You are on page 1of 3

Rangkuman

1. Subjektif:

Pasien laki-lali, usia 51 tahun, datang dengan keluhan benjolan di leher bagian kanan sejak 3 tah

puyuh lalu membesar hingga sebesar telor bebek. Keluhan tanpa disertai nyeri menelan ataupu

Pasien jarang mengkonsumsi garam (+), sesak nafas (-), demam (-), benjolan di tempat lain (-), ja

tangan berkeringat (-), rasa penuh di ulu hati (-).Rumah pasien berada di pemukiman sedikit pend
2. Objektif:
Hasil pemeriksaan fisik
KU
Kesadaran

: Sedang
: Compos Mentis

GCS
Vital Sign :

: 456

TD
: 120/80
RR
: 26x/menit
BB : 60kg
N
:80x/menit
t
: 36,7 C
TB : 164cm
Kepala/Leher
: Normochepal, anemis(-), ikterik(-)
- Leher

BMI : 22.30

: inspeksi regio colli anterior sinistra tampak massa ukuran 4cm x 3 cm, war

mobile, nyeri tekan (-), ikut bergerak saat pasien menelan (+). Palpasi pembesaran KGB (-)
Jantung:
S1 S2 tunggal.
Paru
Vesikuler +/+, Rhonki : -/-, Whezing : -/Abdomen
Bentuk rata, Bising usus (+) Normal, Timpani di regio epigastrium, Tonus normal
Ekstremitas :
Hangat : CRT < 2
+
+

+
+

Edema: pitting (-)


-

Hasil Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Radiologis: Pemeriksaan Rontgen Leher AP/Lateral : tumor regio colli anterior k
ke kiri.

3. Assessment
Struma Nodosa Non Toxic,
ditegakkan karena ditemukan pada :

Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan benjolan di leher bagian kanan sejak 3 tahun yang

lalu membesar hingga sebesar telor bebek. Keluhan tanpa disertai nyeri menelan ataupun gang

jarang mengkonsumsi garam (+), sesak nafas (-), demam (-), benjolan di tempat lain (-), jan
tangan berkeringat (-), rasa penuh di ulu hati (-).

Pemeriksaan fisik:
Leher : inspeksi regio colli anterior sinistra tampak massa ukuran 4cm x 3 cm, warna sama den
tekan (-), ikut bergerak saat pasien menelan (+). Palpasi pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan Radiologis: Pemeriksaan Rontgen Leher AP/Lateral : tumor regio colli anterior k
ke kiri.

Hal ini sesuai dengan definisi Struma nodosa yaitu pembesaran pada kelenjar tiroid akibat adan
toxic dan non toxic. Struma nodusa non toxic merupakan struma nodusa tanpa disertai tanda-

2004). Pada penyakit struma nodusa non toxic tiroid membesar dengan lambat. Struma nodos

yang mengandung nodul tiroid yang mempunyai fungsi yang otonomik, yang menghasilkan

nodosa terhadap tubuh dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian po

dan esophagus. Struma nodosa dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophag
bernapas dan disfagia (Rehman, dkk 2006).

CKD dimana: kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa penurunan l

ml/menit/1,73m2, dengan manifestasi : kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal term

kelainan dalam tes pencitraan. Dan sesuai dengan gejala, walaupun pada tahap awal gagal ginjal

ginjal masih bisa beradaptasi dalam menjalankan fungsinya. Pada tahap lanjut, gagal ginjal kron

lemas, letih, lesu dan sesak napas. Terjadi penumpukan cairan tubuh yang lebih banyak lagi seh

bagian tubuh. Beberapa pasien memberikan gajala yang disebabkan keadaan uremik (kadar ure
muntah dan perubahan status mental (ensefalopati), disertai ketidakseimbangan elektrolit

Akar masalah utama pada pasien adalah DM yang menyebabkan nefrosklerosis. Secara pat

perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal dan kerusakan glomerulus. Berawal dari defis

hidup yang buruk sehingga menyebabkan menurunnya pemakaian glukosa oleh sel, terjadilah

terjadi osmotik diuresis yang berkelanjutan menyebabkan dehidrasi, kompensasi yang terjad

darah, maka lama kelamaan akan menyebabkan aterosklerosis, yang berakibat langsung seca

jantung, serebri dan ektremitas, maupun mikrovaskuler misalnya pada retina dan ginjal. Pad
berkepanjangan menyebabkan nefropati yang mengakibatkan gagal ginjal.

Ada lima klasifikasi stadium CKD berdasarkan NKF-K/DOQI, stadium 1 apabila G


normal/meningkat, st. 2 bila GFR 60-89 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan, St. 3

penurunan GFR sedang, St. 4 dengan GFR 15-29 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR bera
ginjal.

Pasien ini berdasarkan rumus perhitungan GFR (LFG Laju Fungsi Glomerulus) = (140 us
GFR < 15 ).

72 x

Karena adanya stadium ini, akan mempengaruhi terapi dan tindakan selanjutnya.
4. Planning
Diagnosis: Struma Nodusa Non Toksik
Pengobatan: O2 3L/mnt, IVFD D5% 7 tpm, Inj. Ranitidine 2x1 amp, Inj. Lasix 2x1 amp, Captopril
urin.

Terapi Nutrisi: Protein 1,1 - 1,2 gr/kg BBI/hari, 50 % protein hewani dan 50 % protein nabati, Kalsiu

ada penimbunan air dalam jaringan tubuh (edema) dan tekanan darah tinggi, Kalium dibatasi teruta

kalium darah lebih dari 5,5 mEq/L,, Jumlah asupan cairan = jumlah urin 24 jam + (500 ml s/d 750 m
Konsultasi: Dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.
Rujukan: Pada pasien ini dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam
Kontrol:
Kegiatan
- Edukasi gejala klinis, diagnosis,

Periode
- Pasien Rawat Inap

Hasil ya
-

penyebab, faktor resiko, dan


pengobatan serta merujuk pasien ke
bagian Spesialis penyakit dalam agar
mendapatkan penatalaksanaan lebih
-

lanjut
Edukasi terapi medikamentosa dan
terapi nutrisi

Pasien Rawat Inap dan Kontrol

You might also like