah diisi sampai rata muka batu;
- Siaran timbul. celah-celah diisi sampai timbul setebal 1
cm dan dengan lebar tidak kurang dari 2 cm.

6. Plasteran
a.

Susunan adukan untuk plasteran harus terdiri dari campuran 1


PC : 3 pasir dalam volume air yang cukup untuk
menghasilkan kekentalan untuk keperluan yang diinginkan.
b. Sebelum pekerjaan plasteran dimulai, celah-celah dan
permukaan pasangan batu harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum adukan dipasang.
c. Pekerjaan siaran harus menurut petunjuk direksi pekerjaan dan
dengan ketentuan ketebalan plasteran adalah 16 mm.

7. Pasangan Batu Kosong


a.

Pekerjaan batu kosong dilaksanakan pada kondisi tanah yang


labil antara lain pada bagian bawah pondasi, pada bagian
bawah atau dibelakang bronjong, diisikan batu kosong agar
kedudukan pondasi dan bronjong dapat stabil dan duduk
dengan baik.

b. Batu kosong yang dipakai adalah jenis batu kali yang bermutu
baik dan tidak mudah pecah atau retak oleh goresan air.

8. Perawatan
a.

Semua pasangan batu termasuk siaran harus dirawat dengan


memakai air dengan memakai cara yang dapat diterima dan
disetujui direksi pekerjaan.
b. Bila dirawat dengan air maka pasangan batu harus dijaga
supaya tetap basah sekurang-kurangnya 14 hari, dengan cara
tertentu atau dapat dilakukan dengan memakai pipa yang
berlubang-lubang. Air yang dipakai untuk

perawatan harus memenuhi syarat untuk air yang dipakai


dalam adonan beton.

9. Perbaikan Pasangan Batu


Setelah pekerjaan pasangan batu selesai dikerjakan, maka jika
pasangan batu keluar dari jalur atau tidak mendatar, atau tidak
sesuai dengan garis dan arah yang ditunjukkan dalam gambar,
maka harus dibongkar dan diganti atas biaya penyedia jasa,
atau petugas teknik memberi jaminan secara tertulis untuk
menambal atau memperbaiki bagian yan rusak.

10. Ukuran dan Pembayaran


a.

Ukuran untuk pembayaran pasangan batu harus dibuat hanya


sampai batas yang terlihat pada gambar atau ditentukan
direksi secara tertulis. Volume rongga, pipa dan lekukan harus
dikurangkan terhadap ukuran pasangan.
b. Harga satuan harus meliputi harga air, pasir, semen, kapur,
angkutan,
persiapan
untuk
pemasangan,
perawatan,
perlindungan,
penyelesaian
dan
perbaikan,
prosedur
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan pasangan batu sesuai dengan persyaratan teknik ini.

V. PEKERJAAN GEOTEXTILE
1. U m u m
Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang Geotextile non
woven seperti yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh
direksi/pengawas. Pemakaian Geotextile non woven sudah umum
dalam pekerjaan teknik sipil, diantaranya: sebagai filter, lapisan
pelindung, lapisan pemisah tanah untuk mencegah bercampurnya
tanah/material timbunan dengan tanah lunak, dan drainase di
bawah tanah.

2. Material
Kontraktor harus mengajukan persetujuan pengadaan material
kepada konsultan/ pemilik dengan disertai brosur, teknikal data
dan sample material. Kontraktor tidak dibenarkan untuk
melakukan pembelian material sebelum ada persetujuan dari
konsultan/pemilik proyek. Dalam pengajuan persetujuan material,
kontraktor harus memberikan waktu yang cukup untuk prosedur
pengajuan tersebut dan juga harus mempertimbangkan waktu
pengadaan barang, waktu produksi hingga pengiriman ke
lapangan. Keterlambatan yang disebabkan karena masalah
persetujuan dan pengadaan barang akan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari kontraktor.

3. Pelaksanaan
3.1. Geotextile non wooven
a. Setiap rol Geotextile non wooven yang dikirim ke site
dilapis lembar polyethylene dan diberi label untuk detail
identifikasi produk, panjang, lebar, dan berat.
b. Pengiriman, penyimpanan dan penanganan Geotextile non
woven harus mengikuti petunjuk-petunjuk pabrik.

c. Pemilihan area harus dipersiapkan untuk penyimpanan rolrol Geotextile non woven di site. Area tersebut harus
aman, kokoh, kering dan terlindung dari material yang
dapat merusak Geotextile non woven.
d. Kontraktor harus menjamin tempat dan peralatan yang
digunakan untuk
menangani Geotextile tidak akan
merusak Geotextile non woven dan lapis pelindungnya.
e. Rol-rol Geotextile non woven disimpan dan ditangani
sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjadi kerusakan.

f. Untuk melindungi Geotextile non woven dari cuaca,


semua rol harus ditutup dengan tarpaulin atau lembar
plastik tambahan. Bila ada beberapa rol yang lapis
pelindungnya rusak harus ditandai untuk diperiksa
kemudian.
g. Lapis pelindung harus segera diperbaiki secepatnya. Dan
sebaiknya pemasangan jangan dilakukan pada saat ada
angin kencang.
h. Permukaan tanah tempat
geotextile akan dipasang,
harusklah
bersih dari benda-benda pengrusak seperti
akar pohon dan lain-lain yang berpotensi menimbulkan
kerusakan pada geotextile. Tanah dibawah tempat
geotextile akan digelar harus diushakan mempunyai
kepadatan yang seragam atau atas persetujuan Direksi.
i. Penyambungan Geotextile dengan overlap harus tepat,
baik lebar maupun posisinya agar geotetile tersebut
berfungsi selama usia pakai praduk atau dijahit dengan
mesin jahit ketik ganda portable.
j. Penyambungan geotextile dengan cara menjahit harus
dengan jahitan ganda dengan jarak 50 m sampai
dengan 100mm dari tepian lembar geotextile yang
disambung. Sambungan diusahakan sesedikit mungkin
dan harus dengan persetujuan dari Direksi.
k. Penimbunan dan pemadatan material urugan setelah
penggelaran geotextile harus dilakukan dengan baik
sehingga geotextile tidak mengalami beban melebihi
tegangan ijinnya.
l. Peralatan konstruksi tidak boleh berada langsung diatas
geotextile dan baru dijinkan beroperasi diatas geotextile
bila tebal urugan telah mencapai minimal 30 cm.
m. Kerusakan geotextile selama proses penimbunan material
urugan harus diperbaiki atas petunjuk Direksi.

3.2. Geotextile sand container


Sebelum pengisian, harus dipersiapkan personel dan sarana
untuk penutupan/ penjahitan tutup kantong geotextile dari
supplier yang disetujui oleh konsultan/ pemilik. Kantong
geotextile hanya boleh diisi 80% dari volume maksimum dan
tidak boleh kurang dari 70%. Material pengisi yang
direkomendasi adalah pasir (sand). Apabila material pengisi
bukan dari pasir/sand, maka harus mendapat persetujuan
sebelumnya dari konsultan/pemilik proyek.
Secara umum urutan pengerjaan geotextile sand container
adalah berikut ini :
a. Penyiapan material isian
b. Pengisian material ke dalam geotextile sand container
c. Geotextile sand container dijahit untuk penutupan
d. Pengisian geotextile sand container berikutnya
e. Dengan menggunakan clamp shell geotextile sand
container di letakkan di atas dasar laut/sungai
3.3. Metoda Pemasangan Geotextile (Filter cloth) untuk
Revetment Dan Groin
a. Melakukan pengukuran ulang untuk mengetahui apakah
elevasi tanah asli (pantai) masih sesuai dengan elevasi

rencana dasar revetment, karena akibat gelombang


laut/pengaruh pasang surut dapat mempengaruhi elevasi
dan kedudukan garis pantai.
b. Melakukan perapihan dasar revetment sesuai dengan
elevasi rencana.
c. Sebelum
filter
cloth
digelar
terlebih
dahulu
dianyam/dijahit dengan mempergunakan benang Nilon
dan jarum jahit tangan sesuai dengan lebar kebutuhan
yang akan dipasang/digelar.
d. Filter cloth yang sudah dianyam digulungkan ke alat
bantu (pipa besi) yang telah diberi gantungan yang
berfungsi untuk memudahkan

menggelar dan sekaligus berfungsi sebagai pemberat


Geotextile dengan diberi rangka dengan kayu 2/3.
e. Filter cloth yang sudah digelar pada bagian sisi luar
diberi batu yang berfungsi sebagai pengunci, kemudian
dilanjutkan
dengan pengisian batu ukuran 10 - 50
kg/unit
dengan
menggunakan
Excavator
yang
dituangkan kebagian tengah filter cloth yang digelar.
Pengisian awal berfungsi juga sebagai pengunci filter
cloth yang dituangkan dengan bucket excavator secara
acak maupun per jarak 1 2 meter.
f. Kemudian setelah dipastikan filter cloth tidak akan
terlipat dan tergantung maka pengisian batu 10 50
Kg/Unit
dapat
dilanjutkan
dengan
menggunakan
Excavator atau Loader sampai mencapai elevasi yang
ditentukan.

4. Pembayaran
Harga satuan jenis pekerjaan ini untuk setiap satuan kuantitas
sudah termasuk penyediaan bahan (filter cloth), pekerja,
peralatan, perkakas dan semua keperluan lainnya atau biaya
untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya
dibayar meter persegi.

VI. PEKERJAAN REVETMENT, GROIN DAN JETTY


1. Galian Pasir
a.
b.
c.

d.

e.
f.
g.

h.

Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan menggali pasir


untuk perapihan tanah asli guna meletakkan batu;
Lokasi penggalian yang akan dilaksanakan adalah sepanjang
jalur rencana revetment;
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus terlebih dahulu
dilakukan pengukuran memanjang dan melintang sehingga
diperoleh titik-titik elevasi dasar yang akurat. Setelah
penggalian selesai harus dilakukan pengukuran kembali untuk
mendapatkan besarnya volume galian yang diratakan;
Untuk menentukan titik-titik elevasi, dipasang patok-patok
yang berjarak antara 25 meter hingga 50 meter atau sesuai
pengarahan Direksi;
Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator;
Hasil galian dibuang pada lokasi tempat pembuangan yang
aman terhadap dampak lingkungan atas persetujuan Direksi;
Tempat pembuangan diupayakan agar tidak berdampak
terhadap lingkungan di sekitar lokasi yaitu dengan membuat
benteng atau urugan tanah sesuai petunjuk Direksi yang
biayanya sudah larut dan sudah diperhitungkan pada biaya
penggalian;
Volume yang dibayar adalah volume galian dihitung dalam
satuan
meter kubik (m3) sesuai dengan tampang hasil
penggalian akhir.

