Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sindroma Horner merupakan akibat dari terganggunya suplai persarafan
simpatis ke mata dan bercirikan dengan triad klasik antara lain miosis, ptosis
parsial dan anhidrosis hemifasial. Sindroma Horner merupakan pertanda dari
masalah medis seperti tumor, cedera sumsum tulang belakang atau stroke yang
merusak saraf di wajah. Terkadang kasus penyebab utamanya tidak dapat
ditemukan karena sindroma Horner sebenarnya bukanlah penyakit. Sindroma
Horner tidak mempunyai penatalaksanaan spesifik. Namun jika dimungkinkan,
penatalaksanaan diarahkan pada penyebab utamanya.1,2
Orang pertama yang memperkenalkan sindroma ini adalah Johann
Friedrich Horner, seorang ahli oftalmologi berkebangsaan Swiss (1831 1886).
Dimana ia menemukan beberapa kelainan dari gejala klinis pada orang yang
terpengaruhi luas. Kelainan tersebut sangat khas, yaitu adanya ptosis parsial,
miosis ipsilateral, enophtalmos, dan anhidrosis hemifasial. 1,2
Dalam suatu rangkaian kasus besar, 40% dari kasus sindroma Horner yang
tidak diketahui diagnosisnya, dianggap berhubungan dengan penyakit vaskular.
Dari sisa 270 pasien, 13% berhubungan dengan lesi sentral, 44% lesi
preganglionik, dan 43% lesi postganglionik. Pada anak, penyebab sindroma
Horner terutama berhubungan dengan kongenital atau lesi didapat/post-operasi. 1
Sindroma Horner preganglionik mengindikasikan keparahan patologi yang
mendasari dan berhubungan dengan insidensi tinggi malignansi. Keterlibatan
postganglionik mempunyai penyebab primer benigna.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom Horner adalah suatu sindrom yang terdiri dari kelainan berupa
masuknya bola mata, ptosis kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik,
kontraksi dari pupil, penyempitan dari fissura palpebra, anhidrosis dan warna
kemerahan di sisi wajah yang sakit, disebabkan oleh paralisa saraf-saraf simpatis
servikal.3
Sindroma Horner juga disebut dengan Bernards Syndrome, BernardHorners Syndrome dan Horners Ptosis. 3
2.2 Etiologi
Sindrom Horner terutama disebabkan oleh adanya kerusakan pada jalur
saraf simpatis. 2,9,11
a. Sentral: Tumor
Ensefalitis
Difus ensefalitis
Penyebab sentral yang paling sering teridentifikasi adalah infark dari arteri
cerebellar posterior inferior atau penyumbatan arteri vetebralis distal yang
menghasilkan sindroma medullary lateral (gambar 10). Pasien ini juga
mengeluhkan vertigo, kesulitan menelan, mati rasa wajah unilateral, dan
kehilangan sensasi nyeri dan suhu pada tungkai yang berlawanan. Tandatanda sensoris atau motorik tersilang sangat mungkin dari sebuah lesi batang
otak. Patologi dalam otak tengah menghasilakan lumpuhnya saraf keempat
kontralateral. Tumor, trauma, stroke, dan penyakit vaskular lainnya, seperti
malformasi arteriovenosus, yang dapat meliputi otak dan spinal cord,
semuanya telah terlibat. Penyebab yang lebih jarang meliputi acute
disseminated encephalomyelitis. 1
b. Perifer - Preganglionik: Syringomyelia
Difus ensefalitis
Trauma
Tumor rhinopharyngeal
Goiter
Aneurisma
Proses di apeks paru - Pancoasts Syndrome
(kerusakan pleksus brachialis)
Sindroma Horner preganglionik sering disebabkan oleh trauma atau tumor.
Avulsi akar saraf mengganggu jalur simpatik dapat menghasilkan gejala
mencapai distribusi plexus brachialis. Pada bayi baru lahir, penyebab
iatrogenik seperti persalinan dengan forcep dapat bertanggung jawab. Tumor
di apeks (puncak) paru-paru, tumor Pancoast dan tumor neurogenik (gambar
11) merupakan yang paling sering berhubungan. Hal ini lebih sering ganas
daripada jinak. 1
Penyebab lain termasuk paraganglioma dari rantai simpatik antara lain
kista
hidatidosa,
insersi
drain
intercostal,
anestesi
blok
regional,
sentral
dari
vasomotor
ganglion
servikal
superior, lalu
berjalan di
dam
kelenjar keringat pada wajah. Serabut pupillomotor naik sepanjang arteri karotis
interna, masuk ke sinus kavernosa. Kemudian, serabut meninggalkan pleksus
karotis untuk bergabung dengan N. Abducens (VI) pada sinus kavernosus dan
masuk orbita melalui fisura orbital superior bersama dengan cabang oftalmik dari
N. trigeminus (V1) melalui N. ciliary longus. Kemudian menginervasi dilator iris
dan otot Mller.6
Miosis (perbedaan sekitar 1-2mm) karena kegagalan dari otot dilator pupillae.
Ptosis (perbedaan sekitar 1-2mm karena kegagalan dari otot Mller.
Enophthalmos karena kegagalan retraktor kelopak mata bawah yang belum
sempurna. Hal ini membuat mata tampak lebih kecil. Kondisi ini hanya
Pencitraan
Pencitraan dapat dilakukan bersamaan dengan
konsultasi medis