Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Kelompok 3
Ria Anggraeni
Zuliana M. Lamaci
Moh.Hendra Ahsan
Febriansyah Kahar
(E 281 11 006)
(E 281 11 132)
(E 281 11 037)
(E 281 11 011)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
sehingga pada abad XIV dan XV, di Jerman lada tersebut dipergunakan sebagai nilai
tukar seperti halnya uang. Lada juga dipergunakan untuk membayar gaji pegawai,
pajak dan lain sebagainya.
2.2 klasifikasi tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Piperales
Famili
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrum L.
ketinggian dibawah 600 mdpl dengan curah hujan antar 2.200 mm hingga 5.000 mm
per tahunnya dengan sushu berkisar antara 20o C hingga 35o C. Selain itu, lada
membutuhkan kelembaban udara antara 60% hingga 93% dengan pH tanah berkisar
antara 6 hingga 7 dengan drainase yang baik dan dihindarkan dari genangan air
karena dapat membuat akarnya membusuk terutama untuk tanaman muda. Di
Indonesia sendiri lada banyak di temukan di daerah Pulau Bangka, Lampung, dan
Belitung.
2.4 Jenis-Jenis Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Berdasarkan perbedaan warna kulit waktu memetik dan proses pengolahannya
lada dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
1. Lada Hijau
Sebenarnya lada hijau adalah lada yang dipetik saat belum terlalu tua dan
warnanya masih kehijauan. Dijual dalam bentuk kering, segar dan direndam
dalam larut an bumbu. Lezat untuk bumbu hidangan ayam ataupun seafood. Lada
yang dipetik dipertahankan dalam bentuk basah dalam air asin dan cuka,
dibekukan atau dikeringkan. Lada hijau yang dikeringkan mempunyai warna
hijau yang segar, lembut dan padat. Pengeringan yang balk adalah dengan
temperatur rendah. Lada hijau beku dibuat dengan cara mendinginkan pada
pendingin yang dibuat dari kuningan. Proses pembuatan lada hijau yang dikemas
dalam kaleng diawali dengan proses pencucian lada mentah kemudian
dimasukkan kedalam kaleng yang berisi klorid,sodium solusi dengan atau tanpa
kadar keasaaman yang ditambahkan. Lada hijau dengan warna hijau segar
digemari orangorang Eropa.
2. Lada Putih
Buah lada yang dipanen saat buah lada sudah sangat matang, lalu diproses
dengan cara merendam dalam air yang mengalir selama kurang lebih dua minggu
dan kemudian di jemur selama tiga hari sehingga kulit luarnya yang berwarna
hitam mudah terkelupas dan tinggal bijinya yang putih.
3. Lada Hitam
Buah lada yang ketika dipanen masih setengah matang dan warnanya
kemerahan, tanpa direndam dan langsung dikeringkan dengan cara dijemur
selama tiga hari.
4. Lada Merah
Buah lada merah adalah jenis lada yang memiliki rasa sedikit manis dan
kurang pedas.
2.5 Manfaat Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Beberapa manfaat lada adalah sebagai berikut:
1. Bumbu masakan
Seperti diketahui lada merupakan salah satu bumbu masakan yang sering
digunakan dalam kuliner Indonesia. Di Rumah tangga, restoran, warung makan,
bahkan di industri-industri makanan jadi seperti pabrik mi dan nugget, lada original
sering digunakan sebagai bumbu masakan. Lada selain berfungsi sebagai penyedap
rasa dan aroma, juga memiliki rasa pedas. Bila cabai hanya menimbulkan rasa pedas,
lada selain pedas juga ada rasa dan aroma lain sehingga masakan menjadi lebih lezat
dan istimewa. Hal tersebut disebabkan karena kandungan resin, piperin, amidon,
yang ada pada lada tetapi tidak ada pada jenis-jenis cabai.