2. Pemasangan Filter cloth (Geotextile)


Kondisi garis pantai dievaluasi kembali karena kemungkinan
terjadinya perubahan akibat pergerakan pasir sejajar pantai
(lifloral drill). Pukulan gelombang pada konstruksi tumpukan

batu dapat menimbulkan terjadinya scouring/erosi pada dasar


Revetment, terutama pada bagian dimana terjadi gelombang
pecah, oleh karena itu pada daerah yang mengalami gelombang
pecah, konstruksi pondasi Revetment harus lebih dalam.
Untuk mengamankan konstruksi tumpukan batu terletak di pasir,
terlepas dari tumpukan, mencegah keruntuhan dan scouring,
digunakan lapisan selimut atau filter cloth. Berdasarkan berat
dari material batu digunakan filter cloth jenis polythlene yang
merupakan lapisan selimut tipis.

Bilamana pondasi konstruksi tumpukan batu terletak di atas pasir,


lapisan selimut
akan memberikan perlindungan terhadap
konstruksi tumpukan batu terhadap pukulan gelombang dan arus
sepanjang pantai yang memindahkan pasir melalui pori-pori
tumpukan batu dan menyebabkan terjadinya penurunan.
Untuk pemakaian filter cloth dapat menggunakan spesifikasi
dari pabrik. Spesifikasi filter cloth harus sesuai dengan standar
industri.
Kontraktor harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi dalam hal pemakaian filter cloth.
Sifat-sifat fisik filter cloth yang diijinkan adalah sebagai berikut :

Berat 350 - 400 gram/m2 (ASTM D 3776)


Tebal 2 4 mm
Kekuatan tegangan tarik minimum 27,5 KN/M ( ASTM D4595)
Kerembesan < 10 -3 m/ s.

3. Susunan Batu
3.1. Umum
Pekerjaan ini terdiri dari susunan batu untuk pondasi
(inti/lapisan pengisi) dan lapisan penutup yang posisinya
sejajar garis pantai (Revetment). Bentuk kemiringan,
ketinggian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar
atau berdasarkan petunjuk Direksi.
3.2. Material
Material
susunan
batu
revetment yang memenuhi
persyaratan/spesifikasi dan sudah disetujui oleh Direksi.
3.3. Metoda Pelaksanaan
a.

Persiapan
Galian pondasi dan pembentukan kemiringan permukaan
dimana susunan batu revetment akan ditempatkan harus
dilakukan secara tepat setelah dilakukan pengecekan
potongan melintang dari garis pantai.
Persiapan lokasi penyimpanan material di sekitar lokasi
proyek harus mendapat persetujuan dari Direksi.

b. Revetment
- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu
pengunci dan dipasang/disusun mulai diatas elevasi
batu dengan berat > 1.000 Kg (sesuai gambar).
Dipasang dengan menggunakan alat berat (Excavator)
mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat
diatur sisi-sisi sudut batu satu dengan batu lainnya
dengan memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi
batu menjadi lebih kompak dan kokoh terhadap
pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat 250 Kg 1.000 Kg

Batu dengan berat 250 Kg 1.000 Kg merupakan batu


primer, yang dipasang dengan menggunakan alat berat
Excavator. Batu ini dipasang diatas lapisan geotextile
hingga mencapai elevasi yang ditentukan, kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan berat >
1.000 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan secara
hati

hati untuk mencegah terjadinya kerusakan pada


lapisan geotextile. Untuk memperkuat batu satu dengan
lainnya, pemasangan dilakukan dengan mengatur sisi
sisi sudut batu satu dengan batu lainnya dengan cara
memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi batu
menjadi kompak dan kokoh terhadap pengaruh
gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer
yang dipasang dengan menggunakan alat berat
Excavator. Batu ini dipasang setelah batu ukuran 250
Kg 1.000 Kg mencapai elevasi yang ditentukan,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan batu dengan
berat < 250 Kg sebagai batu mengunci, untuk
memperkuat batu satu dengan lainnya (menutupi
pori/rongga) dipasang batu yang ukurannya lebih kecil
dari batu primer. Hal ini diperlukan agar lebih kokoh dan
kompak.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan
berat < 250 Kg, batu 250 Kg 1.000 Kg dan ditambah
batu > 1.000 Kg dapat dilihat pada gambar terlampir.
c.

Groin Dan Jetty


- Batu dengan berat < 250 Kg
Batu dengan berat < 250 Kg berfungsi sebagai batu
pengunci dan dipasang/disusun mulai diatas elevasi
batu dengan berat > 1.000 Kg (sesuai gambar).
Dipasang dengan menggunakan alat berat (Excavator)
mengikuti jalur rencana.
Didalam pemasangan/penyusunan batu ini, agar dapat
diatur sisi-sisi sudut batu satu dengan batu lainnya
dengan memperkecil rongga/pori, sehingga komposisi
batu menjadi lebih kompak dan kokoh terhadap
pengaruh gelombang laut.
- Batu dengan berat > 1.000 Kg
Batu dengan berat > 1.000 Kg merupakan batu primer,
yang dipasang dengan menggunakan alat berat
Excavator. Batu ini dipasang diatas lapisan geotextile
hingga mencapai elevasi yang ditentukan, kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan batu pengunci dengan
berat < 250 Kg. Pemasangan batu ukuran ini dilakukan
secara hati hati untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada lapisan geotextile. Untuk memperkuat
batu satu dengan lainnya, pemasangan dilakukan
dengan mengatur sisi sisi sudut batu satu dengan batu
lainnya dengan cara memperkecil rongga/pori, sehingga
komposisi batu menjadi kompak dan kokoh terhadap
pengaruh gelombang laut.
Untuk lebih jelasnya metode pemasangan batu dengan
berat < 250 Kg, batu dengan berat < 1.000 Kg dapat
dilihat pada gambar terlampir.

4. Pembayaran
Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk
semua persyaratan yang ditetapkan proyek seperti test
material, pengadaan material, transportasi, peralatan dan
upah pekerja juga hal yang berhubungan dengan pemasangan
batu. Untuk pembayarannya dihitung volume batu dalam
meter kubik (m3) terpasang yang dinyatakan dalam Berita
Acara Penyelesaian Prestasi Pekerjaan
selama periode
pelaksanaan kontrak.

VII. PEKERJAAN BRONJONG


1. U m u m
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat
baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu batu
untuk mencegah erosi yang dipasang pada tebing tebing, tepi
tepi sungai, yang proses pengayamannya menggunakan mesin.
Pekerjaan bronjong meliputi pekerjaan-pekerjaan : penyediaan,
pengangkutan dan pemasangan kawat bronjong yang diisi
dengan batu kali seperti yang ditunjuk pada gambar rencana.

2. Material
Bronjong kawat anyaman pabrikasi (dia.3 mm) atau anyaman
manual (dia.4 mm) dengan ukuran sangkar adalah :
- Tinggi
- Lebar
- Panjang

: 0,50 meter
: 1,00 meter
: 2,00 meter.

Ukuran-ukuran bronjong disesuaikan dengan kondisi lapangan


dan harus mendapat petunjuk dan persetujuan pihak Direksi.
Pengayaman dengan menggunakan mesin mengacu pada SNI
03-0090-1987 tentang mutu dan cara uji bronjong dan kawat
bronjong dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03- 61541999 tentang kawat bronjong. Bentuk dan ukuran kawat bronjong,
ukuran anyamannya adalah 80 mm x 100 mm atau 100 mm x 120
mm dengan diameter kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi
diameter 4,0 mm dan kawat pengikat diameter 2,0 mm. Toleransi
ukuran kotak (panjang, lebar dan tinggi) dan diameter kawat
sebesar 10%.
Batu untuk pengisi bronjong harus batu yang keras dan tahan lama
dengan ukuran 20 cm 30 cm dapat berupa batu kali atau batu
gunung, dimana batu pipih dan panjang tidak boleh dipakai.

3. Pelaksanaan
a.

Pemasangan bronjong harus hati-hati untuk mencegah


kerusakan lapisan saringan. Sebelum batu diisikan, bronjong
ditegangkan sampai bentuk yang diinginkan.
b. Pengisian mulai dari bagian bawah, krat-krat supaya diletakkan
dalam keadaan kosong, diisi dengan batu sampai penuh dan
kemudian ditutup.
c. Sambungan-sambungan antara bronjong maupun sekatsekatnya harus diikat dengan kawat dengan mutu yang sama.
Bronjong ditempatkan diatas filter yang terbuat dari ijuk sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
d. Batu isian dipergunakan batu yang keras, tahan lama, tidak
rusak dan pecah oleh air. Ukuran batu minimum tidak boleh
lebih kecil dari 16 cm, dengan ukuran batu rata-rata berbentuk
sama yang dapat ditahan oleh saringan kawat bronjong.
e. Semua bagian tepi dari bronjong dan matras termasuk panel,
dan sekat harus terikat rapat pada kawat sisi panel dan terikat
secara mekanikal atau petunjuk Direksi, hal untuk menjaga
terlepasnya anyaman,
diameter kawat pengikat yang
menghubungkan
antara
sisi
panel
untuk
perakitan,
pemasangan, matras berdiameter minimal 2 mm.

f.

Setiap bronjong harus dihubungkan dengan ikatan yang


didekatnya.
g. Sambungan-sambungan vertikal antara bronjong-bronjong yang
ditempatkan pada setiap 2 (dua) lapisan akan disusun
bergiliran seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk
Direksi.
h. Satuan kuantitas bronjong anyaman mesin adalah unit/buah.

5
0

4. Pembayaran
Volume pembayaran bronjong dilakukan berdasarkan atas harga
satuan per m bronjong yang terpasang.

VIII.

