You are on page 1of 174

Pendahuluan

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, akhirnya buku Pendidikan Agama Islam
untuk Perguruan Tinggi dapat saya susun. Buku ini disusun sebagai tanggung jawab
dosen Agama Islam di Perguruan Tinggi, dan dalam rangka ikut mensukseskan tujuan
pendidikan nasional, yakni membangun manusia Indonesia yang bertakwa, yang
unggul secara intelektual, anggun secara moral, berkepribadian yang mantap dan
mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang
tinggi.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentu memerlukan kerja keras dari semua pihak,
terutama dari para dosen matakuliah Agama Islam. Oleh karena itu buku diktat ini
disusun secara sederhana dalam rangka untuk memudahkan pengajaran di Perguruan
Tinggi, sehingga lebih mudah dicerna dan diterima oleh para mahasiswa.
Materi yang dibahas dalam diktat ini adalah dengan mempertimbangkan tiga tuntutan
pokok , yaitu fungsi dan peranan matakuliah Pendidikan Agama, GBPP matakuliah
Pendidikan Agama Islam tahun 2000, situasi dan kondisi mahasiswa serta lembaga
Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
Materi yang dibahas dalam diktat ini mencakup empat tema dan tujuh bab
pembahasan. Tema pertama tentang Agama Islam, kedua tentang akidah, ketiga
tentang syariah dan keempat tentang akhlak. Adapun pembahasannya dibagi menjadi
rujuh bab, yakni: Bab pertama tentang alam semesta dan manusia, bab kedua tentang
Agama Islam, bab ketiga tentang sumber ajaran Islam, bab keempat tentang akidah
Islam, bab kelima tentang syariah, bab keenam tentang akhlak dan bab ketujuh
tentang Islam dan ilmu pengetahuan.
Dalam system pengajaran di ruang kuliah, doses membutuhkan waktu untuk
penjelasan tentang Agama Islam kepada para mahasiswa, sedangkan 75 persen
mahasiswa melakukan diskusi tentang materi-materi yang dibahas dalam diktat
tersebut. Dengan system ini diharapkan mahasiswa meneliti dan memahami langsung
tentang Agama Islam dari sumbernya, sehingga mahasiswa tidak lagi kata dosen, kata
orangt tua dan nenek moyang, tetapi mereka telah meyakini ajaran Islam dan
mengamalkannya karena mereka tahu dasar kebenarannya baik secara naqli maupun
aqli. Yakni menurut dalil Al-Quran dan as-Sunnah maupun pemahaman rasional.
Harapan saya sebagai penulis diktat dan sekaligus sebagai dosen Pendidikan Agama
Islam semoga para mahasiswa Islam di Perguruan Tinggi dapat mengikuti kuliah
Agama Islam dengan baik, mampu membahas, meneliti dan mendiskusikannya
dengan baik sehingga paham betul tentang Agama Islam serta mau mengamalkannya
hingga kelak menjadi intelektual muslim yang bertakwa dan mau memperjuangkan
nilai-nilai Islam untuk kedamaian dan kemajauan hidup.

BAB I
MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
I. Alam Semesta
Alam semesta adalah jagad raya yang kita saksikan di dunia ini, mulai dari yang
tampak (syahadah) sampai yang tidak nampak (ghaib), dari yang bernyawa
sampai yang tidak bernyawa, dan dari yang ada di dalam perut bumi sampai yang
ada di ruang angkasa yang dipenuhi oleh beribu-ribu milliard bintang. Pertanyaan
yang perlu diajukan adalah dari mana asal usul alam semesta ini? Apakah alam
semesta ini terjadi dengan sendirinya dan muncul secara tiba-tiba? Atau ada yang
menjadikannya? Pertanyaan ini menarik perhatian para ilmuwan (saintis) untuk
melakukan penyelidikan hingga melahirkan berbagai teori.
Namun teori yang berlaku sampai awal abad ke-20 ialah bahwa alam semesta
mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal, dan terus ada untuk
selama-lamanya. Menurut pandangan ini yang disebut "model alam statis"- alam
semesta tidak mempunyai awal ataupun akhir. Dengan mengacu pada filsafat
materialis, pandangan ini menolak adanya Pencipta, sambil berpendapat bahwa
alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil dan tidak berubah.
Materialisme adalah system pemikiran yang menganggap bahwa zat itu
merupakan suatu materi yang mutlak dan menolak segala keberadaan kecuali
materi (zat). Dengan berakar pada filsafat Yunani Kuno dan semakin diterimanya
materialisme ini di abad ke-19, system pemikiran ini menjadi terkenal dalam
bentuk materialisme dialektis Karl Marx. (Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat
Akal, hal. 9-10). Namun sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi abad
ke-20 "model alam semesta statis" telah hancur berkeping-keping (Harun Yahya,
Keajaiban al-Quran, hal. 1).
Meskipun demikian masih saja ada Saintis di abad modern ini yang
mendukungnya. Di antaranya adalah Stephen Hawking, seorang ilmuwan yang
kepintarannya disejajarkan dengan Albert Einstein, dia berkata bahwa tidak ada
tempat untuk Tuhan bagi teori penciptaan alam semesta (there is no place for God
in theories on the creation of the Universe). Menurutnya ada hukum seperti
gravitasi yang bisa diciptakan sendiri oleh alam dari ketiadaan. (Republika, 15
September 2011, Kolom Islamia, halaman 26).
Tetapi Stephen Hawking sendiri tidak menjelaskan siapa yang menggerakkan
alam itu sendiri kepada terbentuknya suatu hukum seperti gravitasi yang
kemudian menjadi sebab terbentuknya alam semesta. Sebab hal itu tidak mungkin
tanpa ada yang menggerakkannya. Demikianlah hasil pemikiran ilmuwan (saintis)
yang hanya menggunakan kekuatan (daya) pikirnya saja sehingga tidak mampu

menjangkau alam di luar materi (alam ghaib) yang hanya bisa dijangkau oleh
kekuatan rasa (keyakinan).
1. Asal-Usul Alam Semesta
Jika ada ilmuwan yang berpendapat bahwa alam semesta ini tanpa awal dan
akhir, yang berarti ada dengan sendirinya, tidak ada yang menciptakan dan
terus ada selamanya (abadi) serta tidak akan berubah, maka mari kita melihat
apa yang ada di sekitar kita.
Di sekitar kita ada rumah yang kita tempati, di dalamnya terdapat berbagai
perabot, seperti meja kursi, almari, tempat tidur, kulkas, mesin cuci, AC,
kompor, gas, piring, gelas dan lain-lain. Kemudian makanan yang kita makan,
minuman yang kita minum, pakaian yang kita pakai, sepatu yang kita pakai
dan kendaraan yang kita naiki. Pertanyaannya: "Apakah semuanya itu jadi
dengan sendirinya?" Jawabannya pasti: "Tidak!" "Apakah ketika kita lahir di
dunia ini gedung-gedung tinggi di ibukota kita tiba-tiba sudah ada dengan
sendirinya?" Jawabannya pasti: "Belum!"
Cukup jelas dan haqqul yakin bahwa rumah yang kita tempati dengan segala
perabotnya, makanan yang kita makan, pakaian, sepatu dan kendaraan yang
kita pakai, gedung-gedung tinggi yang ada di ibukota kita tidak ada dengan
sendirinya dan tidak muncul secara tiba-tiba. Semuanya ada yang
menjadikannya dan ada asal usulnya. Tembok-tembok rumah/gedung
misalnya, ia tersusun dari batu, bata dan semen yang terbuat dan berasal dari
tanah. Meja, kursi dan almari yang ada di rumah kita semua terbuat dari kayu
yang berasal dari pohon yang tumbuh dari tanah. Besi, kawat dan paku yang
turut memperkokoh rumah/gedung juga berasal dari tanah. Pertanyaan
berikutnya adalah: "Dari mana asal tanah ini, bumi tempat kita berpijak?"
Pasti bumi ini ada asal usulnya, tidak jadi dengan sendirinya dan juga tidak
jadi secara tiba-tiba.
Jika kita tilik lebih jauh lagi, tidak hanya asal usul planet bumi saja, tetapi
alam semesta ini, ternyata alam semesta ini, termasuk planet bumi, ada asal
usulnya. Temuan-temuan ilmiah diakhir abad 20 dan memasuki abad 21, yang
dilakukan oleh para pemikir terkemuka dunia, melalui berbagai percobaan,
pengamatan dan perhitungan, fisika modern telah menemukan bahwa alam
semesta ternyata telah memiliki permulaan. Bahwa ia muncul dari ketiadaan
pada sebuah momen ledakan akbar, yakni ledakan yang teramat besar. Lebih
jauh lagi, telah terbukti pula bahwa alam semesta tidak statis dan tidak tetap,
sebagaimana yang masih dipertahankan oleh kaum materialis dengan gigih.
Sebaliknya alam semesta selalu mengalami pergerakan, perubahan dan
pengembangan. Fakta-fakta yang baru ditemukan ini telah memukau peti mati
teori alam semesta statis. Sekarang semua fakta ini telah diterima luas oleh
masyarakat ilmiah. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal. 1-2).

Informasi ini sepenuhnya sesuai dengan temuan-temuan para ilmuwan masa


kini. Sebagaimana telah dinyatakan di atas, simpulan yang telah dicapai
astrofisika dewasa ini adalah bahwa seluruh jagad raya, berikut dimensi
materi dan waktu, menjadi ada sebagai hasil dari ledakan akbar yang terjadi
dahulu kala. Peristiwa ini yang dikenal dengan sebutan "Big Bang",
merupakan katalis untuk penciptaan alam semesta dari ketiadaan. Semua
pihak dari kalangan ilmiah sepakat bahwa ledakan ini bermula dari sebuah
titik tunggal sekitar 15 miliar tahun lalu. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an,
hal. 2).
Titik tunggal yang ada sekitar 15 miliar tahun lalu itu menurut para ilmuwan
modern adalah merupakan materi awal bagi terbentuknya alam semesta ini
yang pada saat itu masih berupa asap kosmik panas. Asap kosmik itu
mengandung kumpulan gas berisi partikel-partikel bergerak yang terhubung
dengan substensi padat. Dalam kepadatan yang tak terbatas dan panas tertentu
kemudian terjadi ledakan dahsyat yang menyebabkan materi-materi yang
dikandungnya terpisah. Ledakan dahsyat tersebut menandai dimulainya alam
semesta.(Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal, hal. 12-13).
Temuan para ilmuwan modern ini membuktikan kebenaran yang telah
diterangkan dalam al-Qur`an 15 abad yang lalu bahwa alam semesta sebelum
kejadiannya masih berupa asap. Allah SWT telah menjelaskan penciptan-Nya
terhadap alam semesta sebagaimana diterangkan dalam al-Qur`an:
"Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit
dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka
hati'."(QS. Fushilat/41:10-11)
Temuan ilmiah ini sekaligus membuktikan bahwa alam semesta ini berasal
dari ketiadaan, yakni bermula dari gas panas yang berupa asap. Pertanyaan
kemudian adalah dari mana asal materi asap itu sendiri? Karena tidak
mungkin ia muncul dengan sendirinya atau ada secara tiba-tiba. Seperti tidak
mungkin rumah kita dengan segala isinya ada dengan sendirinya atau muncul
secara tiba-tiba. Di sinilah sebenarnya keterbatasan akal manusia, ia tidak
mampu menjangkau seseuatu yang berada di alam luar materi.
Sebagian ahli filsafat Yunani Kuno, seperti Socrates (470-399 SM, sebenarnya
telah mengakui bahwa alam semesta dan manusia berasal dari Tuhan. Alam ini
teratur susunannya menurut ujud yang tertentu, katanya, itu adalah tanda
perbuatan Tuhan. Namun Socrates tidak mampu menjelaskan siapa Tuhan
yang dimaksud itu. Itulah sebabnya Allah SWT memperkenalkan diri kepada

manusia melalui para rasul-Nya, bahwa Dia-lah Allah yang menciptakan


materi awal (titik tunggal), yang dari materi awal itulah Dia ciptakan alam
semesta beserta isinya.

"Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal
Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-An'aam/6: 101)
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
Sesungguhnya
Kami
benar-benar
berkuasa"(QS.
AdzDzariyaat/51:47)

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu."(QS. Ath-Thalaq/65:12)
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?"(QS.
As-Sajadah/32:4)
2. Alam Semesta Tersusun Rapih, Seimbang dan Sempurna
Miliaran bintang dan galaksi di alam semesta bergerak dalam keseimbangan
sempurna pada jalur-jalur yang sudah diciptakan untuk mereka. Bintang,
planet dan satelit tidak hanya berputar pada sumbu masing-masing, tetapi juga
bergerak bersama system sebagai bagian integral. Terkadang, galaksi yang
terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak, melewati jalur galaksi lain.
Namun ajaibnya, tidak terjadi tubrukan yang merusak keteraturan jagad raya.
Keajaiban ini patut kita renungkan. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an,
hal.13). Perhatikan Firman Allah:

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak


melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah."(QS. Al-Mulk/67:3-4).

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit


bertingkat-tingkat?" (QS. Uh/71:15)
"Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya."(QS. Al-Furqan/25:2)
Penemuan ilmiah abad 20 yang saling susul di bidang astrofisika dan biologi
membuktikan bahwa kehidupan dan alam semesta bermula dari penciptaan.
Teori big bang menunjukkan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Beragam penemuan telah mengungkapkan bahwa terdapat rancangan agung
dan "penyelarasan" (fine tuning) dalam dunia materi dan dengan demikian
pernyataan materialisme terbukti tidak berdasar.
Dari kekuatan ledakan big bang hingga sifat fisika atom, dari tingkat kekuatan
empat jenis gaya dasar hingga proses kimiawi bintang, dari jenis cahaya yang
dipancarkan matahari hingga tingkat keenceran air, dari jarak bumi ke bulan
hingga tingkat gas-gas dalam atmosfer, dari jarak bumi ke matahari hingga
sudut kemiringan bumi terhadap bidang orbit, dan dari kecepatan perputaran
bumi terhadap sumbunya hingga peran laut dan pegunungan di bumi; setiap
detail kecil itu disesuaikan demi kehidupan kita. Saat ini dunia ilmiah
menggambarkan keadaan ini dengan konsep "Prinsip Antropik" (Antropic
Principle) dan "penyelarasan" (fine tuning). Konsep ini merangkum kenyataan
bahwa alam semesta bukanlah sekumpulan zat yang takbertujuan,
takterkendali, dan terjadi secara kebetulan, melainkan memiliki kegunaan bagi
kehidupan manusia dan telah dirancang dengan ketelitian tertinggi. (Harun
Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal.15)
Ayat-ayat tersebut di atas menarik perhatian manusia pada ukuran dan
keselarasan dalam ciptaan Allah. Kata taqdir, yang berarti "merancang",
"mengukur", dan "menciptakan dengan mengukur" digunakan dalam ayat alQur`an, seperti al-Furqan/25:2.
Kata thibaq, yang berarti "dalam
keselarasan" digunakan dalam al-Mulk dengan kata tafawut, yang berarti
"ketidaksesuaian", "pelanggaran", "ketidakteraturan", "berlawanan", bahwa
siapapun yang mencari ketidakserasian susunan alam semesta akan gagal
menemukannya. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal.15-16)
Istilah "fine tuning", yang mulai digunakan pada akhir abad ke-20, mewakili
kebenaran yang digunakan dalam ayat-ayat tersebut. Lebih dari seperempat
abad terakhir, sejumlah besar ilmuwan, intelektual dan penulis telah
menunjukkan bahwa alam semesta bukanlah kumpulan kebetulan belaka.
Sebaliknya, jagad raya memiliki rancangan dan keteraturan yang luar biasa

yang disesuaikan secara ideal untuk kehidupan manusia dalam setiap


detailnya. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal.16)
Firman Allah:
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar..." (QS. AlAn'aam/6:73)
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main."(QS. Al-Anbiyaa/21:16)
Dua ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan langit dan
bumi dengan benar, yakni dengan sungguh-sungguh dan dengan rancang
bangun yang luar biasa. Bukan dengan bermain-main. Dengan bermain-main
saja tidak akan tercipta alam semesta ini, apalagi hanya dengan kebetulan.
Kecepatan ledakan Big Bang
Keseimbangan yang dicapai dengan Big Bang; pembentukan alam semesta
yang seketika merupakan bukti bahwa alam semesta tidak muncul secara
kebetulan. Menurut Paul Davies, ahli fisika-matematis terkemuka dari
Universitas Adelaide Australia, "jika laju pengembangan setelah Big Bang
berbeda 1 per 1018 saja, alam semesta tidak akan terbentuk." Stephen
Hawking, dalam bukunya A Brief History of Time, juga menyadari ketepatan
yang luar biasa pada laju pengembangan alam semesta ini: "Seandainya laju
pengembangan satu detik setelah Big Bang lebih kecil satu bagian dalam
seratus ribu juta-juta, alam semesta akan hancur sebelum pernah mencapai
ukurannya yang sekarang." (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal. 16-17)
Empat Gaya dasar
Semua gerakan fisik di alam semesta berlangsung berkat interaksi dan
keseimbangan keempat gaya yang dikenali fisika modern sebagai gaya
gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah.
Keempat gaya tersebut memiliki besaran yang sangat berbeda. Michael
Denton, ahli biologi molekuler terkenal, menjelaskan keseimbangan luar biasa
di antara empat gaya tersebut sebagai berikut:
Jika gaya gravitasi, satu triliun kali lebih kuat, alam semesta akan jauh lebih
kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek. Jika gravitasi kurang kuat, maka
tidak ada bintang atau galaksi yang pernah terbentuk. Hubungan dan besaran
lainnya tidak kurang kritisnya. Jika gaya nuklir kuat, sedikit lebih lemah saja,
maka satu-satunya unsur yang stabil hanya hydrogen. Tidak ada atom lain yang
bisa terbentuk. Jika gaya nuklir kuat, sedikit lebih kuat dalam kaitannya
dengan elektromagnetisme, maka yang paling stabil di alam semesta hanyalah
inti atom dengan dua proton yang berarti tidak ada hydrogen, dan kalaupun ada
bintang atau galaksi yang terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari

bentuknya sekarang. Jelas sekali, jika semua gaya dan konstanta ini tidak
mempunyai besaran tepat seperti adanya sekarang, maka tidak akan ada
bintang, supernova, planet, atom, dan kehidupan. (Harun Yahya, Keajaiban AlQur`an, hal.17)

Jarak antara Benda-Benda Langit


Penyebaran benda-benda langit dan jarak yang begitu besar di antara mereka
sangat penting bagi keberadaan kehidupan di bumi. Jarak antara bendabenda langit telah ditetapka melalui perhitungan yang begitu sesuai dengan
aneka gaya alam semesta sehingga mendukung kehidupan di bumi.
Gravitasi:

Jika gravitasi lebih kuat, maka atmosfir bumi akan menahan terlalu
banyak ammonia dan metana yang merusak kehidupan.
Jika gravitasi lebih lemah, maka atmosfir bumi akan terlalu banyak
kehilangan air sehingga kehidupan tidak mungkin berlangsung.

Jarak Bumi dari Matahari:

Jika lebih jauh, bumi menjadi sangat dingin, siklus air di atmosfer akan
terpengaruh, dan bumi memasuki zaman es.
Jika bumi lebih dekat dengan matahari, tumbuhan akan terbakar, siklus air
di atmosfer akan terganggu secara permanen, dan kehidupan tidak
mungkin berlangsung.

Ketebalan Kerak Bumi:

Jika kerak lebih tebal, terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke
kerak.
Jika lebih tipis, aktivitas vulkanik akan terlalu besar sehingga kehidupan
tidak mungkin berlangsung.

Kecepatan Rotasi Bumi:

Jika rotasi lebih lambat, perbedaan temperatur siang dan malam terlalu
besar.
Jika lebih cepat, kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi dan topan
badai yang terbentuk tidak memungkinkan kehidupan berlangsung.

Medan Magnet Bumi:

Jika lebih kuat, badai elektromagnetik yang sangat kuat akan timbul.

Jika lebih lemah, bumi kehilangan perlindungan terhadap partikel-partikel


yang dilepaskan matahari yang dikenal sebagai "angin surya". Kedua
situasi ini tidak memungkinkan kehidupan berlangsung.

Efek Albedo (Perbandingan Cahaya yang Dipantulkan Bumi):

Jika lebih besar, zaman es akan terjadi dengan cepat.


Jika lebih kecil, efek rumah kaca akan menimbulkan pemanasan
berlebihan. Pada awalnya, bumi akan banjir oleh es yang mencair, dan
kemudian terbakar.

Perbandingan Oksigen dan Nitrogen di Atmosfir:

Jika lebih besar, fungsi-fungsi vital akan mengalami percepatan yang


membahayakan.
Jika lebih kecil, fungsi-fungsi vital akan mengalami perlambatan yang
juga membahayakan.

Perbandingan Karbondioksida dan Uap Air dalam Atmosfer:

Jika lebih besar, atmosfer akan terlalu panas.


Jika lebih kecil, temperatur atmosfer akan jatuh.

Ketebalan Lapisan Ozon:

Jika lebih besar, temperatur bumi akan jatuh drastis.


Jika lebih kecil, temperatur bumi terlalu tinggi dan tidak ada perlindungan
terhadap radiasi ultraviolet dari matahari.

Aktivitas Gempa:

Jika lebih besar, terjadi bencana terus menerus bagi makhluk hidup.
Jika lebih kecil, sumber makanan di dasar laut tidak bisa menyebar di
dalam air. Akibatnya, kehidupan di laut dan samudra serta seluruh
makhluk di bumi akan terancam.

Sudut Kemiringan Bumi:


Sumbu bumi memiliki kemiringan 23 derajat terhadap bidang orbit. Sudut
kemiringan inilah yang memungkinkan terjadinya musim-musim. Jika sudut
ini lebih besar atau lebih kecil, perbedaan temperature antar-musim akan
menjadi ekstim dengan musim panas yang terik taktertahankan dan musim
dingin membekukan.

Ukuran Matahari:
Jika matahari lebih kecil, bumi akan membeku. Sebaliknya jika matahari lebih
besar, bumi akan terbakar.
Gaya Tarik antara Bumi dan Bulan:

Jika lebih besar, gaya tarik bulan akan menimbulkan dampak serius
terhadap kondisi atmosfer bumi, kecepatan rotasi bumi, dan pasang-surut
laut.
Jika lebih kecil, akan terjadi perubahan iklim secara ekstrem.

