You are on page 1of 13

Referat Ileus Mekanik et causa Adhesi

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Intestinal obstruction merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai,
merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab
yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi, sedangkan diketahui bahwa operasi
abdominalis dan operasi obstetri ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung
oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis10.
Intestinal obstruction meliputi sumbatan sebagian (partial) atau seluruh (complete)lumen usus
sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen usus. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam kondisi, yang paling sering menyebabkannya adalah jaringan usus itu sendiri
karena adhesi, hernia, atau tumor11.
Tidak hanya intestinal obstruction saja yang dapat menghasilkan perasaan yang tidak nyaman,
kram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tak diobati dengan benar, intestinal
obstruction dapat

menyebabkan

sumbatan

bagian

usus

dan

menyebabkan

kematian

usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, dan shock11.
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam dan atau jaringan
tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya
dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas (bedah ginekologik), dan nyeri
kronis pelvis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Usus Halus
Usus halus merupakan bagian saluran pencernaan yang paling panjang, dibagi menjadi 3
bagian: duodenum, jejunum, dan ileum. Fungsi utama usus halus adalah pencernaan dan absorbsi
hasil pencernaan.
2.1.1. Duodenum

Duodenum berbentuk seperti huruf C yang panjangnya sekitar 25 sentimeter yang


menghubungkan lambung dengan jejunum. Duodenum sangat penting karena dalam duodenum
terdapat muara saluran empedu dan saluran pankreas. Duodenum melengkung sekitar kaput
pankreas. Dua setengah sentimeter pertama duodenum menyerupai lambung karena pada
permukaan anterior dan posteriornya diliputi peritonium dan mempunyai omentum minus yang
melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Bursa
omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum lainnya terletak
retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi peritoneum.
2.1.2. Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum panjangnya sekitar 6 meter, 2/5 bagian atas merupakan jejunum, masingmasing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi terdapat perubahan yang berangsurangsur dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum mulai padajunctura
duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejunum dan
ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium usus halus. Pinggir bebas lipatan yang
panjang meliputi usus halus yang mobile. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai
peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan
ke kanan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterika
superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara dua lapisan peritoneum yang membentuk
mesenterium.
Pembuluh arteri yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang arteri
mesenterika superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan dalam
mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh-pembuluh ini beranastomosis satu sama lain untuk
membentuk serangkaian arcade. Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri
ileokolika.
Vena jejunum dan ileum sesuai dengan cabang-cabang arteri mesenterika superior dan
mengalirkan darahnya ke vena mesentrika superior. Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan
melalui banyak nodi lymphatici mesentericus dan akhirnya mencapainodi lymphatici
mesentericus superior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesenterika superior. Saraf untuk
jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus
mesenterika superior.

Gambar 1. Anatomi Tractus Gastrointestinal


2.1.3 Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi,
air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus).
Banyak di antara enzim enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat zat
makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat zat yang
dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk
absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir
pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan bahan makanan
dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
1. Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan
dengan enzim enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
2. Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus
besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis
yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada
kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian
mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap
kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 4 cm. Pada saat satu segmen usus halus
yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi,
demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula.

Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan
mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan
basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi
berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum.
Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian
distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar
3 sampai 5 cm
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh adanya
gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel sel pace
maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas dari sel sel ini dipengaruhi oleh
sistem saraf dan hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik
yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan
insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon
menghambat pergerakan usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang kadang terhambat selama beberapa
jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal meningkatkan aktifitas
peristaltik dan mendorong makanan melewati katup ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang
menetap untuk beberapa lama pada daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar
makanan dapat diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan
kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam caecum
meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat dan
gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila
terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami
spasme, dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosongan ileum sangat terhambat8.
2.2 Ileus Obstruktif
2.2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di

bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi
atau dilatasi usus.
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau
sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari
obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala
obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi.
Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana
yang jarang menyebabkan strangulasi.
2.2.2 Etiologi
Beberapa kelainan penyebab obstruksi:
Adhesi intestinal : adanya jaringan fibrosa pada usus yang ditemukan saat lahir
(kongenital). Namun jaringan fibrosa ini paling sering terjadi setelah operasi
abdominal. Usus halus yang mengalami perlengketan akibat jaringan fibrosa ini akan
menghalangi jalannya makanan dan cairan.
Hernia inkarserata : bila sudah terjadi penjepitan usus, maka dapat menyebabkan obstruksi
usus.
Tumor (Primer, metastasis) : dapat menyebabkan sumbatan terhadap jalannya makanan dan
cairan.
Divertikulum Meckel
Intussusception (masuknya usus proximal ke bagian distal)
Volvulus (terpuntirnya usus)
Striktur yang menyebabkan penyempitan lumen usus
Askariasis
Impaksi faeces (faecolith)
Benda asing. 4,9
Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik usus halus. Adhesi
dan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon. Penyebab tersering obstruksi pada colon
adalah kanker, diverticulitis, dan volvulus.9

