Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan gulma disuatu lahan budidaya dapat mengganggu tanaman
dalam menyerap unsur hara maupun cahaya matahari. Perlunya pengendalian
terhadap gulma menjadikan banyaknya bermacam pengendalian yang dapat
dilakukan, yaitu cara mekanik, kultur teknik, kimia dan biologi. Namun berdasarkan
efek yang akan ditimbulkan dengan penggunaan berbagai macam cara tersebut, kita
harus lebih memikirkan dampak yang lebih menguntungkan bagi tanaman budidaya
dan lingkungan sekitar. Usaha dalam pengendalian gulma sebisa mungkin tidak
menyebabkan pencemaran pada lingkungan sekitar, untuk itu
pemilihan cara
dicampur dengan berbagai bahan lain agar dapat menjadi bioherbisida yang sesuai.
Pengendalin gulma dengan cara bioherbisida ini tidak menyebabkan residu bagi
tanaman ataupun lingkungan sehingga dapat dijadikan pilihan yang baik bagi
pengendalian gulma.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui, menganalisa dan
memahami pembuatan bioherbisida yang selektif mengendalikan gulma tanpa adanya
dampak negatif residu bagi tanaman budidaya ataupun lingkungan sekitar.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau
pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman
dengan panjang 2mm.
Mikania micrantha atau sering disebut dengan sembung rambat, merupakan
gulma tahunan yang penting pada areal perkebunan karet, gulma ini termasuk
kedalam Kingdom : Plantae Phylum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo :
Asterales Famili : Asteraceae Genus : Mikania Species : Mikania micrantha Kunth..
Gulma mempunyai ciri tumbuh merambat, sering membentuk jalinan sheet, daun
berbentuk hati, perbungaan longgar berwarna putih, tumbuh dari ketiak daun dan
ujung batang. Mudah berkembang biak baik melalui biji maupun stek. Kemampuan
tumbuh potongan batang sebagai stek melebihi 95%. Panjang batang mencapai 3-6 m
(Anonymous, 2015).
Sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan salah satu gulma yang
dapat mengurangi pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman budidaya
(Priwiratama, 2011). Kehilangan hasil sembung rambat sulit dikendalikan (Teoh et
al., 1985 dalam Cock et al., 2000 akibat invasi M. micrantha misalnya pada tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat mencapai 20%, pada tanaman karet (Hevea
brasiliensis) mencapai 27-29% serta pada tanaman gandum (Triticum aestivum) yang
mencapai 28% . Sifat invasi yang kuat dari gulma ini menjadikan).
M. micrantha memiliki senyawa alelokimia berupa fenol, flavonoid dan
terpenoid. Senyawa tersebut menghambat pertumbuhan tumbuhan lain sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bioherbisida (Perez et al., 2010). Berdasarkan penelitian
Pebriyani et al. (2013), daun M. micrantha dapat menghambat perkecambahan biji
dan pertumbuhan gulma maman ungu (Cleomerutidosperma) dan rumput bahia
(Paspalumnotatum) pada konsentrasi ekstrak 0,15 (g/ml). Penelitian Ismail dan Moo
(1994) juga menunjukkan pengaruh senyawa fenol dan flavonoid pada M. micrantha
yang menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan dari gulma rumput johor
(Asystasia gangetica), rumput jarum (Chrysopogon aciculatus) dan jukut pahit.
2.2Dampak Allelopati Terhadap Tanaman
Alelopati ialah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I
wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I
wayan Sumberartha (2001) alelopati ialah suatu peristiwa dimana suatu individu
tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis
yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai
digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif
dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan
pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat
pada suatu jenis tumbuhan.
Dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawasenyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar,
rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa
tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui
Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) menyebutkan bahwa senyawasenyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan
unsur hara, penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses
respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih lanjut,
Moenandir (1988) menjelaskan tentang pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan
tanaman adalah sebagai berikut:
Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapanion-ion oleh tumbuhan. Beberapaalelopat
menghambat
pembelahan
menghambat
pertumbuhan
sel-sel
yaitu
akar
tumbuhan.Beberapa
dengan
mempengaruhi
alelopat
dapat
pembesaran
sel
Salah satu alternatif usaha pemberantasan gulma pertanian dan perkebunan adalah
menggunakan bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan
aktifnya dapat berupa hasil metabolisme jasad renik atau jasad renik itu sendiri.
Serangga yang merupakan musuh alami dari tumbuhan pengganggu dapat juga
dikategorikan sebagai bioherbisida. Bioherbisida belum banyak digunakan dalam
usaha pertanian maupun perkebunan, tetapi sudah banyak penelitian yang dilakukan
mengenai prospek penggunaan bioherbisida.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Aplikasi Herbisida
Waktu aplikasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor
internal ialah faktor yang terdapat dalam gulma itu sendiri, yakni fase pertumbuhan
gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu aplikasi herbisida yang paling tepat
adalah pada saat gulma masih muda (saat pertumbuhan optimal) dan belum
memasuki perumbuhan generatif (berbunga). Pada fase ini, penyerapan bahan aktif
herbisida yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif. Bila terlalu tebal atau
tua, sebaiknya gulma dibabat (slashing) terlebih dahulu. Setelah daun-daun muda
tumbuh dan terbentuk sempurna, aplikasi herbisida dapat dilakukan (Barus, 2003).
