You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI HEWAN
ANATOMI REPTIL
OLEH
KELOMPOK II (A)
ANGGOTA KELOMPOK : 1. RIRI WULANDARI

(1310421101)

2. DASRIAL EFENDI

(1310421109)

3. MUSTIKA WULANDARI

(1310421013)

4. SUCI YULIA HARTI

(1310422001)

5. IRRAHMAWATI

(1310422013)

ASISTEN

: NOVARITA SIREGAR

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilian. Mereka
berkembang dari amphibian dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman
permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru daripada amphibian.
Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap amphibian adalah perkembangan
telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (Kimball, 1999).
Kelas reptilia suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian
besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokan
tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilian
memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang umunya tidak ditemukan
pada amphibian. Sisik yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia
kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering. Dan masih
banyak lagi cirri-ciri khusus dari kelas reptilia (Campbell, 1999).
Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya merayap atau
melata di dalam habitatnya. Reptil juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah
dingin, yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Walaupun berdarah
dingin reptil melakukan pembiakan di darat. Tubuh reptil ditutupi oleh sisik-sisik
atau plot-plot dari bahan tanduk (horny scales or plates) yang kering atau tanpa
kelenjer. Umumnya reptil mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai
lima jari yang bercakar, tetapi pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama
sekali tidak ada. Rangka dari bahan tulang, oksipital, kondil hanya satu. Tipe gigi
pada reptil adalah labyrinthodont (pada reptil fosil), acrodont, pleurodont, dan
thecodont. Jantungnya mempunyai empat ruangan, dua atrium dan dua ventrikel,
tetapi pada sekat dari ventrikel kanan dan kiri belum sempurna benar. Habitat hidup
di darat, air tawar atau air laut, di daerah tropis dan daerah temperate (Carr,1977).

Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia atau


Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah pleurodira,
cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator, dan
crocodilidae. Sub ordo dari Squamata adalah sauria (kadal) dan serpentes (ular).
(Pope, 1956)
Denrelaphis pictus merupakan anggota dari subordo Serpentes. Subordo
serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh
anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa
semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah
seluruh anggotanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata
digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota
Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan
ligament elastic (Brotowidjoyo, 1989).
Sistem organ yang membangun tubuh Denderelaphis pictus yakni, Sistema
digestorium,

Sistema

respiratorium,

Sistema

urogenitalia,

dan

Sistema

cardiovascular. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu di lakukan pemahaman


tentang struktur anatomi reptil,hal tersebut dilakukan karena masih kurangnya
pengethuan dan pembelajaran anatomi reptil di kalangan prektikan (Jafnir,1985).
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui, dan mempelajari tentang anatomi reptil

II. TINAUAN PUSTAKA

Ular tambang (Dendrelaphis pictus) adalah sejenis ular kecil dari sukuColubridae.
Secara umum, ular ini juga disebut dengan nama ular tali, ular tampar atau
ular tlampar. Didaerah Toraja ular ini dinamai duwata atau ulelewora. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Gmelins Bronzeback atau Painted Bronzeback. Ular tambang
menyebar

luas

mulai

dari India sampai

ke Asia

Tenggara,

termasuk

Kepulauan Nusantara ke timur hingga sejauh Maluku (Goin dan Goin,1971).


