Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama
NPM
Hari, Tanggal Praktikum
Waktu/Shift
Co. Ass
: Heri
: 240110130080
: Rabu, 07 Oktober 2015
: 15.00 WIB/B2
: 1. Nedia Cahyati M.
2. Riska Dwi W. T.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu produksi hasil pertanian, diperlukan penanganan agar bahan
hasil pertanian tersebut dicegah seminimal mungkin untuk tidak rusak ataupun
mempengaruhi hasil produksi yang didapat. Untuk menunjang keilmuan tersebut,
praktikum kali ini mempelajari apa yang harus dilakukan setelah bahan pertanian
dalam keadaan segar ini dapat awet dan tidak mudah terkontaminasi oleh kotoran,
kuman, ataupun bakteri.
Pembersihan, sortasi, dan grading dapat dilakukan ketika bahan pertanian
dalam keadaan segar setelah panen, ataupun sudah diolah menjadi suatu produk
yang dapat langsung disajikan konsumen. Hal tersebut diperlukan untuk
menjamin mutu dan kualitas produk yang akan disajikan. Nilai komersil juga
berpengaruh terhadap mutu ataupun kualitas suatu produk olahan pertanian.
Mutu suatu produk, sangat dipengaruhi oleh pembersihan, sortasi, dan
grading. Tigas hal tersebut saling berkaitan karena tiga hal tersebut adalah suatu
sistem dan tahapan yang saling berkesinambungan. Pembersihan sendiri terdiri
dari dua jenis, yaitu Dry method dan Wet method. Untuk sortasi, hal tersebut lebih
kepada pengelompokan karakteristik setiap produk yang dihasilkan, dan sortasi
biasanya dilakukan setelah proses pembersihan. Setelah sortasi akan dilakukan
tahap grading, Tahap terakhir ini, sangat berpengaruh terhadap nilai komersil dan
permintaan konsumen.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini ialah :
1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil
pertanian.
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variable kualitas untuk mengkaji
kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan
yang tidak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign
materials), keretakan (sound grain and crack).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembersihan
bertujuan
untuk
menghilangkan
kotoran-kotoran
yang
menempel pada bahan. Kotoran yang menempel pada bahan akan menjadi sumber
kontaminasi. Kontaminasi biasanya terkadi saat pemanenan, penyimpanan
sebelum proses, penundaan panen dan pengolahan, serta selama transportasi dan
transit.
menjadi : kotoran berupa tanah, kotoran berupa sisa pemungutan hasil, kotoran
berupa benda-benda asing, kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain,
dan kotoran berupa sisa bahan kimia.
Kebersihan sangat mempengaruhi penampakan dari bahan dan hasil dari
proses pengolahan tersebut. Oleh karena itu sebelum proses, suatu bahan pangan
harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Air yang diperlukan untuk kegiatan pencucian suatu hendaknya diperhatikan dan
harus memiliki persyaratan tertentu. Secara fisik, air harus jernih, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yang digunakan hendaknya tidak
mengandung senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya.
Dilihat dari segi mikrobiologis, air yang digunakan untuk mencuci harus
bebas dari mikroorganisme yang menjadi wabah penyakit. Ada dua metode
pembersihan pada bahan panan yaitu, Pembersihan Cara basah (Wet Cleaning
Method) dan Pembersihan cara kering (Dry Cleaning). Pembersihan bahan dengan
Wet Cleaning Method biasanya direndam ke dalam air dengan waktu tertentu
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada bahan. Perlakuan ini
biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati agar bahan tidak tergores.
Metode pembersihan cara basah meliputi menggetarkan atau mengocok (soaking),
menyemprot (spraying), mengapungkan kontaminan (floating), pembersihan
ultrasonik, menyaring (filtration), mengendapkan (settling). Sedangkan, Metode
pembersihan
cara
kering
(Dry
Cleaning)
merupakan
metode
yang
sayuran
dapat
dipisah
kanmenjadi
kategori
berat
dengan
1.
2.
3.
4.
Timbangan Analitik
Wadah aluminium
Moisture tester
Rice standard chart
3.1.2 Bahan :
1. Beras
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan 50 gram beras kedalam wadah aluminium.
2. Memisahkan beras yang mana termasuk biji utuh, biji menir, biji patah ,
hijau/kapur, kuning dan benda asing.