PEKERJAAN PEMANCANGAN KAYU CERUCUK

1. U m u m
Pekerjaan pemancangan kayu cerucuk meliputi pekerjaanpekerjaan : penyediaan, pengangkutan dan pemancangan seperti
yang ditunjuk pada gambar rencana.

2. Material
Bahan kayu yang dipakai adalah jenis bahan kayu nibung/ kayu
bakau
dengan
berdiameter
antara
1015
cm.
Apabila
menggunakan kayu lain harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi

3. Pelaksanaan
a.

Sebelum dilakukan pemancangan, maka ujung kayu yang


akan dipancang harus dilancipkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pelaksanaan pemancangan, dan ujung pancang
kayu yang dilancipkan sekurang-kurangnya 25 cm.
b. Posisi kayu saat pemancangan harus dibuat vertikal dan betulbetul tegak lurus sehingga akan diperoleh hasil yang optimal,
toleransi kemiringanya hanya 5 %.
c. Pemancangan kayu cerucuk dilakukan sampai mencapai tanah
keras atau sesuai dengan yang diarahkan oleh Direksi dan
kayu cerucuk berada dalam posisi yang stabil dan secara
struktural berada dalam kondisi yang kokoh.
d. Untuk kayu penyokong ataupun angker kayu harus dibuat sesuai
gambar rencana ataupaun petunjuk Direksi yang biayanya
sudah termasuk dalam biaya pemancangan.

4. Pembayaran
Volume pembayaran untuk pekerjaan ini adalah per m kayu
yang akan terpancang dan masuk kedalam tanah.

IX. PEKERJAAN SHEET PILE


1. Sheet Pile Baja Type FSP II
1.1. Pekerjaan Pemancangan
Pemancangan sheet pile ini dikerjakan dengan kedalaman
yang telah
direncanakan atau sesuai elevasi yang
direncanakan dan sampai pada tanah yang keras dengan
menggunakan Vibro Hammer, Diesel Hammer atau Pile
Hammer.
Dalam pengadaan sheet pile diatas sudah termasuk
pembelian, ongkos angkut dan kayu ganjalan untuk
menompang tumpukan sheet pile dilapangan.

5
1
Pemasangan sheet pile harus rapi dan sejajar sesuai dengan
gambar. Volume pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan
pemacangan ini adalah per-meter sheet pile yang terpasang.
1.2. Pekerjaan Memotong Kepala Sheet Pile
Pekerjaan memotong kepala sheet pile ini harus dikerjakan
untuk meratakan kepala sheet pile sehingga didapat
permukaan yang rata untuk mempermudah pekerjaan
capping beton bertulang. Volume pekerjaan yang dibayar
untuk pekerjaan ini adalah per-meter kubit yang dipecahkan.

1.3. Pekerjaan Beton Bertulang (Capping Kepala Sheet Pile)


Pekerjaan beton pada pekerjaan ini meliputi penyediaan
bahan/material, dan cara pelaksanaan. Syarat syarat
bahan/material, vahan
tambahan (admixture) dan
cara
pelaksanaan mengikuti syarat syarat yang telah diuraikan
sebelumnya pada Spesifikasi Teknis ini.
1.4. Pekerjaan Pembesian dan Penulangan
1.4.1. Semua penulangan harus dari baja U-24 , produksi
dalam negeri dengan standar industri Indonesia.
1.4.2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat
penulangan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
dalam N.I.2, kecuali tertulis pada gambar atau
ditentukan direksi, bengkokan, penggelasan selimut
beton dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas
dari gemuk / pelumas, karat dan kotoran-kotoran lain
serta tidak bengkok-bengkok. Diameter besi sesuai
yang telah ditentukan, batang dengan berbagai ukuran
agar diberikan tanda yang jelas dan dikelompokkan
terpisah satu sama lainnya.
1.4.3. Selimut/ pelindung beton harus terjamin sesuai dengan
gambar baik horizontal maupun vertikal dengan
memasang tahu-tahu beton.
1.4.4. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya 2 (dua)
kali putaran dengan kawat beton 1,6 mm, ujung kawat
beton agar dipotong sependek mungkin agar tidak
mencuat dari keluar dari beton.
1.4.5. Bila pemasangan tulangan selesai dilakukan kontraktor
harus menyiapkan dan mengajukan untuk diperiksa
oleh pihak direksi dan konsultan pengawas untuk
dilakukan pengecekan akhir kebenaran penempatan
penulangan.
1.4.6. Untuk pekerjaan tulangan menggunakan besi beton
dengan diameter 12 mm dan besi beton berdiameter 8
mm untuk besi behel dengan diikat oleh kawat beton.
1.4.7. Volume pekerjaan dibayar untuk pekerjaan ini adalah
perkilogram (Kg) berat bersih besi yang terpasang.
1.5. Pekerjaan Pemasangan Sheet Oile Angkur
Pemasangan angker sheet oile angkur dipergunakan buatan
pabrikan dipasang dengan interval jarak 5 m - 10 m. Pada
ujung
sheet
oile
angkur
di
pasang
baut
untuk
mengikat/tarikan besi.

2. Sheet Pile Beton


2.1. Pekerjaan Pemancangan
Pemancangan sheet pile ini dikerjakan dengan kedalaman
yang telah
direncanakan atau sesuai elevasi yang
direncanakan dan sampai pada tanah yang keras dengan
menggunakan Vibro Hammer, Diesel Hammer atau Pile
Hammer.

Dalam pengadaan sheet pile diatas sudah termasuk


pembelian, ongkos angkut dan kayu ganjalan untuk
menompang tumpukan sheet pile dilapangan.
Pemasangan sheet pile harus rapi dan sejajar sesuai dengan
gambar. Volume pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan
pemacangan ini adalah per-meter sheet pile yang terpasang.
2.2. Pekerjaan Memecah Kepala Sheet Pile
Pekerjaan memecah kepala sheet pile ini harus dikerjakan
untuk meratakan kepala
sheet
pile
sehingga
didapat
permukaan yang rata untuk

mempermudah pekerjaan capping beton bertulang. Volume


pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan ini adalah per-meter
kubit yang dipecahkan.
2.3. Pekerjaan Beton Bertulang (Capping Kepala Sheet Pile)
Pekerjaan beton pada pekerjaan ini meliputi penyediaan
bahan/material, dan cara pelaksanaan. Syarat syarat
bahan/material dan cara pelaksanaan mengikuti syarat
syarat yang telah diuraikan sebelumnya pada Spesifikasi
Teknis ini.
2.4. Pekerjaan Pembesian dan Penulangan
2.4.1. Semua penulangan harus dari baja U-24 , produksi
dalam negeri dengan standar industri Indonesia.
2.4.2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat
penulangan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
dalam N.I.2, kecuali tertulis pada gambar atau
ditentukan direksi, bengkokan, penggelasan selimut
beton dan detail lainnya. Besi yang dipakai harus bebas
dari gemuk / pelumas, karat dan kotoran-kotoran lain
serta tidak bengkok-bengkok. Diameter besi sesuai
yang telah ditentukan, batang dengan berbagai ukuran
agar diberikan tanda yang jelas dan dikelompokkan
terpisah satu sama lainnya.
2.4.3. Selimut/ pelindung beton harus terjamin sesuai dengan
gambar baik horizontal maupun vertikal dengan
memasang tahu-tahu beton.
2.4.4. Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya 2 (dua)
kali putaran dengan kawat beton 1,6 mm, ujung kawat
beton agar dipotong sependek mungkin agar tidak
mencuat dari keluar dari beton.
2.4.5. Bila pemasangan tulangan selesai dilakukan kontraktor
harus menyiapkan dan mengajukan untuk diperiksa
oleh pihak direksi dan konsultan pengawas untuk
dilakukan pengecekan akhir kebenaran penempatan
penulangan.
2.4.6. Untuk pekerjaan tulangan menggunakan besi beton
dengan diameter 12 mm dan besi beton berdiameter 8
mm untuk besi behel dengan diikat oleh kawat beton.
2.4.7. Volume pekerjaan dibayar untuk pekerjaan ini adalah
perkilogram (Kg) berat bersih besi yang terpasang.

3. Pengukuran dan Pembayaran


Harga satuan untuk pekerjaan ini harus sudah termasuk semua
persyaratan yang ditetapkan seperti pengadaan material,
transportasi, peralatan dan upah pekerja dan juga hal yang
berhubungan dengan pemancangan unit sheet pile. Untuk
pengadaan bahan, volume sheet pile yang dibayar adalah unit
sheet pile yang sudah terpancang dalam satuan batang seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Sedangkan
untuk pembayaran pemacangan dihitung volume unit sheet pile
yang terpancang dalam satuan m seperti yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Volume pembayaran dinyatakan

dalam Berita Acara Penyelesaian Prestasi Pekerjaan selama periode


pelaksanaan kontrak.