2. Obat
Lada juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan obat, baik obat
tradisional maupun obatobatan modern. Dosis yang digunakan dalam pembuatan
obat-obatan berbeda-beda, tergantung pada jenis obat yang akan dibuat. Untuk obat
tradisional biasanya menggunakan lada dengan dosis yang sedikit dan dalam bentuk
bubuk, sedang obat-obatan yang dikemas secara modern biasanya berbentuk tablet
atau bubuk yang dikemas dalam kapsul. Salah satu jenis obat berbentuk salep
biasanya juga mengandung lada. Balsem atau obat gosok menggunakan lada dalam
dosis lebih banyak dibanding obat jenis lain karena balsem memerlukan bahan panas
dan pedas yang lebih banyak. Aroma dan rasa pedas dari lada hitam ternyata paling
tajam dibandingkan jenis lada lainnya. Lada juga merupakan rempah yang bernilai
tinggi karena dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroldorik yang
berguna untuk meningkatkan fungsi pencernaan. Dengan demikian lada juga bersifat
anti diare, mengobati perut kembung dan sembelit. Lada hitam juga berfungsi sebagai
peluruh kencing dan meningkatkan produksi keringat. Memiliki efek anti bakteri dan
anti oksidan. Merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga dapat menjaga tubuh
tetap Iangsing. Melancarkan menstruasi. meredakan serangan asma, meringankan
gejala rematik. dan menyembuhkan rasa sakit kepala.
3. Minuman dan penghangat tubuh
Lada dimanfaatkan masyarakat Eropa dan daerah Kutub untuk membuat
minuman, baik minuman beralkohol maupun non alkohol yang berfungsi sebagai
penghangat tubuh. yaitu berfungsi untuk menjagi suhu tubuh agar tetap normal,
meskipun suhu udara kurang dari 0 derajat celcius.
4. Pembuatan parfum
Lada yang dimanfaatkan sebagai parfum hanya lada hitam karena lada ini
masih memiliki kulit luar yang mengandung resin untuk disuling dan diambil
minyaknya. Minyak hasil penyulingan tersebut beraroma mcrangsang dan eksklusif
sehingga digunakan sebagai bahan dasar/bibit pembuatan parfum. Dalam pembuatan
parfum minyak lada dicampur dengan bahan-bahan lain yang diperlukan sehingga
memenuhi syarat sebagai parfum. Pada umumnya, parfum minyak lada dikenal
sebagai produk yang mahal dan eksklusif, yang diperuntukkan bagi golongan
masyarakat menengah ke atas.
2.6 Peranan Sosial Dan Ekonomi Hasil Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Lada (Piper nigrum L. atau pepper) yang oleh ibu rumah tangga sering
disebut merica, merupakan salah satu komoditas unggulan bagi Indonesia. Lada
perluasan areal. Oleh karenanya dapatlah dikatakan bahwa masa depan perladaan
dunia cukup cerah.
Bagi Indonesia, prospek pengembangan lada masih cukup besar peluangnya
mengingat beberapa hal antara lain :
a. Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai produsen utama lada dunia yang
diusahakan secara tradisional. Kontribusi lada Indonesia terhadap kebutuhan
lada dunia berkisar antara 23-36%.
b. Daya saing komoditas lada Indonesia cukup tinggi.
c. Potensi pasar tradisional (dalam negeri) cukup besar yaitu dengan semakin
berkembangnya usaha makanan yang menggunakan bumbu dari lada serta
minat masyarakat mulai berubah menyukai lada sebagai rempah untuk
penyedap masakan.
d. Konsumsi dunia cenderung meningkat sejalan dengan isu food savety
terhadap bahan syntetis lain dan tuntutan akan keamanan lada sebagai bahan
rempah untuk pangan semakin menonjol terutama di negara-negara maju.
e. Areal yang potensial untuk pengembangan lada tersedia cukup luas.
f. Diversifikasi produk melalui pengembangan produk hilir, seperti: tepung lada,
minyak lada dan lada segar dalam kalengan.
g. Lada Indonesia memiliki keunggulan dalam hal spesifik rasa yang tidak
dimiliki oleh negara lain.
h. Pengembangan lada menyerap tenaga kerja cukup besar, dimana untuk
mengembangkan tanaman secara intensif satu KK petani hanya mampu untuk
750 pohon atau 0,5 ha.
subsistem agribisnis hulu, seperti benih dan sarana produksi, akan berdampak
terhadap produksi. kelemahan di sektor hilir menyebabkan ketidakmampuan untuk
memperoleh nilai tambah dan produk rentan terhadap fluktuasi harga (Saragih 2001).
