You are on page 1of 32

KULIAH BAJA 2

MATERI KULIAH BAJA II

PENGANTAR (REVIEW)

MATERIAL BAJA SEBAGAI BAHAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

BALOK TERLENTUR (Flexural Menbers)

ALAT PENGIKAT STRUKTURAL (Struktural Fastener)

BALOK KOLOM (KOMBINASI GAYA)

PERLETAKAN

STRUKTUR PORTAL SEDERHANA

APLIKASI KOMPUTER UNTUK ANALISIS STRUKTUR BAJA (SansPro V.4.95)

KULIAH BAJA 2
MATERIAL BAJA SEBAGAI BAHAN STRUKTUR

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa

memahami
karakteristik/perilaku baja sebagai
bahan struktur
Mahasiswa mengetahui berbagai tipe
struktur baja

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN

Baja adalah logam campuran yang tediri dari BESI (Fe) dan KARBON (C).

Dalam senyawa antara besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut besi
menjadi unsur yang lebih dominan dibanding karbon.

Kandungan kabon berkisar antara 0,2 2,1% dari berat baja, tergantung
tingkatannya.

Fungsi karbon adalah meningkatkan kwalitas baja, yaitu daya tariknya


(tensile strength) dan tingkat kekerasannya (hardness). Selain karbon,
sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V),
molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan
seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi

Sejarah Baja (Lihat Modul)

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)

Klasifikasi
1. Baja

Baja menurut Komposisi Kimia

Karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;

Baja karbon rendah (low carbon steel)

machine, machinery dan mild steel

0,05 % 0,30% C.

Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin.

Penggunaannya:

0,05 % 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains (rantai), rivets


(paku keling), screws (sekrup), nails (paku).

0,20 % 0,30 % C : gears (roda gigi), shafts (poros), bolts (baut), forgings,
bridges, buildings.

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)


Klasifikasi Baja menurut komposisi kimia(lanjutan)
1. Baja Karbon (carbon steel)

Baja karbon menengah (medium carbon steel)

Kekuatan lebih tinggi dari pada baja karbon rendah

0,30 % 0,60% C.

Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.

Penggunaannya:

0,30 % 0,40 % C : penghubung batang/kabel, pin engkol, as


roda.

0,40 % 0,50 % C : as mobil, rel, peralatan bengkel

0,50 % 0,60 % C : hammer kereta luncur

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)


Klasifikasi Baja menurut komposisi kimia(lanjutan)
1. Baja Karbon (carbon steel)

Baja karbon tinggi (high carbon steel)

Kekuatan lebih tinggi dari pada baja karbon menengah

0,60 % 1,50% C.

Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.

Penggunaannya:

Screw drivers, blacksmith hummers, table knives, screws,


hammers, jaws, knives, drills. Tools for turning brass and wood,
reamers, tools for turning metals ,saw for cutting steel, wire
drawing dies, fine cutters.

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)

Klasifikasi Baja menurut Komposisi Kimia

Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi

2.

(High Strength Low Alloy Steel);

Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambahkan unsur paduan
seperti chrom, columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor,
vanadium atau ziroconimum agar sifat mekanisnya lebih baik.

Tegangan leleh 40 ksi dan 70 ksi (275Mpa dan 480Mpa)

A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709

Tujuan :

Untuk menaikan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik)

Untuk menaikan sifat mekanik pada temperature rendah.

Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)

Untuk membuat sifat-sifat parsial

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)

Klasifikasi Baja menurut Komposisi Kimia

Baja Paduan

3.

Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan


kembali untuk mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110
ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa)

1. SEJARAH BAJA DAN BAJA RINGAN (lanjutan)

Baja Ringan

Baja Ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang
bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja
konvensional.

Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik 550 Mpa (5500 kg/cm2)

Standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570

Pelindung Galvanized (sering disebut zincalume)

2. SIFAT MEKANIK BAHAN BAJA

Sifat mekanis lainnya untuk perencanaan


(SNI 03-1729-2002) :
Modulus

elastisitas E = 200.000 Mpa

Modulud

geser : G = 80.000 Mpa

Nisbah

poisson : = 0.3

Koefisien

pemuaian : = 12x10-6/oC

3. KELIATAN DAN KEKENYALAN

Keliatan (toughness) dan Kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah


kemampuan bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan
tersebut hancur

Kekenyalan berhubungan dengan penerapan energy elastis suatu bahan

Keliatan berhubungan dengan energy total baik elastis maupun inelastis

4. KELAKUAN BAJA PADA SUHU TINGGI


Perencanaan

Struktur hanya pada suhu atmosfir jarang meninjau kelakuan


baja pada suhu tinggi.

Bila

suhu melampaui 93oC, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak


linear dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang.

Modulus

elastisitas, kekuatan leleh dan kekuatan tarik akan menurun bila


suhu naik (penurunan maksimum pada suhu 430OC dan 540OC)

Baja

A36 A440 pada suhu 150OC-370OC mengalami pelapukan regangan


(turunnya daktalitas)

Deformasi

baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu


pembebanan (fenomena rangkak) pada suhu 260OC-320OC.

5. PATAH GETAS
Patah

getas : jenis keruntuhan berbahaya yang


terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan
dalam waktu yang sangat singkat
Patah getas dipengaruhi oleh suhu, laju
pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat,
tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan
dan mutu pengerjaan.

6. SOBEKAN LAMELA
Sobekan

lamella (lamela
tearing) merupakan salah satu
bentuk patah getas.