Jarak antara Bumi dan Bulan:


Jika lebih dekat, bulan akan jatuh ke bumi. Jika lebih jauh, bulan akan hilang
di luar angkasa. Jika jarak keduanya sedikit lebih dekat saja, pengaruh bulan
terhadap pasang-surut laut akan mencapai dimensi membahayakan. Ombak
lautan akan membanjiri daratan rendah. Pergesekan yang terjadi sebagai
akibatnya akan meningkatkan temperatur lautan dan keseimbangan temperatur
yang penting bagi kehidupan di bumi akan hilang. Jika jarak keduanya sedikit
lebih jauh saja, pasang-surut akan berkurang, menyebabkan lautan tidak
bergerak. Air yang diam akan membahayakan kehidupan di laut, dan kadar
oksigen yang kita hidup pun berkurang.
Temperatur Bumi dan Kehidupan Berbasis Karbon:
Keberadaan karbon sebagai basis kehidupan bergantung kepada temperatur
dengan batasan tertentu. Karbon merupakan substansi utama untuk molekulmolekul organik seperti asam amino, asam nukleat, dan protein. Molekulmolekul organic inilah yang menjadi bahan dasar penyusun kehidupan.
Karena itu satu-satunya kehidupan yang ada hanyalah yang berbasis karbon.
Dan karenanya temperatur harus tidak boleh lebih rendah dari -20 derajat dan
tidak boleh lebih tinggi dari 120 derajat Celsius. Itulah batasan-batasan
temperature di bumi.
Batasan temperatur hanyalah salah satu dari sekian banyak keseimbangan
rawan yang penting bagi keberadaan dan keberlangsungan kehidupan di bumi.
Akan tetapi hal ini saja cukup untuk membuktikan bahwa bumi dan jagad raya
tidak mungkin muncul akibat sejumlah peristiwa kebetulan. Penciptaan
dengan tidak sungguh-sungguh saja tidak akan bisa terjadi, apalagi hanya
dengan serba kebetulan, sangat-sangat tidak mungkin. Konsep fine-tuning dan
antropic principle yang mulai digunakan dalam abad ke-20 merupakan bukti
lebih tentang ciptaan Allah SWT atas alam semesta. Keselarasan dan
perbandingan dalam penciptaan itu digambarkan dengan ketepatan luar biasa

10

15 abad yang lalu di dalam al-Qur`an. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an,


hal. 17-21).
Tegasnya alam semesta ini diciptakan dengan sungguh-sungguh (bilhaqq)
oleh yang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Oleh karenanya tidak ada alasan
lagi bagi para ilmuwan dan kaum materialisme untuk menolak atau
mengingkari adanya Allah SWT.
Firman Allah:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka."(QS. Ali 'Imran/3: 190-191).
II. Penciptaan Manusia
Sungguh terdapat banyak hal yang dapat membuat manusia beriman kepada
Allah SWT. Bahkan seluruh alam semesta beserta isinya, jika manusia mau
menggunakan akalnya, pastilah mereka beriman kepada Allah (3:190-191).
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa, menjadi ayat-ayat
(tanda-tanda) yang amat penting bagi manusia untuk mengakui adanya Pencipta
Alam Semesta, yaitu Allah SWT.
Oleh karena itu Allah SWT menyuruh manusia dan alam semesta mengarahkan
perhatiannya terhadap diri mereka sendiri, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
"Dan (juga) pada dirimu sendiri.
memperhatikan?"(QS. Adz-Dzariyat/51:21)

maka

apakah

kamu

tidak

"Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak


membenarkan? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah
yang kamu pancarkan. kamukah yang menciptakannya, atau
kamikah yang menciptakannya?"(QS. Al-Waqi'ah/56: 57-59)
Penemuan ilmiah di abad 20 pada bidang astrofisika dan biologi, semakin
membenarkan apa yang dinyatakan dalam al-Qur`an 15 abad yang lalu. Allah
SWT menjelaskan kepada manusia tentang bahan baku penciptaan manusia
(Adam as) dan tahapan kejadian manusia (bani Adam).

11

Allah SWT menjelaskan, bahan baku penciptaan manusia pertama adalah: Turab
= tanah debu (QS. 3:59), fakhkhar = tembikar, barang-barang pecah belah (QS.
55: 14), shalshal = tanah kering (QS. 55: 14), hama-in = lumpur hitam (QS. 15:
28), thien = tanah lumpur (QS. 32: 7), dan lazib = tanah liat (QS. 37: 11).
Ilmu biologi modern menemukan bahwa yang dimaksud turab adalah zat
anorganis, yakni zat-zat asli di dalam tanah. Fakhkhar adalah carbonium, zat
arang. Shalshal adalah oxygenium, zat pembakar. Hama-in adalah nitrogenium,
zat lemas. Thien adalah hydrogenium, zat air. Dan lazib adalah ferrum, zat besi.
Zat-zat tersebut ternyata merupakan unsur-unsur yang ada di dalam tanah yang
sangat dibutuhkan manusia. Penelitian menunjukkan bahwa 95 % jaringan tubuh
manusia membutuhkan zat-zat tersebut (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal
128). Kebutuhan jaringan tubuh manusia terhadap zat-zat tersebut juga harus
sesuai kadarnya masing-masing, seimbang, tidak boleh berlebih dan berkurang.
Tegasnya jika manusia kelebihan/kekurangan salah satu dari zat tersebut akan
mengalami gangguan fisik, dapat menyebabkan cacat fisik, dan bila
kelebihan/kekurangannya mencapai titik kritis dapat menyebabkan kematian.

"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)


terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,
dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu? Bukan
hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan."(QS. AlInfithar/82: 6-9).
Demikian pula lima belas abad yang lalu al-Qur`an telah menjelaskan tentang
tahapan kejadian manusia (keturunan Adam as.) secara biologis. Sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik."(QS. Al-Mu`minun/3:12-14)
Berdasarkan ayat tersebut, bahwa penciptaan keturunan Adam as (manusia)
mula-mula dari saripati (sulalah) yang berasal dari tanah. Saripati yang berasal
dari tanah adalah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kemudian
dari saripati itu membentuk sperma yang tersimpan di tempat yang kokoh. Lalu
sperma yang telah membuahi telor membentuk segumpal darah yang menempel
di dinding rahim. Segumpal darah itu kemudian membentuk mudhghah (seperti
daging dikunyah), lalu dari mudhghah itu berproses membentuk sistim

12

tulang/tulang-belulang ('izhaam), tulang-belulang itu kemudian dibalut dengan


lahm (sejenis daging segar), demikian terus berproses hingga akhirnya
membentuk makhluk yang berbeda dari sebelumnya (manusia). Lalu ditiupkan
ruh di dalamnya, maka terjadilah kehidupan pada janin itu.
Ilmu biologi modern (khususnya pada bidang embriologi) dalam penelitian
ilmiahnya telah membenarkan pernyataan al-Quran lima abad yang lalu bahwa
terbentuknya manusia (keturunan Adam as) melalui tahapan demi tahapan serta
melalui proses pembentukan yang luar biasa ilmiah. Dikatakan luar biasa ilmiah
karena semakin diketemukan proses-proses pembentukan tersebut semakin
membenarkan pernyataan al-Qur`an.
Doktor Maurice Bucaille dalam buku karyanya yang berjudul: La Bible, Le
Coranet La Science, (yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.M. Rasjidi dengan
judul: Bibel, Qur`an dan Sains Modern) menjelaskan ada 4 kelompok tahapan
tentang reproduksi manusia yang telah dibenarkan oleh sains modern, yakni:
1.

Setetes cairan yang menyebabkan terjadinya pembuatan (fe condation).


Firman Allah:

"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah


yang nyata."(QS. An-Nahl/16:4)

"Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam


rahim),"(QS. Al-Qiyamah/75:37)

"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)


dalam tempat yang kokoh (rahim)."(QS. Al-Mu'minun/23:13)
Doktor Maurice Bucaille berpendapat bahwa ide tentang setitik cair yang
diperlukan untuk pembuahan, sesuai/tepat sekali dengan Sains yang kita
ketahui sekarang. (Maurice Bucaille, hal. 233)
2. Watak dari zat cair yang membuahi.
a. Sperma. Lihat QS. Al-Qiyamah/75:37.
b. Cairan terpancar.
"Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,"(QS. AthThaariq/86:6).
c. Cairan yang hina.

13

"Bukankah Kami menciptakan


hina?"(QS. Al-Mursalaat/77:20)

kamu

dari

air

yang

d. Campuran atau bercampur.


"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu
Kami jadikan dia mendengar dan melihat."(QS. AlInsaan/Ad-Dahr/76:2)
Keterangan:
Setetes mani yang bercampur dalam ayat tersebut
menunjukkan bahwa sperma memiliki unsur-unsur yang
bermacam-macam.
Cairan
sperma
dibikin
oleh
pengeluaran-pengeluaran yang bermacam-macam yang
berasal dari kelenjar-kelenjar seperti berikut:
a) Testis, pengeluaran kelenjar kelamin lelaki yang
mengandung spermatozoa, yakni sel panjang yang
berekor dan berenang dalam cairan serolite.
b) Kantong-kantong benih (besicules seminates); organ ini
merupakan
tempat
menyimpan
spermatozoa,
tempatnya dekat potrat, organ ini juga mengeluarkan
cairan, tetapi cairan itu tidak membuahi.
c) Prostrat, mengeluarkan cairan yang member sifat krem
serta bau khusus kepada sperma.
d) Kelenjar yang tertempel kepada jalan air kencing.
Kelenjar cooper atau mery mengeluarkan cairan yang
melekat, dan kelenjar letter mengeluarkan semacam
lendir. (Maurice Bucaille, hal. 235)
Demikianlah unsur-unsur campuran yang tersebut dalam
al-Qur`an. Ia tidak hanya berbicara tentang cairan yang
membuahi dan yang terdiri dari bermacam-macam unsur,
tetapi ia memberitahukan kepada kita bahwa terjadinya
manusia adalah karena sesuatu yang dapat dikeluarkan
dari cairan tersebut. Sebagaimana tersebut dalam firman
Allah: "Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina (sperma)."(QS. As-Sajadah/32:8)
Yang menyebabkan pembuahan telor atau memungkinkan
reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya
1/10000 milimeter. Dari beberapa juta sel yang
dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal hanya

14

satu yang dapat masuk dalam telor wanita. Bagaimana


kita tidak terpukau oleh kesesuaian antara teks al-Qur`an
dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang
(Maurice Bucaille, hal. 235).
3.

Nidasi telor yang dibuahi dalam rahim.


Telor yang sudah dibuahkan dalam trompe turun bersarang di
dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan
"bersarangnya telor".
Firman Allah:
" ..dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan..."(QS. AlHajj/22:5

4.

Perkembangan embriyo di dalam peranakan.


Hal-hal yang disebutkan oleh al-Qur`an sesuai dengan apa
yang diketahui manusia tentang tahap-tahap perkembangan
embriyo dan tidak mengandung hal-hal yang dapat dikritik
oleh Sains modern. (Maurice Bucaille, hal. 236-238)
Firman Allah:
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik."(QS. AlMu'minun/23: 14)
Dari penjelasan Doktor Maurice Bucaille menunjukkan:
Pertama, bahwa Sains modern telah membuktikan
kebenaran al-Qur`an yang telah diturunkan pada 15 abad
yang lalu.
Kedua, kebenaran al-Qur`an itu menunjukkan bahwa ia
bukan perkataan manusia, melainkan firman Allah.
Ketiga, kebenaran pernyataan al-Qur`an, khususnya tentang
kejadian/ penciptaan manusia menunjukkan bahwa manusia
itu tidak jadi dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh
Allah SWT melalui proses kejadian yang luar biasa ilmiah.

15

Keempat, kebenaran al-Qur`an yang diakui oleh Sains


modern sekaligus menghancurkan teori evolusi manusia yang
muncul dan berkembang pada abad 19.
Teori Evolusi dan Propaganda Ateisme
Sebuah teori yang perlu dicermati dan diwaspadai adalah Teori Evolusi Manusia.
Teori ini muncul pada awal abad 19 dengan tokoh utamanya J.B. Lamark (17741829) dan Charles Darwin (1809-1882).
Teori evolusi ini menyatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang paling
sederhana kemudian berkembang menuju makhluk sempurna secara evolusif
dalam jangka waktu yang lama. Teori ini pertama-tama dikemukakan oleh J.B.
Lamark (1774-1829) sarjana Prancis, lalu dipertegas oleh Charles Darwin (18091882) sarjana Inggris. Dalam bukunya yang berjudul: The Origin of Species,
dijelaskan bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel purba. Dalam bukunya
The Descen of Man, menjelaskan tentang perkembangan binatang-binatang
menuju manusia. Menurutnya yang paling maju ialah binatang mirip kera dengan
mengalami perubahan menuju wujud manusia.
Sesunggunya teori evolusi model J.B. Lamark dan Darwin sangat lemah, dan
bahkan telah banyak dilemahkan oleh para ilmuwan Barat itu sendiri dengan
argumentasi yang sangat rasional dan ilmiah. Kelemahan teori tersebut setidaktidak dibuktikan oleh dua alasan:
Pertama, sampai hari ini belum pernah ditemukan adanya fosil manusia
makhluk transisi dari manusia menuju kera. Pernah di Inggris ditemukan fosil
yang dinyatakan sebagai makhluk transisi, ternyata hanya sebuah kebohongan
besar, karena diketahui belakangan bahwa fosil makhluk tersebut sebagiannya
ditukar dengan fosil manusia.
Kedua, jika memang benar bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera,
seharusnya setiap masa selalu ada manusia baru hasil dari evolusi kera. Tetapi
hingga hari ini yang kera tetap kera dan manusia tetap manusia. Ternyata Darwin
sendiri sebagai pencetus teori evolusi ini banyak menemui kesulitan-kesulitan
untuk membuktikan teorinya. Dia berharap para ilmuwan berikutnya bisa
melengkapi teorinya, tetapi yang terjadi malah meruntuhkan teorinya.
Yang perlu diwaspadai adalah latar belakang idiologi Darwin, bahwa dia adalah
seorang ateis (tidak ber-Tuhan). Bisa jadi teorinya itu adalah untuk menegaskan
bahwa Tuhan tidak ada, semua species di bumi bukan diciptakan Tuhan,
melainkan muncul menjadi ada akibat proses yang dikendalikan secara penuh
oleh peristiwa kebetulan. Ini agar manusia tidak percaya adanya Allah. Namun
lagi-lagi ini sebenarnya menunjukkan kelemahan manusia yang paling nyata.

16

Sesungguhnya kelemahan teori manusia dan penemuan-penemuan Sains modern


yang semakin membuktikan kebenaran al-Qur`an, adalah member pelajara
penting kepada manusia bahwa mereka mesti mengakui dan meyakini adanya
Allah, Pencipta dan Pemelihara alam semesta serta manusia itu sendiri.
III. Kedudukan Manusia
Manusia mempunyai kedudukan paling tinggi dibanding dengan makhlukmakhlik yang lain di muka bumi ini. Karena kedudukannya yang paling tinggi
itulah mampu menguasai dunia.
Firman Allah:

Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam. Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan keunggulan yang sempurna di atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.(QS. Al-Israa/17: 70).
Ada beberapa potensi yang membuat manusia lebih unggul:
1. Manusia keturunan Adam as, fisiknya berasal dari tanah, bukan dari hewan.
2. Mempunyai bentuk dan struktur fisik yang relative lebih baik dan sempurna.
3. Memiliki ruh dan jiwa (potensi akal, kesadaran, perasaan (emosi), dan
kemauan (antara lain hawa nafsu dan kebebasan).
4. Potensi hidayah (fitrah/instink, indera, akal, agama (wahyu), dan taufik
(bimbingan secara langsung).
5. Diberi potensi untuk dapat berbuat baik dan/atau buruk (QS. 91: 7-8).
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.(QS. Asyams/91:7-8)
6. Diberi amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS. 2: 30), kedudukan
sebagai hamba Allah (QS. 51:56).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah/2:30)

17

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya
mereka
mengabdi
kepada-Ku.(QS.
AdzDzariyaat/51:56)
7. Semua yang diciptakan di alam semesta untuk manusia (QS. 2: 29).
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.(QS. Al-Baqarah/2:29)
Keistimewaan-keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia itu baru
merupakan potensi. Jika manusia mampu memanfaatkan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin, maka manusia akan tinggi derajatnya, bahkan bisa lebih
tinggi derajatnya dari malaikat. Tetapi jika tidak mampu memanfaatkannya,
bahkan malah menggunakan potensi yang negative, maka manusia akan jatuh ke
derajat yang paling rendah, bahkan bisa lebih rendah dari derajat binatang. (QS.
Al-Araaf/7:179).
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orangorang yang lalai.(QS. Al-Araaf/7:179)
Untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya yang ada, dan untuk memanfaatkan
serta mempertahankan keunggulan manusia, mereka hendaklah menyadari akan
keberadaan dirinya di dunia, bahwa mereka diciptakan oleh Allah tidak lain ialah
supaya beribadah kepada-Nya (QS. 51: 56) dan menjadi khalifah-Nya (QS. 2:30).
Jika mereka benar-benar telah menyadari, lalu tunduk kepada Allah dan RasulNya, kemudian menjalankan amanah kekhalifahan-Nya sesuai dengan tuntunanNya dengan menggunakan segala potensi yang ada secara maksimal dan sebaik
mungkin, niscaya manusia akan bahagia hidupnya serta tinggi derajatnya.
IV. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
1. Kebutuhan Hakiki Manusia

18

Sesungguhnya tubuh manusia itu terdiri dari dua jenis, yaitu tubuh kasar dan
tubuh halus, atau jasmani/fisik dan ruhani/ruh. Manusia tanpa jasmani belum
dikatakan manausia, demikian pula manusia tanpa ruh belum dikatakan
manusia hidup. Jasmani manusia berasal dari tanah atau materi. Sedangkan
ruh manusia berasal dari Tuhan Semesta Alam, Allah SWT.
Oleh karena itu manusia sebagai makhluk jasmani dalam hidupnya
membutuhkan hal yang bersifat materi, seperti kebutuhan akan makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal, lingkungan yang sehat, udara yang
sehat, kebutuhan biologis (seksual), status social dan kebutuhan-kebutuhan
lain yang bersifat materi atau kesenangan duniawi.
Untuk mencapai kesenangan materi, manusia tidak bisa melakukannya
sendiri, ia membutuhkan bantuan orang lain. Dengan kata lain manusia adalah
makhluk social. Maka manusia jika ingin mencapai kesenangan duniawi, ia
harus mampu hidup bersosial dengan baik, yakni harus saling kenal mengenal,
tolong menolong dan saling memperkokoh antara satu dengan yang laksana
sebuah bangunan yang kokoh. Akan tetapi tanpa petunjuk Agama manusia
tidak mampu melakukan kehidupan bersosial dengan baik sehingga dalam
kehidupannya di masyarakat sering menghadapi benturan-benturan yang
mengancam ketenangannya.
Adapun manusia sebagai makhluk yang memiliki ruh, ia juga membutuhkan
ketenangan-ketenangan yang bersifat ruhaniah, yakni ketenangan hakiki.
Ketenangan ruhaniah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kebahagiaan hidup manusia, baik secara lahir maupun batin. Kebahagiaan
hidup itu tidak akan bisa diperoleh jika manusia tidak memperoleh ketenangan
hakiki. Bahkan fisik manusia itu bisa hancur jika ketidaktenangan manusia
mencapai titik yang paling memprihatinkan.
Nabi Muhammad saw bersabda:


( )
Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging. Jika
segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh jasadnya. Jika
segumpal daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh jasadnya, ketahuilah
bahwa ia adalah hati.(HR. Bukhari dan Muslim).
Namun ketenangan hakiki itu tidak akan bisa diperolehnya tanpa diri manusia
itu sendiri mengenal pemilik ruh, yaitu Allah SWT. Manusia tidak akan
mampu mengenal Allah SWT tanpa wahyu (Agama). Bahkan manusia tidak
akan tahu untuk apa hidup di dunia ini dan ke mana manusia akan pergi.

19

Mengenal Allah sesungguhnya merupakan fitrah manusia, karena ruh manusia


berasal dari Allah. Dan ruh itu telah mengakui Allah sebagai Tuhannya pada
saat ruh ditiupkan Allah ke dalam bayi yang telah berusia 120 hari ( 4 bulan)
dalam kandungan ibundanya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".(QS.
Al-Araaf/7: 172).

2. Kebutuhan Terhadap Agama


Penjelasan tersebut di atas sebenarnya menunjukkan bahwa manusia
sesungguhnya membutuhkan Agama. Mengapa? Karena Agama memberikan
jawaban pasti terhadap kebutuhan yang sangat dihajatkan manusia, baik
kebutuhan ruhani maupun jasmani. Oleh karenanya dusta jika ada manusia
tidak membutuhkan Agama. Tanpa Agama, kehidupan di muka bumi ini akan
hancur. Sebagai bukti, kini kerusakan terjadi di mana-mana, kekejian dan
kezhaliman merajalela serta musibah demi musibah terus menerus terjadi
adalah akibat ulah manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk kebenaran dari
Allah SWT. Akhirnya kegelisahan, kecemasan dan keresahan hidup terus
terjadi, belum lagi keresahan saat menghadap Allah SWT di akhirat nanti.
Dari sisi ruhani, Agama mengenalkan kepada manusia tentang Tuhannya yang
sebenarnya, yaitu Allah SWT (QS. 21: 25 & 29, QS. 2: 255). Tuhan Yang
Maha Benar inilah sesungguhnya yang dicari oleh ruhani manusia sehingga
apabila ia telah mengenal-Nya ia akan memperoleh ketenangan dan
kebahagiaan yang hakiki. Bukan hanya itu, manusia pun akan tahu dari mana
ia berasal, untuk apa ia diciptakan di muka bumi ini dan ke mana sebenarnya
ia akan kembali.
Dari sisi jasmani, Agama mengenalkan konsep hidup yang benar, baik dalam
hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara. Konsep hidup yang benar
tersebut membimbing manusia menuju kehidupan yang sejahtera dan damai
(QS. 5: 16,QS. 16: 97, QS. 34: 15). Mengapa demikian? Karena Agama yang
benar (Al-Haqq) itu datang dari Allah SWT yang menciptakan manusia dan
alam semesta, maka Dia-lah yang Maha Tahu bagaimana membangun
kehidupan yang benar, baik dan maslahat. Manusia yang telah mengenal Allah
SWT dengan benar pasti ia akan tunduk kepada Agama-Nya. Manusia yang
tunduk kepada-Nya pasti bahagia di dunia dan di akhirat.

20

BAB II
AGAMA ISLAM
I.

Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta. Menurut suatu pendapat ia terdiri
dari kata-kata: a = tidak, dan gama = kacau atau kocar-kacir, atau tidak
teratur. Agama berarti tidak kacau, tidak kocar-kacir dan teratur. Agama pada
hakikatnya memang mengajarkan kehidupan yang baik dan teratur. Ada juga
yang mengartikan agama sebagai teks atau kitab suci dan juga tuntunan.
Memang agama itu memiliki kitab suci yang bersisi aturan-aturan hidup bagi
penganutnya.
Dalam bahasa Arab dipakai kata Din. Kata dini menurut Prof M. Naquib AlAttas, mempunyai banyak arti, yaitu: Kepatuhan, kekuasaan yang bijaksana,
keadaan berhutang dan kecenderungan alamiah. Dalam bahasa Semit berarti
undang-undang atau hukum. Al-Quran mengungkapkan kata din dengan
berbagai derivasinya, yakni mengandung berbagai makna antara lain:
Pembalasan (1:4), agama (3:83/9:29/109:9), aturan (98:5), undang-undang
(12:76), ketundukan atau kepatuhan (4:125), dan hutang (4:11).
Agama berarti sebuah system nilai, aturan-aturan yang diyakini
kebenarannya oleh manusia serta diyakini sebagai jalan untuk mencapai
keselamatan dan kedamaian hidup.
1.

Unsur-unsur Agama
Unsur-unsur penting yang terdapat di dalam agama adalah:
a.
b.

Kekuatan ghaib; dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah


dan larangannya.
Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan di
akhirat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan
kekuatan ghaib yang dimaksud.

21

c.
d.
2.