Oleh karena itu, strategi pembangunan agribisnis lada harus didasarkan pada sistem
mekanisme pasar terkendali. Pemerintah berperan sebagai pengawas agar setiap
pelaku agribisnis lada dapat berperan optimal dengan meniadakan distorsi-distorsi
yang muncul. Melihat kondisi agribisnis lada Indonesia serta masalah-masalah yang
dihadapi maka strategi untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan reorientasi
usaha tani lada, penerapan teknologi anjuran, peningkatan efisiensi dan daya saing,
serta integrasi setiap subsistem agrbisnis lada. Alternatif strategi atau kebijakan
pengembangans istem agribisnis lada meliputi:
1. Mengembangkan lada melalui perluasan areal pada lahan yang sesuai dengan
menggunakan teknologi rekomendasi.
2. Mempertinggi daya saing lada melalui peningkatan produktivitas, mutu hasil,
dan diversifikasi produk.
3. Meningkatkan peran kelembagaan mulai dari kelembagaan di tingkat
petani sampai kelembagaan pemasaran hasil agar berpihak kepada petani.
Untuk membenahi sistem agribisnis lada, disarankan beberapa hal sebagatt
berikut :
1. Sarana produksi yang dibutuhkan hendaknya tersedia sedekat mungkin
dengan petani, dengan harga yang wajar serta dalam jumlah, jenis dan
waktu yang tepat. Diperlukan kemudahan, koordinasi dan kontrol yang
baik agar semua instansi yang terkait dapat berperan secara nyata, termasuk
penyediaan informasi tentang kebutuhan pasar.
2. Teknologi budi daya anjuran (menggunakan tegakan hidup), yaitu budi
daya lada yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu
disosialisasikan melalui buku petunjuk praktis, radio, televisi, penyuluhan
disertai dengan kebun percontohan (visitor plot) untuk mempercepat transfer
teknologi. Integrasi usaha tani lada dengan tanaman semusim dan ternak
sangat bermanfaat bagi manusia. Beberapa jenis zat tersebut ada yang jarang ditemui
pada buah ataupun umbi tanaman lain, yakni eteris, resin dan alkaloid (piperin).
Eteris adalah sejenis minyak yang dapat memberikan aroma sedap dan rasa enak bila
digunakan sebagai bumbu masakan. Resin adalah zat yang dapat memberikan aroma
harum dan khas bila dipakai sebagai bumbu atau parfum. Sedangkan alkaloid
(piperin) adalah sejenis zat yang dapat disamakan dengan nikotin, arecoline dan
conicine yang akan berdampak negatif jika dikonsumsi secara berlebihan.
2.9 Teknik Budidaya Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
Tanaman merica termasuk tanaman memanjat yang mempunyai dua sulur
yaitu sulur panjat dan sulur cabang buah. Bilai di gunakan sebagai bibit, sulur panjat
akan menghasilkan tanaman yang punya sifat memanjat atau yang biasanya d9i kenal
lada panjat. Sedangkan sulur cabang buah akan menghasilkan tanaman yang tidak
memanjat atau lada perdu. Lada perdu bias di peroleh dengan perbanyakan vegetaitf
daru sulur cabang buah.
Secara umum teknik budidaya unuk tanaman Lada (Piper nigrum L.) adalah
sebagai berikut :
1. syarat pertumbuhan
Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
- Suhu udara 200C 34 0C.
- Kelembaban udara 50% 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% 80%
RH.
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol
dan Utisol.
Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
Kelerengan/kemiringan lahan maksimal 300.
Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
Pembibitan
- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun
(Kebutuhan bibit 2.000 bibit tanaman perhektar)
Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5
menghadap keatas.
Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur
NATURAL GLIO.
Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur
pupuk
dasar
: NPK
20
gram/tanaman. Untuk
tanah
kurang
subur
Pemeliharaan Tanaman
- Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan
dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah
melekat pada tiang panjat.
- Penyiangan dan Pembumbunan
penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
- Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada :
1. Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan
penyakit.
2. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
3. Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
- Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) +
HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umu
r
(bln)
3-4
4-5
5-6
6-17
Urea
35
35
35
35
Pupuk makro
(gram/pohon)
SP 36
KCl
15
20
20
25
25
30
30
35
2. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat
tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3
mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat
bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya
sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga
dilakukan pemotongan pada tandan bunga.
3. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap,
berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau
nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa
diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya
sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun,
cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.
- Penyakit
1. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal
serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang
memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun
berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman
jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan
sesudah tanam.
2. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta
serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin
berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan
Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai
menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna
hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat
ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian
1. Untuk lada putih, hanya buah lada yang telah matang yang dapat dipanen
yang ditandai dengan satu atau dua buah biji lada yang telah berubah warna
menjadi kemerahan.
2. Buah harus dipetik secara selektif, dan panen harus dilakukan sesering
mungkin selama musim panen. Dengan seringnya dilakukan pemetikan
selama musim panen, dapat diharapkan buah lada yang di petik menjadi
seragam. Bila pemetikan lada hanya dilakukan satu atau dua kali selama
musim panen, kemungkinan buah yang tidak matang atau terlalu tua akan ikut
terbawa.
3. Buah lada yang telah jatuh ke tanah harus diambil secara terpisah dan tidak
boleh dicampur dengan buah lada yang berasal dari pohon. Buah lada yang
jatuh ke tanah harus diproses secara terpisah untuk digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pemetikan lada harus dilakukan dengan cara yang higienis /bersih,
dikumpulkan dan di angkut di dalam kantong atau keranjang yang bersih
untuk dibawa ketempat pemrosesan. Keranjang atau kantong yang telah
dipergunakan untuk menyimpan bahan kimia pertanian tidak boleh digunakan
untuk mengemas buah lada. Setiap kantong atau keranjang yang akan
digunakan harus dibersihkan untuk memastikan bahwa kantong atau
keranjang tersebut bebas dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kontaminasi.
B. Perontokan dan Pengayakan
(a) Perontokan
1. Perontokan buah lada dapat dilakukan dengan mempergunakan mesin atau
secara manual. Bila jumlah buah lada yang dirontok berjumlah cukup banyak,
warna putih kekuningan, pada suatu wadah bersih jauh diatas permukaan tanah.
Daerah tempat pengeringan harus diberi pagar atau terlindung dari hama atau
binatang peliharaan. Pastikan bahwa lada cukup kering, untuk mencegah kerusakan
yang disebabkan oleh jamur atau bahan-bahan kontaminan lainnya, khususnya bila
tidak ada panas atau sinar matahari. Pengeringan dapat juga dilakukan dengan
pengering rumah kaca/platik menggunakan sinar matahari sebagai sumber panas
untuk mempercepat proses pengeringan dan melindungi biji lada dari debu dan
banda-benda kontaminan lainnya tanpa penambahan biaya yang nyata, kecuali
investasi pembangunan.
panas dapat digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan melindungi biji
lada dari debu dan banda-benda kontaminan lainnya tanpa penambahan biaya yang
nyata.
dan limbah kebun lainnya sebagai bahan bakar dapat digunakan untuk mempercepat
proses pengeringan dan mencegah terjadinya kontaminasi. Perlu diperhatikan
temperatur tidak lebih dari 60C dan tidak ada kontaminasi dari asap.
