You are on page 1of 13

1.

Gerak Refleks
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan
dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat
oleh kemauan sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan
sengaja menyentuh permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal. Tiga puluh satu saraf sumsum
tulang belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar anterior
dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang berpadu dengan serabut
saraf sensorik pada akar posterior guna bersama membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan
ini terjadi sebelum serabut saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu
membagi diri lagi menjadi serabut primer anteriordan serabut primer posterior. Serabut primer
posterior melayani kulit dan oto punggung sedang serabut primer anterior membentuk berbagai
cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada
daerah torax ( Pearce, 2009).

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang
berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari
reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi
anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk
terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang
menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut
menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan
impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang

menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima
impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan
rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).
Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-serabut efferent yang membawa impuls sampai
pada cornu posterior, selanjutnya melalui suatu interneuron stimulus diteruskan kepada cornu
anterior, dan melalui serabut-serabut motoris (efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor
yang terdapat pada otot, maka otot digerakkan. Serabut-serabut yang lain membawa stimulus
nyeri, raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke
otak, ada yang tidak melalui cornu posterior medulla spinalis. Stimulus temperature berjalan
bersama-sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana berjalan bersama-sma dengan stimulus
raba. Stimulus motoris merupakan serabut-serabut descendens yang berpangkal pada area
motoris cortex cerebri. Sel betz pada gyrus precentralis mengirim axonnya turun ke caudal dan
membentuk tractus corticospinalis berjalan melalui corona radiate, capsula interna, pedunculus
cerebri, mencephalon, pons, medulla oblongata, sampai ke perbatasan medulla oblongata dan
medulla spinalis 2/3 bagian dari serabut- serabut tadi mengadakan persilangan dengan pihak
lainnya membentuk decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri di dalam funiculus lateralis
medulla spinals sebagai tractus corticospinalis lateralis (Buranda, 2008).
Bila impuls yang dihantarkan dari bagian atas sistem saraf pusat ke medula spinalis
terdapat dalam jumlah besar, maka otot berkonstraksi denga berlebihan. Sebaliknya ketika
penghantaran rangsangan ini berkurang atau tidak ada sama sekali, maka konstraksi otot menjadi
lemah atau hilang. Lesi di area motorik korteks serebri mengakibatkan menghilangnya konstraksi
otot dibagian tubuh dengan arah yang berlawanan (Guyton, 2006).
Pengetukan tendon patellaakan secara pasif meregangkan otot kuadaseps dan
mengaktifkan reseptor gelendong-gelendongnya. Reflek regang yang terjadi menimbulkan
konstraksi otot ekstensor, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah
dengan cara yang khas. Hal yang serupa juga terjadi pada reflek biseps dan triseps (Sherwood,
2001).
Blumenthal, Louise. 2007. Atlas Anatomi. Jakarta: Djambatan.
Buranda, Theopilus. 2008. Anatomi Umum. Makassar : Fakultas Kedokteran UNHAS.
Campbell. 2004. Biologi Edisi kelima_jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pratama, Tomi. 2008. Gerak Refleks Pada Manusia. http://thetom022. wordpress. com /
2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia/. Diakses pada Tanggal 16 Desember 2010
Syaifuddin. 2006. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika.

2. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)


Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf
pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang
keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang
belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang
ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya,
bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah
(kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla
spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang
belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7 pasang
dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen lumbalis, 5 pasang
dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus.

Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.

Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian
belakang torax atau dada.

Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.

Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).

Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)

3. Saraf Otonom
Pengertian sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bergantung pada sistem saraf pusat, dan
antara keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Juga memiliki sifat seolah olah
sebagai bagian sistem saraf pusat, yang telah bermigrasi dari saraf pusat guna mencapai kelenjar,
pembuluh darah, jantung, paru-paru, dan usus. Karena sistem saraf otonom itu terutama
berkenaan dengan engendalian organ-organ dalam secara tidak sadar, kadang-kadang disebut
juga susunan saraf tidak sadar.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua :


Saraf parasimpatis: terbagi dalam dua bagian yang terdiri atas saraf otonom kranial dan saraf
otonom sakral. Sistem Parasimpatis berkaitan dengan pertahanan tubuh dan perbaikan sumbersumber tubuh antara lain penurunan denyut jantung, peningkatan aktivitas gastrointestinal dan
absorbsi makanan.
Saraf simpatis: terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan serta bersambung dengan
sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Sistem Simpatis yang mempunyai
aktivitas perangsangan, responnya antara lain adalah peningkatan denyut jantung, peningkatan
kekuatan jantung, gula darah dan tekanan darah.