Gambar 2. Kelainan penyebab obstruksi10

Gambar 3. Kelainan penyebab obstruksi9


2.2.3 Patogenesis
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan
usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.
Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkandistensi usus
tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah
proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik)
sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan
terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik
sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya kontraksinya.9,11

Gambar 4. Ileus obstruksi


2.2.4 Gambaran Klinik
Dengan melihat patogenesis yang terjadi, maka gambaran klinik yang dapat ditimbulkan sebagai
akibat obstruksi usus dapat bersifat sistemik dan serangan yang bersifat kolik.
Gambaran klinik yang bersifat sistemik meliputi :
Dehidrasi berat
Hipovolemia

Syok
Oliguria
Gangguan keseimbangan elektrolit
Perut gembung
Kelebihan cairan usus
Kelebihan gas dalam usus
Gambaran klinik serangan kolik meliputi :
Nyeri perut berkala
Distensi berat
Mual / muntah
Gelisah / menggeliat
Hiperperistaltik
Nada tinggi
Halangan pasase
Obstipasi
Tidak ada flatus
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan pendarahan dinding usus yang
menyebabkan nekrosis atau gangguan dinding usus. Bahaya umum darikeadaan ini adalah sepsis
atau toxinemia.10
2.2.5 Diagnosis
- Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat. Juga didapatkan
distensi perut dan bising usus meningkat.
- Pada anamnesis intususepsi, didapatkan bayi tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan,
sedangkan diantara serangan biasanya anak tidur tenang karena sudah capai sekali. Serangan
klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu kolik, biasanya keluar lendir campur darah
(red currant jelly) per anum, yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau
mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan dan pada
pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya memanjang dengan batas jelas seperti
sosis. Bila invaginasi disertai strangulasi, harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis
setelah perforasi.
- Pada volvulus didapatkan nyeri yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai
muntah hebat. Biasanya penderita jatuh dalam keadaan syok.
- Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang tidak terlalu hebat.
Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat defekasi atau
flatus. Bila penyebabnya adalah volvulus sigmoid maka perut dapat besar sekali.

- Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia (demam), lokal
tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk
mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi.
- Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada regio
inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
luka operasi sebelumnya.
- Perkusi
Hipertimpani
- Auskultasi
- Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang.
- Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di rektum atau
terdapat darah dan lendir), invaginasi, hernia. Adanya darah dapat menyokong adanya
strangulasi, neoplasma. Pada volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Bila
didapatkan feses yang mengeras: skibala, bila feses negatif: obstruksi usus letak tinggi.
Ampula rekti yang kolaps: curiga obstruksi. Bila ada nyeri tekan: lokal atau general
peritonitis.
- Radiologi
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi dilatasi dari usus
bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 35 jam Usus yang diameternya lebih
dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi.
Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak berdilatasi oleh
timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian distal dari obstruksi tidak tampak
bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi belum lama maka tampak bayangan gas yang
sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak bayangan gas atau
udara.
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak dibeberapa
tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder
appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop
dari usus halus yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah
loop sedikit berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih
banyak maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi,
jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga
berbentuk step ladder appearanc.

Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 14 mm. Jarak ini akan melebar
pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka valvula conniventes agak
teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes dari loop yang bertetangga, akan
tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang disebutherringbone appearance.
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya berbentuk
huruf U terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal kolon sampai ke
tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal
sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian
proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga tidak.

Gambar 5. Distensi usus

Gambar 6. Air-fluid Level memberikan Gambaran Huruf U Terbalik


Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat membantu:
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat.
Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.
Terdapatnya abdominal tenderness.
Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, tachycardi, hipotensi atau
shock.10
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu:
A. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
B. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes

Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.4,5


2.2.6 Adhesi Post Operasi
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam dan atau jaringan
tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya
dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas (bedah gynecolog), dan nyeri
kronis pelvis.
Adhesi dapat timbul karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis setempat atau umum. Pita
adhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs operasi. Adhesi ini dapat meyebabkan
obstruksi usus halus dengan menyebabkan angulasi akut dan kinking, seringnya adhesi ini timbul
beberapa tahun setelah operasi. Hal ini dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak
trauma pada usus sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang dapat
mengalami penyempitan.
Ada prinsip dan teknik yang digunakan pada pembedahan untuk meminimalkan komplikasi post
operasi seperti terjadinya adhesi. Prinsip dan teknik tersebut meliputi:
- Penanganan jaringan secara menyeluruh dengan baik
- Mengontrol pendarahan
- Memilih jahitan dan implan dengan hati-hati
- Menjaga jaringan tetap lembab
- Mencegah infeksi
Bahkan teknik pembedahan yang baik pun tidak dapat selalu mencegah pembentukan adhesi.
Jadi, sebagai metode tambahan, banyak ahli bedah telah menggunakan adhesion barriers sebagai
pencegahan terjadinya adhesi pada bedah abdomen dan pelvis.
Adhesi terbentuk ketika adanya inflamasi yang menyebabkan eksudat dari serum mengandung
fibrinogen sampai ke permukaan usus. Fibrinogen tersebut diubah menjadi fibrin soluble, dan
kemudian berikatan dengan fibrin yang insoluble untuk membentuk adhesi fibrinous. Secara
normal, terjadi fibrinolisis dan adhesi fibrinous dipecahkan. Bagaimanapun, jika proses
fibrinolisis menurun, akan terjadi sepsis dan inflamasi, adanya peningkatan fibroblast dan
kolagen yang ditimbun, menghasilkan suatu pembentukan adhesi fibrous yang permanen.
2.2.7 Diagnosis Banding
Intestinal obstruction dapat dikacaukan dengan :
Acute Gastroenteritis
Demam dengue

Limfadenitis mesenterika
Adnexitis
Infeksi Panggul
Kehamilan Ektopik
Kista ovarium torsi
Endometriosis
Urolithiasis
Demam tifoid
Pankreatitis akut
Proses inflamasi akut antraperitoneal (Acute Appendicitis)
Kolesistitis
Perforasi Ulkus Duodeni
Mesenteric vascular occlusion.5,9
2.2.8 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal
2.2.8.1 Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosis obstruksi usus secara
lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau
hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan dalam perut atau usus
Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
Atasi dehidrasi
Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24 jam sampai saatnya
penderita siap untuk operasi.
2.2.8.2 Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi dengan NGT
tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu perhatikan :
Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya maupun
kondisi sebelum sakit.
Apakah ada risiko strangulasi.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus:
Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan
oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Gambar 7. Reseksi usus


2.2.9 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. 3 Prognosisnya
baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.7
BAB III
KESIMPULAN
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di
bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensi
atau dilatasi usus.

Adhesi, hernia, dan tumor mencakup 90% etiologi kasus obstruksi mekanik usus halus. Adhesi
dan hernia jarang menyebabkan obstruksi pada colon. Penyebab tersering obstruksi pada colon
adalah kanker, diverticulitis, dan volvulus.
Adhesi dapat timbul karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis setempat atau umum. Pita
adhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs operasi. Adhesi ini dapat meyebabkan
obstruksi usus halus dengan menyebabkan angulasi akut dan kinking, seringnya adhesi ini timbul
beberapa tahun setelah operasi. Hal ini dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak
trauma pada usus sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang dapat
mengalami penyempitan.
Bahkan teknik pembedahan yang baik pun tidak dapat selalu mencegah pembentukan adhesi.
Jadi, sebagai metode tambahan, banyak ahli bedah telah menggunakan adhesion barriers sebagai
pencegahan terjadinya adhesi pada bedah abdomen dan pelvis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Gastrointestinalis trac.http://www.uhbristol.nhs.uk/_resources/img/gastro1.jpg
2. Anonymous. Ileus. [Online].2007 September 13 [cited 2008 May 19];[6 screens]. Available
from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
3. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2008 May 21];[4 screens].
Available from:URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.
4. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition, W.B.Saunders,
Philadelphia, 2001, hal 887-888
5. Brunicardi, F.C., et all, Schwartzs Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-Hill,
New York, 2005, hal 1031-1032
6. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May 21];[7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
7. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2008 June 2];[6 screens].
Available from: URL:http://www.emedicine.com
8. Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-intestinal. Ed.1. Ujung Pandang:
Fak. Kedokteran Unhas;1995.
9. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000260.htm
10. www.fk.unpad.ac.id/upload/distance-learning/admind/RenoBedah-1-Ileus.pdf
11. www. Lifesteps.com/gm/Atoz/ency/ileus.jsp
12. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_ObstruksiIleus.pdf/06_ObstruksiIleus.html
13. medlinux.blogspot.com/2009/02/ileus.html
14. http://209.85.175.132/search?
q=cache:fAGij5d5aEEJ:www.seprafilm.com/documents/AboutPostSurgAdhesions.pdf+adhe
sion+ileus&cd=169&hl=en&ct=clnk
15. http://209.85.175.132/search?q=cache:YRuIQ8lVeE0J:www.michvma.org/documents/MVC
%2520Proceedings%25202009/Cook,%2520POSTOPERATIVE%2520COMPLICATIONSMVC.pdf+adhesion+ileus&cd=38&hl=en&ct=clnk

You might also like