E. Pembubukan
Dalam pembuatan bubuk lada, bahan yang digunakan adalah pala kering
sempurna (kadar air sekitar 8-10 %). Bahan tersebut kemudian digiling halus dengan
ukuran, sekitar 50-60 mesh dan dikemas dalam wadah yang kering.
(c) Penyimpanan.
1. 1 Lada harus disimpan di tempat yang bersih, kering, dengan ventilasi udara
yang cukup, diatas bale-bale atau lantai yang di tinggikan, ditempat yang
bebas dari hama seperti tikus dan serangga.
2. Lada tidak boleh disimpan bersama dengan bahan kimia pertanian atau pupuk
yang mungkin dapat menimbulkan kontaminasi. Tempat penyimpanan lada
harus mempunyai ventilasi yang cukup tetapi bebas dari kelembaban yang
tinggi.
3. Lada yang disimpan harus diperiksa secara berkala untuk mendeteksi adanya
gejala kerusakan karena hama atau kontaminasi.
hitam adalah dengan cara mengeringkan dan memisahkan buah dari tangkainya tanpa
menghilangkan kulit luarnya. Didalam kulit luar buah lada terdapat zat resin yang
memiliki khasiat obat dan mengandung minyak yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan parfum. Tahap-tahap penanganan pasca panen untuk menghasilkan lada
hitam adalah sebagai berikut :
A. Panen dan Penanganan Bahan
1. Untuk lada hitam, hanya buah lada yang telah matang dapat dipanen, ditandai
dengan satu atau dua buah lada dalam satu tangkai yang telah berubah
warnanya menjadi kuning.
2. Buah harus dipetik secara selektif, dan panen harus dilakukan sesering
mungkin selama musim panen. Dengan seringnya dilakukan pemetikan
selama musim panen, dapat diharapkan buah lada yang di petik menjadi
seragam. Bila pemetikan lada hanya dilakukan satu atau dua kali selama
musim panen, kemungkinan buah yang tidak matang atau terlalu tua akan ikut
terbawa.
3. Buah lada yang jatuh ke tanah harus diambil secara terpisah dan tidak boleh
dicampur dengan buah lada yang berasal dari pohon. Buah lada yang jatuh ke
tanah harus diproses secara terpisah untuk digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pemetikan lada harus dilakukan dengan cara yang higienis /bersih,
dikumpulkan dan di angkut di dalam kantong atau keranjang yang bersih
untuk dibawa ketempat pemrosesan. Keranjang atau kantong yang telah
dipergunakan untuk menyimpan bahan kimia pertanian tidak boleh digunakan
untuk mengemas buah lada. Setiap kantong atau keranjang yang akan
digunakan harus dibersihkan untuk memastikan bahwa kantong atau
keranjang tersebut bebas dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kontaminasi.
B. Perontokan, Pencucian dan Pengayakan
(a) Perontokan
1. Buah lada harus dirontok untuk memisahkan buah lada dengan tangkainya.
2. Perontokan buah lada dapat dilakukan dengan mempergunakan mesin atau
secara manual. Bila jumlah buah lada yang dirontok berjumlah cukup banyak,
disarankan untuk menggunakan mesin perontok.
3. Perontokan harus dilakukan secara hati-hati supaya buah lada tidak rusak.
2. Pencelupan lada dapat dilakukan didalam keranjang yang terbuat dari kawat
atau rotan yang dicelupkan kedalam air panas 80 0C. Air perlu diganti sesering
mungkin, karena menjadi kotor setelah setiap celupan.
D. Pengeringan
1. Buah lada dikeringkan dengan alat pengering pada temperature dibawah 60
C, untuk mencegah kehilangan minyak atsiri, dilakukan di lingkungan yang
bersih, bebas dari kontak dengan debu, kotoran, binatang peliharaan dan/atau
sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan kontaminasi. Lada hitam harus
dikeringkan sampai dengan kadar air dibawah 12% bila lada tersebut akan
disimpan.