Dendrelaphis pictus memiliki bentuk tubuh yanng kurus ramping, panjang
hingga sekitar 1,5 m meskipun pada umumnya kurang dari itu. Ekornya panjang,
mencapai sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan. Warnanya coklat zaitun seperti
logam perunggu di bagian punggung. Pada masing-masing sisi tubuh bagian bawah
terdapat pita tipis kuning terang keputihan, dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang
sewarna oleh sebuah garis hitam tipis memanjang hingga ke ekor. Kepala kecoklatan
perunggu di sebelah atas, dan kuning terang di bibir dan dagu, dibatasi oleh coretan
hitam mulai dari pipi yang melintasi mata dan melebar di pelipis belakang, kemudian
terpecah menjadi noktah-noktah besar dan mengabur di leher bagian belakang.
Terdapat warna-warna peralihan berupa bintik-bintik hijau terang kebiruan di bagian
leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di bawah sisik-sisik
hitam atau perunggu dan baru nampak jelas apabila si ular merasa terancam. Sisiksisik ventral putih kekuningan atau kehijauan (Poppe,1956).
Ular jenis ini memiliki sisik-sisik dorsal dalam 15 deret di bagian tengah
tubuh, sisik-sisik vertebral membesar, namun tak lebih besar dari deret sisik dorsal
yang pertama (terbawah). Perisai labial 9 buah (jarang 8 atau 10), yang no 5 dan 6
(kadang-kadang juga yang no 4) menyentuh mata. Sisik-sisik ventral 167200 buah,
sisik anal sepasang, sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 127164 buah. Mata besar,
diameternya sama panjang dengan jaraknya ke lubang hidung. Anak mata bulat
hitam; perisai preokular sebuah dan postokular dua buah. Perisai rostral lebar, terlihat
dari sebelah atas; perisai internasal sama panjang atau sedikit lebih pendek dari

perisai prefrontal, perisai frontal sama panjang dengan jaraknya ke ujung moncong,
namun lebih pendek dari perisai parietal; perisai loreal,serta memiliki lidahnya
berwarna merah (Carr,1977).
Ular ini hidup di pohon, namun sering pula turun ke tanah untuk memangsa
katak atau kadal yang menjadi menu utamanya. Tidak jarang terlihat bergelung di
semak-semak atau menjalar di antara rumput-rumput yang tinggi. Ular tambang
menghuni hutan-hutan di dataran rendah dan pegunungan hingga ketinggian lebih
dari 1350 m. Teristimewa ular ini menyukai daerah-daerah terbuka, tepianhutan,
kebun, belukar dan tepi sawah. Sering pula ditemukan merambat di pagar tanaman di
pekarangan, dan dengan gesit dan tangkas bergerak di sela-sela daun dan ranting
untuk menghindari manusia (Bennet,1999).
Sistem yang menyusun anatomi dari ular tambang antara lain sistema
Pencernaan, Sistema Respiratorium, Sistema Urogenital, dan sistema cardiovascular
(Jafnir,1985). Pada sistem pencernaan Dendrelaphis pictus dibedakan menjadi dua
yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (saluran
pencernaan). Tractus Digesntivum terdiri dari cavum oris, pharynk, esophagus
(kerongkongan), vetriculus, intestinum tenue, cecum, intestinum crassum dan kloaka.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus. Dentes ini berbentuk
pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingiva, sedikit melengkung ke arah
medial cavum oris. Selain itu dalam cavum oris terdapat lingua yang berpangkal
pada Os hyldeum di sebelah caudal cavum oris, ujungnya bersifat befida. Ventriculus
berdinding musular yang tebal dari bentuk silindris. Intestinum crassum berfungsi
sebagai rectum. Cecum merupakan batas antara instestinum tenue dan intestinum
crassum (Mukayat,1989).
Glandula digestaria, terdiri dari hepar dan pancreas, empedu yang dihasilkan
oleh hepar ditampung kantong yang disebut vesica fellea. Hepar terdiri atas dua
bagian, yaitu sinister dan dekster dan berwarna coklat kemerahan. Vesica fellea
terletak pada tepi caudal lobus dexter hepatis. Pankreas terletak dalam suatu
lengkung antara ventriculus dan duodenum. Ductus cysticus dari vesica fellea
menuju jaringan pankreas bergabung dengan ductulli pancreatici, kemudian keluar
menjadi satu ductus yang besar disebut hepato-pancreaticus atau ductus choledochus

yang bermuara pada duodenum. Ventriculus terikat pada dinding tubuh dengan
perantaraan suatu alat penggantung yang disebut mesogastrium. Kemudian alat
penggantung instestinum tenue disebut mesenterium, alat penggantung intestinum
crassum (rectum) disebut mesorectum. Antara permukaan dorsal hepar dan
ventriculus terdapat suatu lipatan tipis yaitu omentum gastrohepaticum. Omentum ini
melanjutkan

