You are on page 1of 34

PERDARAHAN SALURAN

CERNA BAGIAN ATAS

DEFINISI

Merupakan salah satu kasus emergensi


Perdarahan yang terjadi proximal dari
ligamentum Treitz sehinga berwarna
hitam
Cairan hematin (asam chlorida
dengan hemoglobin)

KRITERIA
PERDARAHAN

Hematemesis

muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam


seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz
Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan
kotoran bercampur asam lambung; biasanya
mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,
atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon
bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya
Hematokezia
(darah segar keluar per anum) biasanya berasal dari
perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon)

Epidemiologi
-

Penyebab terbanyak perdarahan saluran cerna


karena ulkus peptikum. Namun, belakangan ini
kematian karena perdarahan saluran cerna akibat
ulkus peptikum menurun selama 10 tahun terakhir
(5 12%). Hal ini disebabkan krn teknologi
endoskopi dan farmakologi yg semakin membaik
dapat mengurangi perdarahan ulang.

Banyak kematian disebabkan karena komplikasi


perdarahan tsb seperti kegagalan multi-organ atau
kondisi cardiopulmonary. Maka untuk menurunkan
angka kematian secara keseluruhan, penilaian &
pencegahan thdp komplikasi harus difokuskan.

ETIOLOGI
Ulkus peptikum (35-62%)
Varises esofagus (4-31%)
Sindrom Mallory-Weiss tear (4-13%)
Gastritis erosif (3-11%)
Varises lambung
Kanker lambung (1-4%)
Lesi Dieulafoy
Lesi vaskuler
Esofagitis
Angiodisplasia
Gastropati kongestif

PATOFISIOLOGI
ULKUS PEPTIKUM
Gangguan keseimbangan antara faktor asam dan
pepsin (mukus, bikarbonat, aliran darah) mukosa
dinding lambung melemah pecah perdarahan
Infeksi kuman Helicobacter Pylori peradangan
langsung pada mukosa lambung dan duodenum
produksi asam berlebih membebani lapisan mukosa
lambung sakit maag
Obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID),
misalnya aspirin, ibuprofen, naproxen, dan diklofenak
Konsumsi dalam jangka waktu yang panjang
merusak lapisan mukosa ulkus peptikum

PATOFISIOLOGI

VARISES ESOFAGUS

Obstruksi sistem vena portal


tekanan portal meningkat
pelebaran pembuluh darah
di anastomosis varises
esofagus dinding varises
yang rapuh bisa pecah 9
perdarahan

Varises Esofagus

PATOFISIOLOGI

MALLORY-WEISS TEAR

Kenaikan tekanan
intragastrik yang tiba-tiba
atau prolaps lambung ke
esofagus timbul laserasi
longitudinal di mukosa
lambung maupun esofagus
sumber perdarahan

Mallory-Weiss tear

ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis tentang riwayat penggunaan NSAID atau
obat antikoagulan, adanya sakit perut atau tidak,
adanya diare dan demam yang dialami sebelumnya
yang dapat mengarah pada colitis baik infeksi atau
iskemi
Anamnesis riwayat penyakit dahulu untuk mengetahui
adanya faktor resiko terjadinya perdarahan
Pemeriksaannya fisik meliputi tekanan darah dan nadi
posisi baring, perubahan ortostatik tekanan darah dan
nadi, ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral
dingin), pernapasan, tingkat kesadaran, dan produksi
urin

DIAGNOSA
Upper endoskopi
Push Enteroskopi
Angiografi/Arteriografi
Blood Flow Scientigraphy
(Nuclear Scientigraphy)
Operasi Laparatomi
Eksplorasi

KOMPLIKASI
Syok hipovolemik
Gagal ginjal akut
Anemia
Infeksi
Reaksi tranfusi
Perforasi abdomen

PENATALAKSANAAN
NON ENDOSKOPIS

Stabilisasi keadaan umum

Vitamin K 1 mg/kgBB/i.m. (maks. 10 mg) bila ada koagulopati

Tranfusi suspensi trombosit dapat diberikan bila diperlukan

Pembilasan lambung : Dilakukan melalui NGT dengan 50-100


ml NaCl 0,9% berulang kali tiap 1-3 jam tergantung
perdarahannya sampai cairan lambung sebersih mungkin.

Bolus vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5%,


diberikan 0,5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit, dan dapat
diulang tiap 3-6 jam. Atau setelah pemberian pertama
dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.

Untuk menurunkan aliran darah splanknik dapat diberikan


bolus Somatostatin 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250
mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan
berhenti.

PENATALAKSANAAN
Bila ada ulkus peptikum dan erosif pada mukosa :
Omeprazole 80 mg/iv, kemudian dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam
selama 72 jam.
Antasida diberikan tiap 1-2 jam dengan dosis 0,5 ml/kgBB/dosis (maks.
30 ml/dosis) untuk mempertahankan pH > 5 H2 reseptor antagonis
Simetidin : 7,5 ml/kgBB tiap 6 jam atau Ranitidin : 1,25-2 mg/kgBB tiap
12 jam

Bila ada varises esofagus Pemasangan Sengstaken-Blackmore


tube (SB-tube) untuk menghentikan perdarahan

PENATALAKSANAAN

ENDOSKOPIS

Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater


probe)

Noncontact thermal (laser)

Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol,


cyanoacrylate, atau pemakaian klip)

PENATALAKSANAAN

TERAPI RADIOLOGI

Penyuntikan vasopressin

Embolisasi arterial

TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt)

PEMBEDAHAN

PROGNOSIS

Prognosis penyakit dipengaruhi oleh usia penderita,


penyakit penyerta, dan kondisi hemodinamik.

