Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Tiara Ayu Murti
Fitrie Desbassarie
1301-1212-0641
1301-1212-0550
I.
Anamnesa
KU : Sesak (+)
Pasien sesak sejak 1 minggu yll, nyeri dada (+) sejak 6 bln yll. Riwayat Hipertensi sejak 3 bln
yll, Riw. DM (+) sejak 1 bln yll. Riw operasi jantung (-).
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos Mentis
BB
: 55 Kg
TB
: 150 cm
Tanda Vital
Tensi
: 170/110 mmHg
Nadi =HR
Respirasi
: 28 x/menit
Suhu
: Afebris
Status Generalis :
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Leher :
Thorax :
VBS ki=ka
Ronchi (-)/(-)
Wheezing (-)/(-)
Abdomen:
Ekstremitas:
Datar, lembut
Hepar dan lien tidak teraba
BU (+) N
Nyeri tekan (-)
Edem (-)/(-)
Akral hangat
: 130* (tinggi)
Deskripsi :
Sidik Perfusi Miokard dilakukan dalam 2 tahap, dalam 2 hari yang berbeda,
yaitu dengan beban farmakologis (adenosin) dan saat istirahat. Adenosin diberikan
secara intravena dengan dosis 140 mcg/kg/menit selama 6 menit. Radiofarmaka
disuntikkan pada menit ke-6 setelah pemberian adenosin. Tekanan darah sebelum
pemberian adenosin 170/110 mmHg dengan denyut jantung 102 x/menit, sedangkan
tekanan darah pada akhir pemberian adenosin 170/110 mmHg dan denyut jantung 98
x/menit. Tidak ada keluhan yang spesifik selama dan setelah pemberian adenosin.
Dari pencitraan tampak dilatasi ventrikel kiri dengan distribusi radioaktivitas tidak
rata.
Dari pencitraan saat beban, tampak penangkapan radioaktivitas yang minim pada
apeks, segmensegmen apiko lateral, dan apiko inferior. Tampak pula penangkapan
radioaktiviitas yang kurang pada apiko septal dan basal inferolateral
Dari pencitraan saat istirahat, tampak sedikit perbaikan penangkapan radioaktivitas
pada sebagian apeks dan segmen-segmen apiko inferior dan apiko lateral (defek
perfusi reversibel partial), sedangkan pada apiko septal dan basal inferolateral tidak
tampak perbaikan.
Nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri pada saat pembebanan dan istirahat berturut turut :
22% dan 18 %
Kesimpulan :
Gambaran demikian menunjukkan adanya infark miokard di apeks dan
segmen-segmen apikoinferior serta apikolateral yang dikelilingi oleh iskemia
miokard reversible partial pada segmen-segmen miokardium pada segmen apiko
inferior, apiko septal, serta basal inferolateral.
V. DIAGNOSIS KERJA
Coronary Artery Disease dengan Left ventricle hypertrophy
VI. USULAN PEMERIKSAAN
-
EKG
ECHOCARDIOGRAPHY
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Infark miokardium klasik disertai oleh trias diagnostik yang khas. Pertama,
gambaran klinis khas yang terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat,
biasanya disertai mual, muntah dan keringat dingin. Tetapi, 20-60% kasus infark yang
tidak fatal bersifat asimtomatik. Kedua, meningkatnya kadar enzim-enzim jantung
yang dilepaskan oleh sel-sel miokardium yang nekrosis. Enzim-enzim yang
dilepaskan terdiri dari kreatin fosfokinase (CK atau CPK), glutamat oksaloasetat
transaminase (SGOT atau GOT) dan laktat dehidrogenase (LDH). Akan tetapi,
peningkatan enzim yang terukur bukan merupakan indikator spesifik kerusakan
miokardium; terdapat proses-proses lain yang juga dapat menyebabkan peningkatan
enzim, sehingga dapat menyesatkan interpretasi. Pengukuran isoenzim, yaitu fraksifraksi enzim yang khas dilepaskan oleh miokardium yang rusak, meningkatkan
ketepatan diagnosis. Pelepasan isoenzim MB-CK merupakan petunjuk enzimatik dari
infark miokardium yang paling spesifik. Ketiga, Adanya perubahan pada
elektrokardiografi, yaitu gelombang Q yang nyata, elevasi segmen ST dan gelombang
T terbalik.
beban. Bila beban fisik diberikan pada pasien dengan penyempitan pembuluh darah
jantung koroner, maka suplai darah ke miokardium regional tidak akan cukup untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik.
