You are on page 1of 4

Hambatan Umum Komunikasi

Oleh Amalia Azhari Jannah, 1506726845

Apa itu komunikasi? Pertanyaan inilah yang sering muncul ketika kita mendengar kata
komunikasi. Jika kita mempelajari ilmu komunikasi, sekurang-kurangnya ada 100 definisi
komunikasi yang diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Semua definisi itu
diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi dengan cara yang berbeda, namun secara
eksplisit maupun implisit definisi-definisi tersebut menggambarkan, memprediksi, dan berusaha
memahami gejala-gejala komunikasi manusia. Perbedaan definisi komunikasi yang dikemukakan
para ahli maupun praktisi komunikasi itu tampak wajar karena perbedaan arti tersebut tergantung
dari minat dan kepentingan mereka terhadap komunikasi.
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan mengartikan
komunikasi berdasarkan etimologi. Secara etiomologis atau menurut asal katanya, istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis. Kata communis memiliki makna berbagi atau menjadi milik bersama yang berarti
suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Secara terminologis, istilah komunikasi merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seorang kepada orang lain. Jadi dalam definisi ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Ruben dan Steward mendefinisikan komunikasi manusia sebagai
berikut:
Human communication is the process through which individuals-in relationships, group,
organization, and societiesrespond to and create messages to adapt to the environment and
one another. (Komunikasi manusia adalah proses dimana individu-individu dalam suatu
hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan dan beradaptasi satu sama lain).
Umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap
tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
dengan komunikasi non verbal.
Komunikasi secara umum bertujuan untuk membangun atau menciptakan pemahaman
atau pengertian bersama yang mungkin dapat mengakibatkan suatu perubahan sikap, pendapat,
perilaku, ataupun perubahan secara sosial bagi kedua belah pihak. Akan tetapi, dalam praktiknya,
tak jarang komunikasi menemui hambatan yang dapat menghalangi tujuan komunikasi tercapai.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain status sosial, status psikologis, sosial budaya,
prasangka, hambatan semantis, lingkungan, dan hambatan mekanis.
Status sosial menjadi salah satu hambatan dari komunikasi. Status sosial yang mencakup
agama, tingkat pendidikan, ideologi, tingkat kehidupan, posisi atau kedudukan dari individu
tersebut turut menghambat terjadinya suatu komunikasi yang efektif. Ketika kita berbicara
dengan seseorang dengan status sosial yang berbeda, kita cenderung untuk berpikir ulang.

