Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
keperawatan
di Indonesia
telah
mengalami
menjalankan
profesinya
sebagai
tenaga
perawat
A. Dugaan Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan
tidak selalu berkonotasi yuridis. Malpraktek secara harfiah mal
mempunyai arti salah, sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan
atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah.
Definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk
menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif
semaksimal mungkin.Namun, penyalahartian malpraktek biasanya terjadi
karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktek.
Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari
seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan
pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah
yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik
merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang
ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang
menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.Malpraktik
dalam keperawatan adalah suatu batasan yang digunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam
kaitannya dengan malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri.
Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh
aturan/hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan dengan
3 | Page
4 | Page
atau
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan.
B. Malpraktik Dalam Keperawatan.
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan
kelalaian atau malpraktik. Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak
dapat membedakan antara kelalaian dan malpraktik. Walaupun secara
nyata jelas perbedaannya sebagaimana telah diuraikan terdahulu.
Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang
misalnya perawat, dokter atau penasehat hukum.
Menurut Vestal, K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan
secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat menunjukkan dibawah ini
:
1. Duty Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibanya yaitu
kewajiban untuk mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk
menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan
pasiennya
berdasarkan
menunjukkan
bahwa
stadar
melakukan
profesi.
Hubungan
kewajiban
perawat-klien
berdasarkan
standar
keperawatan.
2. Breach of the duty--- pelanggaran terjadi sehubungan dengan
kewajibannya artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan
menurut standar profesinya.Pelanggaran yang terjadi terhadap pasien
(misalnya kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang
ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury Seseorang mengalami injury atau kerusakan (damage) yang
dapat dituntut secara hukum (misalnya pasien mengalami cedera sebagai
akibat pelanggaran. Keluhan nyeri, atau adanya penderitaan atau stress
emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera hanya jika terkait
dengan cedera fisik).
4. Proximate
causedpelanggaran
terhadap
kewajibannya
6 | Page
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp.2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah).
(2). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
(3). Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,
cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
a. Bidang pekerjaan perawat yang berisiko melakukan kesalahan :
Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area
dimana perawat berisiko melakukan kesalahan yaitu Pada tahap
pengkajian keperawatan (assessment errors), Perencanaan keperawatan
(planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention
errors). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data/informasi
tentang pasien secara adekuat, atau kegagalan mengidentifikasi
informasi
yang
laboratorium,
diperlukan
tanda-tanda
seperti
vital,
data
atau
hasil
keluhan
pemeriksaan
pasien
yang
berdampak
keperawatan
dan
pada
lebih
kesalahan/ketidaktepatan
ketidaktepatan
lanjut
dalam
akan
menetapkan
mengakibatkan
tindakan.Untuk
diagnosa
dalam
menghindari
2.
8 | Page
secara
hati-hati,
kegagalan
mengikuti/mencatat
memberikan
obat,
dan
terapi
pembatasan
a. Criminal malpractice
Perbuatan
seseorang
dapat
dimasukkan
dalam
kategori
criminal
perbuatan tercela.
2) Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mensrea) yang berupa
kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan
(negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya
melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal
332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
Criminal malpractice yang bersifat lalai (negligence) misalnya
kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien,
ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung
jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang
lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
b. Civil malpractice
Seorang
tenaga
kesehatan
akan
disebut
melakukan
civil
10 | P a g e
Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur
adanya 4 D yakni :
a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga
perawatan haruslah bertindak berdasarkan
1) Adanya indikasi medis
2)
Bertindak secara hati-hati dan teliti
3)
Bekerja sesuai standar profesi
4)
Sudah ada informed consent.
b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan
menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga
perawatan tersebut dapat dipersalahkan.
c. Direct Causation (penyebab langsung)
d. Damage (kerugian)
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada
hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian
(damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau
tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas.
Hasil(outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga
perawatan. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka
11 | P a g e
tersebut.
Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative
malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum
administrasi.Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di
bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan
untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas
kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan.Apabila aturan tersebut
dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan
melanggar hukum administrasi.
12 | P a g e
segala kebutuhannya.
f) Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
2. Upaya menghadapi tuntutan hukum Apabila upaya kesehatan yang
dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi
tuntutan hukum, maka tenaga perawatan seharusnya bersifat pasif dan
pasien atau keluarganya yang aktif membuktikan kelalaian perawat.
Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka
tenaga perawatan dapat melakukan :
a) Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/
menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak
menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya
perawat
dengan
civil
malpractice
tidaklah
mudah,
utamanya
tidak
15 | P a g e
seharusnya diperoleh.
Kerugian idiil, dimana perbuatan melawan hukum pun dapat
menimbulkan kerugian yang bersifat idiil seperti ketakutan, sakit
dan kehilangan kesenangan hidup.
secara layak merupakan akibat yang dapat diharapkan akan timbul dari
perbuatan melawan hukum.Jadi secara singkat dapat diperinci sebagai berikut:
16 | P a g e
hubungan
kerja
dengan
badan
hukum,
pertanggung
of
the
duty
atau
penyimpangan
kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh
pemberipelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam
hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan
17 | P a g e
b.
c.
d.
e.
Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak
dijalankan dengan baik
f.
g.
h.
2.
Terhadap Pasien
1)
Terjadinya
kecelakaan
19 | P a g e
atau
injury
dan
dapat
2)
3)
4)
5)
b.
b)
c)
d)
2)
3)
c.
20 | P a g e
1)
2)
3)
4)
d.
Bagi profesi
1)
2)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malpraktek secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan
praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek
berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.
Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area
yang memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap
pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan
(planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention
errors).
21 | P a g e
diharapkan
mampu
mengidentifikasi
area
yang
22 | P a g e