Radiofarmaka
Radiofarmaka yang ideal untuk menilai perfusi miokardium harus dapat diserap
oleh miokardium dalam perbandingan linier terhadap jumlah aliran darah dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan metabolisme seluler. Bahan tersebut harus mempunyai
daya ekstraksi tinggi dari darah pada aliran pertama melalui jantung, dan daya
ekstraksi tersebut tidak boleh bervariasi terhadap aliran darah. Bahan tersebut harus
stabil dalam miokardium selama periode penangkapan, namun kemudian cepat
dieliminasi sebelum dilakukan pemeriksaan kembali dalam kondisi yang berbeda.
Bahan tersebut tidak toksik, memiliki daya pelepasan foton yang tinggi terhadap sinar
gama agar dapat dideteksi dengan kamera gama standar (140 keV), efek radiasi
minimal terhadap pasien, persiapannya mudah, dan yang terakhir, murah. Sayangnya,
belum ada satupun senyawa yang memenuhi semua syarat tersebut.
Radiofarmaka yang dapat digunakan dalam sidik perfusi miokard adalah,
1) Thallium-201(201TI)
Waktu paruhnya 73 jam. Dosis administrasi Thallium adalah 80-120 MBq
intravena. Klirens Thallium cepat dan memiliki daya ekstraksi tinggi pada aliran
pertama jantung (sampai 80%). Efisiensi ekstraksi berkurang pada keadaan asidosis
dan hipoksemia, namun efek ini tidak terlalu signifikan sampai terjadi kematian sel.
Setelah distribusi, Thallium tidak terus menetap di miokardium, namun dilepaskan
secara progresif.
Namun saat ini Thallium sudah banyak ditinggalkan karena memiliki
keterbatasan yaitu:
waktu paruh yang cukup panjang, karakter pencitraan yang kurang, dan dosis
tinggi,
keterbatasan karena redistribusi Thallium yang cepat di mana pada penyakit
akut yang membutuhkan pencitraan segera setelah injeksi radiofarmaka
ketidakmampuan Thallium untuk memberikan evaluasi simultan terhadap
perfusi dan fungsi miokardium.
2) Technetium-labelled agents (99mTc-)
Beberapa radiofarmaka berlabel Technetium sekarang tersedia untuk
penggunaan klinis. Radiofarmaka tersebut dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kation
lipofilik dan senyawa netral. Dosis yang dapat diberikan pada puncak beban adalah 8
mCi dan saat istirahat 15 mCi disuntikkan intravena melalui three way connector dan
wing needle.
(a)
Sestamibi
Klirens sestamibi dalam darah sangat cepat dengan waktu paruh beberapa
menit, baik dalam keadaan istirahat maupun latihan beban. Sestamibi berdifusi
secara pasif melalui membran kapiler. Permeabilitasnya lebih rendah daripada
Thallium sehingga ekstraksinya lebih lambat. Sestamibi berakumulasi di
Injeksi diberikan pada puncak beban. Pasien harus melanjutkan latihan beban 12 menit setelah injeksi untuk memberikan kesempatan tangkapan radiofarmaka oleh
miokard sebelum regresi akibat perubahan patologi sehubungan dengan latihan beban.
Penghentian latihan beban hanya dilakukan pada pasien dengan beban yang sudah
maksimal, ditandai dengan munculnya angina atau gejala klinis lain seperti aritmia,
nafas yang memendek, atau hipotensi.
Dipyridamole diberikan intravena dengan dosis 0,56 mg/kgBB selama 4 menit.
Terkadang dosis lebih tinggi diperlukan. Pemeriksaan dapat pula dilakukan dengan
kombinasi pemberian dipyridamole dan latihan beban untuk meningkatkan
sensitivitas, menurunkan efek samping obat, dan mempertahankan gradien aliran
setelah latihan beban dihentikan. Injeksi radiofarmaka harus diberikan minimal 2
menit setelah infus dipyridamole berhenti.
Adenosine memiliki efek serupa dengan dipyridamole, tetapi kerja dan efek
sampingnya lebih mudah dikontrol karena waktu paruh plasmanya kurang dari 10
detik. Diberikan melalui infus selama 6 menit dengan dosis 140 ug/kgBB/menit dan
injeksi radiofarmaka setelah 4 menit.