IX. PEKERJAAN JALAN


1. Pekerjaan Base Course
1.1. U m u m
Lapis dasar untuk jalan akses permanen dan perkerasan
harus dibangun sesuai dengan jalur, elevasi, kemiringan,
dan ukuran pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

Material lapis dasar terdiri dari agregat batu pecah atau


agregat kerikil pecah bersiku sesuai dengan persyaratan
untuk agregat beton dalam Spesifikasi Teknis ini kecuali
yang diberikan dalam spesifikasi yang telah ditentukan.
1.2. Material
a. Jika material tidak mengandung cukup material rekat
alam untuk mengikat dengan cepat pada kegiatan
watering dan pemadatan, harus ditambahkan bahan
rekat yang mengandung batu pecah kecil, bahan rekat
tanah atau material rekat lainnya yang disetujui oleh
Direksi.
b. Jumlah dari bahan rekat yang ditambahkan harus dengan
persetujuan dari Direksi dan setelah bahan rekat telah
ditambahkan, kombinasi ukuran dari campuran itu harus
dalam batasan seperti di atas.
c. Jumlah berat bahan rekat dari campuran itu tidak lebih
dari dua puluh persen (20 %) dari campuran.
d. Bahan rekat harus dicampurkan secara seragam pada
material base pada tempat dimana material diproduksi,
atau atas persetujuan Direksi, pada tempat dimana
dilakukan penempatan dan penghamparan dari material
base.
1.3. Pelaksanaan
a. Kontraktor mengirimkan material lapis dasar dan
menempatkannya dalam lapisan di atas sub-base atau
subgrade yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga
ketebalan setelah pemadatan tidak lebih dari 10
centimeter, kecuali jika atas petunjuk atau persetujuan dari
Direksi.
b. Setelah material untuk tiap lapis telah ditempatkan maka
material tersebut dicampur/diaduk dan dihamparkan
(dalam kadar air yang diperlukan) dengan alat motor
grader atau alat lain yang telah disetujui, sehingga
ketebalan lapisan seragam dan distribusi dan gradasi
material yang merata tercapai.
c. Ketika pemuatan dilakukan di atas material yang
sebelumnya
telah
ditempatkan,
Kontraktor
harus
menentukan rute dari alat-alat pemuatan di atas material
yang sudah ditempatkan sedemikian sehingga perjalanan
menyebar secara seragam di seluruh permukaan untuk
mendistribusikan efek pemadatan dari alat itu dan untuk
meminimalkan rutting dan pemadatan yang tidak seragam.
d. Setelah dihamparkan, tiap lapisan harus dipadatkan
sampai kepadatan yang ditentukan pada semua lebar
lapisan dengan penggilas dengan silinder halus (smooth
drum roller), penggilas roda ban (pneumatic-tired roller),
dan alat-alat pemadatan lainnya yang disetujui oleh
Direksi. Semua metode pemadatan dan alat-alatnya harus
menurut persetujuan Direksi dan detail lengkap dari
pekerjaan
itu
harus diajukan kepada Direksi untuk
persetujuan sebelum awal pekerjaan.

e. Operasi dari alat-alat pemadatan, kontrol kadar air dan


persiapan
permukaan lapisan untuk lapisan-lapisan
berikutnya sama seperti pemadatan untuk material urugan
seperti ditentukan di atas. Penggilasan untuk tiap lapisan
harus maju secara gradual dari sisi ke tengah (centre),
paralel dengan centreline jalan, dan harus dilaksanakan
secara kontinyu sampai seluruh permukaan telah digilas.
Ketidak-teraturan atau penurunan yang terjadi selama
penggilasan harus dikoreksi dengan melepas material
pada tempat-tempat itu dan menambah atau mengurangi
material sampai permukaan seragam yang halus
diperoleh. Untuk tempat-tempat yang berdekatan dengan
struktur dan tempat- tempat
yang
tidak
dapat
dijangkau roller besar, material harus

dipadatkan dengan alat pemadat mekanik tangan atau


stamper (hand tamper).
f. Lapisan teratas dari material lapis dasar, harus dikupas
dengan grader dan digilas sampai permukaan halus
secara merata, bebas dari bentuk bergelombang, dan
sesuai dengan elevasi dan tampang pada Gambar, atau
atas petunjuk Direksi, dengan toleransi + 3 centimeter
dalam tiap 5 meter.
g. Kontrol kadar air dan kepadatan
Kadar air dari material base selama dan setelah
pemadatan, seperti ditetapkan menurut Standar ASTM
D2216, harus dalam range dari minus tiga persen (-3
%) sampai dengan plus satu persen (+1 %) dari kadar
air optimum / optimum moisture content (OMC) seperti
didapatkan dari Standard Compaction Test yang
dilaksanakan menurut Standar ASTM D698, dan kadar air
ini harus seragam dalam tiap lapisnya.
Tiap lapis dari material base harus dipadatkan sampai
kepadatan seragam pada lapisannya, yang harus
mempunyai nilai California Bearing Ratio (CBR) minimal
60, sesuai Standar ASTM D1883.
1.4. Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukuran untuk pembayaran dari lapis dasar akan
ditentukan dari volume material yang dipadatkan dalam
meter kubik dengan kemiringan, elevasi, dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai petunjuk dari
Direksi.
b. Pembayaran dari penempatan dan pemadatan dari lapis
dasar akan dihitung dari harga unit per meter kubik yang
telah ditenderkan sebelumnya dalam Daftar Kuantitas
Pekerjaan, dimana harga unit itu sudah termasuk
kompensasi penuh untuk tenaga, peralatan, dan material
termasuk
pemuatan,
pengangkutan,
penempatan,
penyebaran,
pembasahan
atau
pengeringan
yang
diperlukan, pemadatan, pembentukan dan penyelesaian,
pengujian dan item-item lainnya yang diperlukan dalam
penyelesaian pekerjaan.
2. Pekerjaan Surface Course/Perkerasan Makadam
2.1. U m u m
Metode dari konstruksi lapis makadam (macadam) ini
secara garis besar adalah sebagai berikut :
i. Lapis dasar (base course) jalan harus dilapisi awal dengan
lapisan awal aspal bitumen;
ii. Lapisan agregat kasar harus dihamparkan di atas lapis
dasar yang telah dilapisi, dan harus digilas dan
diperlakukan dengan bahan rekat aspal bitumen;
iii. Penghamparan pertama dari agregat kunci (key
aggregate) harus dihamparkan di atas lapisan agregat
kasar dan aspal dan harus digilas dan diperlakukan
dengan bahan rekat aspal bitumen;
iv. Penghamparan
kedua
dari
key
aggregate
harus
dihamparkan di atas lapisan agregat kasar, key

v.

aggregate, dan aspal; dan harus digilas dan diperlakukan


dengan bahan rekat aspal bitumen;
Lapisan akhir yang terdiri dari aggregat halus harus
digilas sepenuhnya.

Kontraktor harus membangun lapis permukaan dari


bituminous penetration macadam untuk pekerjaan jalan dan
area lain yang diperkeras dengan jalur, elevasi, dan
kelandaian seperti dalam Gambar atau atas perintah
Direksi.
Kontraktor harus bertanggung
jawab
untuk
memelihara semua bagian dari

pekerjaan jalan dan perkerasan yang telah selesai sampai


waktu yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
Ketebalan dari lapis atas ini tidak boleh kurang dari enam
puluh (60) millimeter kecuali jika ditentukan dalam Gambar
atau atas perintah Direksi.
Lapis atas makadam penetrasi bitumen harus dibuat hanya
jika permukaan pekerjaan jalan kering dan cuaca tidak
berkabut atau hujan.
2.2. Material
Agregat untuk makadam penetrasi bitumen harus terdiri
dari batu pecah atau kerikil pecah bersiku sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan pada Spesifikasi Teknis untuk
agregat beton dan Bituminous asphalt untuk lapis awal dan
bahan rekat yang telah memenuhi persyaratan teknis.

2.3. Pengambilan contoh dan pengujian


Semua pengujian agregat dan material bitumen pada
konstruksi perkerasan harus memenuhi spesifikasi dan
Standar
seperti
ketentuan
dan
harus
diuji
sesuai
persyaratan. Contoh-contoh agregat dan material bitumen
bersama dengan hasil-hasil pengujian harus dikirimkan
kepada Direksi untuk persetujuan sebelum material-material
itu digunakan untuk pekerjaan. Contoh-contoh tambahan
dan hasil-hasil pengujian dari agregat dan material bitumen
mungkin
diperlukan
oleh
Direksi
selama konstruksi.
Pengambilan contoh dari semua agregat dan material
bitumen harus sesuai dengan persyaratan ASTM Designation
D75-87, Sampling of Aggregates, dan D140-88, Sampling
of Bituminous Materials.
2.4. Peralatan konstruksi
Semua peralatan dan mesin yang digunakan untuk
konstruksi perkerasan harus disetujui oleh Direksi. Tipe
spesifik dari peralatan yang digunakan adalah atas usul
Kontraktor.
Peralatan
utama
yang
diperlukan
untuk
konstruksi perkerasan terdiri atas mesin penghampar
agregat (aggregate spreader), alat penyemprot aspal
bitumen (pressure distributor), dan mesin penggilas (roller).
Peralatan pelengkap yang diperlukan terdiri atas alat
penyapu, shovel, penggaruk, dan lain-lain.
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :
i. Penghampar
Agregat
(Aggregate
Spreader)
:
Penempatan agregat langsung pada lapis dasar atau lapis
permukaan yang mendahului, dan penggunaan motor
grader atau sejenisnya untuk menghamparkan agregat
tidak
diperkenankan;
agregat
harus
dihamparkan
dengan bantuan mesin penghampar mekanik yang
disetujui oleh Direksi. Jika terjadi pemisahan agregat
selama penanganan maka agregat tersebut harus
dicampur ulang sampai bergradasi baik, sebelum dimuat
dalam mesin penghampar agregat.

Bituminous Asphalt Sprayer : Alat sprayer (pressure


distributor) yang digunakan untuk menyemprotkan lapis
awal aspal bitumen dan bahan rekat harus dapat
dioperasikan untuk mendistribusikan material secara
merata. Alat sprayer digerakkan dengan unit power yang
terpisah
untuk
mengoperasikan
pompa
bitumen.
Penyemprotan material aspal bitumen dengan alat yang
lain dari pressure distributor tidak diperkenankan dan
alat tersebut harus dapat mengontrol temperatur dalam
batasan tertentu secara akurat.
iii. Roller : Penggilas (roller) dapat berupa tipe penggilas
silinder halus triple atau tandem dengan berat masingmasing tidak kurang dari 8 ton untuk tipe statis atau 5
ton untuk tipe getar. Penggilas roda ban
ii.

diijinkan untuk digunakan asal dilengkapi dengan ban


halus dan mempunyai berat tidak kurang dari 10 ton.
Penggilas harus dilengkapi dengan tangki air dan alat
sprinkler untuk menjaga agar roda tetap basah jika
diperlukan,
untuk mencegah
melekatnya material
bitumen dan silinder atau roda juga harus dilengkapi
dengan alat pengupas untuk pembersihan.
2.5. Pelaksanaan
Metode konstruksi dan tahapan konstruksi untuk lapisan
atas makadam penetrasi bitumen secara umum adalah
sebagai berikut :

a. Pelapisan awal dari lapis dasar jalan


Sebelum pelaksanaan pelapisan, lapis dasar jalan harus
dipadatkan secara menyeluruh dan telah selesai dengan
kelandaian dan tampang melintang seperti ditunjukkan
dalam Gambar. atau atas perintah Direksi dengan
toleransi
tertentu.
Material
lepas
harus
disapu
dibersihkan. Lapis awal harus diberikan hanya jika
permukaan lapis dasar kering dan diberikan dengan
jumlah seperti ketentuan.

