You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN DEWASA V

KELAS C
Fasilitator : Ibu Tuti Herawati

Praktikum tanggal : Kamis, 23 Februari 2012


Topik

: Elektrokardiogram (EKG)

Nama

: Siti Rohmah

NPM

:1006666500

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA

1. Pengertian Tindakan
Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan dan
menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan dengan perjalanan
impuls dari jantung yang dihantaran menuju jaringan tubuh dan diukur pada permukaan tubuh menggunakan
galvanometer. Galvanometer yang khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik
yang lebih kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan disebut

Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari 12 posisi yang berbeda
- 3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada.
Elektrokardiogram juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang sudah umum dan sering digunakan
dalam rangka mengukur aktivitas elektrik jantung dengan bentuk gelombang (McCann, 2004). Impuls yang
bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung menciptakan elektriksitas yang kemudian dapat dimonitor
dari permukaan tubuh. Pemasangan elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan
mentransmisi tersebut ke instrumen dan merekamnya (elektrokardiogram) sebagai aktivitas jantung (McCann,
2004). Jadi pengertian EKG merupakan rekaman aktivitas listrik jantung atau bioelektrikal pada jantung yang
digambarkan dengan sebuah grafik EKG.
2. Tujuan Tindakan
a. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
b. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophi atrial dan ventrikel)
c. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
d. Mengetahui adanya gangguan elektrolit
e. Mengetahui adanya gangguan perikarditis
f. Mengidentifikasi gangguan ritme dan konduksi jantung dan pembesaran rongga jantung.
3. Kompetensi Dasar lain yang Harus Dimiliki
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai
pompa yaitu atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan
ventrikel dihubungkan oleh nodus Sinoatrial (SA), nodus Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabutserabut Purkinje. Setiap denyut jantung normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di SinoAtrial Node (SA Node), yang mengatur frekuensi dan irama denyutan jantung. Pola hantaran normal
jantung dikenal sebagai irama sinus (sinus rhythm) karena denyut tersebut berasal dari SA Node. SA Node
terletak pada petemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan.
Impuls jantung kemudian akan meninggalkan SA Node dan berpencar menuju otot atrium melalui jalur
intra atrium. Rangsangan listrik ini mengakibatkan kontraksi kedua atrium. Impuls kemudian sampai ke atrio
ventrikuler node (AV Node) dimana impuls dihamburkan untuk memberikan waktu kontraksi kedua atrium
selesai dan memastikan pengisian darah di ventrikel. Mengikuti penghambatan di AV Node, impuls kemudian
mencapai Berkas His, turun ke kanan dan kiri dari cabang berkas dan naik ke serat Purkinje. Peristiwa ini tidak
lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan kontraksi ventrikel. Hantaran impuls sepanjang serabut khusus, 5
kali lebih cepat dibandingkan pada serabut otot jantung tidak khusus. Transmisi impuls yang cepat merangsang
sel otot selalui kedua ventrikel berkontraksi secara terus menerus. Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran
pacemaker:
SA Node : 60-100 x/menit
AV Node : 40-60 x/menit
Sistem Purkinje : 25-40 x/menit
b. Cara membaca EKG untuk dapat membaca hasil EKG maka perlu pengetahuan mengenai gelombang
pada EKG. Gelombang pada EKG terdiri dari:
a) Gelombang P merupakan proses depolarisasi atrium. Karakteristik gelombang P yang normal yaitu:
- Lebar kurang dari 0,12 detik
- Tinggi kurang dari 0,3 milivolt
- Selalu positif di lead II
- Selalu negative di lead AVR

b) Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel (waktu yang dibutuhkan impuls
untuk menuju serat Purkinje melewati bundle branches). Gelombang Q akan tampak ketika defleksi
negatif pertama terjadi di kompleks QRS. Gelombang R akan tampak ketika defleksi positif pertama.
Gelombang S akan tampak ketika defleksi negatif kedua atau defleksi negative pertama setelah
gelombang R. Karakteristik gelombang QRS normal yaitu:
- Lebar 0,06-0,12 detik
- Tinggi tergantung lead
c) Gelombang Q merupakan defleksi negative pertama pada gelombang QRS.Gelombang Q yang normal
yaitu:
- Lebar kurang dari 0,04 detik
- Tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
d) Gelombang R yaitu defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di
lead I, II, V5 dan V6. Di lead AVR, V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
e) Gelombang S merupakan defleksi negative sesudah gelombang R. Di lead AVR dan V1 gelombang S
terlihat dalam. Dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya.
f) Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif di
lead I, II, V3-V6 dan terbalik di AVR.
g) Interval PR yang diukur dari permukaan gelombang P sampai permukaan gelombang QRS. Nilai
normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi
atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai pemulaan depolarisasi ventrikel.
h) Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.

c. Lokasi penempatan elektroda EKG pada kulit untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektrodaelektroda pada kulit pada tempat-tempat tertentu. Terdapat dua jenis sadapan (lead) pada EKG:
a) Sadapan bipolar yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, sadapan ini ditandai dengan
angka romawi I, II, dan III.
- Sadapan I yang merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),
-

dimana tangan kanan bermuatan negative (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
Sadapan II yang merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana
tangan kanan bermuatan negative (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+).

Sadapan III yang merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana
tangan kiri bermuatan positif (+) dan kaki kiri bermuatan negatif (-).

*Ketiga sadapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi yang lazim disebut segi tiga
EITHOVEN.
b) Sadapan unipolar:
-

Sandapan unipolar ekstremitas yang merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas,
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan elektroda-elektroda
pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).
Sandapan aVR merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) dimana tangan kanan

bermuatan positif, tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen.
Sandapan aVL merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) dimana tangan kiri bermuatan

positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen.
Sandapan aVF merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) dimana kaki kiri bermuatan
positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen.

Sadapan unipolar prekordial yang merekam besar potensil listrik jantung dengan bantuan
elektroda eksplorasi yang ditempatkan di beberapa tempat dinding dada. Elektroda indiferen
diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas.

Letak sadapan:
-

V1 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kanan sternal.


V2 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kiri sternal.
V3 : Di tengah antara V2 dan V4.
V4 : Ruang interkostal ke-5 di garis midklavikula.
V5 : Ruang interkostal ke-5 di garis anterior aksila (di tengah antar V4 dan V6).
V6 : Ruang interkostal ke-5 di garis midaksila atau sejajar dengan V4.

4.

Indikasi,
Kontraindikasi,
a.

dan

Komplikasi
Indikasi:

iskemia

myocardium,

infraksi

myocardium,

penyakit

artteri

koroner

seperti

angina, perubahan ritme


dan

konduksi,

pembesaran

ruang

jantung
enlargement),

(chamber

ketidakseimbangan

elektrolit, terutama kalsium dan kalium, penyakit inflamasi jantung, Drug toxicity seperti: Digitalis
(Lanoxin) dan tricyclic antidepresan.
b. Kontraindikasi:
c. Komplikasi:
5. Alat dan Bahan
a. Mesin EKG
b. Kertas EKG
c. Seperangkat elektrode (disposable pregelled electrodes)
d. 4 x 4 gauze pads
e. Alat tambahan: clippers dan pulpen.
6. Anatomi Daerah Target Tindakan
Jantung merupakan organ
berperan

di

dalam

sistem

tubuh

yang

kardiovaskuler.

paling
Fungsi

jantung adalah memompa darah

ke seluruh bagian tubuh.

Lokasi jantung sendiri berada di

dekat

paru-paru.

Tepatnya di bagian kiri tengah

dada.

Jantung

sebenarnya adalah sebuah organ

yang terdiri atas otot.

