You are on page 1of 6

Oh Hordeolum..

{ 10 Maret 2009 @ 1:28 pm } { Pengetahuan, Penyakit }

Hordeolum atau timbilen atau bintitan adalah sakit mata yang sudah akrab
dikalangan kita semua. Hordeolum ini sering pula disebut sebagai penyakit penampilan,
karena memang bentuk mata jadi tak lagi indah dan tak nyaman dipandang ^_^ benjolan
bahkan bengkak di sana sini (jika pas hordeolumnya tak cuma 1). Saat si Hordeolum ini
datang, tentu rasanya tak karuan.. nyeri, pegel, mata pedih, pandangan kabur, paling terasa
saat sujud subhanalloh nyuuut nyuuut mata kyak mo jatuh aja rasanya. Namun
bagaimanapun, sbagai hamba Alloh kita harus senantiasa berhusnudzon terhadap sgala yang
Alloh takdirkan tuk kita, bersabar, mengharap pahala atasnya -tentu disertai usaha tuk
menempuh jalan menuju kesembuhan-. Dengan sakit kita dapat belajar bersyukur betapa
besarnya nikmat kesehatan, salah satu perkara yang sering kita lupakan. Dengan sakit, maka
akan menjadi penggugur dosa kita jika kita sabar terhadapnya.
Naah inilah salah satu ikhtiyar saat si Hordeolum menyapa.. belajar mengilmui apa dan
bagaimana sih si Hordeolum ini agar kita lebih tepat mengambil langkah penanganan
terhadap si hordeolum ini, atu saat sahabat kita yang lain disapa si hordeolum ini, kita dapat
memberikan advis yang bermanfaat baginya.
Mari sama-sama belajar..
BINTITAN BUKAN GARA-GARA HOBI NGINTIP, LO!
Mitos bintitan gara-gara hobi ngintip berkembang sedemikian subur dari generasi ke
generasi. Padahal yang benar, bintitan muncul karena adanya peradangan dan infeksi.
Puluhan tahun lalu, saat rumah tinggal masih berdinding bilik bambu, mungkin saja orang
jadi bintitan lantaran gemar ngintip. Besar kemungkinan karena ada kotoran dari bilik bambu
yang rontok lalu mengenai kelopak mata sehingga menyebabkan infeksi. Sayangnya, mitos
tersebut masih saja terus berkembang meski kini dinding rumah sudah terbuat dari beton. Apa
sebenarnya bintitan dan bagaimana menanganinya?
DARI PERADANGAN SAMPAI INFEKSI
Kalangan awam menganggap semua benjolan di kelopak mata sebagai bintitan. Padahal
secara medis hal tersebut harus dibedakan menjadi:
* Hordeolum, yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel
atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di
daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri.

* Chalazion, yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak
(meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi.
Mengingat penyebabnya adalah peradangan dan infeksi, maka sangat mungkin jika bintitan
menimpa siapa saja, dari kanak-kanak hingga kalangan dewasa. Meski kasus bintitan jarang
ditemukan pada bayi di bawah 6 bulan. Ini bisa dimaklumi karena di rentang usia ini
kebersihan bayi umumnya masih sangat terjaga. Angka kejadian bintitan paling banyak
ditemukan pada anak usia sekolah. Ini karena anak usia sekolah sudah main ke sana kemari
tanpa memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Mungkin saja usai main di tempat
kotor, tanpa mencuci tangan lebih dulu, ia mengucek matanya yang terasa gatal karena
kemasukan debu. Tak heran kalau kemudian terjadi infeksi atau peradangan yang
menyebabkan bintitan.
Selain itu, anak-anak yang mewarisi bakat alergi dari orang- tuanya juga lebih rentan
mengalami bintitan. Biasanya karena makan makanan pemicu alergi atau ada pemicu yang
menyebabkan alerginya kambuh sehingga memunculkan peradangan di kelopak mata, baik di
kelenjar minyak maupun kelenjar lainnya. Secara umum kelenjar tersebut tidak bermasalah,
namun lingkungan di sekitar kelenjarlah yang rentan terhadap peradangan.
Bintitan bisa diibaratkan dengan sebuah pipa yang ujungnya tersumbat. Penyumbatan itu
menyebabkan minyak yang diproduksi tidak dapat dialirkan dengan sempurna yang akhirnya
menyebabkan pembengkakan. Karena alergi biasanya diturunkan, maka orangtua yang
memiliki alergi dan gampang bintitan seharusnya lebih waspada terhadap kondisi anaknya.
Bukan tidak mungkin si anak mempunyai kecenderungan yang sama pula.
BINTITAN BERULANG
Ada anak yang hanya sesekali dalam hidupnya mengalami bintitan, tapi ada juga yang
langganan terkena gangguan yang satu ini. Baru sembuh dari bintitan, 1-2 bulan kemudian
sudah bintitan lagi. Begitu seterusnya. Nah, khusus untuk anak-anak seperti ini, mau tidak
mau hal-hal yang diduga sebagai penyebabnya haruslah dihindari.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah agar bintitan tidak
berulang:
Jaga kebersihan
Sebenarnya menjaga kebersihan tidak sebatas pada kelopak mata saja karena menjaga
kebersihan tubuh secara menyeluruh memang dianjurkan secara medis. Intinya, bila
kebersihan tubuh selalu terjaga setidaknya meminimalkan peluang bakteri
menginfeksi/menimbulkan peradangan, termasuk pada kelopak mata yang menyebabkan
bintitan.
Kebiasaan cuci tangan
Seperti sudah disebut, pada usia anak-anak, bintitan paling sering terjadi bila tangan kotor
tanpa sengaja digunakan untuk mengucek mata yang terasa gatal. Meski kelihatannya sepele,
gerakan kecil ini bisa memunculkan efek yang tidak kecil. Kalau ada bakteri yang ikut
terbawa saat mengucek tadi bukan tidak mungkin besoknya sudah jadi bintitan.