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi aplikasi herbisida, misalnya curah hujan, angin, sinar
magtahari dan lain-lain. Curah hujan dapat menyebabkan bahan aktif herbisida
tercuci, angin yang kencang dapat menerbangkan butiran-butiran larutan herbisida
dan sinar matahari yang terik dapat menyebabkan terjadinta penguapan larutan
herbisida yang diaplikasikan (Barus, 2003).
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum bioherbisida dilakukan pada hari Sabtu, 09 Mei 2015 yang
berlokasi di kebun percobaan Ngijo, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,
Malang. Pembuatan bioherbisida dilakukan pada tanggal 09 Mei 2015 sedangkan
aplikasi bioherbisida dilakukan pada tanggal 11-24 Mei 2015.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Ember
2. Cobek
3. Sabit
4.
5.
6.
7.
Sprayer
Botol
Kayu
Karung
3.2.2 Bahan
1. Daun sembung rambat (M. micrantha) : sebagai bahan dasar bioherbisida
2. Detergen 2 sendok
: sebagai perekat herbisida sehingga dapat menempel
pada daun yang diaplikasikan
3. Alkohol 50 ml : sebagai palarut ekstrak sembung rambat
4. Air 4 liter
: sebagai pelarut
5. Minyak tanah : sebagai perekat bioherbisida
6. Gulma maman ungu (Cleome rutidosperma D.C) dan rumput bahia
(Paspalum notatum Flugge) : sebagai bahan yang diamati saat aplikasi
bioherbisida
MMAD Ppoenlk emi ukg masamb p uenierkatatantsaaii nasefiekp ekd ksanant ri av alki taa ts d b ani o h er b i s i d a d en g an i n t e r v al 2
bs e i moahh b eranu nb gyi s anir da gam :akb atanp add i aa m at i
hm areni cats e k a alt ih ass e il a m a h ar i k e- 1 4 ap l i k as i
p er l a k u an
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi bioherbisida Mikania micrantha pada gulma maman ungu (Cleome
rutidosperma D.C) dan rumput bahia (Paspalum notatum Flugge).
kemampuan menghambat perkecambahan biji maman ungu dan rumput bahia, yang
ditunjukkan dengan menurunnya persentase perkecambahan. Konsentrasi ekstrak 15%
merupakan konsentrasi rendah yang sudah mampu menghambat perkecambahan biji
gulma maman ungu, sedangkan pada rumput bahia pengaruh penghambatan
mulai
terjadi pada konsentrasi 22,5%. Selain itu, menurut hasil penelitian Ismail dan Moo
(1994) juga menunjukkan pengaruh senyawa fenol dan flavonoid pada M. micrantha
yang menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan dari gulma rumput johor
(Asystasia gangetica), rumput jarum (Chrysopogon aciculatus) dan jukut pahit
(Paspalum conjugatum). Penelitian Lasmini (2008) dalam Riskitavani dan Purwani
(2013), menyatakan senyawa alelokimia dari tajuk M. micrantha dapat memberikan
efek fitotoksisitas dan berat basah pada rumput teki (Cyperus rotundus). Menurut
hasil penelitian Hamidah (2015) hasil penelitian menunjukkan bahwa selain dapat
menurunkan persentase perkecambahan, ekstrak M. micrantha dapat mempengaruhi
panjang kecambah Melastoma affine. Panjang kecambah M. affine mengalami
penurunan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak M. micrantha yang diberikan.
Konsentrasi ekstrak 1,5 (g/ml) merupakan penghambat paling kuat yang dinyatakan
dengan tidak terjadi perkecambahan.
Sehingga pemberian bioherbisida saat pertumbuhan gulma maman ungu dan
rumput bahagia kurang tepat karena menurut beberapa hasil penelitian tersebut ektrak
M. micrantha efektif diberikan saat perkecambahan gulma. Penghambatan
perkecambahan disebabkan penghambatan alelokimia terhadap kerja hormon yang
berperan dalam perkecambahan biji. Rice (1984) menyatakan bahwa alelokimia yang
diserap oleh biji bersama air akan menghambat sintesis hormon giberelin pada biji.
Terhambatnya sintesis giberelin akan menurunkan kerja enzim penghidrolisis bahan
organik dalam endosperma sebagai cadangan makanan bagi embrio.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
M. micrantha memiliki senyawa alelokimia berupa fenol, flavonoid dan
mengetahui
efektivitas
aplikasi
bioherbisida
mengendalikan
pertumbuhan gulma di lahan budidaya maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggabungkan tumbuhan lain yang mengandung allelopati yang berpotensi
sebagai bioherbisida. Selain itu, perlu dilakukan percobaan dengan variasi konsentrasi
ekstrak sembung rambat yang beranekaragam sehingga didapatkan dosis yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2015. http://kliniksawit.com/gulma-sawit/mikania.html.
Diakses pada tanggal 12 mei 2015
(online).