You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIK POST PARTUM (HPP)


A. DEFINISI PERDARAHAN POST PARTUM
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500
ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) HPP biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E
Dongoes, 2001).
B. KLASIFIKASI PERDARAHAN POST PARTUM
1. Perdarahan
postpartum
primer/perdarahan

postpartum

dini

Merupakan semua kejadian perdarahan yang terjadi dalam 24 jam


setelah melahirkan.
2. Perdarahan postpartum

sekunder/perdarahan

postpartum

lambat

Merupakan perdarahan yang terjadi selama kasus perdarahan


postpartum yang terjadi antara 24 jam pertama setelah kelahiran bayi
dan 6 minggu masa postpartum.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari perdarahan post partum berdasarkan klasifikasi di atas,
adalah :
1. Etiologi perdarahan postpartum dini :
1) Atonia uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir
atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan
postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin

besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia
uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat
dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya
penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan
suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang
diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim,
bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa
kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum
ada kemungkinan dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah
ke rahim atau pengangkatan rahim.
Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
a.

Umur yang terlalu muda / tua

b.

Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande multipara

c.

Partus lama dan partus terlantar

d.

Uterus terlalu regang dan besar, misal pada gemelli, hidromnion /


janin besar

e.

Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada


solusio plasenta

f.

Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi

2) Robekan Jalan lahir


Robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.
Robekan jalan lahir

merupakan

penyebab

kedua

tersering

dari

perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.


Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan servik atau vagina.

Robekan jalan lahir dapat disebabkan oleh :


a. Episiotomi yang lebar
b. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik
seorang multipara berbeda dari

yang belum pernah melahirkan

pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan


dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir

lengkap

uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan

dan

perlukaan

jalan lahir,khususnya robekan servik uteri.


c. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai.Mungkin ditemukan setelah

persalinan

biasa,

tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,


terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat

pada

dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.


d. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi digaris

tengah dan

bisa menjadi luas apabila

kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar dari pada sirkum ferensia suboksipitobregmatika.
3) Hematoma
Hematoma

yang

biasanya

terdapat

pada

daerah-daerah

yang

mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum. Hematoma terjadi


karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai
warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma
yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus.
Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.

4) Sisa Plasenta dan selaput ketuban


Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus,
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka. hal ini dapat
disebabkan oleh pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) dan
tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
5) Penyakit darah
Kelainan

pembekuan

darah

misalnya

fibrinogenemia

hipofibrinogenemia.Tanda yang sering dijumpai :


a. Perdarahan yang banyak
b. Solusio plasenta.
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d. Pre eklampsia dan eklampsia.
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik.
2. Etiologi perdarahan postpartum lambat:
1) Tertinggalnya sebagian plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama
1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
b) Plasenta inkreta

: vili khorialis tumbuh lebih dalam dan

menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.


c) Plasenta akreta

vili

khorialis

tumbuh

menembus

miometrium sampai ke Serosa.


d) Plasenta perkreta

: vili khorialis tumbuh menembus serosa

atau peritoneum dinding rahim.


b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena
atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
(akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta
keluar (plasenta inkarserata). Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak
akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka

akan

terjadi perdarahan.

Ini

merupakan

indikasi

untuk segera

mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung


kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
2) Subinvolusi di daerah insersi plasenta
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum
perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,
sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap
tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia
seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu ke bentuk
lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra
dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk
rubra selama lebih dari 2 minggu pascapartum sangatlah perlu dicurigai terjadi
kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang
diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa
terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak
teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
3) Dari luka bekas seksio sesaria
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1) Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2) Grande multipara (lebih dari empat anak).
3) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4) Bekas operasi Caesar.
5) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
a) Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah
ekstraksi vakum, forsep.
b) Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan
kembar, anak besar.
c) Uterus yang kelelahan, persalinan lama, lembek akibat narkosa.
d) Inversi uteri primer dan sekunder.
D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). Gejala
yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.Gejala yang kadangkadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c.
Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat
putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadangkadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e.
Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan
pucat

E. PATOFISIOLOGI
Selama masa kehamilan banyak sekali sinus-sinus darah terbentuk di
bawah plasenta. Setelah persalinan otot uterus berkontraksi, gerakannya
menutup pembuluh darah, dan mencegah kehilangan banyak darah. Bila
terdapat jaringan dalam uterus atau bila otonya terlampau teregang, uterus
tidak dapat berkontraksi dengan sempurna dan mengakibatkan hemoragik atau
perdarahan. Oleh karena itu, plasenta tertahan, inversi uterus, dan tumor dapat
menyebabkan perdarahan postpartum serius.

