Professional Documents
Culture Documents
2), 3)
Jurusan Akupuntur
ABSTRAK
Chito-Oligosaccharida (COS), suatu senyawa kompleks golongan glikoprotein yang memiliki
ikatan 1,4- glukosamin, sebagai senyawa turunan hasil proses deasetilasi kitosan dari
limbah kulit Crustaceae, bersifat polikationik yang mampu melindungi protein dan menekan
laju pertumbuhan bakteri pathogen. Contoh bakteri patogen di bidang klinis yaitu
Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Tujuan penelitian adalah
mengetahui aktivitas antibakterial Chito-Oligosakarida terhadap Escherichia coli ATCC
25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella typhi secara in vitro. Metode
penelitian meliputi uji aktivitas antibakteri yaitu metode difusi dan dilusi. Parameter analisis
metode difusi berdasarkan pengukuran diameter daerah hambatan sedangkan metode dilusi
berdasarkan penentuan KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) dan KBM (Konsentrasi Bunuh
Minimal). Hasil penelitian menunjukkan Chito-Oligosaccharida (COS) hasil sintesis dari
limbah perikanan, mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli ATCC 25922,
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella typhi secara in vitro
Kata kunci : antibakteri, Chito-Oligosakarida, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Salmonella typhi.
ABSTRACT
Chito-Oligosaccharida (COS) is complex substance a group glycoprotein, linked 1,4 Nacetylglucosamine and deacetylated derivative of chitosan the main source of chitin is
crustacean especially shrimp shell as polycationic of protein protective dan supressed of
growth value bacterial pathogen as by as Escherichia coli, Staphylococcus aureus and
Salmonella typhi. This research aimed to examine the the antibacterial activity against
Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Salmonella typhi by
in vitro. The method used in this experiment was diffusion and dilution method using agar
medium and serial dilution media that being made wells for positive control, negative control,
and for test solutions with concentrations series. The obtained result of the experiment was
that Chitooligosaccharide could inhibit the growth of Escherichia coli ATCC 25922,
Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Salmonella typhi
Keywords : antibacterial. Chito-Oligosakarida, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Salmonella typhi.
PENDAHULUAN
Kitosan merupakan senyawa turunan kitin yang merupakan senyawa penyusun rangka luar
hewan berkaki banyak seperti kepiting, ketam, udang dan serangga. Secarastruktur kimia,
kitosan adalah kitin yang telah mengalami deasetilasi (kehilangan gugus asetil). Adanya
gugus amina ini menjadikan kitosan bermuatan parsial positif kuat. Hal ini menyebabkan
kitosan dapat menarik molekul-molekul yang bermuatan parsial negative seperti minyak,
lemak dan protein sehingga kitosan banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang sebagai
adsorben, antihiperglikemia, antikolesterolemia [8]
Chito-Oligosakarida (COS) adalah senyawa kompleks golongan glikoprotein yang memiliki
ikatan 1,4 glukosamin dan mampu bersifat antimikrobia, menurunkan kadar kolesterol serta
bersifat imunostimulan. COS mempunyai keunikan yaitu bersifat polikationik yang mampu
melindungi protein dan menekan laju pertumbuhan bakteri patogen. COS sebagai satu
bahan yang berpotensi sebagai antibiotik alternatif memiliki nilai lebih aman tanpa
menimbulkan residu. Hasil penelitian Yang Wang dkk (2007) menunjukkan bahwa
Chitooligosakarida hasil sintesa chitosanase dari Pseudomonas CUY 8 mampu bersifat
antimikrobia yang tergantung pada derajat deasetilasinya [9, 11. 20]
Beberapa bakteri patogen diantaranya Escherichia coli, Salmonella typhi dan
Staphyloccocus aureus dapat menimbulkan infeksi dan intoksikasi pada manusia.