Tingginya tingkat kematian sangat dipengaruhi oleh


penyakit serius yang mendasarinya.

Perdarahan saluran
cerna bagian bawah

Definisi

Perdarahan yang berasal dari distal ligamentum


Teitz.

80% perdarahan akan berhenti spontan.

Angka mortalitasnya adalah 2-4%.

Gambaran Klinik

Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan
kotoran bercampur asam lambung; biasanya
mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,
atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon
bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya.

Hematokezia.
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan
saluran cerna bagian bawah, Biasanya perdarahan terjadi
pada kolon descendens, sigmoid, dan anorektal.

Maroon Stool
Keluarnya darah dari rectum yang bercampur feses
diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian bawah,
darah sekilas berwarna merah gelap, tetapi bila disiram air
akan berubah menjadi merah hati. Biasanya terjadi pada
perdarahan caecum dan colon ascendens.

Etiologi

Hemoroid

Divertikulosis

Kolon iskemik

Kolitis

Angiodisplasia

Fisura perianal

Keganasan rectum dan kolon

Post polipektomi

Fistula vascular enteric

Divertikulum meckel

Prosedur Diagnosis

Anamnesis gejala dan tanda.

Pemeriksaan fisik.

Sigmoidoskopi dan Kolonoskopi.

Scan sel darah merah.

Angiografi.

Anamnesis Gejala dan


Tanda
Untuk mengetahui perjalanan penyakit dan sumber
perdarahan, perlu ditanyakan adanya hal dibawah ini:
1.Feses diselimuti darah atau darah menetes (hemoroid).
2.Diare bercampur darah dan nyeri perut (inflamasi kolon).
3.Nyeri waktu feses keluar (fissure ani).
4.Perubahan pola buang air besar, bentuk feses, dan berat
badan menurun (Keganasan).
5.Perdarahan tanpa disertai nyeri perut (Diverticulosis coli,
angiodislpasia, atau proktitis radiasi).
6.Pemakaian aspirin dan NSAID (ulkus).

Pemeriksaan Fisik

Ada tidaknya dampak hemodinamik akibat


perdarahan.

Adanya hipotensi ortostatik mengarah kemungkinan


perdarahan <15% total volume darah.

Colok dubur sangat penting untuk mengetahui ada


tidaknya massa.

Sigmoidoskopi dan
Kolonoskopi.

Sigmoidoskopi dapat menilai kolon bagian kiri


(rectum, sigmoid, dan kolon desenden).

Sebagian besar perdarahan lebih memerlukan


kolonoskopi total.

Adanya darah segar dalam ileum terminal dapat


diasumsikan perdarahan bukan dari colon.

Pemeriksaan diprioritaskan pada pasien berumur


>45 tahun, karena prediksi keganasan tinggi.

Indikasi Kolonoskopi

Pendarahan dari rektum (darah bercampur dengan


feses).

Riwayat keluarga yang mengidap kanser usus besar.

Sebagai 'screening' untuk Pasien berumur > 50


tahun.

Seseorang yang pernah menghidap penyakit polip


usus besar.

Kontra Indikasi Kolonoskopi

Pasien tidak kooperatif.

Belum dipuasakan.

Penyakit jantung berat.

Penderita dalam keadaan syok atau koma.

Perforasi usus.

Gagal napas berat.

Hamil trisemester 3.

Scan Sel Darah Merah dan


Angiografi

Pemeriksaan ini dilakukan apabila perdarahan menjadi


kendala kolonoskopi.

Pemeriksaan ini juga dilakukan apabila perdarahan


terus berlanjut, tetapi penyebab tidak terdeteksi oleh
kolonoskopi.

Adanya perdarahan minimal 0,1-0,5 mL/menit adalah


indikasi pemeriksaan ini.

Sel darah merah yang sudah diberikan Technitium


99m secara invitro akan dikembalikan ke tubuh pasien
dan akan dinilai ada tidaknya serta lokasi
ekstravasasi.

Akurasinya adalah 24-91%.

Tata Laksana

Tata Laksana Khusus

Divertikulasi Kolon
Penyuntikan epineferin, koagulasi bipolar atau terapi mekanik
menggunakan endoklip. Bila secara endoskopi terkendala, lakukan
angiografi yang disertai unsur terapetik, yaitu pemberian vassopresin
atau embolisasi superselektif.

Malformasi Arteriovenosa
Kolonoskopi dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus ini. Teknik
koagulasi dengan kauter elektrik atau koagulasi argon plasma dapat
menghentikan perdarahan.

Keganasan.
Ditegakan dengan pemeriksaan endoskopi dan biopsy. Lakukan
tindakan operatif.

Hemoroid.
Terapi topical, skleroterapi, ligase, koagulasi inframerah atau operatif.

Reference

http://
www.emedicinehealth.com/gastrointestinal_bleeding/article_em.ht
m
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003133.htm

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25274156
Upper Gastrointestinal Bleeding Caused by Severe Esophagitis: A
Unique Clinical Syndrome.
Guntipalli P1, Chason R, Elliott A, Rockey DC.

http://www.inajghe.com/journal/index.php/jghe/article/viewFile/363/171

http://www.nature.com/ajg/journal/v105/n1/full/ajg2009517a.html

http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview

http://ghrnet.org/index.php/joghr/article/viewFile/1119/1189

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4231512/pdf/WJGP-5467.pdf

You might also like