2. Penjemuran : lada dapat dikeringkan dibawah sinar matahari, pada suatu
wadah bersih jauh diatas permukaan tanah. Daerah tempat pengeringan harus
diberi pagar atau terlindung dari hama atau binatang peliharaan. Pastikan
bahwa lada cukup kering, untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh
jamur atau bahan-bahan kontaminan lainnya, khususnya bila tidak ada panas
atau sinar matahari.
3. Pengeringan dengan alat pengering dengan enersi sinar matabari (Solar
drier) : Pengeringan dengan alat yang menggunakan sinar matahari sebagai
sumber panas dapat digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan
melindungi biji lada dari debu dan banda-benda kontaminan lainnya tanpa
penambahan biaya yang nyata.
4. Pengering dengan menggunakan bahan bakar padat: Pengeringan dengan alat
yang menggunakan potongan kayu, limbah kelapa dan limbah kebun lainnya
sebagai bahan bakar dapat digunakan untuk mempercepat proses pengeringan
3. Lada yang sudah cukup kering, (kadar air dibawah 12%) dapat dikemas
didalam kantong yang dilapisi polietilene untuk mencegah penyerapan air.
(c) Penyimpanan
1. Lada harus disimpan di tempat yang bersih, kering, dengan ventilasi udara
yang cukup, diatas bale-bale atau lantai yang di tinggikan, ditempat yang
bebas dari hama seperti tikus dan serangga.
2. Lada tidak boleh disimpan bersama dengan bahan kimia pertanian atau pupuk
yang mungkin dapat menimbulkan kontaminasi. Tempat penyimpanan lada
harus mempunyai ventilasi yang cukup tetapi bebas dari kelembaban yang
tinggi. Lada kering yang disimpan harus diperiksa secara berkala untuk
mendeteksi adanya gejala kerusakan karena hama atau kontaminasi.
b-Kadinen,
A-trans-bergamoten
Kalamen
y-Kadinen
1,8(9)-p-mentadien-5-ol
1,8(9)-p-menthadien-4-ol
Epoksi-dihidrokariofillene,
Nerolidol,
Sesquisabinen
4,10,10-
trimetil-7-metilen-bisiklo-(6,2,0) dekane-4-carboksaldehid
Senyawa lain :
Asam butirat ,Asam 3-Metil Butirat ,Asam heksanoat ,Asam 2-Me-pentanoat,
Asam benzoate, Asam Fenil Asetat, Asam sinamat, Asam piperonat Me-heptanoat
Me-oktanoat, 2-undekanoat Piperonal, m-Me-asetofenon n-Butirofenon, N-Nonan
p-Me-asetofenon, N-Tridekan Piperidin, Tinalool Nerolidol, b-pinol b-Pinon, NFormalpiperidin.
Alkaloid 2-5%, yang terutama terdiri dari trans-Piperin 90-95% (beras pedas),
2.12
andalan ekspor tradisional bagi Indonesia, merupakan produk tertua dan terpenting
yang diperdagangkan di dunia (Wahid dan Suparman 1986).
Harga lada dalam negeri selama tahun 1990-2000 meningkat tajam. Pada
tahun 1998, harga lada putih mencapai Rp60.000/kg padahal tahun 1995-1996
hanya Rp15.000/kg. Harga lada hitam pada tahun 1998 mencapai Rp35.000/kg,
dibandingkan tahun 1995-1996 yang hanya Rp10.000/kg (Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan 2002).
Peningkatan
harga
ini
terutama
dipicu
oleh
kenaikan
nilai tukar dolar terhadap rupiah. Pada tahun 2001, harga lada cenderung menurun.
Pada tahun 2002, harga lada putih di tingkat petani berkisar antara Rp15.000Rp20.000/kg, dan harga lada hitam Rp10.000-Rp12.000/kg. Penurunan harga
lada dalam negeri tersebut merupakan refleksi dari turunnya harga lada di pasar
internasional, yaitu untuk lada putih turun dari Sin $1.183,74 menjadi Sin
$863,70/100 kg dan untuk lada hitam dari Sin $362,50 menjadi Sin $270/100 kg
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2002;2003).