Respons yang bersifat emosional dari manusia; bisa berbentuk


perasaan takut dan atau cinta, kemudian mengambil bentuk
pemujaan, penyembahan/pengabdian serta cara hidup tertentu.
Paham adanya yang quddus (sacred) atau suci; dalam bentuk
kekuatan ghaib, kitab dan tempat-tempat tertentu dan lain-lain.

Ruang Lingkup Agama


Ruang lingkup agama mencakup tiga tatanan utama yaitu:
a.
Tata keyakinan atau credial, berupa keyakinan akan adanya
sesuatu yang suci, kekuatan yang supranatural, Dzat Yang
Maha Mutlak dsb.
b.
Tata peribadatan/ritual, yaitu aturan-aturan tentang hubungan
ritual manusia dengan Dzat yang diyakini. Dalam Islam disebut
ibadah mahdhah.
c.
Tata aturan, kaidah atau norma yang mengatur hubungan
manusia sesama manusia dan manusia dengan alam.

3.

Sejarah Agama
Pada awalnya tuntunan Agama yang benar dari Allah SWT sudah ada,
yakni tuntunan yang diberikan Allah kepada Nabi Adam as ketika
beliau turun ke bumi, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka


Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: Turunlah kamu
semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.(QS. Albaqarah/2:37-38)
Namun anak turun Adam (Bani Adam) kemudian melupakan tuntunan
dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Adam as. sehingga
petunjuk dari Allah SWT tersebut hilang. Lalu manusia yang secara
fitrah memang dibekali jiwa ketuhanan mencari Tuhannya dan
petunjuk-petunjuk Tuhan. Karena keterbatasan akal manusia, maka
mereka mencari Tuhan berdasarkan akal mereka dan keyakinankeyakinan batin mereka. Dalam perkembangan berikutnya serta dalam
kurun waktu yang relative lama serta dipengaruhi oleh tempat dan
lingkungan yang berbeda, maka muncul agama-agama yang disebut
dengan Agama Budaya.
Demikian pula pada setiap zaman dan kaum, Allah SWT mengutus
kepada para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan wahyu kepada

22

manusia, mengajak mereka mengabdi kepada Allah dan menjauhi


syirik/thaghut (QS. A-Nahl/16: 36). Tetapi ajaran para Nabi dan Rasul
Allah itu pun kemudian ada yang diselewengkan dan dilupakan
sehingga hilang keasliannya. Kecuali Agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad saw, hingga sekarang masih terjaga keasliannya. Agama
yang dibawa para Nabi dan Rasul itu sering disebut sebagai Agama
Wahyu.
II.

Pengertian Islam
Kata Islam merupakan bentuk dasar (mashdar/infinitive) dari kata aslamayuslimu yang berarti memelihara dalam keadaan selamat/damai atau
menyerahkan diri, tunduk, patuh atau taat, damai. Kata aslama berakar
dari kata salima yang berarti selamat, sentosa, damai. Secara sederhana Islam
adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa takdir dan sunnah-Nya terhadap
semua makhluk ciptaan-Nya agar terpelihara dengan baik sehingga semua
berjalan selamat-sentosa.
Istilah Islam jika kita melihat maknanya, cakupannya sangat luas, yakni
mencakup semua makhluk-Nya. Dalam konteks ini, semua makhluk Allah
telah ber-Islam, baik makhluk Allah yang di bumi maupun yang berada di
langit. Ber-Islam dalam arti semua berjalan mengikuti sunnah-sunnah Allah
dan ketentuan-ketentuan-Nya. Perhatikan Firman Allah:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan/25: 2)
Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah.(QS. Al-Ahzab/33: 62).

Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan. (QS. Ali Imran/3: 83)

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada
di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan
banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan

23

Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang


memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (QS.
Al-Hajj/22: 18)
Pada surat al-Furqan ayat 2 dan surat al-Ahzab ayat 62, Allah SWT
menjelaskan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu dan telah menetapkan
ketentuan-ketentuannya atau takdir-takdirnya. Semua makhluk-Nya berjalan
sesuai ketentuan-ketentuan-Nya dan sedikit pun tidak ada yang menyimpang.
Sedangkan kata menyerahkan diri (aslama) dalam surat Ali Imran ayat 83 dan
bersujud dalam surat al-Hajj ayat 18, maksudnya adalah tunduk terhadap
ketentuan-ketentuan Allah.
Apabila kata Islam digabungkan dengan kata Agama, yakni Agama Islam,
maka ia mempunyai makna lebih sempit atau lebih khusus. Yaitu: Ajaranajaran yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui Rasul-Rasul Allah
sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw.
Pada hakikatnya Agama Islam sudah ada sejak Nabi Adam as turun ke bumi.
Hanya saja nama Islam sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah belum
diresmikan sebagai nama Agama Allah. Tetapi inti ajaran yang dibawa oleh
para Nabi dan Rasul Allah adalah Tauhid, yakni mengajak manusia untuk
tunduk mengabdi kepada Allah dan menjauhi thaghut (syirik). Perhatikan
Firman Allah:

Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu..."(QS. AnNahl/16: 36).
Islam resmi menjadi nama Agama Allah setelah Nabi Muhammad saw diutus
oleh Allah SWT sebagai nabi terakhir. Risalahnya telah disempurnakan untuk
berlaku sepanjang zaman dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:

...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu...(QS. Al-Maidah/5:3).
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dapat didefinisikan
sebagai berikut: Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, sebagai Agama yang
paling benar dan sempurna,yang diterima dan diridhai oleh Allah, menjadi
rahmat bagi seluruh alam, yang di dalamnya mengandung ketentuan

24

keimanan, syraiah dan akhlak yang dapat membentuk pribadi yang paling
mulia dan menjamin pengikutnya selamat di dunia dan di akhirat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan:
1. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah untuk
seluruh manusia (QS. Saba/34:28).
2. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah merupakan
rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiyaa/21: 102).
3. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
paling benar. Dan sebuah agama dapat teruji kebenarannya jika;
a) telah diuji keaslian kitabnya,
b) kebenaran isinya,
c) tidak saling bertentangan,
d) sesuai dengan fitrah manusia,dan
e) kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan.
4. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
paling sempurna.
5. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama
tauhid yang tercermin dalam keimanan, syariah dan akhlak.
6. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
menjamin keselamatan kepada para pemeluknya baik di dunia maupun di
akhirat.
III.

Karakteristik Agama Islam


Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam bukunya yang berjudul Prinsip Dasar
Islam halaman 21-32 menjelaskan tentang karakteristik agama Islam, bahwa
di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat
manusia sangat membutuhkan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Islam datang dari sisi Allah SWT dan sesungguhnya Allah lebih
mengetahui apa yang menjadi maslahat (kebaikan) bagi hamba-hambaNya.(QS. Al-Mulk/67:14)
2. Islam menjelaskan awal kejadian manusia dan akhir kehidupannya serta
tujuan diciptakan. (QS. 4:1, QS. 20:55, QS.51:56).
3. Islam adalah Agama Fitrah, oleh karenanya Islam tidak akan bertentangan
dengan fitrah dan akal manusia.(QS. 30:30, QS. 39:9, QS. 3:190-191).
4. Islam adalah ilmu syari. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan
Muslimah, dan ilmu mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya
ke derajat yang paling tinggi.(QS. 58:11).
5. Allah SWT menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan bagi
orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam
kehidupan, baik bagi perorangan maupun masyarakat.(QS. AnNuur/24:55).

25

6. Dalam Agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika,


karena syariat dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi
segala peristiwa yang tidak terbatas.
7. Syariat Islam adalah syariat yang paling bijak dalam mengatur semua
bangsa, paling tepat dalam memberikan solusi dari setiap masalah,
memperhatikan kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak
manusia.
8. Islam adalah agama yang fleksibel, cocok untuk segala zaman, bangsa,
tempat dan segala situasi. Bahkan dunia tidak akan menjadi baik kecuali
dengan Islam.
9. Islam adalah agama cinta dan kasih sayang, persaudaraan/persahabatan
dan kebersamaan.(QS. 49:10).
10. Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.(QS. 94:78,QS.9:105).
11. Islam itu sangat jelas dan mudah.
12. Islam mengajak kepada akhlak mulia dan amal shalih.
13. Islam menjaga kesehatan.
14. Islam seiring dengan penemuan ilmiah.
15. Islam agama dakwah.
IV.

Salah Paham terhadap Islam


Agama Islam jika dipelajari dan dipahami secara benar, utuh dan mendalam
sesuai kaidah-kaidah Agama Islam, akan muncul keyakinan bahwa Agama
Islam adalah Agama yang paling benar dan sempurna serta menjamin kepada
siapa saja yang mengamalkan ajarannya akan hidup selamat dan damai,
bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Namun dalam kenyataannya masih banyak umat Islam yang salah paham
terhadap Agama Islam sehingga mereka mudah terlibat kedalam aliran dan
paham-paham sesat. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal itu bisa terjadi karena:
1. Karena kebodohan mereka terhadap agama Islam itu sendiri.
2. Mereka memahami agama Islam hanya bersifat parsial (sepotongsepotong) saja, tidak secara utuh dan menyeluruh.
3. Mereka tidak berpegang teguh secara konsisten terhadap al-Quran dan asSunnah.
4. Mereka salah dalam mencari guru/ustad.
5. Mereka tidak memahami ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat
dalam al-Quran serta tidak memahami dalil-dalil qathi dan zhanni dalam
Agama Islam.
6. Pengaruh taklid buta dan kultus yang berlebihan.
7. Terlalu mendewakan akal, atau sebaliknya menafikan akal.
8. Pengaruh paham sekuler dan ateis.

26

V.

Kriteria Aliran Sesat


Majlis Ulama Indonesia (MUI), pada buku fatwanya yang berjudul
"Mengawal Aqidah Umat", diterbitkan pada tanggal 25 Syawal 1428 H/6
November 2007 M, halaman 7-8, menetapkan 10 kriteria aliran sesat sebagai
berikut:
1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6 (enam) yakni beriman
kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada
Rasul-Rasul-Nya, kepada hari Akhirat, kepada Qadha dan Qadar dan
mengingkari rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan dua kalimah
syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.
2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan syar'i (alQur`an dan as-Sunnah).
3. Meyakni turunnya wahyu setelah al-Qur`an.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Qur`an.
5. Melakukan penafsiran al-Qur`an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah
tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syari'ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardhu
tidak 5 (lima) waktu.
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i, seperti mengkafirkan
muslim hanya karena bukan kelompoknya.

BAB III
SUMBER AJARAN ISLAM
I. Al-Qur`an Sebagai Sumber Ajaran Islam
1. Pengertian Al-Qur`an
Al-Qur`an berasal dari kata-kata: Qara-a Yaqra-u, Qur`an, yang berarti
bacaan atau yang dibaca. Bila dibaca Qur`an saja tanpa al ia berarti nama
semua bacaan yang dibaca. Sedangkan AL-Qur`an, dengan tambahan al yang
dimaksudkan adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dalam bahasa Arab.
Secara terminogis al-Qur`an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi terakhir, Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, tertulis
dalam mushhaf, sampai kepada manusia secara mutawatir, dimulai dengan

27

surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas, dan membacanya


bernilai ibadah.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan:
a. Al-Qur`an adalah kalam atau firman Allah, bukan perkataan atau
karangan Nabi, bukan pula perkataan atau karangan malaikat Jibril.
Ketika Al-Quran turun, Nabi Muhammad SAW menyuruh para
sahabatnya menghapal dan menulis Al-Qur`an. Beliau melarang mereka
menghadapal dan menulis selain Al-Qur`an. Hal ini semata-mata untuk
menjaga kemurnian Al-Qur`an. Dengan demikian tidaklah benar
anggapan kaum orientalis bahwa Al-Qur`an itu karangan Nabi
Muhammad SAW.
b. Al-Qur`an diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW, yaitu
Muhammad bin Abdullah yang lahir di Makkah tahun 571 M. Dikatakan
terakhir karena beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir, penutup pada Nabi
dan Rasul.
c. Al-Qur`an diturunkan oleh Allah melalui perantara malaikat Jibril secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari kepada Nabi
Muhammad SAW, dengan demikian tugas Jibril hanya menyampaikan
wahyu Allah.
d. Al-Qur`an sejak turunnya, selain dihafal oleh para sahabat Nabi juga di
tulis dalam lembaran-lembaran (shuhuf) yang berbeda-beda, seperti
diatas pelepah kurma, kulit binatang, daun dan diatas batu, yang
kemudian dikumpulkan dalam satu mushhaf.
e. Al-Qur`an sampai kepada manusia secara mutawatir dan terus-menerus
diturunkan dari generasi ke generasi dalam keadaan tetap dan terjaga,
baik huruf maupun kalimat-kalimat yang ada di dalamnya, sehingga
keaslian Al-Qur`an tetap terjamin sampai akhir zaman.
f. Al-Qur`an di mulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan Surat AnNaas. Al-Quran sudah tersusun seperti itu sejak diturunkan oleh Allah
dan tersimpan di Lauh Makhfuzh. Walaupun AL-Qur`an diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur, tetapi malaikat
Jibril telah membimbing dan menuntun penempatan ayat-ayat dan suratsuratnya, menuntun bacaan dan tajwidnya tanpa sedikitpun di kurangi
atau ditambah. Demikian pula Nabi Muhammad SAW membimbing dan
menuntun para sahabatnnya dalam membaca dan menghafal Al-Qur`an.
Al-Qur`an, susunannya, bacaannya dan kandungannya tidak akan pernah
berubah sampai akhir zaman.
g. Al-Qur`an membacanya bernilai ibadah, dan setiap yang bernilai ibadah
pasti berpahala. Salah satu hikmahnya adalah agar umat Islam senang
membaca dan mengkaji Al-Qur`an. Dari kajian itulah diharapkan umat
Islam memahami petunjuk-petunjuk Al-Qur`an dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW bersabda:

28

,

,
.
). , .
(
Sesungguhnya al-Qur`an ini adalah hidangan Allah, maka terimalah
hidangan Allah itu semampumu (sekuat tenagamu). Sesungguhnya alQur`an ini adalah tali Allah, cahaya yang terang, obat yang memberi
manfaat, pelindung bagi orang yang berpegang kepadanya, penyelamat
bagi orang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga menyebabkan
cacat, tidak bengkok sehingga harus diluruskan, dan tidak pernah habis
keajaiban-keajaibannya, dan tidak pernah hilang keindahannya lantaran
diulang-ulang. Bacalah (Al-Qur`an), karena sesungguhnya Allah akan
memberi pahala kalian atas pembacaannya tiap-tiap satu huruf sepuluh
kebaikan. Aku tidak mengatakan kepada kalian Alif lam miim satu huruf,
akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.
(HR.Al-Hakim).
2.

Nama-Nama Al-Qur`an
Allah SWT menamakan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan beberapa nama, di antaranya:
a. Al-Qur`an. Firman Allah:

Sesungguhnya Al Qur`an Ini memberikan petunjuk


kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira
kepada
orang-orang
Mu'min
yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar,(QS.Al-Isra/17:9)
b. Al-Kitab. Firman Allah:

Kitab (Al Qur`an) Ini tidak ada keraguan padanya;


petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS.Al
Baqarah/2:2).
Al-Qur`an dan Al-Kitab lebih populer dari nama-nama
yang lain. Dr. Abdullah Daraz berkata: ia dinamakan
Al-Kitab karena ia ditulis dengan pena. Kedua nama

29

ini menunjukkan makna yang sesuai dengan


kenyataannya. Dengan kedua nama tersebut juga
memberikan isyarat bahwa selayaknya Kitabullah itu
dipelihara dalam bentu hapalan dan tulisan. Dengan
demikian jika salah satunya ada yang melenceng,
maka yang lain akan meluruskannya.
Oleh karenanya jika ada hapalan seseorang yang tidak
sesuai
dengan
teks
tertulis
Al-Qur`an,
maka
hapalannya
harus
disesuaikan
dengan
teknya.
Demikian juga jika suatu ketika ada teks tertulis AlQur`an yang tidak sesuai dengan yang dihapal
manusia secara mutawatir, maka teks tersebut harus di
luruskan.
c. Al-Furqan, yang mengandung arti pemisah antara yang hak dan batil.
(QS.Al-Furqan/25: 1)

Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan


(Al Qur`an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam
d. Az-Zikr (QS.AlHijr/15:9).

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an,


dan
sesungguhnya
kami
benar-benar
memeliharanya.
Az-Zikr mengandung arti peringatan. Satu sisi AlQur`an sebagai sarana mengingat Allah, di sisi lain
Al-Qur`an berisi peringatan tentang kehidupan akhirat,
hari pembalasan, pahala surga, ancaman siksa neraka,
dan lain-lain.
e. Tanzil (QS.As-Syuara, 26:192).

Dan Sesungguhnya Al-Qur`an ini


diturunkan oleh Tuhan semesta Alam.
3.

Masa Turun Al-Qur`an

30

benar-benar

Menurut pendapat yang paling kuat bahwa Al-Qur`an itu dua kali di
turunkan. Pertama, diturunkan secara langsung dari Lauh Mahfuzh ke
Baitul Izzah di langit dunia. Peristiwa turunnya terjadi pada malam AlQadr (QS.Al-Qadr/97: 15) di bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah / 2:185).
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi, yakni kepada Nabi
Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 22 hari (23
tahun). Ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Alaq / 96:5) dan
ayat yang terakhir turun menurut jumhur ulama adalah surat alMaidah/5:3) yang berbunyi:

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu


agamamu, dan telah ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku,
dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu. Maka
barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sangaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyang.
Ada beberapa hikmah Al-Qur`an diturunkan ke bumi
secara berangsur-angsur:
1.

Bagi Rasulullah SAW:


a. Meringankan beliau dalam menerima wahyu.
b. Memudahkan beliau dalam menjelaskan
kandungannya
serta
mencontohkan
pelaksanaannya.
c. Meneguhkan hati beliau dalam menghadapi
tantangan dakwah.
2. Bagi Umat:
a. Memudahkan mereka menghapalnya.
b. Memudahkan mereka memahaminya.
c. Mempersiapkan bangunan keyakinan Qur`ani
dengan landasan yang kokoh dan sempurna dalam
menghilangkan kemusyrikan.
d. Membangun umat menuju bentuk yang sejati.
e. Meneguhkan hati mereka dan meringankan
beban dalam perjuangan dakwah.
4.

Sejarah Penulisan Al-Qur`an


Penulisan Al-Qur`an Pada Masa Rasulullah saw.

31

Al Qur`an diwahyukan berangsur-angsur dari tahun 610632 M melalui perantara Malaikat Jibril. Setiap ayat turun,
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada sahabat
beliau untuk menghapal dan menulisnya. Beliau
menetapkan beberapa sahabat yang pandai menulis
untuk bertugas menulisnya, di antara mereka, Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Kaab. Al-Qur`an
mereka tulis pada kayu, pelepah kurma, batu, tulang onta
atau kambing yang telah bersih dan kering, papan pelana
kuda, kulit kayu, kulit binatang ternak, daun (alwaraq) dan
lain-lain. Semua penulisan itu di bawah pengawasan
Rasulullah SAW. Beliaulah yang mengatur letak ayat, surat
serta bunyi bacaannya secara akurat atas petunjuk
Malaikat Jibril. Sampai menjelang wafat Rasulullah,
pekerjaan pencatatan semua ayat telah tuntas meskipun
belum tertata rapih.
Penulisan pada Masa Khalifah Abu Bakar
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah pertama (632-634 M),
terjadi perang riddah (membasmi orang-orang murtad) di
Yamamah terhadap nabi palsu, Musailamah. Peperangan
ini menewakan 70 sahabat hapal Al-Qur`an. Hal ini
mendorong Umar bin Khattab mengusulkan kepada
Khalifah agar memprakarsai penulisan ulang Al-Qur`an ke
dalam satu jilid naskah.
Pada mulanya Khalifah Abu Bakar berat menerima usulan
Umar karena pekerjaan itu belum pernah dikerjakan oleh
Rasulullah dan tidak ada perintah dari beliau. Tetapi
setelah Umar meyakinkan bahwa penulisan ulang AlQur`an ke dalam satu jilid naskah semata-mata untuk
memelihara
kelestarian
Al-Qur`an,
berulah
ia
menyetujuinya. Abu Bakar kemudian memerintahkan Zaid
untuk menulis ulang Al-Qur`an dan menghimpunnya
dalam satu jilid mushhaf . Dalam melaksanakan tugas
berat itu Zaid dibantu oleh para sahabat Qurra`(ahli baca
Al-Qur`an), di antara mereka ialah Ubay bin Kaab, Ali bin
Abi Thalib, Usman bin Affan dan lain-lain.
Meskipun Zaid adalah hafizh Qur`an, dia tetap berhati-hati
dalam menulis Al-Qur`an. Zaid berpegang pada tulisantulisan yang tersimpan di rumah Rasulullah SAW, pada
hapalan-hapalan para sahabat dan naskah-naskah yang
ditulis para sahabat untuk mereka sendiri. Zaid

32

menghimpun surah-surah dan ayat-ayat Al-Qur`an sesuai


dengan petunjuk Rasulullah ketika beliau masih hidup,
selesai menulis dan menghimpun Al-Qur`an dalam satu
mushhaf, kemudian diserahkan kepada khalifah Abu
Bakar. Mushhaf tersebut tetap disimpan oleh Abu Bakar
sampai beliau wafat. Ketika Umar menjabat Khalifah,
mush-haf itupun berada dalam pengawasannya. Setelah
Umar wafat, mushhaf tersebut disimpan di rumah
Hafshah, puterinya yang juga isteri Rasulullah SAW.
Penulisan Pada Masa Khalifah Usman
Pada masa Khalifah Usman bin Affan penyebaran Islam
semakin luas, dan para Qurra,(para ahli baca Qur`an)-pun
tersebar di berbagai wilayah. Penduduk di setiap wilayah
itu mempelajari qira`at (bacaan Qur`an) dari ahli baca
Qur`an yang dikirim kepada mereka. Ternyata para Qari`
yang dikirm ke berbagai wilayah tersebut mengajarkan
dalam dialek (lahjah) yang berbeda. Bahkan sempat
timbul di antara para Qari` perselisihan dalam soal bacaan
dan saling menyalahkan. Huzaifah bin Yaman, salah
seorang sahabat Nabi yang menyaksikan perbedaan dan
perselisihan itu mengusulkan keapda Khalifah Usman agar
menetapkan aturan penyeragaman bacaan Al-Qur`an
dengan membuat Mushhaf Al-Qur`an yang setandar yang
kelak akan dijadikan pengangan bagi seluruh umat Islam.
Khalifah Usman menerima usulan Huzaifah bin Yaman,
beliau lalu membentuk lajnah ( panitia) yang terdiri atas
Zaid bin Tsabit sebagai ketua dan anggotanya adalah
Abudllah bin Zubeir, Said bin Ash dan Abdurrahman bin
Haris. Kemudian Usman meminjam Mushhaf Al-Qur`an
yang disimpan di rumah Hafshah dan memberikannya
kepada panitia Al-Qur`an yang telah terbentuk.
Tugas utama panitia adalah menyalin mush-haf induk
tersebut
ke
dalam
beberapa
naskah
sambil
menyeragamkan dialek yang digunakan, yaitu dialek
Quraisy yang memang Al-Qur`an itu diturunkan melalui
dialek Quraisy. Setelah tugas panitia selesai, Usman
mengembalikan mushhaf induk kepada Hafshah. AlQur`an yang telah disalin dengan dialek yang seragam di
masa Usman itulah yang disebut Mushhaf Usmani.
Semuanya berjumlah lima, sebagian menyebutkan tujuh.
Satu mushhaf disimpan Usman sendiri di Madinah yang
kemudian dikenal dengan Mushhaf Al-Imam. Sedangkan

33

yang lainnya di kirim ke Mekkah, Suriah, Basrah, dan


Kufah untuk disalin dan diperbanyak.
Mushhaf yang dikirim oleh Usman ke berbagai wilayah
mendapat sambutan positif dari umat Islam. Mereka
menyalin dan memperbanyak mushhaf Usman itu secara
berhati-hati. Kewaspadaan kaum Muslimin terhadap setiap
penulisan Al-Qur`an tetap berlanjut dari masa ke masa.
Penyalinan Mushhaf Usman terus bertambah pesat,
sedang Al-Qur`an yang pernah ditulis di masa sahabat
(sebelum terbitnya mushhaf Usmani) berangsur-angsur
hilang dari masyarakat. Dengan demikian umat Islam
pada saat sekarang ini hanya mengenal satu jenis
mushhaf, yaitu mushhaf Usmani.
Maka sangat jelaslah bahwa mushhaf Usmani sama sekali
tidak berbeda dengan teks aslinya. Sebab para penulisnya
adalah penulis mushhaf di masa Abu Bakar dan juga para
penulis Al-Qur`an di masa Rasulullah SAW. Oleh karenanya
sangat tidak berdasar tesis kaum orientalis, termasuk
profesor dari Jerman yang punya nama samaran Christop
Luxenberg, yang mengatakan bahwa Al-Qur`an yang ada
sekarang sudah tidak sesuai dengan teks aslinya. Tesis
mereka itu tendensius dan sama sekali tidak bisa di
pertanggungjawabkan, karena itu umat Islam tidak usah
mempercayai tesis orientalis tersebut.
Demikian pula kaum Syi'ah juga menganggap bahwa alQur`an yang ditulis oleh tim yang dibentuk oleh 'Usman
sudah banyak yang dirubah dan dihilangkan, pernyataan
ini juga samasekali tidak berdasar. Karena 'Ali bin Abi
Thalib sendiri sebagai imam utama mereka termasuk
anggota lajnah penulisan al-Qur`an yang dibentuk pada
masa Khalifah Abu Bakar. Sedangkan tim pada masa
Khalifah 'Usman hanya menyalin saja, dan kemudian
menyeragamkan bacaannya.
5.