Pencitraan
Obyektif dari sidik perfusi adalah menggunakan prosedur yang sederhana dan
cepat untuk mendeteksi, melokalisasi dan mengukur defek perfusi, serta menentukan
reversibilitasnya. Sebagian besar senter memilih protocol satu hari.
Pemeriksaan dengan thallium harus dimulai dengan latihan beban, dikarenakan
distribusi jaringan berubah dengan waktu, dan waktu paruh serta retensi di
Radiofarmaka
1. Tc-99m-sestamibi
2. Tc-99m-tetrofosmin
Dosis radiofarmaka pada puncak beban adalah 8 mCi, dan saat istirahat adalah
15 mCi; disuntikkan intravena melalui three-way connector dan wing needle.
C.
Persiapan
Obat-obatan golongan penyekat beta dihentikan 25-48 jam sebelum
pemeriksaan.
Dianjurkan menggunakan pakaian olah raga.
D.
Peralatan
Kamera gama
Kolimator low energy parallel hole
Energy setting: low energy (puncak 140 keV)
Window wide 20%
E.
Tatalaksana
Posisi pasien telentang dengan kedua lengan ditempatkan di atas
kepala.
Kedua detektor ditempatkan sedemikian rupa sehingga membentuk
sudut 900, sedekat mungkin dengan dinding toraks dan jantung berada pada
bagian tengah lapang pandang detector.
Penderita menjalani latihan fisik menggunakan ergocycle atau dengan
beban farmakologik.
Radiofarmaka disuntikkan pada puncak beban dan latihan fisik
dipertahankan sampai 1-2 menit kemudian; diupayakan agar pasien dapat
mencapai sekurangnya 85% dari beban sasaran yang dapat diberikan sesuai
dengan umurnya.
Beban fisik dihentikan bila pasien sudah mencapai paling kurang 85%
dari beban sasaran, atau bila pasien mengeluh nyeri dada, pusing, keringat
dingin, atau tidak sanggup lagi (kelelahan).
Pencitraan dilakukan segera setelah latihan fisik selesai.
Empat jam setelah latihan fisik, dilakukan pencitraan pada waktu
istirahat. Satu jam sebelum pencitraan, pasien minum segelas susu dan 10
menit sebelum pencitraan disuntik dengan Tc-99m-sestamibi, dosis 10-15
mCi.
Akuisisi data : pencitraan dinamik; matriks 64 x 64; jumlah proyeksi :
32 proyeksi (180 derajat), 30 detik/proyeksi; sudut pencitraan : RAO 35
sampai LPO 215.
Waktu : latihan fisik dan pencitraan lebih kurang 1 jam dan pencitraan
saat istirahat jam, jangka waktu antara pencitraan setelah beban dan istirahat
sekitar 3-4 jam.
F.
Penilaian
Dalam keadaan normal, distribusi radioaktivitas pada miokardium merata.
Penilaian sidik perfusi miokard diarahkan untuk mencari daerah dengan penangkapan
radioaktivitas kurang (defek perfusi) pada citra dengan beban dan istirahat. Defek
perfusi yang menetap/ireversibel (matching defect) disebabkan adanya proses nekrosis
atau jaringan parut pada miokardium. Sedangkan jika ditemukan mismatch defect,
yaitu defek perfusi pada pencitraan dengan beban dan normal atau menjadi lebih baik
pada pencitraan saat istirahat menunjukkan adanya iskemi miokard yang reversibel.
Mismatch defect yang terbalik (reverse redistribution) yaitu penangkapan
radioaktivitas dengan beban lebih baik dibandingkan dengan saat istirahat dapat
disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang berat disertai dengan kolateralisasi
yang baik.
Catatan
Sensitivitas sidik perfusi miokard dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
Daftar Pustaka
1. Masjhur, J.S., Kartamihardja, A.H.S. Buku Pedoman Tatalaksana Diagnostik
dan Terapi Kedokteran Nuklir. Bandung : Bagian ilmu Kedokteran Nuklir
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1999.
2. McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology and The
Biological Basis of Disease in Adults and Children 1998. CV Mosby
Company. 6th ed. 2010.
3. Waikar SS, Bonventre JV. Harrison's Principles of Internal Medicine. In:
Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et
al., editors. 18th ed: McGraw-Hill; 2012.