b. Penghamparan dari agregat kasar lapis pertama


Lapis agregat kasar dihamparkan dengan jumlah seperti
ketentuan pada Sub-Bab 6.6.8 di bawah, dengan
ketinggian seragam dan dengan alinemen, kelandaian,
dan tampang melintang yang benar dengan bantuan
spreader mekanik seperti ketentuan pada Sub-Bab 6.6.5
di atas, ditambah dengan penghampar tangan seperti
sekop, garpu, dan garuk.
Ukuran partikel agregat sangat besar atau sangat kecil
harus diganti dengan material yang sesuai sebelum
penggilasan dimulai.

c. Penggilasan lapis pertama agregat kasar


Setelah lapis agregat telah ditempatkan pada seluruh
lebar, permukaannya garus digilas. Penggilasan harus
dilakukan secara longitudinal dan dimulai dari tepi luar
ke tengah, dan bertautan minimal 30 centimeter untuk
tiap strip.Penggilasan harus diteruskan sampai tekstur
permukaan seragam dan tingkat kepadatan sesuai
ketentuan. Ketidak-teraturan yang lebih dari satu (1)
centimeter harus
dikoreksi dengan melepas dan
membentuk lapis agregat atau menambahkan agregat
sesuai keperluan, dan dengan penggilasan kembali area
tersebut. Lapis agregat kasar yang dipadatkan harus kuat,
dan sesuai dengan ketentuan pada Gambar. Untuk
tempat-tempat yang dekat dengan struktur seperti
dinding
dan
sebagainya
tidak
diperkenankan
digunakannya roller; agregat harus dipadatkan dengan
alat pemadat tangan sampai kepadatan yang ekuivalen
dengan lapisan yang dipadatkan dengan roller.

d. Pemberian pertama bahan rekat bitumen


Pemberian pertama bahan rekat bitumen pada agregat
kasar yang telah disiapkan. Bahan rekat harus diberikan

hanya jika agregat kasar kering pada setiap ketinggian


lapisan.
Bahan rekat bitumen harus diberikan secara seragam
pada lapis agregat kasar dengan alat penyemprot seperti
ketentuan dengan jumlah per meter persegi seperti
ketentuan di bawah.

e. Penghamparan pertama agregat kunci lapis kedua


Segera setelah pemberian bahan rekat bitumen pada lapis
pertama agregat kasar, agregat kunci harus dihamparkan
secara seragam pada permukaan dengan alat aggregate
spreader dengan jumlah seperti ketentuan. Kegiatan
penghamparan agregat kunci harus diperhatikan

untuk mendapatkan keseragaman pemberian, dan jika


atas perintah Direksi, permukaan harus disapu dengan
push broom atau drag broom.

f.

Penggilasan penghamparan pertama agregat kunci


Penggilasan permukaan dari agregat kunci harus dimulai
segera setelah penghamparan, dilakukan ketika bahan
rekat bitumen pada lapisan lapis agregat kasar masih
panas, dan diteruskan sampai material pada secara
menyeluruh.Penambahan agregat kunci dalam jumlah
kecil diberikan sesuai keperluan selama penggilasan.

g. Pemberian kedua bahan rekat bitumen


Setelah
penggilasan
dari
penghamparan
pertama
agregat
kunci
telah
selesai,
permukaan
harus
dibersihkan dari material lepas, dan pemberian kedua
bahan rekat bitumen harus dilaksanakan dengan alat
sprayer pada jumlah per meter persegi sesuai ketentuan.

h. Penghamparan kedua agregat kunci lapis ketiga


Segera setelah pemberian kedua bahan rekat bitumen,
penghamparan kedua dari agregat kunci dilaksanakan
secara seragam di atas permukaan dengan jumlah sesuai
ketentuan.

i.

Penggilasan penghamparan kedua agregat kunci


Penggilasan permukaan dari penghamparan kedua
agregat
kunci
harus
dimulai
segera
setelah
penghamparan, dilakukan ketika bahan rekat bitumen
masih panas. Penghamparan agregat kunci diikuti dengan
penggilasan
secara
menyeluruh
dan
penyapuan
permukaan. Bagian agregat kunci yang dicadangkan
selama penghamparan
harus
ditambahkan sesuai
keperluan
selama
penggilasan
dan
penyapuan
berlangsung pada tempat-tempat yang memerlukan
material tambahan, agar permukaan yang seragam
tercapai. Penggilasan dan penyapuan dilanjutkan sampai
semua celah terisi.

j.

Pemberian ketiga bahan rekat bitumen dan agregat halus lapis


teratas
Setelah penggilasan dari penghamparan kedua agregat
kunci telah selesai, permukaan harus dibersihkan dari
material lepas, dan pemberian ketiga bahan rekat
bitumen harus dilaksanakan pada jumlah
sesuai
ketentuan. Permukaan lapisan kemudian ditutup dengan
agregat halus, dan harus digilas dan disapu sampai
agregat halus menutup secara seragam pada seluruh
permukaan perkerasan.
Pada
penyelesaian
pelapisan,
permukaan
harus
dibersihkan sehingga tidak ada material lepas pada
permukaan.

2.6. Pemanasan untuk material bitumen


Lapis awal aspal bitumen dan bahan rekat harus
dipanaskan pada temperatur antara 120 sampai 160 0C,
tidak diperkenankan dipanaskan di atas 200 0C.

2.7. Perkiraan jumlah material


Perkiraan jumlah material per meter persegi adalah sebagai berikut :
Penghampar
an/
Pemberian
Lapis awal
Lapis Pertama
Lapis Kedua
Lapis Ketiga
Lapis Terakhir

Agregat kg/m2
Kasar

Kunci

100 sampai
120
13 sampai
18 sampai
11
16 -

Halus
8 sampai
12

Aspal
bitum
0,9 sampai
1,2
4,5 sampai
5,5
1,8 sampai

2,2
1,5 sampai
1,9
-

Berat pada tabel di atas adalah untuk agregat dengan berat


jenis 2,65 sesuai ketentuan Standar ASTM C127. Koreksi
dilakukan jika agregat kasar mempunyai berat jenis kurang
dari 2,65. Jumlah terkoreksi dari agregat kasar merupakan
hasil perkalian antara berat per meter persegi dengan
rasio antara berat jenis agregat kasar yang digunakan
dengan 2,65. Jumlah untuk penghamparan agregat dan
pemberian aspal bitumen tiap lapis adalah perkiraan; jumlah
pasti harus ditentukan oleh Direksi, berdasarkan pengujian
laboratorium dan pengujian lapangan.

2.8. Kontrol ketebalan


Direksi harus mengontrol keseragaman ketebalan pada
lapisan dengan lubang uji jika diperlukan.
Umumnya, rangkaian 3 lubang uji digali pada interval jarak
200 meter, satu lubang pada tengah, lubang lainnya dekat
pinggir atau sekitar perempatnya, atas petunjuk Direksi.
Lubang uji harus digali dan diisi kembali oleh Kontraktor atas
perintah Direksi dan atas biaya Kontraktor.
2.9. Persyaratan permukaan
Jika diuji dengan crown template, sesuai tampang melintang
pada Gambar, variasi permukaan antara dua kontak pada
permukaan tidak boleh melebihi 10 millimeter; jika diuji
dengan straight edge, variasi tersebut tidak boleh lebih dari
6 millimeter.
2.10.Perlindungan perkerasan
Selama periode antara persiapan lapis dasar dan
penyelesaian penghamparan agregat halus lapis atas,
permukaan perkerasan harus dilindungi dari semua lalu
lintas.
2.11.Pengukuran dan pembayaran
a. Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pelapisan atas
makadam penetrasi bitumen untuk perkerasan akan
dibuat dalam luasan meter persegi sesuai jalur,
kelandaian, dan elevasi seperti pada Gambar atau
seperti perintah Direksi.
b. Pembayaran
pekerjaan
pelapisan
atas
makadam
penetrasi bitumen untuk jalan dan perkerasan akan
dibuat pada harga unit per meter persegi yang
ditenderkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, dimana
harga unit termasuk kompensasi penuh untuk biaya
pekerja,
peralatan,
material
termasuk
prosesnya,
pengangkutan,
penghamparan,
pemberian
material
bitumen,
pemadatan,
pembentukan,
penyelesaian,
pengujian, perawatan dan item-item lainnya yang
diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan.

X. PEKERJAAN PINTU AIR


1. Spesifikasi Untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong
1.1. Bangunan Pintu
a. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang
semourna. Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus
dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan

b.

c.

d.

e.

f.

horizontal harus diklem kuat pada permukaan plat dan


batang tidak lebih dari 1 mm.
Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus
menerus didua sisi, sedemikian hingga tidak air yang bocor
diantara bagian bagian tersebut.
Pintu
harus
diserahkan
komplit
dengan
segala
kelengkapannya, plat dinding, rangka, ambang, tangki ulir
gear dan material yang dibutuhkan. Semua bagian daripada
pintu harus cocok dengan gambar desain.
Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat
pada bangunan dengan baut berjangkar, dan semua
rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi
dengan mortar 1 PC : 3 PS sampai Direksi menganggap
cukup.
Semua pembuatan konstruksi harus sedemian rupa
sehingga pintu bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi
lain menurut anggapan Direksi.
Pemakaian karet atau vahan lain untuk seals guna perapat
pada pintu pintu harus sesuai dengan yang diijinkan yang
mempunyai efektifitas, keawetan sesuai cuaca Indonesia
dan terendam dalam air secara kontinu, dan keterbukaan
pada sinar matahari dimungkinkan pemakaian vahan karet
sintetik atau plastik yang memenuhi persyaratan.
Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai stndar
industria untk memudahkan perakitan, pemasangan dan
pemindahan. Semua dimensi yang ada digambar adalah
mnimum. Dalam pembuatan harus melebihi (ukurannya)
secukupnya, sedemikian hingga tidak ada dimensi yang
kurang.