Waspada jika sering gatal


Bila mata terasa gatal-gatal atau bahkan sering gatal, sebaiknya bersihkan dengan tetes mata
atau sekadar dikompres. Jadi, jangan dibiarkan saja karena sangat mungkin rasa gatal tersebut
merupakan gejala awal terjadinya peradangan.
Mata lelah
Bila mata sering difungsikan secara maksimal karena kurang tidur, terlalu banyak membaca,
main games di komputer atau teve, bukan tak mungkin mata jadi lelah, gatal, dan terjadi
peradangan. Keluhan seperti ini umumnya dialami oleh anak yang berbakat bintitan. Namun
kondisi yang sama mungkin saja tidak berlaku pada tiap anak meski aktivitas yang
dilakukannya tidak jauh berbeda.
KOMPRES HANGAT
Sebelum benar-benar bengkak, orangtua sebenarnya bisa memberi pertolongan pertama.
Begitu bangun tidur, contohnya. Jika mata anak terlihat kotor, merah, berair, diraba terasa
keras meski belum sampai ada benjolan, itulah tanda-tanda bintitan. Langkah pertama yang
bisa dilakukan adalah mengompresnya dengan air hangat. Berikut macam kompres yang bisa
dilakukan:
* Dengan kain yang direndam air hangat
Caranya: kain (handuk kecil atau saputangan) direndam dalam air hangat kemudian usapkan
ke mata anak secara perlahan. Lakukan 3 kali sehari.
Keuntungannya: Mata terasa lebih segar karena tetesan air hangat bisa langsung terasa di
mata.
Kerugiannya: Tidak bisa dilakukan di sembarang tempat karena tetesan air akan
menyebabkan tempat jadi basah.
- Dengan botol yang diisi air hangat
Caranya: Cuci botol yang terbuat dari beling sampai bersih kemudian isi dengan air hangat.
Letakkan botol tersebut di kelopak mata yang terasa mengeras/mengganjal.
Keuntungannya: Lebih praktis karena tidak ada tetesan air. Bisa dilakukan di mana saja,
termasuk di mobil selama dalam perjalanan.
Kerugiannya: Bila posisi atau ukuran botol tidak tepat, anak akan merasa tidak nyaman saat
dikompres.
* Kombinasi antara keduanya
Sebaiknya kombinasikan kedua cara di atas. Bangun tidur selagi masih di rumah, lakukan
kompres dengan kain, sehingga anak merasa matanya lebih segar. Kompres dengan botol bisa
dilakukan saat perjalanan menuju atau sepulang sekolah dalam mobil.