diri

ke

caudal

disebut

omentum

duodeno-hepaticum

yang

menghabungkan hepar dengan duodenum terdapat dua 2 lobi, sinister dan dexter
dengan warna merah (Mukayat,1989).
Sistem respiratorium, pada reptil umumnya mempunyai trachea yang panjang
dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cincin cartilago. Larink terletak di ujung
anterior trachea. Dinding larink ini disokong oleh cartilago cricoida dan cartilago
anytenoidea. Kearah posterior trachea membentuk percabangan (bifurcatio) menjadi
bronchus kanan dan bronchus kiri, yang masing-masing menuju ke pulmo kanan dan
pulmo kiri. Pulmo lacertilia dan ophidia relatif sederhana. Pada beberapa bentuk,
bagian internal pulma terbagi tidak sempurna menjadi 2 bagian, yaitu bagian anterior
berdinding saccuter sedangkan pada bagian posterior berdinding licin, tidak vasculer
dan berfungsi terutama untuk reservoir (Jassin,1992).
Reptil memiliki sistem respirasi yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan respirasi amphibi, pada amphibi tidak mempunyai trachea sedangkan pada
reptil sudah mempunyai trachea. Tractus respiratorius pada Denrelphis pictus mulai
dari cranial terdiri dari Larynk, rima glottidae, trachea, bronchus, dan pulmo
(Djuhanda,1983).
System urogenital pada reptilia dibedakan menjadi dua bagian yaitu organa
uropoetica (ekskresi) dan organa genitalia (reproduksi). Organ uropoetica terdiri dari
ren (ginjal), ureter, dan vesica urinaria (kandung kencing). Organ genitalia pada
hewan jantan terdiri atas alat kelamin khusus (hemipenis), sepasang testes, vas
deferens, dan epididimis. Organ genitalia pada hewan betina terdiri dari sepasang
ovarium, oviduk (saluran telur), dan kloaka. Kelompok reptile seperti ular
merupakan hewan yang yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi
internal). Umumnya reptila bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat
ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam

ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil


jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran
yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma
bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua
penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari
pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi,
hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina
(Jassin,1982).
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada
saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang
tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan
basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan
ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang
berlimpah (Yatim,1985)
Cor terletak di medial, di bagian cranioventral rongga thorax. Terdiri dari 2
atria, yaitu atrium dextrum dan sinistrum, 2 ventriculus yaitu ventriculus dexter serta
ventriculus sinister, dan sinus venosus. Atrium dextrum dipisah dengan atrium
sinistrum oleh septum atriarum. Antara atrium dan ventriculus ada sekat yang disebut
apertura atriovenricularis dengan katup valvula atrioventricularis.Ventriculus dexter
dipisah dari ventriculus sinister oleh septum ventriculorum ialah tidak sempurna
sehingga darah di ventriculus dexter dan sinister untuk sebagian masih tercampur.
Dari ventriculus dexter keluar areus aortae sinister yang membelok ke kiri, dan
arteria pulmanalis yang bercabang dua masing-masing ke pulmo. Dari ventruculus
sinister keluar arcus aortae dexter yang membelok ke kanan dan mempercabangkan
sebuah arteria yang berjalan ke arah cranial yaitu arteria carotis communis. Arteria
carotis communis ini akan bercabang dua menjadi arteria carotis communis dexter
dan sinister yang masing-masing baik dexter maupun sinister akan bercabang lagi
menjadi arteria carotis externa dan interna (Kardong,2002).
Arteria carotis communis interna kiri akan membuat suatu hubungan dengan
arcus aortae sinister. Arcus aortae dexter dan sinister, masing-masing menuju ke
caudal dan keduanya bertemu di medial untuk menjadi satu pembuluh besar yang

disebut aorta dorsalis. Sebelum kedua arcus aorta ini bertemu, arcus aorta dexter
terlebih dulu mempercabangkan arteria esophagus yang menuju ke esophagus,
kemudian juga mempercabangkan arteria subelavia dexta dan sinistra yang menuju
ke extremitas anterior (Tim dossen, 2011).
Sinus venosus menerima darah dari vanae besar, ialah vena cova superior
dexta dan sinistra, dan vena cava inferior yang datang dari bagian caudal tubuh
setelah menerima vena hepatica terlebih dulu. Darah mengalir dari sinus venosus
kemudian menuju ke atrium dextrum. Darah yang masuk ke atrium sinistrum ialah
vanae pulmonalis yang berisi darah arterial dari pulmo (Radiopoetro, 1996).
Integument pada Reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar keringat.
Integument adalah jaringan penutup permukaan, seperti kulit dan mukosa. Lapisan
terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan
pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan
lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan
berganti kulit (Dakrory, 2009).
Berikut adalah klasifikasi dari Dendrelaphis pictus
Kingdom

:Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Subordo

: Serpentes

Famili

: Colubridae

Genus

: Dendrelaphis

Spesies

: Dendrelaphis pictus

(Gmelin, 1789)

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014, pukul 13.00, di
Laboratorium Teaching II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang di gunakan pada praktikum histologi respirasi dan sirkulasi, yaitu gunting
bedah, pisau bedah, bak bedah pinset runcing, jarum suntik, eter dan buku gambar.
Adapun bahan yang di gunakan adalah sepasang Dendrelaphis pictus
3.3. Cara Kerja
Objek di bius hingga tak sadarkan diri. Kemudian diletakan pada bak bedah.
Pengguntingan kulit dimulai dari kloaka hingga ke bagian atas objek. Kulit yang
sudah tergunting di tempelkan ke bak bedah menggunakan paku. Susunan anatomi di
amati. Organ-oragan di pisahkan sesuai dengan sistem yang disusunnya. Di
gambarkan kedalam buku gambar dan di beri keterangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1.

Anatomi Sistem Pencernaan

b
c

Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan


(a) Vesica Felea, (b) Ventriculus, (c) Hepar,
(d) Intestinum Tanue
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan. Di dapatkan hasil pengamatan
anatomi sistem pencernaan seperti gambar tersebut. Sistem pencernaan pada reptil
disusun oleh vesica felea, ventriculus, hepar dan Intestinum.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa sistem pencernaan
Dendrelaphis pictus dibedakan menjadi dua yaitu tractus digestivus (saluran
pencernaan) dan glandula digestoria (saluran pencernaan). Tractus Digesntivum
terdiri dari cavum oris, pharynk, esophagus (kerongkongan), vetriculus, intestinum
tenue, cecum, intestinum crassum dan kloaka. Glandula digestaria, terdiri dari hepar
dan pancreas, empedu yang dihasilkan oleh hepar ditampung kantong yang disebut
vesica fellea (Mukayat,1989).

1.2.

Anatomi Sistem Urogenitalia

a
b

Gambar.2. Anatomi sistem urogenitalia


(a) Ovum, (b) Ren
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan. Di dapatkan hasil pengamatan
anatomi sistem Urogenitalia seperti gambar tersebut. Sistem Urogenitilia pada reptil
disusun oleh Ren, Ovum dan Testis.
Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa System
urogenital pada reptilia dibedakan menjadi dua bagian yaitu organa uropoetica
(ekskresi) dan organa genitalia (reproduksi). Organ uropoetica terdiri dari ren
(ginjal), ureter, dan vesica urinaria (kandung kencing). Organ genitalia pada hewan
jantan terdiri atas alat kelamin khusus (hemipenis), sepasang testes, vas deferens, dan
epididimis. Organ genitalia pada hewan betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk
(saluran telur), dan kloaka (Jassin,1982).

1.3.

Anatomi Sistem Sirkulasi

Gambar 3. Anatomi Sistem Sirkulasi


(a) Cor

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan di dapatkan hasil pengamatan


