a. Telah menggunakan system Geo KKP dimana antara data spasial dan data tekstual saling berhubungan satu sama lainnya. b. Mempunyai satu-satunya instansi yang menyelenggarakan/ mempunyai kewenangan penuh dibidang pendaftaran tanah. c. Hasil pengukuran oleh instansi BPN dianggap paling teliti bila dibanding dengan pengukuran oleh instansi lainnya. d. System pendaftaran menggunakan negative tendensi positif artinya melindungi pemilik sebenarnya. e. Memiliki sumber daya manusia yang cukup banyak dan terampil khususnya dibidang pertanahan terutama di bidang pengukuran dan pemetaan kadastaral melalui STPN. 2. Kelemahan system kadaster di Indonesia a. System pengarsipan yang belum maksimal di berbagai daerah dan belum tersusun sesuai standar pengarsipan yang baik dan efektif. b. Belum ada undang-undang pertanahan yang khusus. c. Tenaga atau sumber daya manusia belum tersebar merata d. Belum tersedianya peta tunggal e. Banyaknya peneyelewengan penggunaan lahan (tidak mengikuti Rencana Tata Ruang dan Wilayah) f. Tanah ulayat belum terpertakan g. Banyak Gambar Ukur melayang (belum terikat dengan TDT ataupun belum memiliki koordinat) h. Tumpang tindih kepemikan dan penguasaan atas tanah i. Pendudukan dan penyerobotan tanah-tanah perkebunan yang telah dilekati oleh HGU baik yang masih berlaku maupun yang sudah berakhir j. Sengketa kawasan hutan dan pertambangan k. Masih banyak peta manual produk lama yang belum dipetakan secara digital dan diproyeksikan sesuai dengan sistem koordinat yang digunakan di BPN. 3. Peluang system kadaster di Indonesia a. Teknologi informasi dan komunikasi (termasuk GIS) menciptakan peluang bagi efisiensi dan efektifitas system kadaster. Inventarisasi, recording, management basis data akan menjadi lebih cepat dan terhidar dari tumpang tindih (over lapping). b. Tekhnologi pengukuran yang semakin mutakhir dan mudah. c. Kerja sama antar pemerintah (BPN) dan swasta d. Kerja sama antar BPN, Kehutanan, BIG, dan Instansi Pemerintah Lainnya. e. Mulai mengembangkan Sistem Informasi Geografis dan Sistem Informasi Pertanahan di BPN. 4. Hambatan atau ancaman system kadaster di Indonesia a. Banyaknya calo sertipikat b. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam arti penting pendaftaran tanah (budaya masyarakat).
c. Kesadaran pegawai BPN (petugas ukur) masih ada yang melakukan
pengukuran tidak sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan dan tidak mematuhi peraturan yang telah berlaku. d. Kesalahan dalam melaksanakan pengukuran tidak diperhatikan khususnya kesalahan blunder. e. Ketersediaan lahan yang tetap namun jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan semakin banyak dan kompleksnya masalah/ sengketa peratanahan. f. Banyaknya alih fungsi lahan pertanian maupun hutan menjadi permukiman maupun untuk pembangunan , berpotensi menimbulkan dampak berupa banjir , kekeringan, kelaparan, maupun berkurangnya keanekaragaman hayati.