Professional Documents
Culture Documents
dan mineral akan mempertinggi nilai gizi nata de coco. Nata de coco
merupakan jenis makanan hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata
memerlukan suatu media yang tepat memiliki kandungan komponenkomponen yang dibutuhkan sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat
secara optimal. Komponen media nata yang dibutuhkan sebagai syarat media
nata antara lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula, sumber nitrogen
dapat berupa penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang
mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Pada fermentasi nata
kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh karena bakteri acetobacter
xylinum memiliki kondisi optimum lingkungannya untuk tumbuh baik itu
suhu, pH, cahaya, oksigen dan lain-lainnya.
Air kelapa merupakan salah satu limbah yang bermanfaat dari bagian buah
kelapa. Tapi sangat disayangkan kebanyakan dari masyarakat kurang
mengenal apa manfaat dari air kelapa ini. Padahal air kelapa sangat banyak
manfaatnya slah satunya adalah diolah menjadi nata de coco. Harga bahan
baku ini relatif sangat murah dan kadang-kadangpun tidak ada harganya atau
diberikn secara Cuma-Cuma. Selain itu di indonesia sangat kaya akan kelapa
sehingga apabila limbah air kelapa ini tidak dimanfaatkan akan sangat rugi
karena hasil yang di dapat dari produksi air kelapa yang diolah menjadi nata
de coco ini lumayan memuaskan kalau dilihat dari segi ekonominya.
Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk di buat minuman fermentasi
karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai
untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur
kelapa dan variertasnya. Air kelapa per 100 ml mengandung sejumlah zat
gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g, vitamin C 1,0 mg, asam
amino, dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang terkandung glukosa,
fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan, 2004).
II TINJAUAN PUSTAKA
Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada substrat
yang mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan
nitrogen untuk stimulasi aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan
bakteri untuk aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu
polisakarida yang dikenal dengan extracelluler selulose berbentuk gel.
Polisakarida inilah yang dinamakan nata.
Nata de coco merupakan jenis makanan yang diperoleh melalui fermentasi
Acetobacter xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih, transparan dan kenyal
seperti kolang-kaling. Produk ini biasanya dijual dalam bentuk nata di dalam
syrup atau dalam jelly. Selain itu nata de coo juga dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk audio (Jumadi, 2015).
Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang saat ini mulai
populer dan digemari, sehingga permintaan pasar akan produk ini semakin
meningkat. Hal ini merupakan suatu peluang usaha yang sangat baik untuk
dikembangkan khususnya pengolahan limbah air kelapa sebagai media atau bahan
baku pembuatan nata de coco (Wowor, Mufida, dan Rahman, 2007).
Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jely, berwarna putih
hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air
kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina. Nata de coco, dalam bahasa Spanyol
berarti krim kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan
nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Philipina pernah menjadi koloni
Spanyol. Nata de coco adalah hasil olahan air kelapa.
Kandungan gula dalam air kelapa mengalami fermentasi berkat bantuan bakteri
Acetobacter Xylinum. Ai r kelapa sendiri mengandung mineral dan vitamin yang
bermanfaat bagi tubuh. Nata de Coco mempunyai banyak nilai gizi
(Kristianingrum, 2004).
Sebenarnya, nata de coco dapat diusahakan bukan hanya dari air kelapa, tetapi
juga dari berbagai jenis bahan yang mengandung gula, protein, dan mineral.
Seperti misalnya sari buahbuahan, sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab
itu, nama nata dapat bermacammacam sesuai dengan bahan yang digunakan.
Namun, diantara beberapa jenis bahan yang dapat digunakan, air kelapa
merupakan bahan yang paling ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat
sebagai limbah dari buah kelapa. (Wowor, Mufida, dan Rahman, 2007)
Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang
mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benangbenang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan
mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam
media itu berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida
berlendir membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri
Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air
kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui proses
yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan
enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau
selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan
jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna
putih hingga transparan (Purnomo, 2012).