1.2. Pintu Sorong


a. Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan
lengkap termasuk tangkai, dan kunci, gear, serta kompling
dan lain lain.
Tarikan yang dibutukan tidak boleh lebih keras dari 10 kg
untuk membuka atau menutup pintu dan las roda setang
harus pada elevasi 0,90 diatas bangunan atau paltform
dimana operator akan berdiri.
b. Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat.
Gear harus dari besi tulang atau selubung/rangka las
dilengkapi tutup untuk pemberian pelumas dari gear.
c. Pintu sorong harus seluruhnya shop assembled (rakitan
pabrik) ukuran plat dan profil pintu harus sesuai dengan
gambar.
2. Spesifikasi Teknik Umum
2.1. Penyiapan bahan bahan
a. Semua kegiatan, sedapat mungkin dilakukan dalam/sekitar
wilayah (proyek)
b. Mutu dan penyelesaian harus sesuai dengan kenyataan
praktek dalam pekerjaan konstruksi baja modern. Bahan
pada pekerjaan besi harus dijaga bersih dan terlindung dari
pengaruh cuaca sejauh memungkinkan dalam praktek.
Lubang baut harus betul betul bulat. Ukuran dari lubang

baut harus tidak lebih dari 2 mm lebih besar dari diameter


nominal (ditetapkan) dari baut dan harus menciptakan
putaran yang pas dengan baut.
c. Panjang uliran baut harus sedemikian hingga sehingga
seluruh diameter tangkai berada dalam daerah geser
(shear zone). Baut harus menonjol paling tidak satu
panjang uliran dengan mnimum 3 mm dan maksimum 10
mm setelah pergeseran dari mur. Di bawah mur pada baut
jangkar dan dibawah semua kepala baut dan mur, harus
dilengkapi dengan heavy duty washer.

6
0
Jika baut digunakan dalam permukaan yang miring, harus
menggunakan bevelled washer. Kepala dari mur harus
diputar dengan benar, dengan menggunakan kunci inggris
yang cocok dan dengan panjang tidak kurang dari 0,30 m.
d. Untuk drat stang harus dipasang doubl drat.
e. Sebelum dimulainya pengelasan, Penyedia Jasa harus
membuat dan menenyerahkan kepada Direksi untuk
disetujui, program lengkap yang menunjukkan :
- Type pengelasan
Klasifikasi bahan untuk pengelasan, termasuk ukuran
ukuran yang diperlukan untuk mewujudkan dimensi
spesifikasi setelah pengelasan. Sesudah pengelasan,
semua ceceran las harus dibersihakn dan semua lubang
pori dan berkas berkas terbakar harus diperbaiki.
- Diameter kawat las dan aliran listrik yang dipakai harus
memenuhi ketentuan.

2.2. Pemasangan
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari
pekerjaan seperti pada gambar disain yang disetujui atau
atas petunjuk Direksi ditempat pekerjaan, termasuk semua
alat alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan, seal
(penguat) dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan
diteliti/tepat sebelum dan selama pemasangan. Dinding
plat, sandaran
dan
ambang harus diperkuat seperti
ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
c. Pada
penyelesaian
pekerjaan
semua bagian
harus
dibersihkan dan dirapikan oleh Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
harus memindahkan sembua kelebihan bahan- bahan dari
tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan Direksi.
Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya
dengan
minyak
pelumas,
sesuai
syarat
dari
pembuat/pabrik. Gear reducer terbuka harus duberi gemuk
kualitas baik pada giginya (graphite grease). Semua pelumas
dan zat pencuci harus disediakan Penyedia Jasa tanpa
tambhan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang
cukup untuk jangka waktu pemeliharaan untuk semua
bagian pekerjaan dari Kontrak ini.
2.3. Test dan Garansi
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan, peralatan harus siap
untuk ditest, dihadapan Direksi sebelum penyerahannya
untuk bisa membuktikan bisa
dioperasikan dengan
memuaskan.
Jika ada bagian pekerjaan gagal dioperasikan sesuai
dengan ketentuan Direksi, beberapa perubahan harus
dikerjakan oleh Penyedia Jasa sesuai ketentuan Direksi
tanpa pembayaran ekstra.
b. Pada saat penyerahaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
melaksanakan pemeliharaan selama jangka waktu masa
pemeliharaan untuk semua pekerjaan, meliputi perbaikan

6
1
dari semua kekurangan dan kerusakan yang mungkin
terjadi
dalam
waktu
tersebut
tanpa
biaya
tambahan.
2.4. Pengecatan
2.4.1.

Bahan bahan
a. Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel
pabrik (factory scaled) kaleng/cap pabriknya akan
ditentukan oleh Direksi.

b. Cat yang telah melampaui batas kadaluarsa seperti


tertulis pada kalengnya tidak boleh dipakai, dan
harus segera disingkirkan dari tempat pekerjaan.
2.4.2.

Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja


Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus
dibersihkan dan dikerjakan atau dicat sebagai berikut :
a. Pengecatan dikerjakan dengan menggunakan tenaga
manusia, dalam pelaksanaan pengecatan lapis demi
lapis sampai dengan ketebalan yang ditentukan
dimulai dari cat meni lalu cat anti karat dan terakhir
dilapis cat bron untuk bagian atas konstruksi.
b. Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya
ketika pemasangan di lapangan, dua lapis cat dasar,
kecuali ditentukan lain.
c. Yang bersentuhan dengan beton, aspal, ter macadam
atau bitumen penahan air, tidak perlu pengerjaan apa
- apa atau pengecatan.

2.4.3.

Pengecatan daun pintu/schot balk (daun pintu)


a. Sebelum pengecatan dimulai terlebih dahulu bidang
bidang permukaan yang akan dicat, dibersihkan dari
kotoran kotoran tanah dan Lumpur dan sebagainya.
b. Semua bidang permukaan kayu diketam licin.
c. Pengecatan permukaan daun pintu/papan balok sekat
dicat 4x kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

2.5. Pemeriksaan dan Perakitan


2.5.1.

Pemeriksaan Bahan dan Mutu


Direksi atau pejabat yang bertugas mengadakan
pemeriksaan terhadap bahan bahan, mutu pekerjaan
pabrik, percobaan perakitan di pabrik, harus melakukan
pemeriksaan pemeriksaan.
Pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan baja atau bahan lain yang dipakai untuk
memastikan bahwa bahan diatas sesuai dengan
estndar. Laporan percobaan kimia dan fisika yang
dilakukan pemeriksaan terhadap bahan yang dipakai
harus ditunjukkan pemeriksaan
b. Memeriksa ukuran
c. Memeriksa pekerjaan las dan mengujinya bila
diperlukan
d. Memeriksa pembersihan dan pengecatan dari pekerjaan
baja
e. Percobaan perakitan dan menguji hasilnya
f. Memeriksa cara pengepakan untuk pengiriman

2.5.2.

Pengerjaan di lapangan
Penyedia Jasa harus melakukan pekerjaan baja
selengkapnya dan menyediakan perancah sementara
serta persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan.

Sebelum pelaksanaan dimulai di lapangan Penyedia


Jasa harus menyampaikan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan, cara yang diusulkan untuk
pelaksanaan pekerjaan baja serta melaksanakan
pengaturan dan pencegahan terhadap kecelakaan
seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
2.6. Permukaan yang Bersentuhan

Kecuali ditentukan lain, jika logam dipasang permanen pada


permukaan logam lain, permukaan logam yang bersentuhan
harus dicat dengan dua pas cat bitumen, segera sebelum
pemasangan.
Alumunium tidak boleh dipasang pada beton basah atau
pasangan batu, atau dipasang tetap pada beton yang masih
muda. Bila perlu untuk menghubungkan alumunium dengan
baja atau besi tulang, kedua permukaan harus dipisahkan
dengan vahan pemisah yang disetujui tebalnya tidak kurang
dari 1,5 mm.
Bila alumunium batang atau bangunan baja dipasang dalam
pasangan batu,
bata atau beton, permukaan yang
bersentuhan harus dicat lebih dahulu dan bahan sambungan
harus diberi seng.
2.7. Pemasangan Bagian Bagian
Untuk pemasangan bagian bagian pekerjaan baja yang
tercantum dalam pekerjaan beton atau pasangan batu yang
permanen maka bagian bagian diatas angkur, plat
perletakan dan lain lain harus lebih dahulu daripada bagian
lain.
3. Perhitungan dan Pembayaran
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan (Unit) Buah. Harga satuan yang
ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah,
tenaga, vahan material yang dipakai, peralatan yang digunakan,
biaya umum dan keuntungan.

XI. PEKERJAAN LAIN-LAIN


1. Pekerjaan Drain Hole
a. Drain hole terbuat dari bahan pipa PVC berdiameter 2, dengan
panjang 50 cm dan terdiri dari bahan ijuk, kerikil.
b. Drain hole dipasang pada pekerjaan pasangan batu, sesuai
posisi yang direncanakan.
c. Ujung pipa PVC bagian luar dipotong lancip sesuai kemiringan
yang diperlukan, sedangkan bagian dalam dipotong tegak
lurus diberi ijuk secukupnya dan diikat dengan kawat
d. Sewaktu pemasangan, bagian drain hole sebelah dalam
(bagian yang diberi ijuk) harus diberi kerikil secukupnya dan
dipasang miring sesuai kebutuhan agar drain hole dapat
bekerja sesuai fungsinya.
e. Pengukuran dan pembayaran
Tidak diadakan pengukuran untuk pekerjaan ini. Pembayaran
dilakukan setelah pekerjaan dipasang dengan baik oleh
Kontraktor yang dinyatakan diterima oleh Direksi. Pekerjaan
dibayarkan dalam harga satuan buah (bh) sesuai daftar
kuantitas dan harga.
2. Pekerjaan Gebalan Rumput

a. Gebalan rumput yang dipakai harus bersih, bebas dari tanaman


lain yang tidak diinginkan.
b. Pekerjaan tersebut harus dilakukan pada seluruh permukaan
timbunan tanggul kecuali pada permukaan pasangan seperti
Rip-rap, Jalan inspeksi dan bronjong, sisa permukaan lubang
galian yang tidak ditutup pasangan seperti pada saluran
pelimpah, irigasi, tanggul pematang batas genangan seperti
ditunjukkan dalam gambar desain dan tempat lain atas petunjuk
Direksi.

c. Gebalan rumput yang dipakasi harus berakar dan dicangkul


setebal 4 cm.
d. Sebelum ditanami dengan gebalan rumput, permukaan lahan
perlu dilapisi dengan jenis tanah humus hasil kupasan setebal 3
cm.
e. Gebalan rumput harus segera ditanamkan dalam jajaran
bersambung dan segera disiram air.
f. Agar gebalan tidak tergelincir maka harus dipasang pasak
bambu sedalam 10 cm.
g. Pola penanaman yang digunakan adalah papan catur.
h. Pengukuran dan Pembayaran.
Volume pekerjaan yang dibayar untuk pekerjaan Gebalan Rumput
adalah harga per m2, dimana pekerjaan tersebut telah
dilaksanakan
seperti yang ditunjukkan
dalam gambar
pelaksanaan dan disetujui oleh Direksi.