Seperti diungkapkan diatas bahwa sistem saraf tepi manusia terdiri dari saraf kranial dan saraf
spinal. Pada sistem saraf tepi Manusia terdapat 12 pasang saraf kranial, berikut ini adalah daftar
saraf kranial pada manusia dan fungsinya.
Saraf Kranial

Fungsi

Nervus Olfactorius (N I)

Penciuman

Nervus Opticus (N II)

Penglihatan

Nervus Oculomotoris (N III) Mengangkat kelopak mata atas dan konstriksi


pupil
Nervus Trochlearis (N IV)

Gerakan mata ke bawah dan ke dalam

Nervus Trigeminus ( N V)

Gerakan mengunyah, sensasi kulit, mukosa dll

Nervus Abducens (N VI)

Gerakan mata ke lateral

Nervus Facialis ( N VII)

Ekspresi wajah, lakrimasi, pengecapan

Nervus Vestibulocochlearis
(N VIII)

Keseimbangan dan pendengaran

Nervus Glossopharyngeus (N Menelan, reflex muntah, salvasi, pengecapan


IX)
Nervus Vagus ( N X)

Menelan, reflex muntah

Nervus Accessorius (N XI)

Otot sternocleidomastoideus, gerakan kepala


dan bahu

Nervus Hippoglossus ( N XII) Pergerakan Lidah

Sistem simpatis terdiri atas serangkaian urat kembar yang bermuatan ganglion-ganglion. Uraturat itu bergerak dari dasar tengkorak yang terletak di depan kolumna vertebra, lantas berakhir
dalam pelvis di depan koksigis, sebagai ganglion koksigeus. Ganglion-ganglion itu tersusun
berpasangan dan disebarkan dari daerah-daerah :

Daerah leher

: tiga pasang ganglion servikal

Daerah dada

: sebelas pasang ganglion torakal

Daerah pinggang

: empat pasang ganglion lumbal

Daerah pelvis

: empat pasang ganglion sakral

Di depan koksigis

: ganglion koksigens

Ganglion-ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang
belakang, dengan mempergunakan cabang cabang penghubung, yang bergerak keluar dari
sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang
belakang.
Ganglion simpatis lainya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia ini, dan bersama
serabut-serabutnya membentuk pleksus-pleksus simpatis.
1.
Pleksus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabang-cabangnya ke situ
dan ke paru paru
2.
Pleksus seliaka terletak di sebelah belakang lambung, dan melayani organ-organ dalam
rongga abdomen
3.
Pleksus mesenterikus (pleksus hipogatilus) terletak di depan sakrum dan melayai organ
organ dalam pelvis.
Adapun fungsi dari sistem simpatis :
-

Mensarafi otot jantung

Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit

Mempertahankan tonus semua otot sadar

Sistem parasimpatis. Saraf kranial otonom adalah saraf kranial ketiga, ketujuh, kesembilan,
kesepuluh. Saraf saraf ini merupakan penghubung, tempat serabut-serabut parasimpatis lewat
dalam perjalanannya keluar dari otak menuju organ-organ yang sebagian dikendalikan olehnya.
Serabut-serabut yang mencapai serabut-serabut otot sirkular pada iris merangsang gerakangerakan yang menentukan ukuran pupil mata menggunakan saraf kranial ketiga, yaitu saraf
okulo-motorik.
Serabut-serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah melalui saraf ketujuh, fasial,
serta saraf kesembilan, glosofaringeus.

Saraf vagus atau saraf kranial kesepuluh adalah serabut saraf otonom terbesar. Daerah
layanannya luas, serta serabut-serabutnya disebarkan ke sejumlah besar kelenjar dan organ.
Penyebaran ini sejalan dengan penyebaran serabut simpatis.
Saraf parasimpatis sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sakral. Saraf-saraf
ini membentuk urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis
membentuk pleksus yang melayani kolon, rektum, dan kandung kencing.
Adapun fungsi dari sistem parasimpatis :
-

Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan


kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung

Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung

Menpersarafi kelenjar ludah

Mempersarafi parotis

Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,
lien, hepar dan kelenjar suprarenalis

Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin

Miksi dan defekasi

Sistem pengendalian ganda (simpatis dan parasimpatis) hanya sebagian kecil organ dari kelenjar
yang memiliki satu sumber pelayanan, yaitu simpatis dan parasimpatis.

4. Karateristik UMN dan LMN

Karakteristik

UMN

LMN

Jenis dan distribusi


kelemahan

Lesi di otak: distribusi


piramidalis yaitu bagian distal
terutama otot-otot
tangan,ekstensor dan lengan
fleksor tungkai lebih lemah.
Lesi di medula
spinalis:bervareasi baergantung
lokasi lesi.

Bergantung LMN yang


terkena yaitu sekmen
radiks,atau saraf yang mana.

Tonus

Spastisitas:lebih nyata pada


pada fleksor lengan dan
ekstensor tungkai

Flaksid

Massa otot

Hanya sedikit mengalami


disuse atropi

Atropi dapat sangat jelas

Refleks

Meninggal:Babinski positif

Menurun atau tidak ada :


Babinski negatif

Fasikulasi

Tidak

Ada

Klonus

Seringkali ada

Tidak ada

You might also like