Ketika terdapat laserasi (robekan) servik atau vagina yang merupakan


tempat darah mengalir, tidak ada kontraksi uterus yang dapat menghentikan
hemoragik atau perdarahan. Setelah persalinan dokter menginpeksi jalan lahir
dengan ketat untuk mengetahui adanya laserasi. Bila didapati hal tersebut,
maka keadaan diperbaiki dengan cepat. Kadang-kadang pembuluh darah yang
masih terbuka tidak terlihat dan masih mengakibatan hemoragi lanjutan.

F. PATHWAYS
Trauma
Jalan
lahir
Episiotomi yang lebar,
Laserasi
perineum,
vagina
dan
serviks,
Ruptur

Kegagalan
kompresi
pembuluh
darah,
Miometrium hipotonus,
Retensi sisa plasenta

Gangguan Koagulasi

Perdarahan

Kehilangan vaskuler
yang berlebihan
Ginjal mengeluarkan
eritopoetin
MK: Syok Hipovolemik
(Kurang suplai)

Paru
Intake O2 mnurun

Gangguan Sirkulasi

Hipoksia

Tidak terkompensasi
Perifer
Pucat, kulit dingin
MK : perubahan
perfusi jaringan b.d
hipovolemik
Keterlambatan
pengisian kapiler

Kompensasi jantung
MK : Kekurangan
volume cairan b.d
kehilangan vaskuler
Takikardi
hipertropi
berlebihan
Hematoma porsi atas
vagina

Sianosis Respiratorik

Vasokonstriksi
MK : Gangguan
pada pola eliminasi
GFR menurun

MK : Gangguan
pada pola nafas

Nyeri, kemerahan,
edema

G. KOMPLIKASI PERDARAHAN POST PARTUM


Urine output menurun
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :
MK : Nyeri,
1. Syok hemoragik
Akibat terjadinya perdarahan,
ibu akan
mengalami syok dan menurunnya kesadaran
Resiko tinggi
infeksi
Takipnea, dyspnea
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah
Oliguri

ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis
tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah
di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut

menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai
syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan
nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem
endokrin

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PERDARAHAN POST PARTUM
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir,
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi
sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan
mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular

3. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi
4. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain
c. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari
1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum
pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah
buahan.
2. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan
peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan
mengganti balutan atau duk

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak
hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca
partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen
: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin
partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal.
Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C 370 C),
terjadi penurunan akibat hipovolemia
3) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
4) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
5) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak
normal.
6) Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Pengkajian ini meliputi :
- Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
- Sistem vaskuler

Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian


tiap 8 jam berikutnya
Tensi diawasi tiap 8 jam
Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan
merah
Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
- Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post
partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi
fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap
warna, banyak dan bau
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda
infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran
dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi
lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan
dan obstipasi
Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
1.
berlebihan
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
2.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis
3.

4.
5.

cairan
tubuh, penurunan Hb
Nyeri akut berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan
Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan GFR menurun

6.

Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekurangan intake


O2

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.

Diagnosa
Kekurangan

Tujuan
Volume cairan

Rencana Tindakan
a. Tinjau ulang catatan

volume

adekuat dengan

kehamilan dan persalinan,

membuat rencana

cairan

kriteria hasil: - TTV

perhatikan faktor-faktor

perawatan yang tepat d

berhubungan

stabil

penyebab atau

memberikan kesempata

dengan

- Pengisian kapiler

memperberat perdarahan

untuk mencegah terjadi

kehilangan

cepat

seperti laserasi, retensio

vaskuler

- Haluaran urine

plasenta, sepsis, abrupsio

yang
berlebihan

adekuat

plasenta, emboli cairan


amnion.
b. Kaji dan catat jumlah, tipe
dan sisi perdarahan ;
timbang dan hitung
pembalut ; simpan bekuan
darah, dan jaringan untuk
dievaluasi oleh dokter.
c. Kaji lokasi uterus dan
derajat kontraktilitas
uterus. Dengan perlahan
masase penonjolan uterus
dengan satu tangan sambil
menempatakan tangan
kedua tepat diatas simfisis
pubis
d. Perhatikan hipotensi /
takikardia, perlambatan
pengisian kapiler atau
sianosis dasar, kuku,
membran mukosa dan