anatomi sistem Sirkulasi seperti gambar di atas. Sistem Sirkulasi pada reptil disusun
oleh Cor. Tipe peredaran darahnnya adalah peredaran darah ganda tertutup. Jantung
pada reptil memiliki empat ruang, namun sekatnya belum sempurna.
Hal tersebut juga ada pada literatur yang menyebutkan bahwa jantung pada
reptil terletak di bagian anterior ventral dari rongga thorax, terdiri dari sinus venosus
yang kecil yang berfungsi menerima darah dari vena, dua buah auricular dan dua
ventrucula.antara ventricular terdapat septum yang umumnya tidak sempurna karena
masih terdapat foramen panizzae. Darah dari vena akan masuk ke dalam jantung
melalui sinus venosus, auriculum dextra, ventruculum dextra, arteri pulmonalus dari
paru-paru darah kembali masuk ke auriculum sinestra dan akan terus ke ventriculum
sinestra,setelah itu darah akan melalui sepasang arcus aorticus yang selanjutnya ke
arah dorsal mengelilingi oesophagus, dari dasar archus aorticus dexter muncul dua
arteri ke leher dan kepala. Dua archus aorticus menghubungkan diri menjadi satu di
sebelah dorsal menjadi aorta dorsalis yang akan memberikan darah kepada alatalat di
dalam rongga tubuh, ke ektremitas posterior dan ekor. Darah vena dikumpulkan oleh
vena cava anterior yang menampung darah dari kepala dan kedua ekstremitas
anterior, sebuah vena cava posterior menampung darah dari organum reprodactivum
dan ren, vena porta hepatica menampung darah dari tractus digestive yang memecah
menjadi kapiler-kapiler di dalam hepar dan dikumpulkan oleh vena hepatica yang
pendek. Vena epigastris pada masing-masing sisi pada rongga abdominalis
menampung darah dari ekstremitas posterior, ekor, dan tubuh, dari kedua vena cava
tersebut akan masuk melalui sinus venosus (Kardong,2002).

1.4.

Anatomi Sistem Respirasi

Gambar.4. Anatomi Sistem Respirasi


(a) Trakea, (b) Pulmo

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan. Di dapatkan hasil pengamatan


anatomi sistem reapirasi seperti gambar tersebut. Sistem respirasi pada reptil disusun
oleh trakea dan pulmo.
Hal tersebut juga terdapat pada literatur yang menyebutkan bahwa reptilia
mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cincin
cartilago. Larink terletak di ujung anterior trachea. Dinding larink ini disokong oleh
cartilago cricoida dan cartilago anytenoidea. Kearah posterior trachea membentuk
percabangan (bifurcatio) menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri, yang masingmasing menuju ke pulmo kanan dan pulmo kiri. Pulmo lacertilia dan ophidia relatif
sederhana. Pada beberapa bentuk, bagian internal pulma terbagi tidak sempurna
menjadi 2 bagian, yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedangkan pada bagian
posterior berdinding licin, tidak vasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir
(Djuhanda,1983).

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang di dapatkan,dapat di simpulkan bahwa:
1. Anatomi repti terdiri dari, anatomi sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem
sirkulasi dan sistem urogenitalia
2. Pada sistem pencernaan terdapat vesica felea yang merupakan kelenjar
pencernaan berwarna hitam.
3. Ginjal pada reptil terletak tidak sejajar satu sama lain
4. Jantung reptil terdiri atas empat ruang dengan sekat yang belum sempurna
5.2. Saran
Agar praktikum selanjutnya berjalan lebih baik, maka di sarankan agar praktikan
terlebih dahulu mengetahui materi yang akan di praktikumkan.Berhati- hati saat
melakukan pembedahan agar organ pada objek tidak ada yang terpotong. Kemudian
menjalankan praktikum dengan sungguh-sungguh. Selain itu praktikan juga
disarankan agar menggabar objek dengan benar di dalam buku kerja serta
memberikan keterangan pada objek yang di gambarkan dengan sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, D. 1999. Expedition Fieled Tachniques of Reptiland Amphibian. London :


Royal Geografhycal
Brotowidjoyo.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Campbell, Neil A. 1999. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Carr, A.1977. The Reptil he life. Alexandria :Time Books inc
Dakrory, Ahmed I. 2009. Comparative Anatomical Study on The Ciliarly Ganglion
of Lizard (Reptilia-Squamata-Lacertilia). Australian Journal of Basic
and Applied Sciences. 3(3) : 2064-2077
Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung: Amico
Goin, C. J and O. B. Goin. 1971. Intoduction to Herpetology Second edition. San
fransisco: WH. Freeman and Company
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Padang: Universitas Andalas
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar Jaya
Kardong, K.V. 2002. Vertebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution. North
America: McGraw-Hill. Companies, Inc.
Kimball, J,W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Mukayat, Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Pope, CH. 1956. The Reptile World. London: Routledge and Kegal Paul Ltd
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen. 2011. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. Makassar :
Universitas Islam Negeri.
Yatim, W. 1985. Biologi jilid II. Bandung : Tarsito

You might also like