Escherichia coli, Staphyloccocus aureus dan Salmonella typhi dapat menyebabkan
terjadinya enteritis dengan gejala timbulnya diare. [1,2,] Habitat Escherichia coli secara
alamiah hidup pada saluran gastrointestinal hewan berdarah panas dan manusia. Bakteri ini
dapat menjadi patogen bila mencapai jaringan di luar saluran air kemih, saluran empedu,
paru-paru atau otak yang menyebabkan peradangan pada tempat tersebut [4,5,6].
Pengukuran aktivitas
antibakteri dapat dilakukan dengan
metode in
vitro
untuk
menentukan potensi suatu
zat antibakteri dalam larutan,
konsentrasi
suatu
zat
antibakteri terhadap cairan badan dan jaringan, dan kepekaan suatu bakteri terhadap
konsentrasi yang dikenai. Penentuan kepekaan bakteri terhadap antibakteri dapat dilakukan
dengan metode difusi dan dilusi [3,7]. Metode difusi adalah suatu uji aktivitas antibakteri
dengan menggunakan suatu cakram kertas saring, yaitu suatu cawan yang berliang renik
dan suatu silinder tidak beralas yang mengelilingi obat dalam jumlah tertentu ditempatkan
pada pembenihan padat yang telah ditanami dengan biakan tebal bakteri yang diperiksa
setelah pengeraman. Garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap
sebagai ukuran kekuatan hambatan terhadap bakteri yang diperiksa [2, 10]. Metode dilusi
adalah suatu uji aktivitas antibakteri dimana sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam
medium bakteriologi padat atau cair, biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat. Metode
dilusi bermanfaat untuk mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji.
No.
Parameter
Bahan
Akuadest
Standart
Kepiting
Udang
1.
% Rendemen
51,36
5,98
2.
% Kelarutan
90,64
58,59
30,29
3.
Derajad Deasetilasi
88,60
80,87
79,98
4.
Viscositas (centipoise)
100
111
122
144
160
140
120
100
Akuadest
80
Standart
60
Kepiting
40
20
Udang
0
Rendemen
Kelarutan Derajat
Viskositas
Deasetilasi
Grafik
1. Hasil Analisis Mutu COS
Pengukuran Rendemen
Rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara berat COS dengan berat limbah kulit
kepiting, menggunakan rumus :
Berat COS
Rendemen = ---------------------------------------------- x 100 % Berat limbah kepiting (berat awal)
Prosentase rendemen berupa tepung kering kulit kepiting (51,36%) lebih tinggi daripada kulit
udang (5,98%). Hal ini disebabkan karena proses demineralisasi dan deproteinasi terhadap
senyawa kitin. Kandungan kitin dari kulit kepiting lebih tinggi dari kulit udang.
Uji Kelarutan
COS 0,5 % dilarutkan dalam asam asetat 1 %, lalu difiltrasi. Persentase kelarutan COS
ditunjukkan dengan berat COS tersisa dibandingkan dengan COS awal. Kelarutan
berhubungan erat dengan derajat deasetilasi. Deasetilasi akan memotong gugus asetil pada
kitin, menyisakan gugus amina. Adanya atom H pada amina memudahkan interaksi dengan
air melalui ikatan hidrogen. Gugus karboksil dalam asam asetat memudahkan kelarutan kitin
dan kitosan karena adanya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina
dari keduanya [4,10].
Derajat Deasetilasi
Pengukuran derajat deasetilasi COS ditentukan dengan metode Spektroskopi UV turunan
pertama pada panjang gelombang 202 nm. Selanjutnya dibuat kurva standar N-asetil
glukosamin yang menunjukkan derajat asetilasi. Persentase derajat deasetilasi dihitung
dengan perhitungan sebagai berikut :
% Derajat deasetilasi = 100 {derajat asetilasi} x 100 %
Derajat deasetilasi COS kepiting lebih tinggi (80,87 %) daripada COS udang (79,98 %), hal
ini menyebabkan kelarutan COS dari kulit kepiting (58,59 %) dalam asam asetat 1% lebih
tinggi daripada kelarutan COS dari kulit udang (30,29 %)
Viskositas
Viskositas diukur menggunakan alat viscometer. Sebagai blanko digunakan asam asetat
aqueous 0,1 M dan sodium asetat 0,25 M. COS kulit udang menunjukkan viskositas lebih
tinggi daripada COS dari kulit kepiting. Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan polimer
untuk meningkatkan viskositas larutan. Berat molekul berhubungan dengan derajat
polimerisasi. Polimer rantai lurus seperti kitosan menunjukkan peningkatan densitas jika
derajat polimerisasi bertambah dan viskositas intrinsik bertambah [7].