RAGAM PENANGANAN
Meski bintitan sering dianggap sebagai penyakit penampilan, namun bila dibiarkan dalam
jangka panjang tak mustahil bakal berakibat fatal. Boleh jadi bengkaknya kempes, tapi
infeksi/peradangannya tidak sembuh-sembuh tuntas karena bolak-balik muncul dan muncul
lagi. Selain itu, pembengkakan yang relatif besar jelas akan mengganggu fungsi mata.
Artinya, kendati tidak sampai menimbulkan kebutaan, namun pandangan jadi kabur karena
terganggunya pembiasan cahaya.
Bila kompres mata sudah dilakukan beberapa kali namun rasa mengganjal di kelopak mata
tak kunjung hilang, atau bahkan ada benjolan lain yang kian membesar, sebaiknya segera
bawa ke dokter untuk mendapatkan beberapa penanganan berikut:
* Tetes mata
Tetes mata yang diresepkan umumnya adalah tetes mata yang mengandung antibiotik dan
steroid. Untuk anak yang lebih kecil, tetes mata ini lebih mudah digunakan. Misalnya diakali
dengan menunggunya sampai tertidur lalu meneteskannya sesuai anjuran di ujung matanya,
kemudian tarik sedikit bagian bawah mata, hingga tetesannya ikut mengalir mengenai bola
mata.
* Salep
Salep adalah pilihan selanjutnya bagi anak yang sudah lebih besar atau orang dewasa. Salep
mata yang diresepkan biasanya juga mengandung antibiotik dan steroid.
* Obat oral
Bila dirasa kurang, dokter akan menambahkan antibiotik yang dikonsumsi secara oral alias
diminum selain salep mata dan tetes mata tadi.
OPERASI SEBAGAI SOLUSI
Bila bintitan sudah terlalu besar atau yang bersangkutan memang sering sekali bintitan,
umumnya obat tetes/salep dan antibiotik yang dikonsumsi oral tak lagi memadai. Kalau
sudah begini, biasanya dokter akan menyarankan operasi. Tak perlu membayangkannya
sebagai operasi besar karena operasi ini sebenarnya adalah pembedahan kecil (1-2 cm) di
tempat munculnya benjolan. Kemudian dengan alat khusus (semacam sendok), isi benjolan
akan dikerok untuk dibuang.
Bila benjolan ada di luar kelopak mata, sayatan bisa dilakukan dari luar. Akan tetapi kalau
benjolan tersebut di dalam, maka kelopak mata harus dibalik dan dijepit sebelum dilakukan
sayatan. Setelah selesai, sementara waktu mata akan ditutup dengan perban guna mencegah
agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
Adapun anestesi yang digunakan untuk anak yang sudah relatif besar atau orang dewasa
adalah bius lokal, yakni hanya di sekitar tempat sayatan. Namun untuk anak yang masih
kecil, biasanya akan dilakukan bius umum karena dikhawatirkan ia akan meronta kesakitan.
Bila ini yang terjadi bukan mustahil alat-alat yang digunakan untuk operasi akan melukai
bola mata atau bagian mata lainnya. Operasinya sendiri termasuk operasi kecil yang tidak

makan waktu lama. Keuntungannya, bintitan tidak akan muncul lagi di tempat yang sama
karena permukaan kelenjar tersebut sudah rusak. Kalaupun bintitan muncul lagi, terjadinya
pasti di tempat lain.
Marfuah Panji Astuti. Foto: Agus/NAKITA
Narasumber:
Dr. Hadi Prakoso, Sp.M.,
dari Klinik Mata Nusantara, Jakarta
Nama Penyakit Hordeolum
Definisi : Hordeolum (Stye) adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau
di bawah kelopak mata. Bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan.
Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.
Penyebab : Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokus).
Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah
blefaritis, bisa juga secara berulang.
Gejala :
Biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata.
Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di
matanya.
Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak, meskipun kadang seluruh
kelopak membengkak.
Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna
kekuningan.
Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
Diagnosa :
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pengobatan :
Hordeolum bisa diobati dengan kompres hangat selama 10 menit sebanyak 4
kali/hari.
Jangan mencoba memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri.
Krim antibiotik kadang digunakan untuk hordeolum yang berulang atau menetap (yang
disebabkan oleh bakteri).
Hordeolum interna adalah hordeolum yang terbentuk pada kelenjar yang lebih
dalam. Gejalanya lebih berat dan jarang pecah sendiri, karena itu biasanya
dokter akan menyayatnya supaya nanah keluar.

Pencegahan :
Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di
sekitar mata. Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan
Sumber: http://www.infokes.com , http://www.medicastore.com

You might also like