3. Waterstop
a. Pemasangan water stop dan joint filler dalam bentuk dan
ukuran sebagaimana ditentukan dan pada tempat-tempat yang
diperlihatkan
dalam
gambar-gambar
atau sebagaimana
ditentukan oleh Direksi.
b. Water stop dan Joint filler disediakan dan disimpan pada suatu
tempat dengan suatu cara yang akan ditunjukkan oleh Direksi.
c. Semua sambungan di lapangan dan hubungan-hubungan water
stop dan joint filler hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan hubungan yang kedap air dengan segala cara
sebagaimana dispesifikasikan pabrik pembuat water stop dan
joint filler.
d. Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran kuantitas pekerjaan "Water Stop" dilakukan untuk
setiap meter panjang dari "Water Stop" yang terpasang diukur
sepanjang garis tengah (as) dari "Water Stop" sesuai dengan
gambar-gambar. Pembayaran untuk "Water Stop" dihitung
menurut harga satuan meter panjang (m) seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, jenis pekerjaan
pada Penawaran. Harga satuan harus sudah mencakup semua
biaya pengadaan dan pemasangan dan biaya-biaya lain
pekerjaan terkait.
4. Dowell Bar / Angker
a. Batang pantek (angker) harus disediakan dalam sambungansambungan konstruksi dan ekspansi, sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar-gambar atau sebagaimana ditentukan
oleh
Direksi.
b. Suatu batang pantek (angker) harus merupakan suatu batang
lurus, bulat berprofil dari kepanjangan 100 cm dan 22 mm,
diameter kecuali diperlihatkan lain secara khusus dalam gambar
atau ditentukan Direksi.
c. Panjang setengah dari batangan pantek harus ditutup dengan
pipa PVC diameter 25 mm bahan-bahan lain yang disetujui
untuk mencegah pengikatan dan harus ditetapkan pada jarakjarak sebagaimana diperlihatkan pada gambar-gambar atau
sebagaimana ditentukan oleh Direksi. Setengahnya yang lain
harus diikat kuat pada suatu sisi dari sambungan.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas "Dowell Bar" diukur dari jumlah batang
yang dipasang disetiap sambungan seperti diperlihatkan pada
gambar-gambar atau menurut perintah Direksi. Pembayaran
dihitung menurut harga satuan per buah pada Daftar Kuantitas

dan Harga, jenis pekerjaan dalam Penawaran. Harga satuan


harus sudah mencakup biaya untuk pengadaan dan
pemasangan yang diisyaratkan termasuk pengadaan dan
penyediaan bahan penutup /pelapis seperti pipa PVC dan biayabiaya lain yang diperlukan.
5. Wiremesh
a. Wiremesh dipasang sebagai penggati tulangan (pembesian)
pada dasar dan dinding saluran pasangan beton.

b. Sebelum dilakukan pemasangan, untuk mendapatkan posisi


wiremesh sesuai dengan gambar rencana, diperlukan beton
tahu sebagai pengganjal. Beton tahu ini ditempatkan pada
sela sela antara tanah dan wiremesh dengan posisi
penempatan sesuai dengan gambar rencana.
c. Sambungan sambungan antara lembaran wiremesh harus
diikat dengan kawat beton, minimal 3 kali lilitan untuk
menjamin menyatunya lembar yang satu dengan lembar
lainnya.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran kuantitas wiremesh diukur dari jumlah m2 yang
terpasang pada saluran beton seperti yang diperlihatkan pada
gambar gambar atau menurut perintah Direksi. Pembayaran
dihitung menurut harga satuan per m2 dalam Daftar Kuantitas
dan Harga jenis pekerjaan dalam penawaran. Harga satuan
harus sudah mencangkup biaya untuk pengadaan dan
pemasangan yang disyaratkan.

XI. PEKERJAAN FINISHING


1. Pembongkaran dan Pembersihan tempat Kerja
Setelah penyelesaian pekerjaan konstruksi dan sebelum disetujui
Direksi, kontraktor harus membongkar
bangunan bangunan,
sampah
barang-barang yang tidak berguna, tangki-tangki
penyimpanan, jaringan listrik sementara dan bangunan yang
ada, kecuali fasilitas-fasilitas yang tercantum dalam speksifikasi
umum, menimbun lubang-lubang dan merapikan tempat-tempat
yang berongga yang diperlukan selama pelaksanaan dan
meninggalkan
wilayah
kegiatan
seperti
keadaan semula
sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
Dalam hal kontraktor menolak atau gagal dalam melaksanakan
pekerjaan
ini dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
diberitahukan oleh Direksi, Bangunan- bangunan dan tambahantambahan lainnya menjadi milik pemilik dan selanjutnya apabila
ada kegagalan/kelalaian kontraktor untuk melaksanakannya, maka
tersebut diambil alih oleh pemberi pekerjaan atas biaya kontraktor.
Biaya pembokaran dan pembersihan tempat kerja dan
fasilitas/bangunan lainnya harus sudah larut dalam harga
penawaran untuk bermacam-macam item dalam daftar kualitas
dan harga.
2. Yang Harus Diserahkan Pada Proyek
Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal
yang telah lebih awal dikehendaki oleh Direksi, kontraktor harus
mengosongkan dan menyerahkan kepada Direksi seperti yang
telah ditentukan dalam pasal ini. Semua unit perumahan, kantor
dan fasilitas yang lain harus dibersihkan dan dalam keadaaan
yang baik, (kecuali untuk membongkar) apabila diserahkan kepada
pemberi kerja.

BAGIAN - IV
METODE
PENGUKURAN

1.

PENDAHULUAN
1.1. Volume pekerjaan adalah volume yang dihitung dari gambar
dan diperlukan untuk dapat memberikan ketentuan yang sama
dalam mengajukan penawaran yang selanjutnya akan dipakai
dasar dan evaluasi terhadap semua penawaran. Apabila kontrak
sudah ditandatangani, yang mengikat adalah harga satuan untuk
tiap-tiap pekerjaan, sedangkan volume pekerjaan didapat dari
perhitungan kembali berdasarkan kenyataan di lapangan.
1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak adalah syaratsyarat kontrak, spesifikasi dan gambar-gambar serta dokumendokumen lainnya, karena ketentuan-ketentuan tersebut harus
dipenuh dalm pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Volume pekerjaan yang dipakai dalam dasar menentukan
pembayaran adalah sesuai dengan metode pengukuran yang
akan diuraikan selanjutnya.
1.4. Harga satuan yang harus dimasukkan dalam volume pekerjaan
sudah termasuk harga dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan
pekerjaan,
semua
resiko
umum,
pertanggungjawaban dan kewajiban yang tertera dalam dokumen
kontrak.
1.5. Harga satuan pekerjaan tersebut harus dimasukkan pada setiap
uraian pada daftar volume dan bila pekerjaan tidak mempunyai
harga satuan, sudah harus diperhitungkan dalam harga lain
atau harga satuan pekerjaan dalam volume pekerjaan tersebut.
1.6. Petunjuk dan penjelasan pekerjaan secara umum sudah tercakup
dalam spesifikasi dan tidak perlu diulang dalam volume
pekerjaan.
1.7. Satuan harga yang tertulis dalam volume pekerjaan harus
disesuaikan dengan syarat-syarat kontrak.

2.

METODE PENGUKURAN
2.1. Umum
2.1.1.
Pengukuran
Bila tidak ada petunjuk khusus, semua volume dihitung
bersih dari gambar pelaksanaan dan tidak diperhitungkan
adanya penyusutan atau pengurangan volume, dan
dibulatkan keatas atau ke bawah terhadap angka yang
terdekat.
2.1.2Uraian harga pokok
Uraian harga pokok pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
sub penyedia jasa, harus dicantumlan pada volume
pekerjaan. Setiap uraian harga pokok harus diikuti dengan:
a. Penjelasan mengenai penyediaan buruh apabila tidak
ada ketentuan dalam kontrak terhadap hal berlawanan
termasuk:

(1).