Konsentrasi
Diameter hambatan (cm)
No
Bahan
Kode
Ratio
E. coli
S. aureus
(%)
S. typhi
ATCC 25922
ATCC 25923
1
1:1
50
3,20
4,10
2,10
1.
Sampel
2
1:2
33,3
2,50
3,20
1,50
COS (A)
3
1:3
25
2,10
2,10
0,80
4
1:4
20
1,20
1,50
0,50
1
1:1
50
4,00
4,50
2,50
2
Standart
2
1:2
33,3
2,60
4,00
2,00
COS (B)
3
1:3
25
2,20
2,50
1,10
4
1:4
20
1,50
1,50
0,70
4
0
3.5
A
B
C
D
3
4.5
2.5
2.5
COS A
1.5
COS B
3.5
2
0.5
COS B
COS B
1.5
1.5
2.5
COS A
COS A
0.5
0.5
A
B
C
D
0
A
B
C
D
E. coli S. aureus
S. typhi
disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri dan kapang. Salah satu mekanisme yang mungkin terjadi yaitu molekul kitosan memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan senyawa pada permukaan sel bakteri kemudian
teradsorbi membentuk semacam layer (lapisan) yang menghambat saluran transportasi sel
sehingga sel mengalami kekurangan substansi untuk berkembang dan mengakibatkan matinya
sel [12, 13,14,15]
Hasil pengujian aktivitas anti bakteri metode difusi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jenis media yang digunakan, jumlah inokulum, sifat mikrobia dan kelarutan senyawa uji. Jenis
media mempengaruhi kemampuan tumbuh dari mikroba uji yaitu faktor sterilitas dan fertilitas
media. Jumlah inokulum berkaitan dengan kepadatan sel dalam suspensi sel yang digunakan.
Sifat mikroba berkaitan dengan morfologis dan fisiologis mikroba yang dipengaruhi oleh gen
tersebut. Kelarutan senyawa uji meliputi kemampuan untuk terdifusi ke dalam media agar, hal ini
berhubungan dengan polaritas senyawa uji. COS sulit larut dalam air sehingga untuk dapat
berpotensi sebagai anti bakteri maka digunakan pelarut yang sesuai yaitu asam asetat 1 %.
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Dilusi
Hasil pengujian aktivitas antibakteri COS sampel terhadap Escherichia coli ATCC 25922,
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella typhi secara in vitro menunjukkan KHM dan
KBM COS sampel berturut-turut 6,25 % b/v; 3,125 % b/v dan 25 % b/v. Sedangkan KHM dan
KBM COS standart 6,25; 3,125 % b/v dan 25 % b/v. Hal ini menunjukkan bahwa KHM dan KBM
COS standart lebih tinggi daripada COS sampel.
KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) pada percobaan ini tidak dapat ditentukan disebabkan
sampel COS berwarna putih sehingga tidak dapat diamati berdasarkan kejernihan media.
Penentuan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) dilakukan inokulasi secara goresan pada media
selektif yaitu pada Endo Agar (E. coli), Vogel Johnson Agar (S.aureus) dan Bismuth Sulfit Agar
(S. typhi) untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuahan mikrob
Tabel 2. Pengujian Aktivitas Anti Bakteri Metode Difusi Terhadap Escherichia coli ATCC 25922,
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella typhi secara in vitro Metode Dilusi
COS Sampel
COS Standart
Konsentrasi
E. coli
S. aureus
S. typhi
E. coli
S. aureus
S. typhi
No
(% b/v)
ATCC
ATCC
ATCC
ATCC
25922
25923
(C)
25922
25923
(C)
(A)
(B)
(A)
(B)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
Kontrol
-
negative
2
50
-
3
25
4
12,5
+
+
+
5
6,25
+
+
+
6
3,125
+
+
+
+
+
+
7
1,563
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
8
0,782
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
9
0,391
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10
Kontrol
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
positif
25
2
0
1
5
1
0
5
0
AB
C
Gr
afi
k
3.