Fungsi dan Peran Al-Qur`an


Al-Qur`an sebagai Petunjuk Hidup
Secara fitrah setiap manusia dalam hidupnya pasti
menginginkan kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
Bahkan mereka membuat aturan-aturan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah untuk mencapai

34

kedamaian dan kebahagiaan hidup. Hanya saja


kebanyakan jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang
salah, sehingga bukan kedamaian dan kebahagiaan yang
diperolehnya, melainkan kekacauan dan kegelisahan.
Al-Qur`an diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia
adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk
mencapai kedamaian dan kebahagiaan hakiki. Mengapa?
Karena Dia-lah yang telah menciptakan manusia dan alam
semesta, maka tentu hanya Dia-lah yang Maha Tahu
bagaimana baiknya kehidupan manusia agar mereka bisa
damai dan bahagia. Oleh karena itu diturunkannya AlQur`an selain sebagai tanggung jawab Allah kepada
makhluk-Nya juga sebagai petunjuk jalan menuju
kedamaian dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun
di akhirat.
Firman Allah:

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan


Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur(QS. Al-Baqarah, /
2;185).
Al-Qur`an selain ia sebagai petunjuk bagai manusia, ia
juga berfungsi sebagai penjelas dari petunjuk-petunjuk
tersebut.
Al-Qur`an Sumber Berbagai Informasi
Al-Qur`an diturunkan oleh pencipta manusia dan alam
semesta, dan Al-Qur`an merupakan petunjuk bagi

35

manusia untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan


akhirat. Oleh karenanya Al-Qur`an selain sebagai petunjuk
hidup, ia juga sebagai sumber dari segala informasi, baik
informasi tentang hukum, sejarah, kehidupan dunia, hari
kiamat, kehidupan di akhirat maupun sumber dari segala
sumber ilmu pengetahuan alam nyata dan alam ghaib.
Bahkan Al-Qur`an merupakan seumber informasi ilmu
pengetahuan yang tidak akan pernah habis walaupun
dikaji oleh manusia sejagat raya ini. (QS.31:27). Semakin
dikaji Al-Qur`an, semakin banyak informasi-informasi yang
tersirat dari al-Quran tersebut.
Firman Allah:

Dan (ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada


tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka
sendiri dan kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. dan kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri.(QS. An-Nahl/16:89)
Al-Qur`an Sebagai Obat
Di dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah, ayat 10, di jelaskan
bahwa di dalam hati mereka (orang-orang kafir / munafik)
ada penyakit, lalu Allah menambahkan kepada mereka
penyakitnya. Yang di maksud penyakit dalam ayat
tersebut adalah penyakit kufur, nifak dan fasik. Manusia
yang telah mengidap penyakit kufur, nifak dan fasik itu
mereka kemudian ditimpa penyakit berikutnya, yaitu
penyakit dengki, dendam dan benci terhdap kebenaran.
Padahal kebenaran (al-haq) itulah kelak yang akan
membawa kepada kedamaian hidup. Akibat dengki, benci
dan dendam terhdap kebenaran, mereka kemudian
terjerumus kedalam kebatilan (keburukan). Kebatilan
inilah yang akhirnya membawa mereka kepada kehinaan
dan kegelisahan hidup.
Di dalam kehidupan modern sekarang ini sering kita
seksikan manusia mengalami kegelisahan yang amat
sangat, sehingga mereka kemudian menderita stress,
depresi dan tidak sedikit dari mereka kemudian bunuh
diri, menjadi gila dan menderita sakit yang parah (akut).

36

Yang demikian karena mereka menolak kebenaran


(agama) dan tidak mau menjalani tuntunan agama.
Al-Qur`an diturunkan oleh Allah SWT menjadi obat bagi
hati manusia yang berpenyakit. Jika manusia menerima
Al-Qur`an niscaya penyakit kufur, nifak, fasik,dengki,
dendam dan benci terhadap kebenaran akan hilang.
Dengan hilangnya penyakit-penyakit tersebut, maka
manusia akan tenang dan damai hidupnya.
Firman Allah:

Dan kami turunkan dari Al Qur`an suatu yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
Al Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.( QS Al-Israa/ 17:82).
6.

Kandungan Al-Qur`an

Al-Qur`an yang terdiri dari 114 surat, 659 ayat, 74.439


kalimat (kata) dan 323.015 huruf ini, memuat pokok-pokok
berbagai hal di dalamnya (QS. 6:38), sempurna
kandungannya (QS. 16:89), tetap terjaga keasliannya (QS.
15:9) dan berlaku sepanjang masa (abadi).
Secara umum isi kandungan Al-Qur`an terdiri atas:
a. Pokok-pokok keyakinan /keimanan/ akidah, yang
melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid, atau ilmu teologi.
b. Pokok-pokok aturan atau hukum yang kemudian
melahirkan ilmu hukum atau ilmu fikih.
c.
Pokok-Pokok tentang ibadah mahdhah
(pengabdian kepada Allah).
d.
Pokok-pokok aturan tingkah laku (akhlak).
e. Petunjuk tentang tanda-tanda alam yang
menujukkan adanya Allah. Dari sini dapat lahir ilmi
pengetahuan.
f. Petunjuk mengenai hubungan golongan kaya dan
miskin.
g. Sejarah para Nabi dan umat terdahulu.
DR. Ali Syari`ati membagi kandungan Al-Qur`an dengan
prosentase, yaitu fenomena alam dan materi (26,66 %),
akidah dan aliran pemikiran (24,14%), sosial dan politik
(25,5%), sejarah dan filsafat( 14,14 %), perilaku dan

37

akhlak(3,3%), masalah harta 3,3%) serta ibadah dan


syiar agama (1,7 %).
7.

Al-Qur`an dan Ilmu Pengetahuan

Al-Qur`an selain sebagai sumber hukum dan norma, juga


sebagai sumber ilmu pengetahuan, baik pengetahuan
umum maupun agama, serta mendorong kepada umat
manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut. Cukup banyak ayat-ayat AlQur`an baik yang tersurat maupun tersirat yang
menganjurkan kepada umat manusia supaya menggali
dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ayat Al-Qur`an yang pertama kali turun adalah surat
al-Alaq /96:1-5, yang mengandung perintah membaca,
yakni membaca ayat-ayat kauniyah ( alam semesta
beserta isinya) dan ayat-ayat qauliyah ( Al- Qur`an),
yang dengan membaca ayat-ayat tersebut manusia
dapat mengenal Allah melalui ciptaan-Nya, dan dengan
membaca ayat-ayat itu juga manusia akan memperolah
pengetahuan yang luas. Di bagian lain secara tersurat
Allah SWT menegaskan bahwa Dia akan meninggikan
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan (QS . Al-Majadilah /58:11).

...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu
dan
orang-orang
yang
diberi
ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Penggunaan kata-kata yaqiluun (pengembangan potensi
akal), yatafakkaruun (pengembangan potensi fikir),
yanzhuruun (pengembangan potensi nalar), yalamuun
(pengembangan
pengetahuan),
dan
ulul-albaab
(pengembangan potensi pikir dan zikir secara seimbang)
di berbagai ayat-ayat dalam Al-Qur`an secara tersirat
mendorong manusia menggali dan mengembangkan AlQur`an
karena
menghendaki
manusia
unggul
pengetahuannya. Dua hal inilah yang kelak membawa
manusia bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Ketika dunia Islam mampu merespon pesan-pesan ilmiah
dari Al-Qur`an secara baik, dan menggali serta

38

mengembangkan
pesan-pesan
tersebut
secara
maksimal, dunia Islam di abad 8-13 Masehi pernah
mencapai kemajuan dan peradaban yang sanga tinggi.
Dunia Islam di zaman sekarangpun akan mampu
mencapai
peradaban
yang
tinggi
jika
mau
melakukannya.
8.

Kemukjizatan Al-Qur`an

Mukjizat adalah kejadian yang luar biasa disertai


tantangan dan selamat dari perlawanan. Al-Qur`an
digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang
orang-orang kafir yang menolak kerasulan beliau dan
kebenaran
Al-Qur`an.
Manusia
tidak
mampu
menghadapi
tantangan
al-Qur`an
walaupun
mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini karena AlQur`an merupakan mukjizat.
Kalau dikaji secara mendalam dan luas, maka tidak
diragukan lagi bahwa keseluruhan isi Al-Qur`an adalah
mukjizat. Namun secara umum kemukmukjizatan AlQur`an bisa dikelompokkan kepada empat kategori:
Pertama, kemukjizatan dari segi bahasa, para ahli
bahasa Arab telah menekuni bahasa Arab tersebut
dengan segala variasinya sejak tumbuh sampai remaja
dan mekar serta manjadi bahasa yang sangat fasih,
indah dan sangat baligh. Namun di puncak kefasihan,
keindahan, dan ke-baligh-annya ia tidak mampu
menandingi kefasihan, keindahan, dan ke-baligh-an AlQur`an.
Kurun waktu terus silih berganti melewati ahli-ahli
bahasa Arab, tetapi kemukjizatan Al-Qur`an tetap tegar
bagai gunung yang menjulang tinggi. Dihadapannya
semua kepala bertekuk lutut dan tunduk, tidak
terpikirkan
untuk
mengimbanginya,
apalagi
mengunggulinya, karena terlalu lemah dan tidak
bergairah menghadapi tantangan berat ini. Dan
senantiasa akan tetap demikian keadaannya sampai
hari kiamat.
Ketinggian Al-Qur`an dari segi bahasa saja sudah
menunjukkan bahwa Al-Qur`an adalah segala sesuatu
hal di luar kemampuan manusia. Keindahan dan

39

keserasian Al-Qur`an telah dijelaskan Allah sendiri


dalam firman-Nya:

Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik


(yaitu) Al Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi
tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah...(QS .Az-Zumar / 39:23).
Firman Allah:

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an?


kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak
di dalamnya.(QS. An-Nisaa/4:82)
Keserasian, keseimbangan dan pengulangan kata-kata
dalam Al-Qur`an, selain menambah keindahan bahasa
Arab juga mengandung informasi yang tepat dengan
pengetahuan manusia. Misalnya pengulangan kata
hari (yaum) diulang sampai 365 kali, sama dengan
jumlah hari dalam satu tahun. Kata bulan(syahr)
diulang sampai 12 kali, menunjukkan jumlah bulan
dalam satu tahun. Demikian pula jumlah kata Al-Qur`an,
Al-Wahyu, dan Al-Islam yang sama-sama diulang 70 kali.
Jumlah kata Al-hayah dan Al-maut sama-sama diulang
145 kali dan keserasian kata-kata yang lain
mengandung pesan-pesan ilmiah, hanya saja sebagian
pengetahuan
kita
ada
yang
belum
mampu
menggalinya.
Kedua, kemukjizatan ilmiah. Kemukjizatan ilmiah AlQur`an bukanlah terletak pada pencakupannya akan
teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta
merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan
pengamatan. Tetapi ia terletak pada dorongannya untuk
berpikir dan menggunakan akal. Al-Qur`an mendorong
manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia
tidak mengebiri aktivitas dan kreativitas akal dalam
memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari
penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya.
Hal ini tidak ada sebuahpun dari kitab-kitab agama

40

terdahulu memberikan jaminan demikian sebagaimana


yang diberikan Al-Qur`an.
Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan yang
telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi
dari pemikiran valid yang dianjukan Al-Qur`an, tidak
ada
pertentangan
sedikitpun
dengannya.
Ilmu
pengetahuan telah maju dan telah banyak pula
masalah-masalahnya, namun apa yang telah tetap dan
mantap daripadanya tidak bertentangan sedikitpun
dengan salah satu ayat-ayat Al-Qut`an. Sungguh ini saja
sudah merupakan mukjizat Al-Qur`an.
Isyarat-isyarat ilmiah Al-Qur`an, selain ajakan dan
dorongan supaya manusia menggunakan akal dalam
memahami ciptaan-ciptaan Allah di alam semesta ini,
juga
banyak
sekali
ayat-ayat
Al-Qur`an
yang
mengandung pesan-pesan ilmiah yang kemudan
menjadi cikal bakal lahirnya disiplin ilmu-ilmu tertentu.
Misalnya Al-Qur`an surat 17:4, 75:37,23:13-14, 76:2,
86:6 dan ayat-ayat lain yang berbicara tentang
reproduksi manusia, telah menjadi cikal bakal lahirnya
ilmu reproduksi. Al-Qur`an surat 50:6, 3-190-191, 31:10,
10:5, 86:1-3, 24:35, 31:29, dan ayat-ayat lain yang
berbicara tentang langit, matahari, bulan, bumi,
bintang-bintang, dan planet-planet di ruang angkasa,
menjadi cikal bakal lahirnya ilmu astronomi. Al-Qur`an
surat 4:7-14 yang berbicara tentang pembagian waris,
menjadi cikal bakal lahirnya ilmu hitung (matematika).
Al-Qur`an surat 2:162 yang berbicara tentang
pentingnya makanan yang halal dan baik, menjadi cikal
bakal lahirnya ilmu gizi. Masih banyak lagi pesan-pesan
ilmiah Al-Qur`an yang kemudian menjadi cikal bakal
lahirnya disiplin ilmu yang bermanfaat bagi umat
manusia. Pendeknya kemukjizatan ilmiah Al-Qur`an
tidak ada bandingannya dan di luar kemampuan
manusia.
Ketiga, kemukjizatan tentang kebenaran informasiinformasi yang ghaib. Bahwa apa yang diberikan oleh
Al-Qur`an tentang yang ghaib pasti benarnya, baik
informasi tentang masa lalu, masa kini maupun masa
yang akan datang hingga informasi tentang hari kiamat.
Misalnya Al-Qur`an menceritakan tentang kesombongan
Raja Firun yang mengaku Tuhan, kemudian dia
ditenggelamkan oleh Allah di Laut Merah. Lalu

41

mayatnya (tubuhnya) diselamatkan Allah agar menjadi


pelajaran bagi umat manusia. Firman-Nya:

Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu[firaun]


supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang
datang
sesudahmu
dan
Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan kami.( QS. Yunus, 10:92)
Pada tahan 1896 seorang ahli purbakala, loret
menemukan satu mummi di lembar raja-raja Luxor,
Mesir. Kemudian pada tanggal 18 Juli 1908, Eliot Smith
mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka
mummi Firaun bernama Mneph (maniptah) ternyata
terdapat satu jasad utuh seperti yang diisyaratkan AlQur`an.
Tegasnya, Al-Qur`an dilihat dari berbagai segi adalah
mukjizat. Bahkan untuk membuktikan kemukjizatannya,
Al-Qur`an
menantang
siapapun
yang
masih
meragukannya untuk menyusun seperti Al-Qur`an, baik
secara keseluruhan (QS.17:88) atau sepuluh surat saja
(QS.11:13) atau satu surat saja (QS. 2:23 dan QS.
10:38) Tantangan ini untuk meyakinkan bahwa
kebenaran dan keotentikan Al-Qur`an
tidak dapat
diragukan lagi. Yang demikian ini karena Al-Qur`an
adalah wahyu Allah, firman Allah, bukan buatan atau
karangan manusia dan makhluk selain Allah.
9.

Metodologi Memahami Al-Qur`an


Terjemah
Terjemah adalah menyalin atau memindahkan
dari
suatu bahasa ke bahasa
lain. Terjemah Al-Qur`an
berarti menyalin atau memindahkan dari bahasa AlQur`an ke bahasa lain. Secara umum ada dua model:
Terjemah harfiyah dan terjemah maknawiyah. (QS.
17:29).

42

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu


pada
lehermu
dan
janganlah
kamu
terlalu
mengulurkannya Karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal. . (QS. 17:29).
Sedangkan
terjemah
maknawiyah
ialah
menterjemahkan makna kandungan bahasa Al-Qur`an
secara tepat dan benar berdasarkan keyakinan
penerjemah, walaupun secara harfiyahnya tidak cocok
dengan teksnya. Terjemahan maknawiyah dari ayat di
atas yaitu: Dan janganlah kamu terlalu kikir dan
jangan terlalu pemurah.
Tafsir
Tafsir
secara
bahasa
adalah
penjelasan
atau
pengungkapannya. Menurut Az-Zamakhsyari, tafsir
adalah pengetahuan untuk memahami kitabullah yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dengan
menjelaskan makna-maknanya, mengeluarkan hukumhukum dan hikmah-hikmahnya. Menurut Dr. Quraish
Shihab ada dua hal yang harus di perhatikan dalam
penafsiran Al-Qur`an yaitu:
a.

Materi tafsir. Semua ayat boleh ditafsiran kecuali:


1.
Ayat yang tidak mungkin dijangkau
pengertiannya, seperti alif laam miim, shaad dan
qaaf di awal surat.
2. Ayat yang hanya diketahui secara umum artinya,
tetapi tidak dapat dijangkau kedalaman maknaya
oleh pikiran manusia, seperti masalah metafisika
(hal-hal yang tidak dapat dipahami secara fisik).

b.

Orang yang menafsirkan harus memiliki syarat:

1. Pengetahuan bahasa Arab dengan berbagai


bidangnya.
2. Pengetahuan ilmu-ilmu Al-Qur`an dan sejarah
turunnya, hadits-hadits Nabi dan ushul fiqh
( kaidah-kaidah hukum Islam).
3.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip
keagamaan.
4. Pengetahuan tentang disiplin ilmu yang menjadi
materi bahasan ayat.

43

Takwil
Takwil secara bahasa artinya mengembalikan atau
memalingkan makna. Secara istilah takwil ialah
mengembalikan makna suatu ayat kepada apa yang
dikehendaki-Nya, atau memalingkan makna asalnya
dengan makna lain yang sejiwa denganna. Al-Qur`an
sendiri terkadang menyebut takwil dengan arti mencari
kebenaran. Ulama tafsir mendefinisikan takwil sebagai
berikut:
1.

II.

Menerangkan atau menjelaskan apa yang terdapat


dalam kalimat, baik sesuai dengan teksnya ataupun
tidak.
2. Memalingkan makna ayat kepada makna yang
lebih kuat dari makna yang tampak. Seperti
mengalihkan
pengertian
tangan
menjadi
kekuasaan.

Al-Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam


1.

Pengertian Al-Hadits dan As-Sunnah

Al-Hadits adalah segala ajaran yang disandarkan kepada


Rasulullah baik perkataan, perbuatan, dan taqrir yang
diriwayatkan para ulama dari generasi ke generasi sebagai
pedoman hidup manusia.
Sedangkan As-Sunnah secara bahasa artinya jalan yang
dilalui (perjalanan). Menurut ahli hadits, As-Sunnah adalah
segala perkataan, perbuatan, takrir, sifat, keadaan, dan
tabiat Nabi Muhammad SAW, baik yang berkaitan dengan
hukum maupun tidak. Atas dasar ini, As-Sunnah adalah
segala sesuatu yang datang atau yang dinisbahkan kepada
Nabi Muhammad baik ucapan, perbuatan, atau takrir baik
sifat fisik maupun psikis, setelah beliau diangkat menjadi
rasul maupun sebelumnya
Dari definisi tersebut, ulama membagi kandungan Sunnah
kepada tiga bentuk:
a.
Sunnah filiyah, yakni berupa perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Seperti tata cara
shalat yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

44

b. Sunnah qauliyah yakni berupa perkataan Nabi


Muhammad
SAW.
Seperti
ucapan
beliau
yang
mengatakan : Tidak sah shalat seseorang yang tidak
membaca
surat
Al-Faatihah.(
HR.
AL-Bukhari).
c. Sunnah taqririyah, yaitu berupa ketetapan Nabi
Muhammad SAW. Bentuknya bermacam-macam, antara
lain diamnya Nabi ketika melihat atau mendengar
perbuatan
hubungan
suami-isteri
secara
azal
(mengeluarkan sperma di luar vagina).
2. Kedudukan dan Fungsi As-Sunnah
Kedudukan Al-Hadits sangat penting di dalam ajaran Islam,
karena ia merupakan sumber ajaran Islam setelah AlQur`an. Al-Qur`an sebagai sumber pertama dan utama
ajaran Islam masih bersifat global, sehingga masih
membutuhkan
penjelasan-penjelasan.
Al-Hadits
itulah
berfungsi sebagai penjelas Al-Qur`an. Tanpa al-Hadits
seseorang tidak mampu memahami Al-Qur`an secara
sempurna. Oleh karena itu Allah SWT selain mewajibkan
kepada hamba-Nya taat kepada-Nya juga mewajibkan taat
kepada Rasul-Nya. Seseorang yang berpegang teguh kepada
keduanya, yakni Al-Qur`an dan As-Sunnah, diajmin hidupnya
tidak akan sesat selama-lamanya. Firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amalamalmu.(QS. Muhammad/47:33)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika
kamu
berlainan
Pendapat
tentang
sesuatu,
Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.(QS. An-Nisaa/4:59)

45

Rasulullah bersabda: Aku tinggalkan buat kamu dua hal


yang tidak akan sesat sesudahnya, yaitu kitabullah (AlQur`an) dan sunnahku (As-Sunnah). HR. Al-Hakim).
Adapun fungsi al-Hadits terhadap Al-Qur`an di antaranya:
a. Al-Hadits berfungsi menguatkan hukum yang
ditetapkan Al-Qur`an. Misalnya Al-Qur`an menetapkan
hukum tentang puasa.
Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(QS.AlBaqarah / 2:183).
Lalu
As-Sunnah
menguatkan
kewajiban
puasa
sebagaimana terdapat dalam sabda Rasul:
Islam didirikan di atas lima perkara.(yaitu) persaksian
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan
ibadah haji ke Baitullah. (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Al-Hadits berfungsi memberikan rincian terhadap
pernyataan Al-Qur`an yang bersifat global. Misalnya
pernyataan Al-Qur`an tentang kewajiban shalat, firman
Allah :Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan
bayarkanlah zakat. (QS. Al-Baqarah/ 2: 110).
Perintah shalat dalam ayat tersebut masih bersifat
umum, Al-Hadits kemudian memerincinya secara
operasional. Yakni shalat yang hukumnya wajib dan
yang sunnah. Dalam Hadits dikatakan:
Dari Thalhah bin Ubaidillah; bahwasanya telah datang
seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW dan berkata
: Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku shalat apa
yang difardhukan kepadaku. Rasul menjawab: Shalat
lima waktu, yang lainnya adalah sunnah.(HR.
Bukhari dan Muslim).
Al-Qur`an tidak menjelaskan kewajiban shalat secara
rinci, baik bacaannya maupun gerakannya. Hanya AlHadits yang menjelaskannya secara rinci. Teknisnya kita
disuruh mengikuti cara Rasulullah shalat, sebagaimana
dalam sabdanya:

46

( )
Shalatlah kamu sebagaimana
shalat. (HR. Bukhari).

kamu

melihat

aku

c. Al-Hadits membatasi kemutlakan yang dinyatakan


oleh Al-Qur`an. Misalnya A-Qur`an mensyariatkan
tentang wasiat. Sebagaimana dalam firman Allah:

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu


kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma'ruf. (Ini adalah) kewajiban
atas orang-orang yang bertakwa. (QS.Al-Baqarah/
2:180
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, Rasulullah SAW memberikan batasan bahwa
wasiat harta tidak boleh lebih dari sepertiganya dari
hartanya yang ditinggalkan.
d.