Otot jantung berbeda dengan

otot-otot lain di bagian

tubuh lainnya. Di dalam jantung

terdapat 4 ruangan, yaitu

atrium

ventrikel

kanan,

atrium

kiri,

kanan,

dan

ventrikel kiri. Atrium letaknya

berada di bagian atas

jantung

ventrikel

berada di bagian bawah

jantung. Atrium kiri berfungsi

sebagai tempat penerima

sedangkan

darah segar dari paru-paru. Sedangkan atrium kanan berfungsi sebagai tempat penerima darah tidak segar dari
seluruh tubuh. Adapun ventrikel kiri merupakan tempat yang pemompa darah ke seleuruh tubuh dan ventrikel
kanan merupakan tempat yang memompa darah ke paru-paru.
Ada perbedaan struktur antara atrium dan ventrikel. Di sini, ventrikel ototnya lebih tebal dan kuat. Hal ini
tentu saja untuk mengakomodasi ventrikel untuk tidak mudah rusak saat memompa darah.Di antara ruang
jantung terdapat lubang yang dihalangi oleh katup. Katup ini merupakan lapisan fibrosa. Katup antara atrium

dan ventrikel (kanan ataupun kiri) disebut sebagai katup atrioventrikular kiri, atau katup trikuspidalis. Adapun
katup antara ventrikel dan arteri besar disebut sebagai katup semilunaris.
Siklus Jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai
akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung menyebabkan perubahan tekanan dan volume darah
dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran
darah yang melalui ruang-ruang dan pembuluh darah. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memiliki tekanan
atrium dan ventrikel yang berbeda, sisi-sisi tersebut berkontraksi dan berelaksasi bersamaan serta secara
serempak mengeluarkan volume darah yang sama. Selama masa diastole (relaksasi), atrium secara pasif terusmenerus menerima darah dari vena kava superior dan inferior, dan vena pulmonalis. Darah mengalir dari
atrium menuju ventrikel melalui katup AV yang terbuka.
Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk.
Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar
daripada tekanan dalam ventrikel. Akhir diastole ventrikular, nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi
dan peningkatan tekanan dalam atrium mendorong darah menuju ventrikel. Kemudian saat sistole ventrikular,
aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan
cepat dan mendorong katup AV untuk segera menutup.
Ventrikel kemudian menjadi rongga tertutup dan volume darah tidak dapat berubah. Ini disebut periode
kontraksi isovolumetrik. Bunyi katup yang menutup merupakan bunyi jantung pertama. Jika kontraksi
ventrikel berlanjut, tekanan akan meningkat dengan cepat sehingga mendorong katup semilunar aorta dan
pulmoner untuk terbuka. Kemudian, darah dikeluarkan dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis. Saat
diastole ventrikular, ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun
tiba-tiba sampai tekanan di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonar sehingga katup semilunar menutup
(bunyi jantung kedua). Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik
karena semua katup menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun terus- menerus katup AV membuka dan
siklus jantung dimulai kembali.

Sistem Konduksi Jantung untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot
jantung, terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:

Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan


Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur
Konduktivitas : kemampuan menghantarkan impuls
Daya rangsang : kemampuan berespons terhadap stimulasi
Impuls jantung biasanya berasal dari nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA terletak di dinding posterior

atrium kanan dekat muara vena kava superior. Impuls jantung kemudian menyebar dari nodus SA menuju
jalur konduksi khusus atrium dan ke otot atrium. Suatu jalur antar-atrium (berkas Bachmann) mempermudah
penyebaran impuls dari atrium kanan ke atrium kiri. Jalur internodalanterior, tengah, dan
posteriormenghubungkan nodus SA dengan nodus atrioventrikularis (VA).
Penghantaran impuls relatif lambat melewati nodus VA karena tipisnya serat di daerah ini dan konsentrasi
taut selisih yang rendah. Taut selisih merupakan mekanisme komunikasi antar sel yang yang mempermudah
konduksi impuls. Hasilnya adalah hambatan konduksi impuls selama 0,9 detik melalui nodus AV. Hambatan
hantaran melalui nodus AVmenyebabkan pengisian ventrikel menjadi optimal. Hambatan AV juga melindungi
ventrikel dari banyaknya impuls atrial abnormal. Berkas His menyebar dari nodus AV, yang memasuki
selubung fibrosa yang memisahkan atrium dari ventrikel.
Berkas His berjalan ke bawah di sisi kanan septum interventrikularis dan kemudian bercabang menjadi
serabut berkas kanan dan kiri. Serabut berkas kiri berjalan secara vertikal melalui septum interventrikularis
dan kemudian bercabang menjadi bagian anterior dan posterior yang lebih tebal. Berkas serabut kanan dan
kiri kemudian menjadi serabut Purkinje. Hantaran impuls melalui serabut Purkinje berjalan cepat sekali
karena berdiameter relatif besar dan memberikan sedikit resistensi terhadap penyebaran hantaran. Waktu
hantaran melalui sistem Purkinje 150 kali lebih cepat dibandingkan dengan hantaran melalui nodus AV.
Dengan demikian, urutan normal

