You are on page 1of 10

TUGAS INDIVIDU SOSIOLOGI PEDESAAN

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

Oleh:
Shintia Sukmawati CM

155050100111129

Kelas C

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL


A. Latar Belakang
Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang terlihat
apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu
dan menentukan sistem serta bentuk bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dapat diartikan pula bahwa
proses sosial sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi
kehidupan bersama.
Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial dan merupakan
hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu,
antarkelompok dan antara kelompok dengan individu. Interaksi sosial juga
menjadi kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial,
tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Maka dari itu, interaksi sosial
merupakan dasar proses sosial.
B. Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial.
Gilin dan Gilin mengartikan proses-proses sosial sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompokkelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Definisi klasik
proses sosial menurut Pitirim Sorokin (1889-1968) adalah setiap
perubahan tertentu di dalam perjalanan waktu, entah itu perubahan
tempatnya dalam ruang, atau modifikasi aspek kuantitatif atau
kualitatifnya (1937, vol.1:153) Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses sosial merupakan pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama sebagai hasil dari komunikasi dan
interaksi sosial yang dilakukan oleh individu maupun kelompok.
Menurut Soerjono Soekanto (2006 : 62), interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Menurut Soekanto (2010 : 55)
interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok .

Interaksi sosial menurut Marat (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) yaitu
suatu proses dimana individu memperhatikan dan merespon individu
lainnya, sehingga mendapat balasan suatu tingkah laku tertentu. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
adalah hubungan sosial yang dinamis antara individu maupun kelompok
yang menghasilkan suatu proses pengaruh-mempengaruhi dan terjadi bila
pihak-pihak

yg

berinteraksi

saling

memberikan

reaksi

sehingga

menimbulkan sebuah interaksi sosial yang merupakan kunci kehidupan


sosial.
C. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Ciri-ciri interaksi sosial menurut menurut Sitorus (1996:16) yaitu:
jumlah pelaku lebih dari satu orang, ada komunikasi antar pelaku dengan
menggunakan simbol-simbol, ada dimensi waktu atau masa lampau, masa
kini dan masa yang akan datang atau yang menentukan sifat aksi yang
sedang berlangsung, ada tujuan-tujuan tertentu terlepas dari sama atau
tidaknya tujuan tersebut.
D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor
yaitu faktor imitasi, merupakan peniruan dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses interaksi sosial. Faktor imitasi memiliki
dampak positif yaitu dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidahkaidah serta nilai-nilai yang berlaku dan memiliki dampak negatif yaitu
tindakan-tindakan menyimpang yang mudah ditiru.
Faktor sugesti, dapat berlangsung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh pihak lain tanpa adanya kritikan ataupun penolakan. Hampir
sama dengan imitasi tetapi titik tolaknya berbeda yaitu jika faktor imitasi
hanya menirukan seseorang saja. Sedangkan sugesti keinginan menjadi
sama dengan seseorang (identik).
Identifikasi, merupakan keinginan menjadi sama (identik) dg pihak
lain yg kedudukannya lebih tinggi dan dihormati, lebih dalam daripada
imitasi. Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang diangapnya
ideal dalam suatu segi untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai
yang dianggap ideal, untuk menutupi kekurangan dalam dirinya
Simpati, merupakan perasaan tertariknya terhadap orang lain secara
sadar bukan karena salah satu ciri tertentu melainkan karena keseluruhan

cara bertingkah laku orang tersebut. Di dalam proses ini perasaan


memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utamanya
adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.
E. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2002 : 65) syarat terjadinya inteaksi sosial yaitu :
1. Adanya Kontak Sosial (Social Contact)
Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau
kelompok dan mempunyai makna bagi pelakunya yang kemudian
ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Misalnya ketika seseorang
berbicara dengan orang lain, menggunakan telepon dan lainnya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : Antara
orang-perorangan, biasanya diterapkan pada anak kecil yang
mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya, proses tersebut
terjadi melalui sosialisasi (socialization). Antara orang-perongan
dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, biasanya diterapkan
pada seseorang yang merasa tindakan-tindakannya berlawanan dengan
norma norma masyarakat. Antara suatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya, misalnya dua buah perusahaan bangunan
yang mengadakan kerjasama untuk membuat jembatan, jalan raya,
apartement dan sebagainya.
Kontak sosial bersifat primer dan sekunder. Kontrak primer terjadi
ketika hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak
sekunder terjadi melalui perantara.
2. Komunikasi (Communication)
Menurut Rogers (dalam Cangara, 2008 : 20) , komunikasi
merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.
Menurut