Al-Hadits
memberikan
pengecualian
terhadap
pernyataan Al-Qur`an yang bersifat umum. Misalnya AlQur`an mengharamkan memakan bangkai dan darah
sebagaimana dalam firman Allah:

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,


daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.
dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan...( QS.Al-Maidah/ 5:3).
Al-Hadits
memberikan
pengecualian
dengan
membolehkan memakan jenis bangkai tertentu, seperti
bangkai ikan, belalang, dan darah tertentu (hati dan
limpa) sebagaimana tersebut dalam Hadits sebagai
berikut:
Dari
Ibnu
Umar
ra,
Rasulullah
SAW
bersabda :dihalalkan buat kita dua bangkai dan dua

47

darah. Adapun bangkai itu adalah ikan dan belalang


dan dua darah itu adalah hati dan limpa. ( HR. Ahmad,
Asy-Syafii, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Daruquhni.).
e. Al-Hadits menetapkan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh Al-Qur`an. Misalnya Al-Qur`an belum
menetapkan tentang keharaman binatang yang
mempunyai taring dan burung yang bercakar. Al-Hadits
kemudian menetapkannya sebagaimana tersebut dalam
Hadits Rasul: Rasulullah melarang semua yang
mempunyai taring dari binatang dan semua burung
yang bercakar.( HR. Muslim dari Ibnu Abbas).
2.

Sejarah Pembukuan Al-Hadits


a.

Periwayatan Secara Lisan

Fase periwayatan secara lisan berlangsung selama


masa Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Hal ini
karena ada larangan menulis Hadits pada masa itu:
Janganlah kamu tulis apa yang telah kamu terima
dariku selain Al-Qur`an. Siapa yang menulis selain AlQur`an hendaklah menghapusnya. Ceritakan apa yang
kamu terima dariku, itu tidak apa-apa. Siapa sengaja
berdusta atas namaku ia telah menyeret tempat
duduknya ke dalam nereka. (HR. Muslim).
Pelarangan penulisan Hadits pada masa itu karena
dikhawatirkan menodai keaslian Al-Qur`an. Oleh karena
itu, hanya orang-orang tertentu saja yang beliau
izinkan menulisnya, sebagaimana beliau pernah
menyuruh seorang sahabat untuk menulis Hadits atas
permintaan Abu Syah dari Yaman. Pada masa
Rasulullah sebenarnya Hadits telah ditulis secara
pribadi seperti oleh Abdullah bin Amr bin Ash (w. 65 H)
dan Jabir bin Abdullah (w. 73 H).
b.

Penulisan dan Pembukuan Hadits

Fase penulisan dan pembukuan dimulai pada masa


Khalifah Umar bin Abdul Aziz (berkuasa 99-101-719 M)
dari Bani Umayah karena wilayah Islam telah meluas
dan umat Islam tersebar ke beberapa wilayah di luar
Arabia. Khalifah memerintahkan kepada Az-Zuhri untuk
mengumpulkan dan menulis Hadits. Kitab-kitab Hadits
yang muncul pada fase ini antara lain Al-Muwaththa

48

(144 H) karya Imam Malik yang memuat 1.720 Hadits,


dan Al-Musnad Asy-Syafii karya Imam Syafii.
c.

Seleksi Hadits

Fase seleksi hadits dimulai pada awal abad 3 H. Pada


fase ini Hadits Nabi berhasil dipisahkan dari fatwa
sahabat. Musa Al-Abbasy, Ahmad bin Hanbal, dan lainlain berhasil menyusun Musnad (kitab Hadits
berdasarkan sanad), sekalipun belum disisihkan Hadits
yang bernilai lemah (dhaif). Kenyataan ini mendorong
ulama Hadits untuk membuat kaidah dan syarat untuk
menentukan kualitas suatu Hadits. Hasilnya muncul
kitab-kitab Hadits yang berkualitas shahih pada fase
ini, yaitu Shahih Bukhari, karya Muhammad bin Ismail
Al-Bukhari (194-256 H/w.870 M), dan Shahih Muslim
karya Imam Muslim bin Hajjah bin Muslim al-Qusyairy
(204-261 H/ w. 875 M).
Pada fase berikutnya adalah fase penghafalan ratusan
ribu hadits, tetapi pada fase ini masih terjadi juga
usaha pembukuan hadits, seperti kitab Mujam AshShaghir karya At-Thabrany (360 H). Pada masa fase
berikutnya lagi terjadi klasifikasi Hadits, tematisasi,
pensyarahan
dan
peringkasan
(talkhis)
untuk
kemudahan bagi umat Islam.
3.

Macam-Macam Hadits

Hadits dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi kuantitas


(jumlah periwayatannya) dan dari segi kualitas (diterima
atau ditolaknya) Hadits. Bila ditinjau dari segi kuantitas
periwayatannya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Hadits Mutawatir, yaitu diriwayatkan oleh sejumlah
orang (minimal 8 Orang) pada setiap tingkatan /
angkatan sanad (sandaran periwayatannya) yang
menurut kebiasaan mustahil mereka sepakat untuk
berdusta.
b. Hadits Ahad, yaitu diriwayatkan oleh seorang atau
lebih tetapi tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadits
Ahad ini terbagi kepada beberapa jenis, di antaranya
Hadits Masyhur (terkenal), periwayatnya 3-7 orang
pertingkatan sanad, Hadits Aziz (baik), periwayatan 2

49

orang, dan Hadits Gharib (asing), periwayatnya hanya


seorang diri (menyendiri).
Bila ditinjau dari kualitas periwayatannya, maka Hadits
dibagi kepada tiga:
a. Hadits Shahih, yaitu Hadits yang diriwayatkan dari
periwayat yang adil, baik akhlaknya dan jauh dari sifat
fasik, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung,
isinya tidak berbelit-belit dan tidak janggal serta
periwatnya tidak ditolak oleh para ahli Hadits.

c.

b. Hadits Hasan, yaitu Hadits yang memenuhi syarat


Hadits Shahih, tetapi orang yang meriwayatkan kurang
kuat ingatannya atau kurang baik hafalannya.
Hadits Dhaif, yaitu Hadits yang tidak lengkap
syaratnya atau tidak memiliki syarat yang terdapat
dalam Hadits Shahih dan Hadits Hasan.
Hadits dha'if ini dibagi kepada empat kategori, yaitu:
Pertama
hadits
matruk,
ialah
hadits
yang
ditinggalkan oleh para ulama karena diriwayatkan oleh
seorang pendusta. Kedua hadits munkar, ialah hadits
yang diingkari oleh para ulama karena diriwayatkan
oleh orang yang banyak salahnya. Ketiga hadits
mu'allaq, hadts ini dianggap lemah karena sanadnya
terputus. Dan keempat hadits mursal, hadits ini
dianggap lemah karena sanadnya hanya sampai
kepada Tabi'in, yakni generasi sesudah shahabat.

III.

Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Islam


1.

Pengertian Ijtihad

Ijtihad berasal dari kata jahada ( berjuang, bersungguhsungguh). Secara bahasa ijtihad mengandung arti
mencurahkan segala kemampuan atau memikul beban.
Secara istilah adalah usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan oleh seorang mujtahid untuk mencapai suatu
keputusan syara (hukum Islam) tentang kasus yang
penyelesaiannya belum tertera dalam Al-Qur`an dan AsSunnah.
Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai sumber norma dan nilai, sudah lengkap
selama-lamanya bagi siapa saja yang berpegang pada dua sumber tersebut.
Namun demikian Al-Qur`an sebagai sumber pokok ajaran Islam, pada

50

umumnya, menyampaikan berbagai ajarannya dalam bentuk singkat,


global, dan dalam bahasa umum. As-Sunnah yang berfungsi sebagai
penjelas dan perinci makna Al-Qur`an, tidak menerangkan semua pesanpesan Al-Qur`an. Sebagian pesan-pesan tersirat Al-Quran Allah berikan
kepada para Mujtahid untuk menangkapnya sebagai objek ijtihadiyah.
Selain itu, perubahan dan perkembangan zaman yang melahirkan tantangan
dan tuntutan yang
berbeda dengan masa ketika Al-Qur`an diturunkan.
Tantangan dan tuntutan yang berbeda tersebut secara operasional
memerlukan kejelasan hukum. Maka pada saat itulah ijtihad sangat
diperlukan.
Dasar-dasar dikeluarkannya ijtihad adalah Al-Qur`an surat An-Nisa ayat 59
dan beberapa hadits Nabi SAW, di antaranya sabda beliau kepada Ibnu
Masud:
Berhukumlah dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah apabila suatu persoalan
itu engkau temukan pada dua sumber itu. Tetapi jika engkau tidak
menemukannya pada kedua sumber tersebut, maka berijtihadlah.

2.

Kedudukan Ijtihad
Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga, yakni
sebagai sumber operasional ajaran Islam. Tetapi perlu
diketahui bahwa ijtihad adalah hasil pemikiran manusia
yang bersifat relatif, oleh karena itu ijtihad terikat dengan
hal-hal sebagai berikut:

a. Hasil keputusan ijtihad tidak mutlak melainkan


zhanni (dugaan kuat).
b. Hasil keputusannya tidak mengikat, mungkin hanya
berlaku untuk seseorang atau suatu tempat atau suatu
masa tertentu.
c. Ia tidak berlaku dalam hal penambahan ibadah khusus
(ubudiyah). Sebab hal ini hanya wewenang sumber
norma dan nilai (Al-Qur`an dan As-Sunnah).
d. Hasil keputusannya tidak boleh bertentangan dengan
Al-Qur`an dan As-Sunnah.
e. Dalam proses berijtihad harus diperhatikan faktor-faktor
motivasi, resiko, kemaslahatan umum, kemanfaatan
bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri serta jiwa
ajaran Islam
3.

Macam-Macam Ijtihad

51

Ijtihad bila dilihat dari pelaksanaannya dapat dibagi kepada


dua macam, yaitu fardi (person) dan ijtihad jamai (kolektif).
Ijtihad fardi adalah ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid
secara pribadi. Sedangkan ijtihad Jamai adalah ijtihad
yang dilakukan oleh para mujtahid secara berkelompok.
Adapun metode ijtihad untuk hukum yang belum ditetapkan
Al-Qur`an dan As-Sunnah, antara lain melalui:
a.

Qiyas

Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan


lainnya dan mempersamakannya. Menurut istilah adalah
menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada
ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu hukum yang
sudah ditentukan oleh nash, disebabkan oleh persamaan
akibat hukum di antara keduanya. Misalnya tentang
ketetapan zakat makanan pokok. Di Arab makanan
pokoknya adalah gandum, sedangkan di Indonesia
adalah beras (nasi), maka berdasarkan qiyas, zakat
makanan pokok di Indonesia adalah beras.
b.

Ijma

Ijma menurut bahasa adalah sepakat, setuju atau


sependapat. Menurut istilah adalah kebulatan pendapat
atau kesepakatan semua ahli ijtihad setelah wafatnya
Nabi SAW pada suatu masa tentang suatu hukum.
c.

Istihan

Istihsan adalah menetapkan suatu hukum terhadap


suatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip
atau dalil-dalil yang berkaitan dengan kebaikan,
keadilan, kasih sayang, dan sebagainya dari Al-Qur`an
dan Hadits
d.

Mashalihul Mursalah

Mashalihul Mursalah adalah menetapkan hukum


terhadap suatu persoalan ijtihadiyah atas dasar
pertimbangan, kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai
dengan tujuan syariat Islam, sekalipun tidak ada dalildalil secara eksplisit dari Al-Qur`an dan Hadits

52

e.

Sudduzzaariat

Saddu artinya larangan, az-zaariaat yaitu sesuatu yang


asalnya mubah (boleh) tetapi dapat berdampak negatif.
Secara istilah sadduzzaariaat adalah upaya pelarangan
terhadap suatu kasus hukum yang pada dasarnya
mubah (boleh) untuk menghindari perbuatan atau
tindakan lain yang dilarang.
4.

Cara-Cara ber-Ijtihad

Rasulullah bersabda:
Apabila seorang bakim berijtihad, kemudian mencapai kebenaran,
baginya mendapat dua pahala. Apabila ia berijtihad kemudian tidak
mencapai kebenaran, maka baginya satu pahala. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Secara umum ijtihad terbagi kepada dua bentuk jika di tinjau dari target
yang ingin dicapai. Pertama, ijtihad dalam bentuk mengerahkan
pemikiran untuk menetapkan suatu ketentuan pelaksanaan hukum. Ijtihad
seperti ini dapat dilakukan oleh setiap muslim yang telah berakal, dewasa
dan merdeka. Kedua, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan hukum yang rinci yang tidak disebutkan
secara ekspilisit di dalam Al-Quran dan Hadits. Ijtihad inilah yang
memiliki syarat. Di antara syarat-syaratnya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Menguasai bahasa Arab


Menguasai Al-Quran dan As-Sunnah
Menguasai ilmu ushul fikih dan ilmu fikih.
Menguasai berbagai pendapat sahabat dan ulama terdahulu
Menguasai ilmu-ilmu penunjang pada bidang-bidang tertentu yang
relevan.
Ijtihad dalam bentuk kedua ini oleh Yusuf Qardhawi dibagi ke dalam dua
model:
1) Ijtihad seleksional (al-ijtihadul-intiqa-iy) atau ijtihad tarjihi (alijtihadut-tarjihiy) yaitu ijtihad untuk memilih pendapat para ahli
fikih terdahulu mengenai masalah tertentu kemudian menyeleksi
mana yang lebih relevan dengan kondisi sekarang.
2) ijtihad kreasional (al-ijtihadul-insya-iy), yaitu ijtihad dalam usaha
mengambil keputusan mengenai peristiwa-peristiwa baru yang
belum diselesaikan oleh para ahli fikih terdahulu.
Cara untuk mengambil keputusan hukum mengenai suatu peristiwa
tertentu di antaranya memperhatikan dalil-dalil yang tinggi tingkatannya,

53

kemudian berurut pada tingkatan berikutnya. Urutan tersebut sebagai


berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Nash Al-Quran.
Hadits mutawatir
Hadits Ahad.
Zhahir Al-Quran
Zahir Hadits.
Fatwa-Fatwa para sahabat

Apabila dalam urutan tersebut tidak terdapat nash yang menetapkan


tentang hukum suatu persoalan yang baru itu, maka seorang majtahid
hendaklah memperhatikan fatwa-fatwa para sahabat. Jika tidak terdapat
pula, maka barulah seorang mujtahid menetapkan suatu hukum pada
persoalan baru tersebut berdasarkan qiyas, ijma, istihsan mashalihul
mursalah, atau sadduzzaariah.
Ijtihad pada masa sekarang tidak hanya dilakukan oleh ahli-ahli agama
yang memiliki syarat di atas, tetapi juga melibatkan ahli-ahli lain yang
relevan dengan masalah yang sedang dibahas. Ahli agama tidak mungkin
menguasai bidang-bidang lain secara detail dan mendalam. Misalnya,
meteri bidang kedoteran, maka dalam ijtihad diperlukan keterlibatan ahli
kedokteran yang memiliki kepasitas dan kualitas terhadap masalah yang
sedang dibahas, bahkan mungkin juga diperlukan ahli-ahli dari bidang lain
yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas terbut. Semakin
kompleks masalah yang hendak diijtihadkan semakin banyak ahli yang
harus dilibatkan. Hikmahnya akan semakin baik hasil ijtihad yang
diperolah. Bagi para mujtahid, apabila ijtihadnya benar akan memperoleh
dua pahala, tetapi apabila salah, ia memperoleh satu pahala karena mereka
telah berusaha secara
maksimal.

BAB IV
AQIDAH ISLAM

54

I. Pengertian Aqidah Islam


Istilah aqidah berasal dari kata aqada (ikatan atau simpul), jamaknya aqa-id
(mahkota, simpulan atau ikatan-ikatan iman). Dari segi bahasa aqidah berarti
sesuatu yang tersimpul dalam hati dan dihormati seperti mahkota. Dari kata
tersebut muncul itiqaad yang berarti membenarkan atau kepercayaan.
Aqidah secara istilah berarti sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum oleh manusia berdasarkan fitrah, akal dan wahyu, kemudian dipatrikan
dalam hati, diyakini keshahihannya (kebenarannya) dan ditolak kebenaran
selainnya.(Drs. Supriadi, M.Ag dkk, hal. 127).
Ruang lingkup aqidah Islam berkenaan dengan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Ilahiyaat (masalah ketuhanan seperti tentang Zat-Nya)


Ruhaniyyaat (masalah ghaib seperti ruh, malaikat, jin dll).
Nubuwaat (masalah kerasulan, kitab suci, dll).
Samiyyaat (masalah-masalah yang bisa diketahui melalui wahyu, seperti
barzhakh, surga, neraka dll).

Pembahasan aqidah Islam pada hakikatnya adalah membahas rukun iman. Berikut
ini akan dibahas tentang perihal rukun iman.
II. Rukun Iman
Rukun berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti sisi sesuatu yang paling
kuat. Sedangkan yang dimaksud dengan rukun iman adalah sesuatu yang menjadi
sendi tegaknya iman (Kitab Tauhid 2, hal. 16). Tanpa adanya sendi tersebut, maka
iman tidak akan tegak.
Rukun iman ada enam, yaitu:
Pertama, beriman kepada Allah.
Kedua, beriman kepada malaikat-malaikat Allah.
Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keempat, beriman kepada rasul-rasul Allah.
Kelima, beriman kepada hari akhir.
Keenam, beriman kepada takdir Allah, takdir baik maupun buruk.
Rukun iman yang enam ini didasarkan pada Firman Allah:

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Quran) yang diturunkan kepada Rasul-

55

Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh."(QS. An-Nisaa/4: 136).
Dan didasarkan pada sabda Rasulullah saw:


( )
"Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepada takdir
(Allah), baiknya maupun buruknya."(HR. Muslim)
1. Keimanan Kepada Allah
a. Arti Iman
Iman berasal dari kata amuna/amana/amina yang mengandung arti jujur,
setia, percaya, aman dan tenteram. Iman berarti kejujuran, kepercayaan,
keamanan dan ketenteraman.
Keimanan kepada Allah berarti kepercayaan akan adanya Allah yang
dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, dan dengan keimanan itu jiwa menjadi tenang dan tenteram.
Tentang iman, Rasulullah saw bersabda:

( )
"Iman itu keyakinan dalam hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan."(HR. Thabrani).
Seseorang yang beriman kepada Allah SWT disebut Mukmin. Seorang
Mukmin berarti orang yang hatinya beriman kepada Allah, ucapan dan
perilakunya sesuai dengan tuntunan-Nya. Sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya:

"Tidak lain ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak


(tunduk) kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul memutuskan perkara di
antara mereka, mereka berkata: Kami mendengar dan kami taat. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung."(QS. An-Nuur/24: 51).