KH
M
da
n
KB
M
dar
i
E.
col
i,
S.
au
re
us
da
n
S.
typ
hi
Kit
os
an
ad
ala
h
pol
isa
kar
ida
ya
ng
ba
ny
ak
ter
da
pat
di
ala
m
set
ela
h
sel
ulo
sa.
Ke
ber
ad
aa
n
khi
tos
an
di
ala
m
ter
uta
ma
ter
da
pat
se
ba
gai
lim
ba
h
dar
i
kul
it
ud
an
g
da
n
ke
piti
ng.
Pe
ma
nfa
ata
n
lim
ba
h
kul
it
ke
piti
ng
se
ba
gai
kit
os
an
sel
ain
da
pat
me
ng
ata
si
ma
sal
ah
lin
gk
un
ga
n
jug
a
da
pat
me
nai
kk
an
nil
ai
ta
mb
ah
ba
gi
nel
ay
an,
me
ngi
ng
at
sa
at
ini
lim
ba
h
kul
it
ke
piti
ng
bel
um
di
ma
nfa
aat
ka
n
se
car
a
ma
ksi
ma
l.
Kit
os
an
me
mp
un
yai
sif
at
sp
esi
fik
yai
tu
sif
at
bio
akt
if,
bio
ko
mp
ati
bel
,
pe
ng
kel
at,
ant
i
ba
kte
ri
da
n
da
pat
ter
bio
de
gra
da
si.
[8,
19,
20]
.
Be
rda
sar
ka
n
hal
ter
se
but
ma
ka
pe
ng
gu
na
an
C
OS
se
ba
gai
ba
ha
n
ant
i
ba
kte
ri
da
pat
dia
pli
ka
sik
an
dal
am
ber
ba
gai
bid
an
g.
Ha
l
ini
kar
en
a
C
OS
se
ba
gai
ha
sil
de
gra
da
si
kit
os
an
da
n
kit
os
an
se
ba
gai
ha
sil
de
gra
da
si
kiti
n.
Is
ol
as
i
da
n
Id
en
tifi
ka
si
Ba
kt
eri
Uji
Ga
mb
ar
1.
Ba
kte
ri
Gr
am
ne
gat
if
Ga
mb
ar
2.
Ba
kte
ri
Gr
am
po
siti
f
Ch
itoOli
go
sa
kar
ida
(C
OS
)
ha
sil
sin
tes
is
lim
ba
h
kul
it
ke
piti
ng
me
mp
un
yai
akt
ifit
as
ant
iba
kte
ri.
KH
M
da
n
KB
M
C
OS
sa
mp
el
ber
tur
uttur
ut
6,2
5
%
b/v
;
3,1
25
%
b/v
da
n
25
%
b/v
.
Se
da
ng
ka
n
KH
M
da
n
KB
M
C
OS
sta
nd
art
6,2
5;
3,1
25
%
b/v
da
n
25
%
b/v
.
Ch
itoOli
go
sa
kar
ida
(C
OS
)
pal
ing
efe
ktif
se
ba
gai
ant
iba
kte
ri
ter
ha
da
p
St
ap
hyl
oc
oc
cu
s
au
re
us
AT
C
C
25
92
3
UC
AP
AN
TE
RI
M
A
KA
SI
H
Pe
nul
is
me
ng
uc
ap
ka
n
teri
ma
ka
sih
ke
pa
da
Eni
Ru
di
Ast
uti,
Sul
ast
ri,
Ma
ya
Tri
Ast
uti
da
n
se
mu
a
pih
ak
ya
ng
tel
ah
me
mb
ant
u
pel
ak
sa
na
an
pe
nel
itia
n
ini.