Apabila sub kontraktor yang ditunjuk untuk


melaksanakan
pekerjaan
dilapangan,
diberikan
kelonggaran
kepadanya
untuk
menggunakan
perancah, ruang makan, pemondokan, pemeriksaana
kesehatan yang disediakan oleh kontraktor, berupa:
ruangan, perlengkapan kantor, gudang peralatan,
bahan, penerangan dan air;
(2). Apabila sub kontraktor yang ditunjuk tidak
melaksanakan
pekerjaan
dilapangan,
untuk
pekerjaan pembongkaran, menyimpan/mengangkut
bahan-bahan yang disediakan dan mengembalikan
bahan-bahan.

b. Penjelasan yang ditentukan dengan prosentase dari harga


pokok sesuai dengan biaya yang diperlukan. Apabila ada
barang yang disediakan oleh sub penyedia jasa yang
harus digunakan oleh penyedia jasa dalam setiap uraian
pekerjaan harus diuraikan kembali secara terinci dari
pekerjaan tersebut, dimana bahan-bahan dan barang
tersebut harus disediakan.
2.2. Pembersihan lapangan
Uraian pekerjaan yang terinci harus diberikan kepada
pembersihan lapangan yang tidak berbeda sifatnya antara:
(1). Daerah berkayu ringan termasuk sawah, daerah terang
berumput dengan pohon-pohon yang jarang;
(2). Kampung termasuk dengan tanaman terpelihara dan
bangunan kayu yang kecil dan jarang;
(3). Hutan termasuk hutan muda dimana pohon yang jatuh sedikit;
(4). Bangunan termasuk pekerjaan batu seperti beton atau
pasangan batu kali.
2.3. Pekerjaan Tanah
2.3.1.
Penggalian dan pengerukan
(1). Uraian pekerjaan harus dibuat secara terperinci untuk
penggalian sebagai berikut:
(a). Pengupasan muka tanah
(m3); (b). Galian tanah biasa
(m3);
(c). Galian untuk bangunan
(m3); (d). Galian untuk
pembuangan (m3).
(2). Galian yang berbeda-beda harus dibagi lagi
sebagai berikut: (a). Bahan untuk digunakan
kembali;
(b). Bahan untuk dibuang;
(c). Pengangkutan bahan buangan untuk jarak berbedabeda.
(3). Volume galian kecuali disebutkan lain, harus
merupakan isi bersih dari rongga yang dibentuk oleh
pemindahan bahan yang digali sesuai dengan spesifikasi
dan gambar. Dalam hal ini tidak diberi kelonggaran
untuk besarnya.
(4). Bahan yang digali harus dianggap bisa dipakai kembali
kecuali dinyatakan dalam uraian pekerjaan untuk
dibuang. Dimana bahan untuk dibuang dapat disimpan
secara langsung di dekat hasil galian,
kecuali
pengangkutan dicantumkan dalam uraian pekerjaan.
(5). Bahan yang harus digali dianggap bahan asli, kecuali
tanah cadas atau permukaan tanah apabila tidak
dicantumkan dalam uraian pekerjaan.
(6). Volume yang diukur untuk galian sebuah bangunan,
pondasi atau pipa adalah volume yang dihitung secara
vertikal diatas bagian bangunan, pondasi atau pipa.
Galian
tambahan
untuk
ruang
kerja
tidak
diperhitungkan.
(7). Uraian pekerjaan yang terperinci tidak diperlukan untuk
menegakkan sisi galian.

(8). Volume pekerjaan secara terperinci yaitu bahan keras


buatan yang terjadi pada bahan yang harus digali
tidak diperhitungkan kecuali apabila volume lebih
daripada 1 m3.
(9). Bahan yang digali 2 kali, hanya diukur sejauh yang
diminta. Volume yang diukur dalam pengangkutan 2
kali, akan menjadi ruang kosong yang harus diisi dengan
penimbunan sementara pada saat bahan dipindahkan.

2.3.2.
Penimbunan dan pemadatan, penggolongan dan satuan
(1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci
untuk setiap penimbunan yang sifat, tujuan atau metode
pelaksanaan yang berbeda seperti berikut:
(a). Timbunan kembali pada
bangunan m3; (b). Penghamparan
dan pemadatan
m3
(2). Untuk pekerjaan penimbunan harus diperinci lagi untuk
bagian- bagian yang dianggap perlu antara lain:
(a). Bahan galian yang dipilih;
(b). Bahan asli yang didatangkan dari tempat
penggalian; (c). Pengangkutan dengan jarak :
0 - 1 km
1 2 km
2 4 km
4 - 10 km
> - 10 km
(3). Volume timbunan dan pemadatan harus merupakan isi
bersih yang ditimbun sesuai dengan ukuran dan
ketinggian yang terlihat pada gambar.
(4). Volume tanggul yang diukur merupakan tanggul yang
sudah dipadatkan atau merupakan volume timbunan.
Pengukuran volume
dari bahan timbunan yang
dipadatkan apabila terjadi perbedaan antara jumlah
volume bahan timbunan dan volume bahan yang digali,
untuk
keerluan
penimbunan
merupakan
volume
timbunan yang sama yang dipadatkan. Timbunan
tambahan dan
pemadatan yang diperlukan akibat
penimbunan
atau
penetrasi
pada
bahan
yang
dibawanya akan diukur apabila kedalaman melebihi 75
cm.
(5). Bahan timbunan akan dianggap ditempatkan secara
langsung pada galian dimana jarak pengangkutan tidak
ditentukan pada uraian pekerjaan.
(6). Bahan timbunana yang dalam uraian pekerjaan
diangkut
dari
luar
daerah
proyek
dianggap
pengangkutan tak terbatas yang ditentukan sendiri oleh
kontraktor.
(7). Bahan timbunan dianggap tanah yang digali kecuali
tanah cadas atau permukaan tanah , apabila tidak
dinyatakan dalam uraian pekerjaan.
(8). Timbunan dari galian sekeliling bangunan yang sudah
jadi akan diukur hanya sejauh volume yang ditimbun
juga diukur sebagai galian.
(9). Uraian pekerjaan harus dberikan secara terperinci
untuk pemadatan tanggul dan volume timbunan ,
apabila terjadi volume pemadatan yang berbeda akan
ditentukan dengan bahan timbunan yang sama, untuk
itu harus ditentukan pada uraian pekerjaan.
(10).Bilamana bahan harus ditimbuan di bawah air atau
pada tanah yang lembek dan volumenya tidak bisa
dihitung secara pasti, volume diukur pada banyaknya
angkutan ditempat penimbunan atau
penggalian
tersebut.

2.3.3.
Penggalian dan
penimbunan lainnya
Penggolongan dan satuan
(1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci
untuk gebalan
rumput.
(2). Keadaan lapangan, ukuran serta ketebalan bahan yang
digunakan untuk pekerjaan batu kosong ditentukan
dalam uraian pekerjaan.

2.3.4 Pekerjaan dengan kerikil, penggolongan dan satuan.


Uraian harus diberikan secara terperinci untuk lapisan atas
jalan inspeksi.
2.4. Beton dan Beton lainnya
2.4.1. (1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara
terperinci dimana memerlukan metode pelaksanaan
untuk kegiatan pekerjaan yang berbeda seperti berikut
:
(a). Beton tumbuk yang dicor
setempat
m3 (b).
Beton bertulang dicor setempat
m3
(2). Untuk pekerjaan beton tersebut dicor setempat harus
diuraikan secara terperinci dan di dalam hal ini
sudah
termasuk
campuran
pengecoran
dan
pemadatan beton, pembersihan dan lebih terperinci
lagi sebagai berikut:
(a). Perbedaan mutu
beton; (b).
Beton
lantai kerja;
(c). Beton dasar, plat kaki dan plat
dasar tanah. (3). Volume beton yang
diukur harus termasuk:
(a). Pembershan penampang besi lainnya.
(b). Komponen pengecoran masing-masing denga
volume kurang dari 0,1 m3;
(c). Pemotongan dan bagian yang runcing dalam
tiap luas penampang ukuran dari 0,01 m2;
(d). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari
0,15 m3.
2.4.2.
Perancah
Penggolongan dan satuan
(1). Perancah akan diukur dengan satuan luas dalam m2
untuk keseluruhan permukaan beton yang dicor
setempat yang membutuhkan dukungan sementara
selama pengecoran.
(2). Uraian pekerjaan terperinci harus diberikan untuk:
(a). Golongan yang berbeda dari penyelesaian
seperti yang telah diuraikan dalam spesifikasi;
(b). Perancah < 4
m; (c). Perancah
lainnya.
(3). Perancah akan diukur untuk permukaan samping beton
yang dicor setempat pada waktu penggalian, kecuali
beton tersebut betul- betul dibutuhkan untuk dicor
pada permukaan yang harus digali. Permukaan
samping adalah termasuk permukaan miring belakang
dengan sudut tidak melebihi 45 derajat terhadap
bidang tegak, terhadap bidang horizontal hanya
dibutuhkan sementara selama pengecoran. Uraian
pekerjaan harus jelas bahwa perancah untuk bagian
atas, kecuali pada permukaan miring dengan sudut
tidak melebihi 10 % terhadap bidang tegak.

(4). Perancah untuk permukaan beton sementara , akan


diukur pada tempat yang ditentukan, tetapi tidak
pada tempat yang ditentukan
penyedia jasa.
Perancah untuk lantai kerja tidak akan dihitung.
(5). Perancah tidak akan diukur terpisah untuk:
(a). Pemotongan dan kemiringan dalam yang luas
penampangnya kurang dari 16 mm;
(b). Kantong dan lubang dengan volume kurang dari
0,15 m3.
2.4.3.
Pembesian
Penggolongan dan satuan
(1). Pembesian akan diukur dengan berat dalam kg.
(2). Masa baja pembesian diambil 785 kg/m per 100 mm2
dari luas penampang (7,85 t/m3). Masa dari bahan
lain diambil seperti

yang ditentukan dalam kontrak. Uraian yang terpisah


tidak
diperlukan untuk pengikatan pembesian
pendukung. Masa pembesian yang diukur termasuk
masa baja yang mendukung ujung pembesian.
(3). Batang pembesian yang tidak bulat penampangnya
akan digolongkan dengan diameter batang bulat
yang terdaftar dalam golongan luas penampang
melintang yang terdekat.
(4). Batang pembesian dinyatakan kelipatan 3 (tiga) kali
lebih tinggi dari yang berkutnya dengan diameter
lebih dari 12 mm sebelum pembongkaran.
2.5. Pasangan Batu
2.5.1. Pasangan batu
Penggolongan dan
satuan
(1). Volume pekerjaan pasangan diukur
dalam m3. (2). Uraian pekerjaan harus
teperinci untuk:
(a). Pasangan dengan campuran 1 semen :
3 pasir (b). Pasangan dengan campuran 1
semen : 4 pasir
(3). Untuk sambungan bungkus pipa saluran , pengecatan
atau pengikatan tidak diminta uraian secara terinci.
(4). Volume yang diukur termasuk pula sambungan. Tidak
ada pengukuran atau tambahan terhadap volume yang
diukur untuk pemotongan arah atau permukaan lain
yang direncanakan untuk pemotongan arah atau
permukaan lain yang direncanakan untuk setiap
penampang melintang dari 0,5 m2. Tidak ada
pengurangan volume terhadap pembuatan lubang dan
bukaan dinding atau permukaan lainnya untuk setiap
luas penampang melintang kurang dari 0,25 m2.

You might also like