Pada tahun 2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton (Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2006) atau menduduki urutan kedua dunia setelah
Vietnam dengan produksi 105.000 ton (Asosiasi Eksportir ada Indonesia 2004;
International Pepper Community 2004).
Luas areal dan produksi lada selama tahun 2000-2005 cenderung meningkat,
yaitu dari 150.531 ha pada tahun 2000 menjadi 211.729 ha pada tahun 2005, dan
produksi dari 69.087 ton pada tahun 2000 menjadi 99.139 ton pada tahun 2005
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2006).
Namun, ekspor cenderung menurun rata-rata 9,60%/tahun (Direktorat Jenderal
Bina Produksi Perkebunan 2006).
Total ekspor lada dari negara-negara produsen pada tahun 2004 mencapai
230.625 ton. Dari total ekspor tersebut, Indonesia mengekspor 45.760 ton atau sekitar
19,80%. Dilihat dari volume ekspor, masih terbuka peluang yang besar bagi
Indonesia untuk meningkatkan ekspor lada. Devisa negara dari ekspor lada sekitar
US$49,566 juta (International Pepper Community 2005).
Di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual
tersendiri karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama
Muntok white pepper untuk lada putih dan Lampong black pepper untuk lada hitam
(Yuhono 2005). Sebagian besar (99%) pertanaman lada diusahakan dalam bentuk
perkebunan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat di simpulkan beberapa hal anatar lain :
1. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan rempah-rempah yang terpenting
dan tertua di dunia. Tumbuhan lada adalah tumbuhan merambat dan memiliki
daun tunggal berbentuk bulat telur berwarna hijau pucat dan buram dengan
ujung runcing yang tersebar dengan batang yang berbuku-buku. Bunga lada
tersusun dalam bentuk bunga majemuk dan berkelamin tunggal tanpa
memiliki hiasan bunga. Sedangkan buah lada berbentuk bulat dengan biji
yang keras namun memiliki kulit buah yang lunak.
2. Jenis-jenis lada adalah lada hitam, lada putih, lada hijau, dan lada merah.
Namun, yang popular atau yang terkenal sampai ke pasar internasional adalah
jenis lada putih dan lada hitam.
3. Manfaat lada sangat banyak. Manfaat utama lada sebagai rempah-rempah
yang popular di masyarakat karena memiliki aroma yang khas dan tajam.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Eksportir Lada Indonesia. 2004. Indonesian Country Paper for the 35 th
Pepper Exporters Meeting, Yogyakarta, Indonesia, 27 September 2004,
International Pepper Community, Jakarta.
Bunasor. 1990 . Jaringan Kerja Sama Antar Subsistem dalam Pengembangan Sistem
Agribisnis Hortikultura. Makalah pada Latihan Metodologi dan Manajemen
Penelitian dan Pengembangan Pola Usaha Tani Hortikultura. 20 hlm.
Dhalimi, A., M. Syakir, dan A. Wahyudi. 1996. Pola tanam lada. Monograf Tanaman
Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 76-79.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia.
Lada. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. hlm. 11-31.
International Pepper Community. 2004. Report of 35th Pepper Exporters Meeting,
Yogyakarta, Indonesia, 27 September 2004, 4 pp. IPC, Jakarta.
Kemala, S. 1996. Prospek dan pengusahaan lada. Monograf Tanaman Lada. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 12-17.
Mahmud, Z., S. Kemala, S. Damanik, dan Y. Ferry. 2003. Profil komoditas lada.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. 188 hlm.
Sugiatno, U. 2003. Pembinaan dan pengembangan lada di Provinsi Lampung. Dinas
Perkebunan Provinsi Lampung, Bandar Lampung. 10 hlm.
Wahid, P. dan U. Suparman. 1986. Teknik budi daya untuk meningkatkan
produktivitas tanaman lada. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat , Jakarta