DA
FT
AR
PU
ST
AK
A
Afs
et
J.E
.,
Ka
re
Be
rgh
an
d
Lar
s
Be
va
ng
er,
20
03,
Hi
gh
Pr
ev
ale
nc
e
of
Aty
pic
al
En
ter
op
at
og
eni
c
Es
ch
eri
chi
a
col
i
(E
PE
C)
in
No
rw
egi
an
Ch
ildr
en
wit
h
Di
arr
ho
ea,
Ab
str
act
Jo
ur
nal
M
edi
cal
Mi
cr
obi
olo
gy
52
:
10
15
10
19.
Bo
na
ng,
G.
da
n
Ko
es
wa
rdo
no,
E.
S.,
19
82,
Mi
kr
obi
olo
gi
Ke
do
kte
ra
n
un
tuk
La
bo
rat
ori
u
m
da
n
Kli
nik
,
Edi
si
I.
PT.
Gr
am
edi
a,
Ja
kar
ta
hal
.11
311
4.
Ch
oi
H.
J.,
Ah
n
J.,
Ki
m
N.
C.,
Kw
ak
H.
S.,
20
06.
Th
e
eff
ect
s
of
mi
cro
en
ca
ps
ula
ted
chi
too
lig
os
ac
ch
ari
de
on
ph
ysi
cal
an
d
se
ns
ory
pro
per
tie
s
of
the
mil
k.
As
ian
-
Au
str
ala
sia
n
jou
rn
al
of
ani
m
al
sci
en
ce
s
Vo
lu
m
e.
19
,
No
.9
:
13
47
13
53
Ga
nis
wa
ra,
19
95.
,
(ed
s)
Fa
rm
ak
olo
gi
da
n
Te
ra
pi,
Un
ive
rsit
as
Ind
on
esi
a,
Gr
am
edi
a,
Ind
on
esi
a,
57
157
3.
Ha
rti,
A.
S.,
da
n
Ku
su
ma
wa
ti,
I.D
,
20
07,
Op
tim
ali
sa
si
Pr
obi
oti
k
Da
la
m
Pr
ebi
oti
k,
Un
ive
rsit
as
Se
tia
Bu
di,
Su
rak
art
a
Ja
we
tz,
E.,
Va
n
de
n
Bri
nk,
R.
C.
B.,
Me
lni
ck,
J.L
.,
an
d
An
del
ber
g.
E.
A.,
19
86,
Mi
kr
obi
olo
gi
un
tuk
Pr
of
esi
Ke
se
ha
ta
n,
Edi
si
16,
Ter
je
ma
ha
n
Bo
na
ng,
CV
.
EG
C
Pe
ner
bit
Bu
ku
Ke
do
kte
ran
,
Ja
kar
ta
hal
.
17
317
4,
29
6.
Je
nie
B.
S.
L.,
20
03.
Pa
ng
an
Fu
ng
sio
nal
Pe
ny
us
un
Fl
or
a
Us
us
Ya
ng
M
en
gu
nt
un
gk
an
,
dal
am
Se
mi
nar
Se
har
i
Ke
sei
mb
an
ga
n
Flo
ra
Us
us
Ba
gi
Ke
se
hat
an
da
n
Ke
bu
gar
an,
IP
B
Bo
gor
.
Ka
ba
n
J.
20
09.
M
odi
fik
asi
Ki
mi
a
da
ri
Kit
os
an
da
n
Ap
lik
asi
Pr
od
uk
ya
ng
Di
ha
sil
ka
n
dal
am
Pid
ato
Pe
ng
uk
uh
an
Ja
bat
an
Gu
ru
Be
sar
Tet
ap
dal
am
Bid
an
g
Ki
mi
a
Or
ga
nik
Pa
da
Fa
kul
tas
MI
PA
,
Un
ive
rsit
as
Su
ma
ter
a
Ut
ara
.