3. Setelah memisahkan beras berdasarkan
prosedur
nomer
2,
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
1 Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada 50 gram Beras
No
Pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Derajat sosoh
Butir utuh
Butir patah
Butir menir
Butir hijau/mengapur
Butir kuning/rusak
Benda asing
Gabah
Berat
(kg)
0,03416
0,00856
0,00402
0,00287
0,00021
0,00002
%
93,8
68,54
17,17
8,07
5,76
0,42
0,04
Standar SNI
2008
Min 95%
Min 35%
Maks 25%
Maks 2%
Maks 3%
Maks 3%
Maks 0,05%
Maks 2 butir
2 Perhitungan
a) 1. 12,5%
1. 12,7%
2. 12,7%
Rata-rata kadar air = 12,6%
b) mt = butir utuh + butir patah + butir menir + butir hijau/mengapur + butir
kuning/rusak + benda asing + gabah
mt = 0,03416 + 0,00856 + 0,00402 + 0,00287 + 0,00021 + 0,00002
= 0,04984 kg
c) Massa beras yang hilang = mawal mt
= 0,05002 0,04984
= 1,8 x 10-4 kg
d) Derajat
sosoh
mawal (beras mengapur+ beraskuning+benda asing+ gabah)
x 100
mawal
=
= 93,8%
e)
0,05002
0,03416
x 100 =68,54
0,04984
0,00856
x 100 =17,17
0,04984
0,00402
x 100 =8,07
0,04984
0,00287
x 100 =5,76
0,04984
0,00021
x 100 =0,42
0,04984
0,00002
x 100 =0,04
0,04984
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum teknik penanganan hasil pertanian mengenai pembersihan,
sortasi dan grading bahan hasil pertanian, pertama-tama praktikan harus
memahami konsep dasar mengenai pembersihan, sortasi dan grading. Kemudian
praktikan menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan untuk praktikum kali
ini. Praktikan menghitung nilai kelembaban dan kadar air pada beras
menggunakan alat yang bernama moisture tester. Praktikan melakukan 3 kali
pengukuran pada jenis beras yang sama setelah digrading. Pengukuran pertama
menghasilkan nilai sebesar 12,5 pengukuran kedua sebesar 12,7 dan
pengukuranyang terakhir sebesar 12,7. Sehingga praktikan mendapatkan nilai
rata-rata kadar air beras sebesar 12,6 %.
Kadar air dalam beras yang ditimbun merupakan sifat yang paling
dominan mempengaruhi daya tahan beras untuk ditimbun tanpa menjadi rusak,
busuk dan diserang oleh hama gudang. Beras dengan kadar air kurang dari 14 %
akan lebih aman disimpan, sedangkan beras dengan kadar air lebih dari 14 % akan
menyebabkan metabolisme mikroba dan perkembangbiakan serangga berjalan
cepat. Penyimpanan pada suhu rendah akan lebih aman dibandingkan pada suhu
tinggi.
Setelah itu praktikan menimbang 50 gram beras, dan selanjutnya praktikan
melakukan proses sortasi, diantaranya biji utuh, biji menir, biji patah dll. Setelah
itu praktikan memperoleh hasil, kemudian praktikan konversikan ke dalam
persesntase. Data-data yang praktikan dapatkan selanjutnya praktikan gunakan
untuk menghitung nilai massa beras yang hilang, diperoleh hasil sebesar 0,18
gram, hal ini mungkin disebabkan karena pada saat sortasi dan pengradingan
beras secara tidak sengaja terjatuh ataupun pada saat sortir praktikan melakukan
kesalahan.
Diperolehlah nilai derajat sosoh sebesar 93,8 %, hal ini menunjukan beras
ini berada pada standar beras yang cukup baik, hal ini karena nilai derajat sosoh
yang baik adalah mendekati dari 95%. Berdasarkan hasil praktikum kali ini, bisa
praktikan simpulkan bahwa beras yang praktikan gunakan untuk praktikum kali
ini berasa pada grade 1 atau baik, hal ini dapat dilihat dari parameter baha nilai
derajat sosoh hampir mencapai 95%.
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan data yang praktikan peroleh maka beras yang praktikan
gunakan untuk praktikum merupakan beras yang termasuk kelas baik.
2. Nilai derajat sosoh untuk beras yang masuk dalam kategori yang baik
adalah tidak kurang dari 95%.
3. Kadar air pada beras dapat dihitung dengan menggunakan alat yang
bernama moisture tester.
4. Kualitas dan kuantitas suatu bahan hasil pertanian dapat dilakukan dengan
proses pembersihan, sortasi dan grading.
6.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan diharapkan untuk memahami
konsep tentang pembersihan, sortasi dan grading bahan hasil pertanian.
2. Ketersedian alat praktikum perlu diperhatikan, karena akan mempengaruhi
laju praktikum.
3. Penjelasan materi praktikum dari asdos haruslah jelas dan dapat
dimengerti praktikan.
4. Ketelitian praktikan pada saat pengradingan beras haruslah teliti agar hasil
yang diperoleh baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ayyubi, Salahuddin. 2013. Penjelasan Sortasi Secara Lengkap. http://yubyidea
.blogspot.com/2013/04/penjelasan-sortasi-secara-lengkap.html.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2015 Pukul 19:10 WIB.
GV
Pertanian.
Diakses
LAMPIRAN
Gambar 1. Beras