56

Firman Allah:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. At-Taubah/9: 71)
b. Hakikat Iman dan Cabangnya
Beriman kepada Allah SWT hakikatnya tidak sekadar atau sebatas
membenarkan adanya Allah saja, melainkan juga haruslah dibuktikan
dengan ucapan dan perbuatannya. Yakni mengucapkan dua kalimat
syahadat dan perbuatannya mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu seseorang pada hakikatnya belum dikatakan beriman
kepada Allah jika ucapan dan perbuatannya belum sesuai dengan tuntunan
Nya.
Dalam al-Qur`an dan Hadis, banyak dalil-dalil yang mengkaitkan iman
dengan perbuatan. Di antaranya sebagai berikut:
Firman Allah:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila


disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan
mereka, mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang melaksanakan
shalat dan yang menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan
kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rizki (nikmat) yang mulia."(QS. Anfaal/8: 2-4).
Firman Allah:

"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta


berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang
benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan
rezki (nikmat) yang mulia."(QS. Al-Anfaal/8:74)

57

Sabda Rasulullah saw:

,
,
)
(
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berbuat
baiklah kepada tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir maka muliakanlah tamunya, dan barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau lebih baik
diam."(HR. Bukhari dan Muslim).
Sabda Rasulullah saw:


( ) ,
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah
dengan tangannya, dan jika tidak bisa maka rubahlah dengan lidahnya,
dan jika tidak bisa maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian itu
adalah iman yang paling lemah." (HR. Muslim)
Dalil-dalil tersebut di atas mengkaitkan iman dengan tawakkal, shalat,
infak (zakat), jihad (berjuang) menolong, berbuat baik dengan tetangga,
memuliakan tamu, berkata yang baik dan memberantas kemungkaran.
Masih banyak lagi dalil-dalil yang mengkaitkan perbuatan manusia
dengan iman.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa iman mempunyai 70 cabang lebih,
cabang yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illalla (tidak ada
Tuhan selain Allah) dan yang paling ringan ialah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Sebagaimana tersebut dalam sabda beliau:

, : .
).
(
"Iman itu mempunyai tujuh puluh lebih cabang, yang paling utama ialah
mengucapkan tidak ada tuhan kecuali Allah, dan yang paling ringan ialah
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah sebagian dari
iman."(HR. Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).
c. Hal-hal yang Membatalkan/Merusak Iman

58

Pembatal atau perusak iman ialah sesuatu perbuatan yang dapat merusak
iman dan bahkan menghapus iman setelah seseorang menyatakan diri
beriman kepada Allah SWT. Adapun yang membatalkan atau merusak
iman ialah sebagai berikut:
1) Mengingkari Rububiyah Allah SWT, baik semuanya maupun
sebagianya. Firman Allah:

"Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan


di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan
membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja."(QS. Al-Jatsiah/45:24
2) Sombong dan menolak beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah:

"Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan
tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan
diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka
Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk
mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan
dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri
mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah."(QS. AnNisaa/4: 172-173)
3) Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai
pertolongan selain Allah. Seperti menjadikan patung, kuburan atau
benda-benda keramat lain sebagai perantara atau tempat meminta.
Firman Allah SWT:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: 'Mereka itu adalah pemberi
syafa'at kepada Kami di sisi Allah'. Katakanlah: 'Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) dibumi?' Maha suci Allah dan Maha Tinggi
dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)."(QS. Yunus/10:18).
Firman Allah:

59

"Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. dan


berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang
yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya
sampai air ke mulutnya, Padahal air itu tidak dapat sampai ke
mulutnya. dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia
belaka."(QS. Ar-Ra'du/13:14)
4) Menolak sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk diri-Nya
atau ditetapkan oleh Rasul-Nya, seperti ke-Esaan-Nya, sifat-sifat-Nya
atau asma-asma-Nya.
Firman Allah:
"Katakanlah: 'Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia'."(QS. Al-Ikhlash/112:1-4)

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah


kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti
mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan."(QS. Al-A'raaf/7:180)
5) Mendustakan Rasulullah saw tentang sesuatu yang
beliau bawa. Firman Allah SWT.:

"Dan
jika
mereka
mendustakan
kamu,
Maka
Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah
mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah
datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang
nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang
sempurna. Kemudian aku azab orang-orang yang kafir;
Maka
(lihatlah)
bagaimana
(hebatnya)
akibat
kemurkaan-Ku."(QS. Fathir/35:25-26)
6) Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah saw tidak
sempurna atau menolak suatu hukum syara' yang telah
Allah SWT turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa
ada selain hukum Allah SWT yang lebih baik, lebih
sempurna, lebih memenuhi hajat manusia atau

60

meyakini kesamaan hukum Allah SWT dan Rasul-Nya


dengan hukum yang selainnya, atau meyakini
dibolehkannya berhukum dengan selain hukum Allah.
Firman Allah SWT.:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada
thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari
Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya."(QS.
An-Nisaa/4:60)
Firman Allah SWT.:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya."(QS. AnNisaa/4:65)
Firman Allah SWT.:
"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orangorang yang kafir."(QS. Al-Maidah/5: 44).
7) Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu
tentang kekafiran mereka, sebab hal itu berarti
meragukan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Firman Allah SWT.:
"...Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu
disuruh
menyampaikannya
(kepada
kami),
dan
Sesungguhnya Kami benar-benar dalam keragu-raguan
yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak
Kami kepadaNya".(QS. Ibrahiim/14:9)
Firma Allah SWT.:

61

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab


dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka
Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk."(QS. Al-Bayyinah/98: 6)
8) Mengejek dan memperolok-olok Allah SWT., Rasul-Rasul
dan Nabi-Nabi-Nya, al-Qur`an maupun sunnah-sunnah
Rasul-Nya. Baik itu berupa gurauan maupun sungguhan.
Firman Allah SWT.:
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa
yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan
manjawab, 'Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda
gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah: 'Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?' Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman..."(At-Taubah/9: 65-66)
9) Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk
memusuhi orang Muslim.
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim."(QS. Al-Maidah/5: 51)
10) Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari
ajaran Rasulullah saw dan boleh tidak mengikuti ajaran
beliau.
Firman Allah SWT.:
"...pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Al-Maidah/5:3).

62

Firman Allah SWT.:


"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka
sekali-kali
tidaklah
akan
diterima
(agama
itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orangorang yang rugi."(QS. Ali Imran/3:85)
11) Berpaling dari Agama Allah SWT, tidak mau
mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya.
Firman Allah SWT.:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya,
kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya
Kami akan memberikan pembalasan kepada orangorang yang berdosa."(QS. As-Sajdah/32:22)
Demikian antara lain perbuatan-perbuatan yang
membatalkan da merusak iman. Sesungguhnya masih
ada lagi yang lainnya, tetapi jika pembatal-pembatal
ima tersebut di atas dilakukan seseorang mukmin, maka
pembatal-pembatal lainnya lebih mudah dilakukan.
Akan tetapi jika iman seseorang dijauhkan dari
pembatal-pembatal iman tersebut, maka ia pun akan
terjaga pula dari pembatal-pembatal iman yang lainnya.
2. Perihal Malaikat
Malaikat jamak dari mal-aka/malak ( //) , yang berasal dari la-aka
(
/ )yang secara bahasa mengandung arti menyampaikan, membawa risalah.
Memang tugas malaikat adalah membawa perintah Allah untuk disampaikan
kepada para makhluk-Nya di bumi. Hidupnya senantiasa bersujud kepada
Allah dan menjalankan perintah. Sadangkan malaikat itu diciptakan dari
cahaya. Oleh karenanya ia bersifat ghaib (non-fisik).
Rasulullah saw bersabda:

. ,
( )
"Para malaikat diciptakan (Allah) dari cahaya, dan jin diciptakan dari api
yang paling panas, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan
kepadamu."(HR. Ahmad dan Muslim).
Allah SWT berfirman:

63

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
mempunyai sayap, (masing-masing ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Allah Maha kuasa atas segala sesuatu."(QS. Fathir/35: 1).
Firman Allah:
"Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah, dalam sehari
setara dengan lima puluh ribu tahun."(QS. Al-Ma'arij/70: 4).
Kandungan dalil-dalil ini:
a. Malaikat diciptakan Allah dari cahaya/nuur.
b. Tugas malaikat melaksanakan perintah Allah untuk menyampaikan
berbagai macam urusan makhluk Allah di bumi.
c. Malaikat mempunyai sayap, ada yang dua, tiga dan empat, dan Allah bisa
menambahnya sesuai kehendaknya.
d. Gerakan malaikat sangat cepat, perjalanannya dalam sehari sama
dengan 50 000 tahun perjalanan yang ditempuh manusia.
Beriman kepada Allah mestilah beriman juga kepada para malaikat-Nya.
Dengan beriman kepada para malaikat-Nya, maka yakinlah bahwa segala
urusan yang menjadi hak manusia pasti akan sampai kepada mereka karena
para malaikat tidak pernah ingkar kepada Allah. Termasuk urusan wahyu yang
dibawa malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul Allah. Selain itu manusia
akan berhati-hati dalam hidupnya karena segala gerak-geriknya tidak akan
lepas dari pengawasan Allah dan catatan malaikat-Nya.
Firman Allah:
"(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di
sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat Raqib dan 'Atid yang selalu
siap mencatat."(QS. Qaaf/50: 17-18).
3. Perihal Kitab-Kitab Allah
Wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya ada yang
terhimpun dalam shuhur-shuhuf (lembaran-lembaran) saja dan ada yang sudah
tersusun dalam satu kitab. Seperti Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur`an.

64

Kitab-kitab Allah berarti kumpulan kalam/firman Allah yang diwahyukan


kepada rasul-rasul-Nya yang di dalamnya memuat petunjuk-petunjuk bagi
kehidupan manusia.
Orang yang beriman kepada Allah wajib beriman kepada kitab-kitab-Nya dan
wajib mempedomaninya. Namun setelah turun-Nya Kitab Al-Qur`an, Allah
SWT telah memutuskan bahwa tidak ada lagi kitab yang berhak dipedomani
kecuali hanya Al-Qur`an dan tidak ada agama yang diterima di sisi Allah
kecuali hanya Agama Islam.
Akan tetapi sebenarnya di dalam Al-Qur`an sendiri juga memuat ajaran-ajaran
yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Nabi Muhammad
sendiri telah menyatakan bahwa beliau diutus oleh Allah untuk
menyempurnakan akhlak mulia. Oleh karenanya itu Al-Qur`an diturunkan
Allah adalah: Pertama, untuk membenarkan ajaran-ajaran yang diajarkan
dalam kitab-kitab Allah sebelumnya. Kedua, meluruskan ajaran yang
diselewengkan oleh para pengikutnya. Dan ketiga, menyempurnakan ajaranajaran yang lalu, karena Al-Qur`an akan berlaku sepanjang zaman dan
petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Firman Allah:
"Sesungguhnya Agama yang diterima di sisi Allah hanya Islam"(QS. Ali
Imran/3: 19).
Firman Allah SWT.:
"Barangsiapa mencari selain Agama Islam sebagai Agamanya, maka tidak
akan diterima Agamanya dan dia di akhirat menjadi golongan orang-orang
yang rugi."(QS. Ali Imran/3: 85).
Firman Allah SWT.:
"Dia menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) dengan hak
(kebenaran), membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat
dan Injil."(QS. Ali Imran/3: 3).
Kandungan dalil:
a. Agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam.
b. Orang yang mencari selain Agama Islam tidak akan diterima Allah
Agamanya, dan di akhirat dia menjadi orang yang rugi.
c. Al-Quran membenarkan kitab-kitab sebelumnya, tetapi juga meluruskan
yang salah (QS. 5: 72-73).

65

4. Perihal Rasul-Rasul Allah.


Rasul berasal dari kata rasala yang mengandung arti mengutus. Rasul berarti
orang yang diutus. Rasul-rasul Allah adalah manusia-manusia pilihan yang
diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia sebagai
pedoman hidup bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Jumlah rasul-rasul yang diutus oleh Allah cukup banyak, ada yang diceritakan
oleh Allah dan ada yang tidak diceritakan (QS. 4: 164). Para nabi dan rasul
yang diceritakan dalam Al-Quran ada 25 orang. Tujuan mereka diutus oleh
Allah adalah mengajak manusia untuk beribadah (taat) hanya kepada Allah
dan menjauhi thaghut (QS. 16: 36).
Para rasul sebelum Nabi Muhammad saw diutus Allah henyalah terbatas
kepada kaumnya saja, seperti Nabi Hud diutus kepada kaum 'Aad, Nabi
Shaleh kepada kaum Tsamud, Nabi Musa dan Harun kepada kaum Bani Israil,
demikian pula Nabi Isa juga kepada Bani Israil. Tentu syari'at yang dibawa
mereka masih terbatas, belum sempurna.
Allah SWT kemudian mengutus Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir,
penutup para nabi dan rasul (QS. Al-Ahzaab/33:40). Tidak ada nabi lagi
sepeninggal Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu beliau diutus untuk
seluruh umat manusia (QS. 34: 28). Maka risalah yang dibawanya pun
menjadi pedoman bagi semua manusia tanpa kecuali. Maka kedatangan Nabi
Muhammad merupakan rahmat bagi seluruh alam (QS. 21: 107).
Manusia yang maengaku beriman kepada Allah selain wajib beriman kepada
para nabi dan rasul Allah, juga wajib beriman kepada Nabi Muhammad saw.
Sebab dengan beriman kepada beliau mereka akan menerima Al-Quran dan
mempedomaninya secara benar dan sempurna. Di dalam diri Nabi
Muhammad-lah terdapat teladan yang terbaik bagi siapa saja yang ingin
mengamalkan Al-Quran dengan benar, dan bagi siapa saja yang ingin selamat
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat (QS. 33:21).
5. Perihal Hari Akhirat
Hari akhir adalah hari semua kehidupan di dunia ini berakhir, hari alam
semesta ini hancur dengan dahsyatnya. Kemudian Allah SWT menciptakan
kehidupan yang baru, yaitu kehidupan akhirat. Manusia dibangkitkan kembali
di hari akhirat dan memasuki kehidupan abadi yang tiada akhir. Tegasnya hari
akhir/kiamat adalah hari kehancuran, hari kebangkitan kembali, hari
perhitungan, serta hari pembalasan. (QS. Zilzalah/99: 1-8, QS. Al-Qari'ah/101:
1-11, QS. Al-Bayyinah/98: 6-8).
Hari kebangkitan, hari perhitungan, hari pembalasan dan kehidupan akhirat
adalah pasti adanya, karena; pertama, kehidupan di dunia tidak abadi. Kedua,

66

Allah SWT akan memberikan balasan/ganjaran syurga kepada orang-orang


yang dengan ikhlash merelakan kehidupannya hanya untuk mengabdi kepada
Allah dan berjuang dijalan-Nya dengan mengorbankan harta dan nyawanya.
Ketiga, Allah SWT akan memberikan balasan neraka kepada orang-orang
yang menghalangi manusia dari jalan Allah, mereka berbuat kerusakan
kezhaliman di bumi.
Firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya."(QS.
Al-Bayyinah/98:6-8)
Manusia yang beriman kepada Allah pastilah beriman kepada adanya hari
akhir (QS. 2: 4). Ciri-ciri manusia yang beriman kepada hari akhir, mereka
senantiasa beramal shaleh untuk keselamatan di hari akhir kelak.
6. Perihal Qadha dan Qadar Allah
Makna Qadha
Qadha menurut bahasa memiliki makna yang berbeda menurut struktur
kalimatnya, di antaranya berarti:
a.

Hukum, maksudnya menghukumi atau menetapkan hukum. Sebagaimana


tersebut dalam Firman Allah:
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata."(QS. AlAhzab/33:36)

b.

Perintah. Seperti tersebut dalam Firman Allah SWT:


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya."(QS. Al-Israa/17:23)

67

c.

Kabar. Seperti Firman Allah SWT:


"Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, Yaitu bahwa
mereka akan ditumpas habis di waktu subuh."(QS. Al-Hijr/15:66)

d.

Ketetapan sejak zaman azali sebelum alam ini diciptakan dan juga
sebelum kejadian yang ditetapkan itu terjadi. Seperti tersebut dalam
Firman-Nya:

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya


ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang
Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu
(tentang berbangkit itu)."(QS. Al-An'aam/6:2)
"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia."(QS. Al-Baqarah/2:117)
Dari beberapa makna qadha` tersebut, bahwa yang dimaksud dengan
qadha` dalam rukun iman yang keenam ini adalah keputusan dan
kepastian yang Allah putuskan/pastikan terhadap seluruh makhluk
ciptaan-Nya sejak zaman 'azali. Yakni sebelum alam ini diciptakan.
Makna Qadar/Takdir
Qadar/Taqdir berasal dari kata qaddara yang mengandung arti menentukan,
memastikan. Qadar/Taqdir berarti ketetapan/penetapan. Qadar/Takdir Allah
berarti ketentuan/ketetapan Allah yang berlaku kepada semua makhluk-Nya
termasuk manusia, dari mulai adanya kehidupan makhluk di alam semesta
sampai kehidupan di akhirat nanti.
Maksudnya adalah bahwa semua kejadian yang berlangsung di alam ini pasti
mengikuti takdir (ketentuan-ketentuan, ukuran-ukuran, hukum-hukum dan
batas-batas) yang telah ditetapkan oleh Allah dalam qadha-Nya sejak zaman
azali. Semua yang terjadi itu sedikitpun tidak akan menyimpang dari qadha`
dan qadar-Nya.
Keterangan Definisi Qadha dan Qadar
Qadha` dan Qadar adalah hukum Allah SWT yang telah Dia tentukan untuk
alam semesta ini sejak zaman azali, dan Dia jalankan alam ini sesuai dengan
konsekuensi hukum-Nya dari sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat
dengan sebab-sebabnya, semenjak Dia menghendakinya sampai selamalamanya, maka setiap apa yang terjadi di alam ini adalah berdasarkan takdir

68

yang mendahuluinya. Ini sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah
dan yang telah Dia atur.
Dalam bahasa yang paling sederhana, qadha` adalah ketetapan dan keputusan
Allah sejak zaman azali, sedangkan qadar/takdir adalah ketetapan/ketentuan
Allah yang berjalan mengikuti qadha`-Nya sesudah zaman azali, yakni dari
awal kehidupan di dunia ini sampai di akhirat nanti.
Maka apa yang terjadi berarti dia itu telah ditakdirkan dan ditentukan
qadha`nya oleh Allah, dan apa yang belum terjadi berarti dia itu belum
ditentukan takdirnya dan qadha`nya oleh Allah.
Pembagian Takdir
Bila dilihat dari segi bentuk, maka qadha` dan qadar Allah itu dapat
dikelompokkan kepada dua, yakni; pertama qada` dan qadar yang berkenaan
dengan sunnatullah, yang didalamnya terdapat hukum sebab musabab atau
sebab akibat. Perhatikan Firman Allah:

"Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia menciptakan segala sesuatu,
lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."(QS. Al-Furqan/25: 2)

"Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya, sungguh Allah telah


mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."(QS. Ath-Thalaq/65: 3).

"(Demikianlah) hukum-hukum Allah (sunnatullah) yang telah berlaku sejak


dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum
Allah itu."(QS. Al-Fath/48:23).
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan diri mereka sendiri."(QS. Ar-Ra'du/13:11).
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa, tidak ada yang dapat
menambah umur kecuali kebajikan, dan sesungguhnya seseorang terhalang
memperoleh rizki karena dosa yang diperbuatnya."(HR. Ibnu Hibban dan alHakim dari Tsauban).
Bentuk yang kedua, adalah takdir (qadha` dan qadar) yang berkenaan dengan
ajal atau batas yang tidak bisa diubah. Perhatikan firman Allah:

69

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya.
Namun demikian kamu masih meragukannya."(QS. Al-An'am/6:2).

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba,
mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."(QS. AlA'raaf/7: 34).
Takdir Allah jika dilihat dari segi waktu, maka takdir (qadha` dan qadar) Allah
itu dapat dikelompokkan kepada empat, yaitu:
a. Takdir `Azali.
Takdir 'Azali adalah takdir yang bersifat umum, yaitu takdir tentang segala
sesuatu yang ditulis lima puluh ribu tahun sebelum alam semesta ini
diciptakan, dari mulai adanya kehidupan hingga hari kiamat.

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah."(QS. Al-Hadid/57:22)


( ) : ,
"Allah telah menulis takdir segala makhluk sejak lima puluhribu tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda: 'Dan 'ArasyNya berada di atas air'."(HR. Muslim)
b. Takdir `Umuri
Takdir 'Umuri yaitu takdir yang diberlakukan kepada umat manusia pada
awal penciptaannya, yakni takdir yang mencakup rizki, ajal, kebahagiaan
dan kesengsaraan.
Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan di perut ibunya
selama 40 hari, kemudian berbentuk 'alaqah (morula/segumpal darah)
seperti itu juga (lamanya), kemudian menjadi mudhghah
(embrio/segumpal daging) seperti itu juga lamanya. Kemudian Allah
mengutus malaikat yang diperintah untuk (menulis) empat perkara:
Rizkinya, ajalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah, sesungguhnya

70

seorang dari kamu atau seorang laki-laki yang beramal seperti amalnya
ahli neraka sampai tidak ada jarang antara dia dan neraka melainkan
satu depa atau satu hasta, tetapi catatan takdir telah mendahuluinya,
sehingga ia melakukan amalnya ahli surga maka iapun memsukinya. Dan
sesungguhnya seorang laki-laki yang beramal seperti amalnya ahli surga
sampai tidak ada jarak antara dia dengan surga melainkan satu depa
atau satu hasta, ternyata tulisan takdir telah mendahuluinya, sehingga ia
mengamalkan amalnya ahli neraka, maka iapun memasukinya."(HR.
Bukhari dan Muslim)
c. Takdir Tsanawi
Takdir Tsanawi (tahunan), ialah takdir yang akan terjadi pada satu tahun,
yakni dicatat pada malam lailatul qadar setiap tahun. Seperti terdapat
pada firman Allah:

"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah[1370],


(yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah
yang mengutus rasul-rasul,"(QS. Ad-Dukhan/44:4-5)
d. Takdir Yaumi (harian)
Takdir Yaumi yaitu takdir yang dikhususkan untuk peristiwa yang telah
ditakdirkan dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan,
mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan dan lain
sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap
waktu Dia dalam kesibukan."(QS. Ar-Rahman/55:29)
Takdir yaumi, takdir tsanawi dan 'umuri pada hakikatnya adalah
merupakan penjabaran takdir 'azali. Maksudnya semua takdir, baik takdir
yaumi, tsanawi maupun takdir 'umuri) sesungguhnya sudah ditetapkan
oleh Allah SWT pada takdir 'azali, yakni sebelum alam ini diciptakan.
Allah SWT memperinci perjalanan takdir-takdir tersebut karena Dia ingin
menjelaskan kepada para hamba-Nya bahwa para malaikat-Nya senantiasa
melaksanakan segala perintah-Nya, menjalankan takdir-takdir-Nya, baik
takdir 'umuri, tsanawi maupun takdir yaumi sehingga satupun di alam
semesta ini tidak ada yang meleset dari takdir-takdir yang telah Allah
tetapkan sejak zaman 'azali.
Hikmah beriman kepada takdir
a. Hidup semakin optimis.