rangsangan

sistem konduksi adalah nodus SA,

jalur-jalur atrium, nodus

AV, berkas His, cabang-cabang

berkas,

dan

melalui
serabut

Purkinje.
7. Aspek

Keamanan

dan

Keselamatan

dan

keselamatan

(safety)

yang harus diperhatikan dalam

melakukan

tindakan

pemasangan

elektrokardiogram yaitu

Harus Diperhatikan
Aspek
keamanan
dan

memonitor

bila terdapat sejumlah rambut di

dada

ekstremitas,

hilangkan

pastikan

untuk

di

pasien

yang

maupun
(dicukur),

tetapi ini tidak terlalu dibutuhkan (McCann, 2004). Lalu, jika kulit klien tampak berminyak, bersisik, atau
diaphoretic, daerah untuk pemasangan rub electrode di bersihkan dengan 4 x 4 gauze atau alkohol pad
sebelum dilakukan pemasangan. Ini bertujuan untuk mengurangi adanya pengaruh-pengaruh lain di

perekaman (McCann, 2004). Selama prosedur dilakukan, minta pasien untuk bernapas secara normal. Jika
respirasi klien mempengaruhi hasil rekam, minta klien untuk menahan napas untuk mengurangi baseline
ketika perekaman.
8. Protokol atau Prosedur Tindakan
a. Persiapan alat:
- Letakkan mesin EKG dekat dengan tempat tidur klien, dan pasang kabel tenaganya ke colokan
-

dinding
Jika klien sudah terhubung dengan monitor kardiak, pindahkan elektroda untuk menampung timah

precordial dan meminimalkan gangguan listrik pada kabel EKG


Awasi klien tetap jauh dari objek yang dapat menyebabkan gangguan listrik, seperti alat perlengkapan,

perlengkapan tetap, dan kabel tenaga.


b. Prosedur:
- Jelaskan prosedur pada klien Katakan pada klien bahwa tes ini akan merekam aktivitas listrik jantung
klien dan mungkin dapat diulang pada interval yang tepat. Tegaskan juga bahwa tidak ada arus listrik
-

yang akan masuk ke dalam tubuh dan tes ini secara khas membutuhkan waktu 5 menit.
Minta klien untuk berbaring dalam posisi supinasi di tengah tempat tidur dengan tangan di sebelah
tubuh. Perawat dapat menaikkan ujung kepala tempat tidur untuk memberikan kenyamanan pada
klien. Buka tangan dan kaki klien, kemudian tutupi dengan tepat. Tangan dan kaki klien harus

direlaksasi untuk meminimalkan gemetar otot yang dapat menyebabkan gangguan listrik.
Jika tempat tidur terlalu kecil, letakkan tangan klien di bawah bokongnya untuk mencegah tensi otot.
Gunakan teknik ini jika klien menggigil dan gemetar. Pastikan kaki klien tidak bersentuhan dengan

papan tempat tidur.


Pilih area datar dan gemuk unutk menempatkan elektroda. Hindari area muskular dan tulang. Jika

klien memiliki amputasi tungkai badan, pilih area di ujung.


Jika area terlalu banyak bulu, potong. Bersihkan minyak yang berlebihan atau substansi lain dari kulit

untuk meningkatkan kontak elektroda.