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam sel
hidup. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel
yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung
tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad fase terjadi aktivitas
metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase
pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan
awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini
berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada
fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya
untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat
menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter xylinum dalam membentuk nata
(Susilawati, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan
adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media
temperatur, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam
fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini
yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari
bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteriAcetobacter xylinum dapat
tumbuh pada pH 3,5 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3.
sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu
28 31 0 C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi
tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk
kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi (Purnomo, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biologi LIPI, kandungan gizi
nata de coco per 100 gram nata mengandung 80% air, 20 gram karbohidrat, 146
kalori ,20 gram lemak, 12 mg kalsium, 2 mg fosfor dan 0,5 mg ferrum (besi).
Sedangkan kandungan gizi 100 gram nata de coco yang dikonsumsi dengan sirup
adalah 67 7% air, 12 mg kalsium, 0,2% lemak, 2 mg fosfor, 5 mg zat besi dan 0,01
mg (Kristianingrum, 2004 )
III PEMBAHASAN
Pembentukan nata de coco yang sempurna ini dipengaruhi oleh
bakteri acetobakter xylinum. Acetobbakter xylinum merupakan
bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob, berbentuk
batang, nonmotil, suhu optimum pertumbuhannya 2530 0C, dan
mampu mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5
(Madigan et al., 1997).
Proses pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan
kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis
selulosa yang terikat pada membran sel bakteri.
Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa
monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan Mubarik,
2002).
Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu
baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung
aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa
ekstraseluler atau yang kemudian disebut nata de coco.
Aktivitas dari Acetobacter xylinum dalam memproduksi nata de
coco. Proses terbentuknya nata adalah sebagai berikut sel-sel
Ace-tobacter Xylinum mengambil glukosa dari larutan gula,
kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk
prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama
enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar
sel. Prekursor dari polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa.
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah korosif
yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk nata. Di
samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya matahari
langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi steril. Selain
itu, dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama proses
pembentukan nata langsung harus dihindari gerakan atau goncangan ini akan
menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan menyebabkan
terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Hal
ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar. (Budiyanto, 2004).
Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal
dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang
paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias
berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 7,5, namun
akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28 31 0
C. bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam
fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk
mencegah
kotoran
mengakibatkan
masuk
kontaminasi
kedalam
zat-zat
media
yang
yang
tidak
dapat
diinginkan
biakan
nata
de
coco
terlalu
sering
terkena
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah
yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat
dan benang-benang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa
yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang
dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang yang bersamasama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus
menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya
dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim
akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat
atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan
dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak
padat berwarna putih hingga transparan
2. Peranan mikroorganisme dalam pembuatan nata de coco, Axetobacter
xylinum mengubah gula menjadi selulosa sehingga membentuk serat nata
jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang diperkaya dengan karbon dan
nitrogen melalui proses yang terkontrol sehingga menimbulkan kondisi
yang sesuai bagi bakteri untuk menghasilkan enzim ekstraseluler yang
dapat mengubah gula menjadi pelikel-pelikel selulosa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum
mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon,
sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media
temperature, dan udara (oksigen).
4. Manfaat nata de coco dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat menjadi
sumber pangan serta dapat dijadikan kreasi aneka makanan dan minuman
nata de coco.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008.Proses FermentasiNata de Coco.
http://inacofood.wordpress.com.Diakses tanggal 18 Maret 2013
Astawan M. 20 Feb 2004. Nata De Coco yang Kaya Serat. Kompas: 10 (klm 78)
Suarsini, Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air kelapa Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Nata De coco. Malang: FMIPA UM.
Jumadi, Oslan dkk. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Jurusan Biologi.
Makassar: FMIPA UNM.
Madigan et al..(1997). Biology of Microorganism. Ed ke-8. New Jersey: Prentice
Hall.
Susilawati L, Mubarik NR. 2002. Pembuatan Nata de Coco dan
Nata de Radia. Laboratorium mikrobiologi, Bogor: Jurusan Biologi
FMIPA IPB.
Kristianingrum, Susila. 2004. Penyuluhan Pembuatan Nata de Coco sebagai
Upaya Pemberdayaan Ibu Rumah Tanga melalui Home Industri. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Kimia UNY.
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bengkulu: Fakultas
Pertanian UNIB.
Wowor, Liana Y, Mufida Muis, dan Rahman Arinong. 2007. Analisis Usaha
Pembuatan Nata De Coco Dengan Menggunakan Sumber dan Kandungan N
yang Berbeda. Jurnal Agrisistem Desember 2007 Vol 3 No. 2