Cangara,

ada

unsur-unsur

yang

terdapat

dalam

komunikasi yaitu : Sumber yakni semua peristiwa komunikasi akan


melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber
sering disebut pengirim, komunikator. Pesan ialah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima, dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui mediakomunikasi. Media yang dimaksud
disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Penerima ialah pihak yang menjadi sasaran


pesan yang dikirim oleh sumber.
Menurut Seiler (dalam Muhammad, 2005 : 19), ada empat prinsip
dasar komunikasi yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu proses
2. Komunikasi adalah sistem
3. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
4. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja)
F. Bentuk Interaksi Sosial
Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2005) bentuk-bentuk interaksi
sosial terbagi menjadi proses yang asosiatif yang terdiri dari kerja sama,
akomodasi, asimilasi, akulturasi. Yang kedua yaitu proses disosiatif yang
terdiri dari persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau konflik.
1. Asosiatif. Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk
penyatuan. Interaksi sosial ini terdiri atas :
a. Kerja sama (Cooperation)
Kerjasama menurut Sarwono (2005) dimaksudkan sebagai
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau berapa tujuan bersama.
Kerjasama dilakukan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan
harus di perhatikan pula dalam pembagian kerja dan balas jasa
yang diterima agar rencana kerjasama dapat dilaksanakan dengan
baik. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang
merupakan out-grup-nya)
Kerjasama (cooperation) dibedakan menjadi tiga yaitu
kerjasama spontan (sopontaneous cooperation, kerja sama langsung
(directed cooperation) dan kerjasama tradisional (traditional
cooperation). Bentuk kerja sama adalah kerukunan yang mencakup
gotong-royong dan tolong-menolong, bergaining (pelaksanaan
mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antar organisai),
kooptasi / cooptation (proses penerimaan unsur unsur baru dalam
kepemimpinan suatu organisasi), koalisi / coalition (kombinasi
antara dua organisasi yang mempunyai tujuan yang sama), joint
ventrue (kerja sama dalam pengusahaan proyek proyek tertentu)
b. Akomodasi (Accomodation)

Menurut Soekanto (2005 : 75) akomodasi dipergunakan


dalam dua arti yaitu akomodasi yang menunjuk pada suatu
keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok kelompok
manusia dalam kaitannya dengan norma-norma dan nilai sosial
yang berlaku didalam masyarakat dan akomodasi sebagai suatu
proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan
suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Tujuan akomodasi adalah untuk mengurangi pertentangan akibat
perbedaan paham, mencegah meledaknya pertentangan yang
sifatnya

temporer,

menciptakan

kerjasama

atas

perbedaan

psikologis atau budaya, menciptakan peleburan antar kelompok


sosial yg terpisah.
Bentuk-bentuk akomodasi adalah coercion (akomodasi
yang prosesnya dilaksanakan secara paksaan), compromise (bentuk
akomodasi dimana pihak yang terlibat mengurangi tuntutan untuk
menyelesaikan permasalahan), arbitration (cara untuk mencapai
compromise bila tidak bisa menyelesaikan sendiri), mediation
(sama dengan arbitration, tetapi pihak ketiga hanya sebagai
penasehat

dan

tidak

memberikan

keputusan),

conciliation

(penyelesaian masalah dengan menggunakan pihak ketiga yg


sifatnya dibentuk untuk tujuan tersebut), toleration (akomodasi
tanpa persetujuan formal sebelumnya dg adanya pengaruh watak
maupun kultur),
Hasil akomodasi antara lain adalah mengurangi jarak sosial
antara penjajah dan yang dijajah, menahan keinginan-keinginan
untuk bersaing, menekan oposisi, perubahan lembaga-lembaga
kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan
yang berubah.
c. Asimilasi (Assimilation)
Proses yang ditandai adanya usaha mengurangi perbedaan
yang terdapat diantara beberapa orang atau kelompok dalam
masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan
demi tercapainya tujuan bersama. Dapat timbul bila ada kelompok
masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling

bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat


laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya
membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. Hasil
akhir asimilasi adalah tidak membeda-bedakan dan tidak adanya
batas antar kelompok hilang menjadi satu kelompok.
Sebagai contoh asimilasi yang masih ada dinegara kita
adalah kegiatan gotong royong. Gotong royong " berarti lebih dari
hanya sikap saling membantu menuju Tujuan ditunjuk . " Gotong
Royong " adalah tradisiturun-temurun yang itu Menjadi kebiasaan ,
sesuatu yang bawaandan dilakukan bahkan tanpa indikasi atau
diminta
Faktor-faktor yang mempermudah asimilasi antara lain
toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi, sikap menghargai, sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam unsur-unsur
kebudayaan, perkawinan campuran, adanya musuh bersama dari
luar. Faktor-faktor yang menghalangi asimilasi adalah terisolirnya
suatu kelompok sosial yang menimbulkan kehidupannya menjadi
terasing dan tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar, kurang
pemahaman terhadap budaya lain sehingga takut dan berprasangka
terhadap pihak lain, perasaan superordinat, ciri-ciri fisik, In group
feeling yang kuat, gangguan dari golongan yang berkuasa, adanya
kepentingan pribadi
d. Akulturasi
Merupakan perubahan-perubahan hubungan sosial dan
dalam pola adat dan interaksi sosial akibat asimilasi yang
mengahsilkan akulturasi. Timbul bila suatu kelompok masyarakat
dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing yang
lambat laun unsur unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah
ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Disosiatif. Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan
terbagi dalam tiga bentuk sebagai berikut :
a. Persaingan (Competiton)
Persaingan merupakan suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa


tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan
Persaingan memiliki dua tipe yaitu persaingan bersifat
pribadi (persaingan yang bersifat pribadi)

disebut rivalvy dan

persaingan bersifat kelompok (persaingan yang langsung dengan


kelompok, lingkupnya lebih luas). Bentuk-bentuk
antara

lain

persaingan

ekonomi,

persaingan

persaingan
kebudayaan,

persaingan untuk mencapai sebuah kedudukan dan peranan yang


ada dalam masyarakat, dan persaingan karena perbedaan ras.
Fungsi-fungsi persaingan adalah untuk menyalurkan
keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif, sebagai menjadikan
sebuah hal menjadi lebih baik/berharga karena dikompetisikan,
sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi
sosial, sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan
karya untuk mengadakan pembagian kerja.
Hasil suatu persaingan adalah perubahan kepribadian
seseorang

(dapat

pengetahuan

dan

memperluas
perasaan

pandangan

simpati),

pengertian

kemajuan,

serta

solidaritas

kelompok dan disorganisasi.


b. Kontrovensi (Contravention)
Kontrovensi merupakan bentuk proses sosial yang berada
di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Gejala-gejala
kontorvensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi
maupun secara terang - terangan seperti perbuatan menghalangi,
menghasut, memfitnah, berkhianat, provokasi, dan intimidasi yang
ditunjukan terhadap perorangan atau kelompok.
Bentuk-bentuk kontravensi antara lain perbuatan penolakan
dan perlawanan, menyangkal pernyataan orang lain di muka umu,
melakukan penghasutan, berkhianat. Tipe-tipe kontravensi yaitu
kontravensi

generasi

masyarakat

(terjadi

pada

masa

ini),

kontravensi yang menyangkut seks (hubungan suami istri sebelum


waktunya), kontravensi keagamaan, kontravensi intelektual dan
oposisi moral.
c. Pertikaian (Conflict)

Menurut Soekanto (2005 : 98), pertentangan atau pertikaian


adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuanya dengan jalan menantang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Pertikaian terjadi
disebabkan adanya perbedaan antara individu-individu, perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan, perubahan sosial. Masyarakat
biasanya mempunyai alat untuk menyalurkan benih benih
permusuhan yang disebut dengan safety-valve institutions.
Pertikaian biasanya disebabkan oleh perbedaan individu,
perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan adanya
perubahan sosial. Bentuk bentuk pertentangan yaitu pertentangan
pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antar kelas sosial,
pertentangan politik, pertentangan yang bersifat internasional.
Akibat-akibat yang didapatkan dari pertentangan tersebut adalah
dominasi pihak lain, tambahnya solidaritas in-grup, goyahnya
persatuan kelompok

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Indah P. 2013. Interaksi Sosial Komunitas Samin dengan Masyarakat
Sekitar. Jurnal komunitas, 5 (1): 74-86.
Mardanas, Izarwisma. 1989. Perkembangan Interaksi Sosial Budaya Di Daerah
Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Di Daerah Jawa Timur. Jakarta: Gramedia
Muslim, asrul. 2013. Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal
Diskursus Isalm, 1 (3): 485-488.
Pradana, Muhammad I. Interaksi Sosial Pada Anak Periode Late Childhood yang
Bekerja. 2014. h.10-14
Sari, Suzanna R., et al. 2014. The Role of Social Cohesion to Reduce Social
Conflct in Tourist Destination Area. Jurnal komunitas, 6 (2): 25-36.
Sajogyo dan Sajogyo, Pudjiwati. 1988. Sosiologi Pedesaan. Indonesia: Gadjah
Mada University Press

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Cet. Ke-43; Jakarta: Rajawali


Press, 2010) h.55
Sujarwanto, Imam. 2012. Interaksi Sosial Antar Umat Beragama (Studi Kasus
Pada Masyarakat Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal) Universitas
Negeri Semarang. Journal of Educational Social Studies, 1 (2): 2-5.
Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : Rajawali Pers
Sztompka, Piotr.2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada
Wiriaatmadja, Soekandar. 1980. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan. Jakarta : C.V.
Yasaguna

You might also like