Pakai pasta atau gel elektroda atau elektroda yang dapat dibuang ke pergelangan tangan klien sampai
bagian bawah tubuh, pergelangan kaki klien. Jika perawat menggunakan pasta atau gel, gosokkan
pada kulit klien. Jika menggunakan elektroda yang dapat dibuang, kupas habis kertas kontak dan

pakaikan secara langsung ke daerah yang disiapkan.


Jika perawat menggunakan pasta atau gel, kunci elektroda dengan segera setelah perawat memakaikan

medium konduktif. Ini akan mencegah medium dari kekeringan yang dapat merusak kualitas EKG.
Hubungkan kabel pada tungkai ke elektroda. Pastikan bagian logam elektroda bersih dan terang.

Elektroda yang kotor dan terkorosi mencegah hubungan listrik yang baik.
Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan
Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri
Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan
Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan
Kabel V1 V6 pada dada
Kemudian, buka dada klien. Letakkan sedikit gel atau pasta elektroda pada elektroda di setiap posisi

elektroda
Jika klien adalah perempuan, pastikan untuk menempatkan elektroda dada di bawah payudara.
Periksa bahwa paper speed selector diatur pada standar 25mm/detik dan mesin diatur pada tegangan
tinggi. Mesin akan merekam tanda standart normal.Kemudian, jika dibutuhkan, masukkan data
identifikasi klien dengan tepat.

Minta klien untuk relaks dan bernapas normal. Katakan pada klien untuk tetap berbaring dan tidak

berbicara saat perawat merekam EKG.


Tekan tombol AUTO. Observasi kualitas rekam. Mesin akan merekam 12 kabel secara otomatis,
merekam 3 kabel berurutan secara serempak. Beberapa mesin memiliki layar sehingga perawat dapat

melihat hasil EKG sebelum dicetak pada kertas.


Saat mesin selesai merekam 12 kabel EKG, pindahkan elektroda dan bersihkan kulit klien. Setelah
melepas kabel dari elektroda, buang atau bersihkan elektroda, jika diindikasikan.

9. Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan


a. Area kecil dari bulu di dada atau ekstremitas klien dapat dicukur, tetapi biasanya tidak perlu.
b. Jika kulit klien berminyak, bersisik atau diaforetik, gosokkan elektroda dengan kasa 4 x 4 atau alkohol
pad sebelum memakaikan elektroda untuk membantu mengurangi gangguan saat merekam.
c. Selama prosedur, minta klien untuk bernapas normal. Jika respirasi klien mengubah rekaman, minta klien
untuk memegang tangannya dengan kuat untuk mengurangi penyimpangan dalam merekam.
d. Jangan menggunakan alkohol atau aseton dalam menempatkan gel elektroda karena akan merusak kontak
elektroda dengan kulit dan mengurangi kualitas transmisi dari impuls listrik.
e. Jika klien memiliki pacemaker, perawat dapat melakukan EKG dengan atau tanpa magnet, berdasarkan
perintah dokter. Pastikan untuk mencatat adanya pacemaker dan penggunaan magnet pada strip.
10. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat
a. Label rekaman ECG dengan nama pasien, nomor ruangan/kamar, dan nomor identitas.
b. Tanggal dan waktu tes atau tindakan dilakukan.
c. Respon yang ditunjukkan atau dikeluhkan klien.
d. Tanggal, waktu, dan nama pasien dan nomor ruang yang tertera di ECG.
e. Informasi klinik lainnya terkait pemasangan ECG.

Referensi:
Anonym. http://ecgfree.co.cc/gambarku/ECG%2012%20lead.png. (22 Februari 2012, pukul 18.05 WIB).
Anonym. http://morrisonworldnews.com/wp-content/uploads/2010/08/Cardiaccycle.jpg. (22 Februari 2012, pukul
18.09 WIB).
Anonym. http://nobelprize.org/educational/medicine/ecg/images/triangle.gif. (22 Februari 2012, pukul 18.09
WIB).
McCann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Prince, S. A dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku ajar keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.

You might also like