Professional Documents
Culture Documents
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara,
maupun di angkasa. Dalam hal ini alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) diperlukan
untuk menerima dan memproses sinyal-sinyal satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan
posisi, kecepatan, maupun waktu.
Receiver GPS dapat diklasifikasikan secara skematik :
a. Penentuan Posisi
1) Tipe Navigasi (Tipe sipil & Tipe Militer)
- Umumnya digunakan untuk penentuan posisi absolute secara instan yang tidak
menuntut ketelitian yang tinggi. Tipe sipil ketelitian : 50-100 m. Tipe Militer :
10-20 m.
2) Tipe Pemetaan
- Sama halnya tipe navigasi, tipe pemetaan juga memberikan data pseudorange
(kode C/A). bedanya pada receiver ini data tersebut dapat direkam dan dapat
kemudian dipindah (download) ke computer untuk diproses lebih lanjut. Oleh
sebab itu receiver tipe ini dapat digunakan untuk penentuan posisi secara
diferensial.
- Ketelitian yang diperoleh : 1-5 m.
3) Tipe Geodetik
- Paling canggih, paling mahal, dan juga memberikan data yang paling presisi.
- Umumnya digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang
relatif tinggi (dari orde mm dampai dm). contoh untuk pengadaan titik-titik
control geodesi, pemantauan deformasi, dan studi geodinamika.
b. Penentuan Waktu : Timing Receiver
Pada dasarnya konsep dasar penentuan poisisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan
ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit
GPS yang koordinatnya telah diketahui. Secara vector, prinsip dasar penentuan posisi dengan
GPS diperlihatkan oleh gambar di bawah ini. dalam hal ini parameter yang akan ditentukan
adalah vector posisi geosentrik pengamat (R). untuk itu, karena vector posisi geosentrik satelit
GPS (r) telah diketahui, maka yang perlu ditentukan adalah vector posisi toposentris satelit
terhadap pengamat ().
Gambar 1.1. Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (Pendekatan vector)
Pada pengamatan dengan GPS, yang bisa diukur hanyalah jarak antara pengamat
dengan satelit dan bukan vectornya. Oleh sebab itu rumus yang tercantum pada gambar 1.1 tidak
dapat diterapkan. Untuk mengatasi hal ini, penentuan posisi pengamat dilakukan dengan
melakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan, dan tidak hanya
terhadap beberapa satu satelit, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2.
Pada operasionalisasinya, prinsip penentuan posisi dasar dengan GPS, berdasarkan pada
mekanisme pengaplikasiannya dapat diklasifikasikan atas beberapa metode penentuan posisi.
Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi (X,Y,Z) ataupun (,,h) yang
dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan
ditentukan posisinya dapat diam (Static Positioning) ataupun bergerak (Kinematic Positioning).
Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan metode penentuan poisisi absolute, ataupun
terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (stasiun referensi) dengan menggunakan
metode diferensial (relatif) yang menggunakan minimal dua receiver GPS.
Disamping itu, GPS dapat memberikan posisi secara instan (real time) ataupun sesudah
pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara lebih ekstensif.
2. Datum penentuan posisi yang digunakan oleh GPS adalah WGS 1984. Seandainya posisi
harus dipresentasikan dalam datum lainnya makan diperlukan transformasi koordinat dari
datum WGS 1984 ke datum yang bersangkutan.
3. Data tinggi yang diperoleh dari GPS adalah tinggi yang mengacu permukaan ellipsoid,
bukan tinggi orthometris (yang mengacu ke permukaan geoid atau muka air laut rata-rata).
Sehingga tidak boleh langsung diintegrasikan dengan tinggi yang diperoleh dari pengukuran
terestris arau dengan metode sifat datar yang umum digunakan orang.
4. Pemrosesan data dan penganalisaan hasilnya bukan hal yang mudah.
5. SDM yang menguasai teknologi GPS di Indonesia relative masih belum banyak.