Rasional
a. Membantu dalam

komplikasi
b. Perkiraan kehilangan

darah, arterial versus ve

dan adanya bekuan-bek

membantu menentukan

kebutuhan penggantian
c. Derajat kontraktilitas

uterus dan miometrium


daoat menurunkan

kehilangan darah.
Penempatan satu tangan
diatas simfisis pubis

mencegah kemungkina
inversi uterus selama
masase
d. Tanda-tanda ini
menunjukkan syok
hipovolemik dan

terjadinya syok
e. Memberikan pengukura

lebih langsung dari volu

sirkulasi dan kebutuhan


penggantian
f. Memperkirakan luas

bibir.
e. Pantau parameter

kehilangan cairan
g. Meningkatkan relaksas

hemodinamik, seperti

menurunkan ansietas, d

tekanan vena sentral atau

kebutuhan metabolik

tekanan bagi arteri


f.

pulmonal, bila ada


Pantau masukan aturan
puasa saat menentukan

status/kebutuhan klien.
g. Berikan lingkungan yang
tenang dan dukungan
psikologis
2.

Perubahan

Tidak terjadi perfusi

perfusi

jaringan dengan

jaringan

kriteria hasil :

berhubungan

Menunjukkan tanda-

dengan

tanda vital dalam

hipovelemia

rentang normal
Ekstremitas hangat

a. Pantau TTV, catat derajat


dan durasi episode

hipofisis dapat berhung

hipovolemik
b. Perhatikan tingkat

dengan derajat dan dura

kesadarn dan adanya


perubahan
c. Kaji warna dasar kuku,
mukosa mulut, gusi dan
lidah

a. Luasnya keterlibatan

hipotensi.
b. Perubahan sensorium
adalah indikator dini

hipoksia
c. Sianosis dan suhu kulit

dingin adlah akibat dari

Resiko tinggi

Mengurangi resiko

a. Demonstrasikan mencuci

kompensasi vasokonstr
a. Mencegah kontaminasi

terhadap

terhadap infeksi

infeksi

dengan kriteria hasil :


Mengungkapkan

tangan
b. Pantau kecepatan involusi

silang
b. Infeksi uterus

berhubungan
dengan
trauma
jaringan,
Stasis cairan
tubuh,

pemahaman tentang

uteri dan sifat serta jumlah

memperlambat involusi

rabas lokhea

dan memperlambat alir

faktor penyebab

lokhea

individual, TTV
normal, lokhea bebas
dari bau

penurunan
4

Hb
Nyeri akut

Mengurangi resiko

berhubungan

terhadap infeksi

a. Tentukan karakteristik dan


tipe nyeri

a. Membantu dalam diagn

banding dan pemulihan

dengan
trauma/
distensi
jaringan

dengan kriteria hasil : b. Kaji kemungkinan


Mengungkapkan
penyebab psikologis
hilangnya nyeri dan
ketidaknyamanan
ketidaknyamanan
c. Berikan tindakan
kenyamanan mengurangi

tindakan
b. Situasi darurat dapat

mencetuskan rasa takut


dan ansietas
c. Meminimalkan sensasi

nyeri misal: kompres,

nyeri
d. Menurunkan nyeri dan

teknik relaksasi
d. Kolaborasi pemberian

ansietas, meningkatkan
relaksasi

analgesik, narkotik, sedatif


5

Gangguan

Tidak terjadi oliguria

sesuai indikasi
a. Berikan cairan

a. Natrium meningkatkan

pola

dengan kriteria hasil :


a. Klien

Natrium
b. Berikan banyak

GFR
b. Membantu kerja GFR d

eliminasi
berhubungan
dengan GFR
menurun
6

Gangguan

mengungkapkan
berkemih
b. Klien terlihat
berkemih
Kebutuhan O2

pola nafas

minum sesuai

menurunkan kadar krea

kebutuhan

sehingga produksi urin


normal

a. Berikan O2 sesuai

a. Mencegah terjadinya

tercukupi
kebutuhan
Dengan kriteria hasil: b. Pertahankan bersihan jalan
tidak efektif
a. Klien tidak
nafas
b.
berhubungan
merasa sesak
dengan
nafas
kekurangan
b. Tidak terlihat
intake O2

tanda sianosis dan


hipoksia

komplikasi, tanda2
sianosis
Agar jalan nafas tidak
tersumbat

DAFTAR PUSTAKA
1. Wolf, weitzel,Fuerst.1984. Dasar Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Gunung
Agung.
2. Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar Dasar Keperawatan Maternitas edisi 6.
Jakarta: EGC
3. Arif, Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Jakarta : Media
Acculapius.
4. Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Tridasa Printer.
5.

Blackwell W. 2009. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2009-2011.


USA: NANDA International.

6.

Mochtar. 2005. Perawatan Persalinan Ibu. Jakarta:Medika Pustaka.

You might also like