Misalnya, kita berpikir apakah perlu menyampaikan hal ini kepada orang tersebut, bagaimana
cara menyampaikan hal ini kepada orang tersebut, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
sesungguhnya dapat menghambat terjadinya komunikasi.
Status psikologis juga merupakan hambatan dalam komunikasi. Kondisi psikologis
seperti marah, kecewa, cemas, iri hati, bingung, dan kalut baik komunikator (pemberi pesan) dan
komunikan (penerima pesan) terlebih dahulu harus dipersiapkan. Seorang komunikator harus
mempersiapkan kondisi psikologisnya sehingga apa yang akan disampaikan sesuai dengan isi
pesan. Seorang komunikator juga harus bisa mengesampingkan kondisi amarahnya, rasa
kecewanya, kecemasannya, perasaan iri hatinya, kebingungannya, dan kekalutannya saat akan
berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi, tak jarang pula kita menjumpai seorang
komunikator yang marah kepada lawan bicaranya, misalnya, karena baru saja mendapat masalah
dalam rumah tangga. Hal seperti ini dapat menyebabkan kebuntuan dalam hubungan kedua
pihak.
Hambatan ketiga dalam komunikasi ialah sosial budaya. Manusia secara umum berada
pada tingkat keanekaragaman budaya, ras, norma, kebiasaan, bahasa, gaya hidup, postur tubuh,
warna kulit, dan sebagainya. Keanekaragaman inilah yang membuat manusia harus beradaptasi
termasuk harus beradaptasi dalam pergaulan dan berkomunikasi. Seseorang harus bisa
menyesuaikan bagaimana harus bergaul dan berkomunikasi dalam suasana keberagaman. Hal ini
yang mengharuskan seorang komunikator terlebih dahulu mengetahui siapa komunikannya, baik
dipandang dari sisi keanekaragaman budaya, ras, norma, kebiasaan, bahasa, gaya hidup, postur
tubuh, warna kulit, dan sebagainya. Keanekaragaman tersebut juga mengharuskan seseorang
untuk menyesuaikan diri dalam rangka menyelami, memahami, dan mengondisikan diri sendiri
dalam keterlibatan komunikasi.
Hambatan keempat dalam komunikasi adalah prasangka. Prasangka merupakan dugaan
yang belum terjamin kebenarannya dan selalu menjurus pada kesimpulan yang negatif karena
pandangannya tidak realistis. Menurut Efendi O. U. (2002), prasangka merupakan upaya
menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional sehingga dalam menarik sebuah
kesimpulan tingkat kesalahannya sangat tinggi dan hal ini akan memengaruhi atau menghambat
terjadinya komunikasi. Prasangka yang sudah mengakar membuat seseorang sudah tak lagi
menggunakan logikanya dan selalu tidak berpikir objektif sehingga apa yang didengar dan apa
yang dilihatnya selalu dinilai negatif. Prasangka dipandang dari aspek psikologis dapat
disebabkan oleh aspek status sosial budaya.
Hambatan kelima dalam komunikasi adalah hambatan semantis. Faktor semantis
disebabkan karena faktor bahasa yang digunakan oleh komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Bahasa yang kita gunakan sebagai alat
untuk komunikasi sering kali mengalami perbedaan arti dan persepsi karena adanya perbedaan
budaya. Dengan bahasa yang sama, terkadang beda dalam menerjemahkan sebuah arti sehingga
akan mengganggu dalam memersepsikannya. Jenis komunikasi kita yang menggunakan
komunikasi verbal dan non verbal terkadang di dalamnya didapatkan kesalahan dalam
menganalisa maupun memersepsikan isi sebuah pesan. Salah memersepsikan sebuah kata akan
mengakibatkan salah dengar, salah ucap, salah tafsir, salah pengertian sampai pada akhirnya
salah komunikasi (miscommunication).

Lingkungan juga termasuk dalam hambatan komunikasi. Lingkungan yang berisik dan
tidak bersahabat akan menghambat upaya menerjemahkan isi pesan komunikasi. Lingkungan
yang berisik dan tidak bersahabat menyebabkan isi pesan jadi bias atau tidak sesuai dengan
pesan yang disampaikan. Hal ini akan mengganggu konsentrasi dalam memersepsikan isi pesan
yang disampaikan.
Hambatan terakhir dalam komunikasi ialah hambatan mekanis. Dalam komunikasi yang
menggunakan media, informasi, atau isi pesan yang disampaikan oleh komunikator terkadang
tidak sesuai dengan isi pesan yang diterima oleh komunikan. Hambatan yang bersifat mekanik
menitikberatkan pada hambatan yang terjadi di salurannya dan sulit diatasi oleh komunikator.
Kemungkinan kalau kita berbicara melalu media seperti telepon, misalnya dan terjadi kesalahan
dalam menerima isi pesan, mungkin disebabkan oleh adanya kerusakan telepon, rusaknya kabel
telepon, dan lain-lain sehingga suaranya tidak jelas dan sulit dipersepsikan menjadi isi pesan
yang definitif.
Melihat pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
dimana individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat
merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan beradaptasi satu
sama lain. Tujuan dari komunikasi sendiri secara umum ialah membangun atau menciptakan
pemahaman atau pengertian bersama yang mungkin dapat mengakibatkan suatu perubahan sikap,
pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial bagi kedua belah pihak. Dalam praktiknya,
komunikasi juga dapat menemui hambatan yang bisa mencegah tercapainya suatu tujuan dari
komunikasi. Hambatan-hambatan tersebut antara lain status sosial, status psikologis, sosial
budaya, prasangka, hambatan semantis, lingkungan, dan hambatan mekanis. Hambatanhambatan tersebut sesungguhnya dapat diatasi apabila kedua belah pihak menerapkan cara-cara
komunikasi yang efektif.

Referensi:

Fanani, Achmad. Putri, Trikaloka. 2013. Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press
Yogyakarta
Liliweri, Alo. 2007. Dasar - Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarak, Wahit Iqbal. Muhith, Abdul. Nasir, Abdul. Sajidin, Muhammad. 2009. Komunikasi
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

You might also like