Dalam

kasus ini, bahan dasar


pada sambungan las yang
sangat dikekang (restrained)
pecah (sobek) akibat regangan
sepanjang ketebalan yang
timbul karena penyusutan
logam las

7. KERUNTUHAN LELAH
Pembebanan

dan penghilangan beban yang berlangsung secara


berulang-ulang walaupun belum melampaui titik leleh dapat
mengakibatkan keruntuhan (kelelahan).

Keruntuhan

ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal.

Sebagai

contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan


mengalami lebih dari 100.000 siklus pembebanan sehingga kelelahan
(fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya.

Pada

gedung, karena siklus pembebanannya rendah, maka


kelelahannya tidak perlu ditinjau.

Siklus

pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup


lantai, hujan, angin dan gempa.

8. APLIKASI MATERIAL BAJA PADA STRUKTUR

8. APLIKASI MATERIAL BAJA PADA STRUKTUR

KULIAH BAJA 2
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa

memahami tahapan-tahapan yang


harus dipertimbangkan dalam perencanaan
struktur baja
Mahasiswa memahami beban-beban yang bekerja
pada struktur
Mahasiswa mengatahui konsep dasar perencanaan

DEFENISI

Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai paduan dari SENI dan ILMU, yang
menggabungkan INTUISI seorang insinyur berpengalaman kedalam kelakuan struktur
dengan pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan
analisa struktur, untuk mndapatkan struktur yang EKONOMIS dan AMAN serta sesuai
dengan tujuan pembuatannya.

Sebelum tahun 1850, perencanaan struktur umumnya merupakan seni yang tergantung
pada intuisi dalam menentukan ukuran dan tata letak elemen-elemen struktur. Pada
hakekatnya selaras dengan yang dilihat dari alam sekitar.

Perhitungan yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi pegangan dalam


mengambil keputusan dan tidak diikuti saja. Seni atau kemampuan intuitif seorang
insinyur berpengalaman dimanfaatkan untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil
perhitungan.

PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum.

Dalam suatu perencanaan, harus ditetapkan kriteria untuk menilai tercapai


atau tidaknya penyelesaian optimum

Kriteria umum untuk perencanaan struktur al :

Biaya minimum

Berat minimum

Waktu konstruksi yang minimum

Tenaga kerja minimum

Biaya produksi minimum bagi si pemilik gedung

Effisiensi operasi maksimum bagi si pemilik

PROSEDUR PERENCANAAN
PROSEDUR

PERENCANAAN :

1.Perencanaan

Fungsional :

Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai

Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan

Fasilitas transportasi yang memadai

Penerangan yang cukup

Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik

PROSEDUR PERENCANAAN (lanjutan)


PROSEDUR
2.

PERENCANAAN :

Perencanaan Kerangka Struktur :


1.

Perancangan :

2.

Konfigurasi struktur prarencana

3.

Penentuan beban yg harus dipikul

4.

Pemilihan batang prarencana

5.

Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang yg dipilih

6.

Melakukan evaluasi hasil rancangan

7.

Apabila hasil evaluasi belum tercapai (ulang 1-6)

8.

Keputusan Akhir

penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur

PERENCANAAN BEBAN KERJA


BEBAN

MATI : beban kerja akibat gravitasi yang tetap


posisinya, disebut demikian karena bekerja terus menerus
dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan.

BEBAN

HIDUP : beban gravitasi pada struktur, yang besar


dan lokasinya bervariasi

BEBAN

ANGIN ditetapkan sbb:

Tekanan tiup minimum 25 kg/m2

Untuk daerah tepi laut sampai sejauh 5 km diambil minimum 40


kg/m2

Untuk daerah dengan perkiraan tekanan tiup lebih besar dihitung


dengan persamaan dengan v = kecepatan angin (m/det)

PERENCANAAN BEBAN KERJA (lanjutan)


BEBAN

GEMPA : beban statik ekivalen yang bekerja pada


struktur akibat adanya pergerakan tanah secara vertikal dan
horizontal (gempa horizontal lebih menentukan),
menghasilkan gaya geser dasar bangunan yang dihitung
dengan persamaan :
Dimana : C = factor respon gempa
I = factor keutamaan gedung
R = factor reduksi gempa
Wt = berat total bangunan (termasuk beban hidup)

KONSEP DASAR PERENCANAAN

KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAJA :

Perencanaan berdasarkan TEGANGAN KERJA (Allowable Stress Design, ASD) => PPBBI 1984

Untuk pembebanan tetap

Untuk pembebanan sementara


Dimana : = teganggan yang terjadi
fy = tegangan leleh baja (sesuai mutu baja)

Kombinasi Beban
Pemebanan Tetap
D+L
Pembebanan Sementara
D+L+W
D+L+E

Faktor tahanan (lihat PPBBI 1984)

KONSEP DASAR PERENCANAAN (lanjutan)

KONSEP DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BAJA :

Perencanaan berdasarkan BEBAN TERFAKTOR (Load and Resistance Factor Design, LRFD) => SNI 03-1729-2002

Persamaan : Rn i Qi

dimana : Rn = tahanan nominal

= factor tahanan
i = factor beban
Qi = beban yang bekerja

Kombinasi pembebanan :

1.4D

1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)

1.2D + 1.6(La atau H) + ( L L atau 0.8W)

1.2D + 1.3W+ L L + 0.5(La atau H)

1.2D 1.0E + L L

0.9D (1.3W atau 1.0E)

Faktor tahanan (lihat SNI 03-1729-2002)

L = 0.5 bila L < 5kPa (500 kg/m2) dan


L = 1 bila 5 kPa (500 kg/m2)
Kecuali garasi parkir, dan pertemuan
umum L = 1

CONTOH SOAL

You might also like