71

b. Semangat melakukan perubahan.


c. Syukur menerima takdir baik dan sabar menghadapi takdir buruk
/musibah serta tidak akan berputus asa karena seseorang dinilai bukan
karena takdirnya tetapi karena syukurnya dan sabarnya.
d. Bersangka baik kepada Allah.
e. Dapat menghilangkan rasa cemas/khawatir dan sedih.
Rasulullah bersabda:

"Beriman kepada taqdir menghilangkan rasa cemas/khawatir dan
sedih."(HR. Al-Hakim).
III. Tauhid
Tauhid ( )berasal dari kata wahhada ( ) artinya mengesakan. Tauhid
berarti mengandung arti keyakinan akan keesaan. Yang dimaksud adalah
keyakinan akan ke-Esaan Allah SWT ( ) . Tauhid dalam kajian akidah
Islam dibagi menjadi tiga, yakni tauhid Rububiyah, Uluhiyah serta tauhid Asmaa`
dan Sifat.
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa hanya Allah sajalah yang Maha
Pencipta, Pengatur dan Pemelihara alam semesta beserta isinya, termasuk di
dalamnya manusia. Dia Maha Raja, Dia berikan kekuasaan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan mencabutnya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia
muliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia hinakan siapa saja yang Dia
kehendaki dan Dia Maha Mengatur rizki, dan Dia berikan rizki kepada siapa
saja yang Dia kehendaki serta Dia mencabut rizki kepada siapa saja yang Dia
kehendaki.
Perhatikan firman Allah:
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-A'raaf/
7: 54)
"Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau

72

kehendaki.
di
tangan
Engkaulah
segala
kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali Imran/3: 26-27)
Jika kita berbicara tentang Tauhid Rububiyah, maka iblis pun
telah mengakuinya. Hal ini terbukti ketika Allah SWT berkata
kepada para malaikat, termasuk juga kepada bangsa jin,
bahwa Dia akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi,
yakni Adam as (QS. 2: 30). Bahkan para malaikat sempat
berdialog dengan Allah SWT. Namun ketika mereka disuruh
sujud (hormat) kepada Adam as, mereka sujud semua kecuali
iblis, dia menolak dan menyombongkan diri dan dia termasuk
golongan kafir (QS. 2: 34).
Demikian pula kaum musyrikin pada masa Nabi Muhammad
saw mereka mengakui sifat Rububiyah Allah SWT
sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran
dan
penglihatan,
dan
siapakah
yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang
sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu,
melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kamu dipalingkan
(dari kebenaran)? (QS. Yunus/10: 31-32)

"Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang


menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah".
Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui."(QS. Luqman/31: 25)
Mengapa iblis dan kaum musyrikin yang telah mengakui Rububiyah Allah itu
tetap digolongkan kafir? Karena mereka tidak mau tunduk kepada perintah
Allah SWT, malah mereka menyombongkan diri.
2. Tauhid Uluhiyah

73

Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah SWT dalam bentuk pengabdian


sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan apa yang telah
disyari'atkan-Nya.
Seseorang hamba yang tidak sepenuhnya dan seutuhnya mengabdi kepada
Allah, hakikatnya belum bertauhid kepada-Nya. Demikian juga seorang
hamba yang tidak mengabdi sesuai dengan apa yang disyari'atkan Allah,
hakikatnya juga belum bertauhid kepada-Nya, dengan kata lain ditolak oleh
Allah. Oleh karena itu Tauhid Uluhiyah juga disebut Tauhid Ibadah, sebab inti
Tauhid Uluhiyah ialah pengabdian kepada kepada Allah. Sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:
"Tidak lain Aku menciptakan jin dan manusia supaya beribadah kepadaKu."(QS. Azd-Dzariyat/51:56).
a. Makna Laa ilaaha illallaah
Kalimat Laa ilaaha illallaah mengandung arti la ma'buuda bihaqqin
illallaah (tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali hanya Allah)
Dengan kata lain hanya Allah saja yang berhak di-ibadahi (disembah),
beribadah kepada Allah yang diterima hanyalah yang sesuai dengan
tuntunan-Nya.
Sabda Nabi SAW: "Barang siapa mengerjakan suatu pekerjaan yang
tidak kami perintahkan atasnya, maka pekerjaan itu tertolak."(HR.
Muslim)
b. Syarat Laa ilaah illallaah
Syarat pertama: al-'ilm (mengetahui)
Yaitu mengetahui hakikat kalimat laa ilaaha illallah.
Firman Allah:
"Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah/sesembahan (yang wajib
diibadahi dengan benar) selain Allah(QS. Muhammad/47:19)

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain


Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang
yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui
yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).(QS.
Azzukhruf/43:86).

74

Syarat kedua, al-Yaqiin (meyaqini).


Yaitu benar-benar memahami kalimat tauhid tanpa ada keraguan
sedikitpun.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.(QS.
Al-Hujurat/49:15)
Rasulullah saw bersabda:

/
( )
"Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah/sesembahan (yang wajib diibadahi
dengan benar) selain Allah dan bahwasanya aku (Muhammad saw)
adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba menjumpai Allah (dalam
keadaan) tidak ragu-ragu terhadap kedua syahadatnya itu, melainkan ia
masuk surga."(HR.Muslim).
Ibnu Mas'ud (sahabat Nabi saw) berkata:

( )
"Yaqin adalah iman secara keseluruhan, dan sabar adalah sebagian dari
iman."(Riwayat Bukhari)
Syarat ketiga, al-Ikhlas/ikhlas
Yaitu memurnikan ketauhidan semata-mata karena Allah saja.

"Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus."(QS. Al-Bayyinah/98:5).
Lihat juga Firman Allah QS. Az-Zumar/39: 2-3.
Rasulullah saw bersabda:


( )
75

"Manusia yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat


ialah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah secara ikhlas dari
hatinya atau jiwanya."(HR. Bukhari).
Syarat keempat, ash-Shidq (benar/jujur)
Yaitu mngucapkan kalimat tauhid dengan jujur di sertai pembenaran
dalam hatinya. Apabila seseorang lisannya mengucapkan kalimat tauhid
tetapi hatinya menolak, berarti ia berdusta atau munafiq.
Allah SWT berfirman:
"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orangorang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka
tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta."(QS. Al-Baqarah/2: 8-10)
Bisa dilihat juga pada Firman Allah QS. Al-Munafiqun/63: 1.
Rasulullah saw bersabda:

( )

"Tidaklah seorangpun yang bersaksi bahwa tidak ada ilah/sesembahan


(yang wajib diibadahi dengan benar) selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah, dengan jujur dari hatinya, melainkan Allah
mengharamkannya masuk neraka."(HR. Bukhari).
Syarat kelima, al-Mahabbah/cinta
Yaitu mencintai kalimat tauhid, mencintai yang terkandung di dalamnya
dan mencintai apa yang ditunjukkan atasnya.

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah..."(QS. Al-Baqarah/2: 165)
Lihat Firman Allah QS. Ali Imran/3: 31.
Rasulullah saw bersabda:

76

"Tiga perkara yang apabila tiga perkara itu terdapat pada diri seseorang
maka ia akan mendapat kelezatan iman: Pertama, apabila Allah dan
Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, kedua, mencintai
seseorang semata-mata karena Allah, dan ketiga, membenci kembali
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia
benci dicampakkan ke dalam api neraka."(QS. Bukhari)
Syarat keenam, al-Inqiyad (tunduk dan patuh)
Seorang Mukmin wajib tunduk dan patuh terhadap apa yang ditunjukkan
oleh kalimat tauhid itu, yakni hanya beribadah kepada Allah, tunduk dan
patuh pada syari'at-Nya.

"Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia


orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan
segala urusan."(QS. Luqman/31:22)
Lihat Firman Allah QS. An-Nisaa/4:125.
Lihat Firman Allah QS. Luqman/31:22.
Syarat ketujuh, al-Qabul (Menerima)
Yaitu menerima kandungan dan konsekwensi dari kalimat tauhid,
beribadah hanya kepada Allah dan mengingkari beribadah kepada selainNya.
"Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami
adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka
segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula
mereka tidaklah sombong."(QS. As-Sajadah/32:15)
Yang dimaksud dengan tidak sombong ialah mereka menerima segala
perintah Allah.
Lihat Firman Allah QS. Al-Baqarah/2: 256.
c. Rukun Tauhid
Kalimat tauhid memiliki dua rukun. Rukun pertama: AnNafyu/mengingkari, yakni mengingkari semua yang diibadahi selain
Allah. Rukun yang kedua: Al-Itsbat/menetapkan, yakni menetapkan
ibadah hanya kepada Allah.
3. Makna Ibadah

77

Ibadah mengandung arti: Pengabdian, ketundukan dan kepatuhan. Menurut


Ibnu Taimiah bahwa ibadah adalah ketaatan dan ketundukan yang sempurna
yang didasari oleh kecintaan. Beribadah kepada Allah berarti tunduk dan taat
kepada-Nya dengan dasar cinta kepada-Nya.
Menurut Ibnu Taimiah ibadah adalah mencakup semua aktivitas yang
dilakukan oleh manusia yang disenangi dan diridhai Allah SWT, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, baik bersifat lahiriah maupun batiniah. Dengan
demikian semua perbuatan yang disenangi dan diridhai Allah serta
dikerjakannya semata-mata hanya karena Allah maka pekerjaan itu bernilai
ibadah.
4. Konsekwensi Tauhid Ibadah
Tauhid Uluhiyyah juga disebut tauhid ibadah, karena intinya ketundukan dan
kepatuhan hanya kepada Allah. Bentuk ketundukan dan kepatuhannya
sebagaimana tersebut dalam surat al-Ikhlas.sebagai berkut:
"Katakanlah (hai Muhammad): Allah itu Esa, Allah tempat bergantung.
Tidak beraanak dan diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang
menyamai-Nya."(QS. Al-Ikhlas/112: 1-4).
Berdasarkan ayat tersebut, maka bentuk kepatuhan itu ada empat:
a. Manusia ber-Tauhid serta berhukum hanya kepada Allah
Lihat Firman Allah QS. An-Nisaa/4:60-62.
Lihat Firman Allah QS. Al-Baqarah/2:11.
Lihat Firman Allah QS. Al-Maidah/5:50.
Rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sebelum keinginan dirinya
menurut apa yang aku bawa (dari Allah)." (Hadis dari Abdullah bin
Amr).
b. Manusia bergantung hanya kepada Allah. Termasuk bergantung kepadaNya di antaranya ialah berniat, berdo'a, berharap, berlindung, bertawakkal,
cinta, syukur, sabar, istiqamah dan lain-lain hanya kepada Allah.
c. Mengakui Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.
d. Tidak menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
5. Tauhid Asma dan Sifat

78

Apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan tentang diri Allah, baik NamaNama-Nya maupun Sifat-Sifat-Nya, kita wajib mensucikan-Nya dari segala aib
dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah SWT sendiri
dan oleh Rasul-Nya. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Allah, baik yang terdapat
adalam Al-Quran maupun As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Allah SWT memiliki Asmaul-Husnaa (Nama-Nama yang Maha Baik), tidak sama
dengan sifat-sifat makhluk-Nya, oleh karena itu kita tidak boleh menyamakan
Sifat-Sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Firman Allah:
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.(QS. Asy-Syuraa/42:11).
6. Keutamaan Tauhid
Seseorang yang bertauhid kepada Allah akan diberi banyak keutamaan oleh Allah
SWT. Di antaranya sebagai berikut:
a. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus segala dosanya dan diberi
pahala yang sebesar-besar.

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan


Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat
gandakan pahala baginya.(QS. Ath-Thalaq/65:5).
Rasulullah saw bersabda:
Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku
dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati
tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.(HR. AtTirmidzi)
b. Orang yang bertauhid kepada Allah SWT akan mendapatkan
petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan
mendapatkan keamanan. Allah SWT berfirman:

79

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan


iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.(QS. Al-Anam/6:82)

Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya),


mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS.
An-Nisaa/4:69).
c. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihilangkan dari
kesulitan, dimudahkan segala urusanya dan diberi rizki dari
arah yang tidak disangka-sangka.

...

....
....Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang
(dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya
Allah
telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.... dan barang
-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath-Thalaq/65:24)
d. Orang yang bertauhid kepada Allah, akan ditanamkan oleh Allah rasa cinta
kepada iman dan benci kepada kekafiran.

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah.


kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benarbenarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan
kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu
indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orangorang yang mengikuti jalan yang luru.(QS.Al-Hujurat/49:7).
e. Orang yang bertauhid kepada Allah dijamin masuk surga.

80

Rasulullah saw bersabda:


Barang siapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada
Tuhan kecuali Allah, maka ia masuk surga. (HR. Muslim).
f. Orang yang bertauhid kepada Allah akan diberi kemenangan, pertolongan,
kejayaan dan kemuliaan oleh Allah SWT.
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.(Muhammad/47:7)

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di


antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orangorang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik.(QS. An-Nuur/24:55).
g. Orang yang bertauhid kepada Allah SWT dengan ikhlas, maka amal-amalnya
diterima oleh Allah.
7. Syirik dan Bahayanya.
a. Perihal Syirik
Lawan tauhid adalah syirik, artinya setiap perbuatan yang bertentangan
dengan tauhid adalah syirik. Syirik berasal dari kata syaraka, yang berarti
berserikat/bersekutu. Syirik berarti persyarikatan/persekutuan. Syirik yang
dimaksud dalam Islam adalah perbuatan menyekutukan Allah. Yakni
menyamakan makhluk dengan Allah (Khaliq), atau bahkan melebihinya.
Orang yang melakukannya disebut Musyrik.
Perbuatan menyekutukan Allah antara lain keyakinan bahwa ada kekuasaan
dan kekuatan lain selain Allah, atau bahkan melebihi-Nya. Kekuasaan dan
kekuatan lain itu dianggap mendatangkan manfaat dan madharat, kebaikan
dan keburukan. Sehingga seseorang kemudian tunduk dan patuh kepadanya,
berlindung, bergantung, berharap dan memohon kepadanya.

81

Seperti mengkeramatkan gunung, mengkeramatkan kuburan orang


shalaeh/wali/ajengan, keris sakti, dukun, dan benda-benda lain karena
dianggap bias mendatangkan manfaat dan medharat. Demikian juga percaya
kepada dukun dan paranormal, karena diyakini dapat mendatangkan manfaat
dan madharat atau menolaknya.
Perhatikan firman Allah:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka
menjawab:
"Allah".
Katakanlah:
"Maka
Terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah
hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah
berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan
itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu,
Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah:
"Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orangorang yang berserah diri.(QS. Az-Zumar/39:38).
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu
Termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan
sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang
dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat
menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.
Yunus/10:106-107).

Firman Allah:

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan


pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan
bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman
tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan
lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka

82

mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir


itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi
mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali
dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi
manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui.(QS. Al-Baqarah/2:102).
Keterangan:
1. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa tidak ada yang bisa
mendatang manfaat dan madharat, atau menolaknya
kecuali hanya Allah semata. Keyakinan bahwa ada selain
Allah yang bisa mendatangkan manfaat dan madharat atau
menolaknya adalah perbuatan syirik.
2. Kejahatan manusia, termasuk tukang sihir, tidak akan
membahayakan manusia, kecuali dengan dengan izin
Allah.
b. Bahaya Syirik
Syirik adalah perbuatan yang sangat berbahaya, di antara bahayanya:
1) Syirik merupakan perbuatan paling zhalim di muka bumi ini, dan
merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT, kecuali
jika orang yang musyrik itu bertobat sebelum wafatnya.
Perhatikan Firman Allah:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di


waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar. (QS. Luqman/31:13)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.(QS. An-Nisaa/4: 48)

83

Sesungguhnya
Allah
tidak
mengampuni
dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.(QS. An-Nisaa/4:116)
2) Orang yang berbuat syirik diharamkan oleh Allah masuk syurga. Firman
Allah:

...Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu


dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS.
Al-Maidah/5:72)
3) Orang musyrik termasuk sejelek-jelek manusia dan
tempatnya di neraka lagi kekal di dalamnya. Firman Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan
orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka
Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.(QS. Al-Bayyinah/98:6)
4) Orang yang berbuat syirik akan terhapus pahala amal kebajikannya yang
pernah dilakukannya. Firman Allah:
...

seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya


lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan.(QS. Al-Anaam/6:88)
c. Pembagian syirik.
Perbuatan syirik secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yakni syirik
besar (akbar) dan syirik kecil (ashghar).
Syirik Besar
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya keluar dari Islam, dapat membuat
dosa pelakunya tidak diampuni oleh Allah, diharamkan masuk surga, kekal di
dalam neraka dan kekal di dalamnya. Kecuali jika ia bertobat nasuha sebelum
wafatnya, maka dosanya diampuni oleh Allah. Termasuk syirik besar adalah

84

menyembah patung, perbuatan dukun, paranormal dan sihir, animisme dan


dinamisme, dan lain-lain.
Firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk."(QS. Al-Bayyinah/98: 6)
Firman Allah:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan
dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam
azab itu, dalam Keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti
Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."(QS. Al-Furqan/25:68-70)
Syirik besar ada empat macam:
1.

Syirik Do'a
Yaitu disamping berdo'a kepada Allah juga kepada selain Allah. Firman
Allah:
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah)."(QS. Al-'Ankabuut/29:65)
"Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah."(QS. Al-Jin/72:18)

2.

Syirik niat, keinginan dan tujuan.


Yaitu menunjukkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah. Firman
Allah:
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan

85

lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan."(QS. Huud/11:15-16)
3.

Syirik ketaatan dan dalam berhukum.


Yaitu mentaati selain Allah dalam hal bermaksiat kepada Allah. Firman
Allah:
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih
putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang
Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan."(QS. At-Taubah/9:31)
Firman Allah:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin ?."(QS. Al-Maidah/5:50)

4.

Syirik kecintaan (mahabbah).


Yaitu menyamakan Allah dengan selain-Nya dalam hal kecintaan. Firman
Allah:
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."(QS. Al-Baqarah/2:165)

Syirik Kecil
Syirik kecil tidak membuat pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan perantara kepada syirik besar. Syirik kecil
ada dua macam, yaitu syirik nyata (zhahir) seperti bersumpah dengan nama
selain Allah. Dan syirik khafi (tersembunyi), seperti riya, ingin didengar
(sum'ah) dan lain-lain.

BAB V
SYARIAH

86

I. Makna Syariah
Syariah menurut bahasa berarti jalan, sedangkan menurut istilah ialah system
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam.
Syariah merupakan aspek norma atau hukum yang tidak bisa dilepaskan dari
aqidah Islam. Seseorang yang aqidah Islamnya baik, pasti syariahnya baik,
sebaliknya apabila aqidahnya rusak, pasti syariahnya juga rusak. Syariah yang
benar adalah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
Syariah yang telah dikodifikasikan disebut fiqih. Maka fiqih adalah hasil
kodifikasi syariat Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Syariat
Islam mengatur perbuatan seorang Muslim yang di dalamnya terdapat hukumhukum sebagai berikut:
5. Wajib, yaitu perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala, apabila
ditinggalkan berdosa.
6. Sunnah, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, apabila
ditinggalkan tidak berdosa.
7. Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan, karena tidak
diberi pahala dan tidak berdosa.
8. Makruh, yaitu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan
apabila dikerjakan tidak berdosa.
9. Haram, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan berdosa, apabila ditinggalkan
mendapat pahala.
II. Fungsi Syariah
Syariah Islam berfungsi membimbing manusia untuk menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan benar sesuai dengan kehendak Allah, baik mereka sebagai hamba
Allah maupun sebagai khalifah Allah.
Syariah Islam diturunkan kepada manusia sebagai tanggung jawab Allah Yang
Maha adil kepada makhluk-Nya. Sebab Dia yang menciptakan manusia dan alam
semesta beserta isinya, maka Dia-lah yang Maha Tahu bagaimana baiknya manusia
dan kehidupan di alam semesta ini.
Maka apa saja yang Allah perintahkan dalam syariat-Nya kepada manusia pasti
banyak manfaatnya, dan apa saja yang Allah haramkan dalam syariat-Nya kepada
manusia pasti banyak madharatnya. Oleh karena itu manusia yang tunduk dan
patuh kepada syariat-Nya dijamin hidupnya tenang secara lahir maupun batin dan
bahagia di dunia dan di akhirat kelak.
Firman Allah:

87

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).(QS. Asy-Syuuraa/42:13)
III. Syariah dan Fiqih
Dalam hukum Islam dikenal istilah syariah dan fiqih. Syariah adalah system
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan
manusia, manusia dengan alam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
Sedangkan fiqih adalah hasil pemahaman para ulama fiqih (Fuqaha) terhadap alQuran dan as-Sunnah mengenai syariah itu sendiri. Dengan kata lain fiqih adalah
hasil kodifikasi dari hukum syariah.
Mengapa ada fiqih, padahal sudah ada syariah? Fiqih tersebut ada karena:
Pertama, masih banyak umat Islam yang awam terhadap syariah Islam. Kedua,
ternyata masih banyak aturan-aturan dalam syariah yang memerlukan penjelasan
lebih konkrit dari para ahli fiqih. Sebab jika tidak dijelaskan lebih konkrit umat
akan bingung dan bisa salah paham. Ketiga, banyak muncul persoalan-persoalan
baru di kalangan umat Islam setelah Rasulullah saw wafat yang persoalan tersebut
membutuhkan kepastian hukum. Berangkat dari tiga hal inilah muncul semangat
berijtihad dari para fuqaha untuk memberikan kepastian hukum kepada umat Islam
mengenai persoalan-persoalan yang sangat membutuhkan kepastian hukum.
Namun demikian kita harus sadar bahwa hasil ijtihad (fiqih) tidak mutlak
kebenarannya, karena ia hanya merupakan hasil ijtihad ulama yang tidak mashum
sebagaimana Rasulullah saw. Hasil ijtihad itu bisa menjadi pedoman bagi umat
Islam selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah serta lebih
membawa kepada maslahat dan manfaat bagi umat Islam. Tetapi jika hasil ijtihad
itu tidak sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, lebih membawa kepada madharat,
atau ditemukan hasil ijtihad baru yang lebih benar dan lebih maslahat, maka
hendaklah kita tinggalkan hasil ijtihad yang lama dan mengikuti ijtihad yang baru.
IV. Ibadah dan Muamalat
Di dalam syariah Islam terdapat tuntunan mengenai ibadah mahdhah dan
muamalat. Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus (ritual) yang jenis dan
macamnya telah ditentukan secara pasti, diperintahkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah saw. Sedangkan muamalat adalah ibadah umum (ghairu mahdhah)
yang jenis dan macamnya tidak spesifik ibadah khusus.
Para ulama menetapkan kaidah khusus terhadap ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah (muamalat), dengan kaidah sebagai berikut: Kaidah ibadah mahdhah
ialah semua dilarang kecuali yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan

88

oleh Rasul-Nya. Dengan demikian maka jenis dan macam ibadah yang tidak
diperintahkan oleh Allah dan tidak dicontohkan oleh Rasul-Nya tidak boleh
dilakukan, jika dilakukan maka amalnya tertolak. Rasulullah saw bersabda:
Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dalam agama kami,
maka amalan itu tertolak.(HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Abbas berkata: Tetaplah kalian bertakwa kepada Allah dan bersikap
istiqamah, ikutilah sunnah dan jauhilah bidah.
Rasulullah saw bersabda:Jauhilah olehmu perkara-perkara baru yang diadaadakan (dalam ibadah), karena sesungguhnya perkara-perkara baru yang diadaadakan dalam ibadah itu bidah, dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap yang
sesat tempatnya di neraka.(HR. Abu Daud dan Turmuzi).
Kaidah muamalat ialah semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang Allah
dan Rasul-Nya.
Muamalat adalah menyangkut hubungan sesama manusia juga dengan alam yang
tidak dirinci jenisnya satu persatu.
V. Ibadah Khusus
1. Thaharah
Thaharah atau bersuci merupakan syarat bagi seseorang hamba untuk
melaksanakan ibadah lainnya, seperti shalat, thawaf dan lain sebagainya.
Bersuci yang dimaksud adalah bersuci dari najis dan hadas. Bersuci dari najis
ialah mensucikan badan, pakaian dan tempat dari najis (kotoran) dengan alat
bersuci seperti dengan air, tanah (debu), batu atau benda lain yang dianggap
syah oleh syara untuk bersuci.
Bersuci dari hadas ialah menghilangkan hadas kecil dan hadas besar.
Mensucikan hadas kecil ialah dengan jalan berwudhu, sedangkan mensucikan
hadas besar dengan jalan mandi besar, yakni menyiramkan dan meratakan air
ke seluruh tubuh. Berkaitan dengan wudhu dan mandi besar, Allah SWT
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak

89

menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu


dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.(QS. Al-Maidah/5:6).
Ayat ini juga menjelaskan tentang tayamum, yakni apabila
dalam keadaan berhadas kecil atau besar, lalu tidak
menadapatkan air yang suci, maka cukuplah dengan tayamum
sebagai pengganti wudhu atau mandi besar.
Hikmah Thaharah:
a. Membiasakan hidup bersih yang menjadi syarat hidup
sehat.
b. Berwudhu dapat membimbing kita selalu ingat akan Allah.
c. Berwudhu secara amali dapat menambah pahala dan
menghapus dosa serta membuat wajah tampak berseri-seri.
d. Tayamum dengan menggunakan tanah mengisyaratkan
bahwa tubuh manusia berasal dari tanah. Hal ini
mengingatkan agar manusia tidak boleh sombong atau
takabur.
e. Di akhirat nanti umat Islam akan tampak bersinar dari
anggota wudhunya sehingga mudah dikenali oleh
Rasulullah saw.
2. Shalat
a. Definisi shalat
Secara bahasa shalat artinya: Do'a memohon kebajikan dan pujian.
Sedangkan secara istilah menurut ahli fikih ialah:
Ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan."(Hasbi Ash Shiddieqy: 62).
Menurut ahli haqiqah:
"Menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan
takut kepada-Nya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan
kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya."
(Hasbi Ash Shiddieqy: 63).
b. Keutamaan Shalat:
1) Shalat merupakan sarana zikir/komunikasi yang paling utama kepada
Allah SWT. Berdasarkan firman-Nya sebagai berikut:

90

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk berzikir (mengingat)
kepada-Ku." (QS. Thaha, 20: 14)
2) Shalat merupakan tali perhubungan yang amat kokoh antara hamba
dengan Allah SWT. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut:
"Sedekat-dekat hamba kepada Tuhannya, ialah ketika hamba itu
bersujud. Maka perbanyaklah do'a dalam sujud itu." (HR. Muslim,
Abu Daud dan An-Nasai).
3) Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Berdasarkan firman
Allah SWT sebagai berikut:

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)


keji dan munkar"(QS. Al-Ankabut, 29: 45).
4) Shalat dapat membawa kepada ketenangan hati. Berdasarkan firman
Allah sebagai berikut:

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra'du, 13: 28).
5) Shalat dapat menghilangkan keluh kesah. Berdasarkan firman Allah
dalam surat al-Ma'arij:

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia


ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia
Amat kikir, Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu
tetap mengerjakan shalatnya,"(QS. Al-Ma'aarij/70: 19-23)

6) Shalat dapat mempertinggi derajat dan menghapus dosa. Berdasarkan


sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
"Hendaklah engkau banyak bersujud (shalat) maka sesungguhnya
engkau tidak akan bersujud kepada Allah dengan sekali sujud kecuali
Allah meninggikan derajatmu dan menghapus kesalahan
(dosa)mu."(HR.Muslim)

91

7) Shalat dapat menghilangkan penyakit badan. Berdasarkan sabda


Rasulullah SAW:
"Kerjakanlah shalat malam, sebab shalat malam itu adalah kebiasaan
orang-orang shalih sebelummu dahulu, juga suatu jalan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhanmu, juga sebagai penebus kejelekankejelekanmu, pencegah dosa serta dapat menghalaukan penyakit dari
badan." (Hadis riwayat dari Salman al-Farisi - Fikih Sunnah 1:169).
8) Shalat dapat menghilangkan sifat sombong dan menanamkan sikap
tawadhu'. Berdasarkan firman Allah SWT sebagai berikut:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami,
adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat
(Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji
Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri."(QS. AsSajadah, 32: 15).
9) Orang-orang yang shalat akan memperoleh balasan surga. Berdasarkan
firman Allah dalam surat al-Mukminun, 23, ayat 1-11.
c. Hukum Mengerjakan Shalat Fardhu.
Mengerjakan shalat fardhu hukumnya wajib bagi tiap-tiap muslimin dan
muslimat berdasarkan firman Allah SWT sebagai berikut:

"Dan dirikanlah olehmu shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku'lah kamu
beserta orang-orang yang ruku'." (QS. Al-Baqarah, 2: 43).

"Maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu adalah wajib yang


waktu-waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukminin." (QS. AnNisaa, 4: 103).

"Apakah yang menyebabkan kamu masuk neraka? Mereka menjawab:


Kami tidak mengerjakan shalat."(QS. Al-Mudassir, 74: 42-43).
Masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bahwa shalat itu
hukumnya wajib atas tiap-tiap muslimin dan muslimat, dan juga dalil-dalil
tentang ancaman bagi yang meninggalkan shalat.

92

d. Mengapa Shalat itu Hukumnya Wajib?


1)

Karena shalat itu merupakan rukun Islam. Berdasarkan sabda


Rasulullah SAW. Sebagai berikut:
"Islam dibangun atas lima dasar (rukun), yaitu: Bersaksi bahwasanya
tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah
haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan."(HR. Bukhari dan Muslim).

2)

Karena shalat merupakan tiang agama. Berdasarkan sabda Rasulullah


SAW sebagai berikut:
"Shalat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat,
sungguh ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, sungguh ia telah meruntuhkan agama."(HR. AlBaihaqy dari Umar ra.).

3)

Karena shalat adalah ibadah yang membedakan antara mukmin dan


kafir. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW. sebagai berikut:
"Batas di antara seseorang dengan kekafiran itu ialah meninggalkan
shalat." (HR. Ahmad dan Ash-habus Sunan).

4)

Karena shalat adalah ibadah yang paling utama dan yang pertama kali
dihisab di hari kiamat. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut:
"Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari
kiamat ialah shalat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya,
sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua amalannya."(HR. Thabrani).

e. Mengapa Masih Banyak Orang Yang Meninggalkan Shalat?


1)

Karena belum sepenuhnya beriman kepada Allah. Jika mereka


sepenuhnya beriman kepada Allah, pasti mereka taat kepada Allah,
termasuk taat mengerjakan ibadah shalat (QS. Al-Baqarah, 2: 285).

2)

Tidak memahami hakikat syahadatain. Padahal seseorang yang telah


mengucapkan dua kalimat syahadat, berarti dia telah sumpah setia
(bai'at) untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

3)

Merasa masih panjang umur. Menganggap shalat hanya untuk orangorang yang mau mati. Jika seseorang menyadari bahwa umur adalah
rahasia Allah dan kapan saja bisa menjemputnya, serta shalat adalah

93

bekal paling utama untuk kembali kepada Allah, pasti seseorang akan
taat kepada Allah, termasuk taat menunaikan ibadah shalat.
4)

Sibuk dengan urusan duniawi. Jika seseorang sadar bahwa kekayaan


duniawi itu akan hancur dan tidak akan dibawa mati, niscaya ia akan
berusaha sungguh-sungguh agar dirinya tidak diperhamba oleh harta.
Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah Barang siapa yang
berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."(QS.
Al-Munafiqun, 63: 9).

5)

Merasa sudah kaya, karena menganggap shalat adalah ibadahnya


orang yang miskin, sebagaimana tersebut dalam surat Ali Imran ayat
181. Sungguh mereka akan sadar sesadar-sadarnya jika semua harta
yang dimiliki tidak dapat menyelamatkan nyawanya.

6)

Mereka menganggap dirinya adalah kaum hakikat, sedangkan shalat


menurut anggapan mereka adalah ibadahnya kaum syari'at. Ini adalah
akibat mereka salah dalam memahami makna hakikat dan syari'at
dalam ibadah.
Mereka berpendapat bahwa kaum hakikat (aulia) adalah ma'shum
sehingga syari'at tidak diperlukan lagi. Padahal kewalian seseorang
tidak akan menggugurkan kewajibannya terhadap syari'at (ibadah).
Jika syari'at ditinggalkan maka gugurlah tingkat kewaliannya.

7)

Menganggap shalat bisa diganti dengan fidyah. Padahal cukup banyak


dalil yang menyebutkan bahwa barang siapa yang dengan sengaja
meninggalkan maka dia telah kufur, dan tidak dapat ditebut dengan
apapun kecuali kalau dia bertobat sebelum mati.

8)

Karena mereka mengukur shalat dengan kepentingan materi. Nilai


shalat sungguh besar sekali, namun tidak bisa diukur dengan materi.
Seseorang akan merasakan betapa besar nilainya jika hatinya sudah
hidup. Atau jika dia sudah meninggal dunia.

9)

Mereka belum merasakan nikmatnya shalat. Seseorang akan dapat


merasakan nikmat shalat jika telah mencintai Allah dan Rasul-Nya di
atas segala-galanya.

10) Karena pengaruh lingkungan. Sungguh pengaruh lingkungan sangat


besar sekali terhadap ibadah dan akhlak seseorang. Apalagi jika
seseorang itu masih awam terhadap agama Islam itu sendiri. Karena
itu Rasulullah SAW bersabda:

94

"(Perhatikan) tetangga sebelum (menentukan) rumah, dan (lihatlah)


teman sebelum berjalan."(HR. At-Thabrani).
3. Zakat dan Shadaqah Sunnah Lainnya
a. Makna Shadaqah

Shadaqah secara bahasa artinya benar.


Secara istilah ialah pemberian dari seorang muslim secara sukarela, tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, serta dilakukan sebagai kebajikan
yang semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah SWT.
b. Makna infak

Infak secara bahasa artinya pembelanjaan.


Secara istilah ialah sesuatu yang diberikan oleh seseorang berupa makanan,
minuman dan lain-lain guna menutupi kebutuhan orang lain serta
diberikannya atas dasar ikhlas, semata-mata hanya mengharapkan ridha
Allah SWT.
c. Perbedaan antara infak dan shadaqah

Perbedaan antara shadaqah dan infak ialah kalau kalau infak lebih bersifat
materi, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain
yang dibutuhkan seseorang. Sedangkan arti shadaqah lebih luas lagi, baik
yang bersifat materi maupun non-materi, seperti berbuat baik, berzikir,
mencegah kemungkaran adalah termasuk shadaqah.
d. Makna Fidyah

Fidyah secara bahasa artinya tebusan.


Secara istilah ialah sesuatu berupa harta dan lainnya yang dipergunakan
manusia untuk menebus dirinya. Penebusan dilakukan karena yang
bersangkutan meninggalkan ibadah yang dirasanya berat (masyaqqah).
Fidyah orang yang tidak berpuasa karena berat ialah memberi makan orang
miskin, untuk satu hari fidyahnya memberi makan satu orang miskin cukup
untuk satu hari.
e. Makna Kafarat

Kafarat secara bahasa ialah yang menutupi, yang menghapuskan, yang


membersihkan.
Secara istilah ialah denda yang wajib dibayar karena melanggar suatu
ketentuan syara' (yang mengakibatkan do'a), dengan tujuan untuk

95

menghapuskan/menutupi dosa tersebut sehingga tidak ada lagi


pengaruhnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Perbuatan yang dikenakan kafarat antara lain bersanggama di siang hari
bulan Ramadhan, melanggar sumpah dan membunuh sesama muslim yang
tidak disengaja.
Kafarat pelanggaran sanggama ialah memerdekakan hamba sahaya, atau
berpuasa dua bulan berturut, atau memberi makan enam puluh orang
miskin.
Kafarat membunuh sesama muslim yang tidak disengaja ialah
memerdekakan budak, atau berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberi
makan enam puluh orang miskin.
Kafarat melanggar sumpah ialah memberi makan sepuluh orang miskin
atau berpuasa tiga hari berturut atau memerdekakan budak.
f. Makna zakat

Zakat secara bahasa artinya tumbuh, suci dan berkah.


Secara istilah ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah SWT yang
dikeluarkan seseorang kepada fakir-miskin. Dinamakan zakat, karena di
dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa
dan menambah kesuburan harta.
Zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat maal dan zakat fitrah.
Zakat maal adaalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang
merdeka, yang memiliki satu nishab dari salah satu jenis harta yang wajin
dikeluarkan zakatnya.
Jenis harta yang wajib dizakatkan:
1). Zakat emas dan perak.
Dua jenis harta ini di zaman Rasulullah dipakai untuk alat tukar,
seperti uang yang beredar sekarang. Nishab emas dan perak adalah 20
mitsqal (dinar) emas atau 200 dirham perak setelah berlalu masa satu
tahun. Harta yang dikeluarkan untuk dizakatkan adalah 2,5 %. Ukuran
20 mitsqal (dinar) emas = 96 gram emas, (pendapat lain adalah 91,92
gram emas).
2). Zakat perhiasan.
Ulama bersepakat bahwa perhiasan emas dan perak jika mencapai
nishab, wajib dizakati. Zakatnya 2,5 %.

96

3). Zakat perdagangan. Ialah seluruh barang-barang yang dibutuhkan


manusia, yang diperdagangkan di antara sesame mereka. Hendaklah
harta yang diperdagangkan itu dihitung keuntungannya setelah berjalan
satu tahun. Apabila telah mencapai nishab maka hendaklah dikeluarkan
zakatnya. Jika harta itu diuangkan, maka nishabnya uang ialah seharga
emas 96 atau (pendapat lain 91,92) gram emas. Sedangkan zakatnya
ialah 2,5 %.
4). Zakat pertanian.
Hasil-hasil pertanian wajib dizakati. Rasulullah saw bersabda: Hasil
pertanian yang diairi dengan air hujan, mata air atau air tanah,
zakatnya 10 %. Sedangkan yang menggunakan pengairan zakatnya 5
%. Di Indonesia disepakati bahwa semua hasil-hasil tumbuh-tumbuhan
yang bernilai ekonomis wajib dizakati.
5). Zakat pertambangan.
Barang-barang tambang antara lain: Emas, perak, mutiara, minyak, gas
dan lain-lain. Zakat barang tambang tidak ada nisab waktu. Ia
dikeluarkan zakatnya saat ditemukan. Apabila barang tambang itu
berupa penemuan dan memperolehnya tidak membutuhkan tenaga
berat, nisabnya 20 %. Apabila memperolehnya dengan tenaga dan
menggunakan alat-alat berat, batas nishabnya senilai 96 gram emas,
zakatnya 2,5 %.
6). Zakat peternakan.
Jenis hewan yang dizakati ialah: Unta, lembu, kerbau dan kambing.
Batas waktunya satu tahun. Kadar zakatnya berbeda-beda, silahkan
lihat buku antara lain buku Ensiklopedi Islam jilid 5 halaman 224-226.
Atau lihat table di bawah ini:

97

7). Zakat profesi.


Zakat provesi ialah zakat dari hasil usaha jasa, seperti: Pegawai,
Dokter, Pengacara, Konsultan dan lain-lain. Batas nishabnya satu tahun
dan telah mencapai hasil senilai 96 gram emas, zakatnya 2,5 %.
g. Orang-Orang yang Berhak menerima Zakat Maal
Orang-orang yang berhak menerima zakat, berdasarkan alQur`an surat at-Taubah/9 ayat 60, adalah sebagai berikut:
1).

Faqir. Terdapat perbedaan dalam pendefinisian tentang


faqir. Jumhur ulama berpendapat bahwa faqir ialah orang
yang tidak mempunyai penghasilan layak untuk memenuhi
kebutuhan pangan, sandang dan tempat tinggal, dan
kebutuhan pokok lainnya, baik untuk dirinya maupun
keluarganya
serta
orang-orang
yang
menjadi
tanggungannya.
2). Miskin. Jumhur ulama berpendapat bahwa orang miskin
ialah orang yang mempunyai harta atau penghasilan tetapi
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga
dan orang yang berada dalam tanggungannya.

98

3).
4).
5).

6).
7).

8).

Amil Zakat, orang yang bertugas mengurus zakat, yakni


memungut dan mendistribusikan zakat.
Muallaf. Orang yang baru masuk Islam.
Ar-Riqaab. Memerdekakan budak. Perbudakan di zaman
sekarang ini sudah tidak ada, oleh karena itu bagian untuk
hamba Riqaab bisa dialokasikan untuk yang mana saja di
antara 7 ashnaf yang lebih mendesak (urgen).
Al-Gharimiin. Yaitu orang yang mempunyai hutang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi tidak mampu
membayarnya.
Sabilillah. Jumhur 'ulama fikih mengartikannya sebagai
sukarelawan perang di jalan Allah (mujahid fi sabilillah),
sedangkan mereka tidak mendapatkan gaji dari pemerintah.
Termasuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang
berjuang dan bekerja untuk mengurus rumah Allah (masjid)
dan kepentingan dakwah Islam.
Ibnu Sabil. Menurut jumhur 'ulama, ibnu sabil adalah
musafir yang melakukan suatu perjalanan bukan untuk
maksiat, dan dalam perjalanan kehabisan bekal.

h. Zakat Fitrah

Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir Ramadhan bagi
setiap muslim, baik anak kecil (bayi) maupun orang dewasa, baik laki-laki
maupun perempuan, baik orang merdeka maupun hamba sahaya (budak).
Batas nishabnya ialah apabila memiliki persediaan makanan cukup untuk
satu hari satu malam pada Idul Fitri. Jika memiliki lebih dari kadar
tersebut maka wajiblah berzakat. Waktunya ialah sebelum shalat Idul Fitri
dilaksanakan. Zakatnya satu sha gandum atau 2,751 kg beras atau 3,5 liter
beras.
i. Mustahiq Zakat Fitrah
Terdapat perbedaan di kalangan ulama tentang orang yang
berhak menerima (mustahiq) zakat fitrah. Ulama Mazhab Maliki,
Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyum alJauziah, berpendapat zakat fitrah hanya hak orang fakir miskin
saja. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan
Ibnu Majah dari Ibnu Abbas, katanya:
"Sesungguhnya Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah untuk
mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia
dan perkataan kotor, dan untuk member makan orang-orang
miskin."
Tetapi 'ulama Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa yang berhak
menerima zakat fitrah adalah sama seperti yang berhak
menerima zakat maal, yakni 8 ashnaf.

99

j. Ucapan Ketika Menerima Zakat Fitrah maupun Zakat Maal


Ketika petugas atau orang menerima zakat dari Muazakki,
disunnahkan berdo'a:

.....(sebut namanya)

"Ya Allah berikanlah shalawat kepada keluarga , ya Allah


berkahilah dia dan berkahilah hartanya."
Atau


"Semoga Allah SWT memberi pahala kepada Anda atas apa
yang Anda berikan, dan memberkahi atas barang yang
tinggal."
k. Makna Wakaf

Wakaf makna bahasa: Menahan tindakan hukum. Persoalan wakaf adalah


persoalan pemindahan hak milik yang dimanfaatkan untuk kepentingan
umum. Jumhur ulama mendefinisikan wakaf sebagai berikut: Menahan
tindakan hukum orang yang berwakaf terhadap hartanya yang telah
diwakafkan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum
dan kebajikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
sedangkan materinya tetap utuh.
Adapun jenis harta yang diwakafkan bisa berupa tanah, pohon yang
bermanfaat, kendaraan, hewan ternak, uang, buku-buku dan harta lain yang
bermanfaat.
l. Rukun dan Syarat Wakaf.

Menurut jumhur ulama rukun wakaf ialah:


1). Orang yang berwakaf.
2). Harta yang diwakafkan.
3). Penerima wakaf.
4). Akad wakaf.
Sedangkan syaratnya menurut jumhur ulama ialah:
1) Orang merdeka.
2) Harta itu milik sempurna dari orang yang berwakaf.
3) Baligh dan berakal.
4) Cerdas.
Harta yang telah diwakafkan menjadi hak penuh milik Allah dan
digunakan/dimanfaatkan untuk kepentingan umum yang diridhai Allah.

100

Harta wakaf boleh dikembangkan untuk kesejahteraan dan kemajuan Islam


serta umatnya. Seseorang atau organisasi yang mengurus dan
mengembangkan wakaf itu boleh mengambil sebagian kecil dari hasil
pengembangannya sebagai upah untuk kebutuhan hidupnya. Akan tetapi
tidak boleh satupun orang memiliki harta wakaf tersebut, karena ia milik
Allah.
Seseorang atau organisasi yang mendapatkan amanat berupa wakaf
hendaklah segera menyelesaikan administrasinya secara legal dan formal
agar memiliki kekuatan hukum sehingga tidak akan timbul masalah di
kemudian hari.
m. Hibah

Hibah secara bahasa adalah pemberian atau hadiah. Secara istilah adalah
pemberian yang dilakukan secara sukarela dalam rangka untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak mengharapkan apa-apa kecuali
keridhaan-Nya.
Jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagai berikut: Akad yang
mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela (ikhlas) sematamata mengharapkan ridha Allah.
Jumhur ulama mengemukakan bahwa hibah itu harus ada rukun dan
syaratnya. Rukunnya ialah:
1)
2)
3)
4)

Orang yang menghibahkan,


Harta yang dihibahkan,
Lafal hibah, dan
Orang yang menerima hibah.

Adapun syaratnya ialah;


1)
2)
3)
4)

Harta yang dihibahkan ada ketika akad hibah berlangsung.


Harta yang dihibahkan itu bernilai harta.
Harta itu milik orang yang menghibahkan.
Harta yang dihibahkan itu bersifat utuh menurut Mazhab Hanafi,
sedangkan menurut Mazhab yang lain boleh sebagian asal
bernilai/bermanfaat.
5) Harta yang dihibahkan itu terpisah dari hak yang lainnya, karena pada
prinsipnya harta hibah itu bias langsung dipergunakan oleh si-penerima
hibah.
6) Harta yang dihibahkan dapat langsung dikuasai oleh si-penerima
hibah.
Baik wakaf maupun hibah keduanya adalah bagian dari shadaqah,
seseorang yang melakukannya dengan ikhlas ia akan memperoleh pahala

101

seperti pahala shadaqah, yakni berlipat ganda dari 700 kali lipat sampai tak
terhingga sesuai kehendak Allah SWT.
n. Manfaat dan Hikmah Zakat, Infaq dan Shodaqah
Dalam buku Pedoman Zakat yang disusun oleh Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Departemen Agama RI, dijelaskan ada beberapa manfaat
dan hikmah Manfaat Zakat, (Infaq dan Shodaqah Penulis). Di
antaranya sebagai berikut:
1)

Manfaat Zakat, Infaq dan Shodaqah


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

k)

2)

Membantu mengurangi dan mengangkat faqir dan miskin


dari ksulitan hidup dan penderitaan mereka.
Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh al-gharimiin, ibnu sabil dan para mustahiq lainnya.
Membina dan merentangkan mereka tali persaudaraan
dan solidaritas antar sesama umat manusia.
Mencegah idiologi system kapitalisme dan komunisme.
Menghilangkan sifat bakhil, loba, rakus, dan sejenisnya
dari kepemilikan kekayaan.
Menghindarkan
penumpukan
kekayaan
yang
dikumpulkan di atas penderitaan orang lain.
Mempersempit jurang pemisah atau perbedaan antara si
kaya dan si miskin atas ketimpangan dan kesenjangan
social.
Menciptakan pribadi yang bersih, jujur, penuh toleransi
dan kesetiakawanan social.
Menumbuhkan dan mewujudkan kerukunan, kasih sayang
sesama serta solidaritas yang merupakan manifestasi
kegotongroyongan dan tolong menolong.
Mengembangkan
tanggung
jawab
dan
menumbuhkembangkan stabilitas kehidupan social,
ekonomi, pendidikan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan penuh keberkahan.
Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas untuk
menjalankan kewajibannya dan menyerahkan apa yang
menjadi hak orang lain.

Hikmah Zakat, Infaq dan Shodaqah.


a)
b)
c)

Mensyukuri nikmat Allah, meningkatkan keberkahan rizqi


dan usaha, memperoleh pahala dan ridho-Nya, serta
membersihkan diri dari kotoran dan dosa.
Melindungi
masyarakat
dari
ancaman,
bahaya
kemiskinan, kemelaratan dengan segala akibatnya dan
menjauhkan diri dari bencana yang tidak dikehendaki.
Memerangi dan mengatasi kefaqiran yang menjadi
sumber bencana, kejahilan dan melepaskan dari

102

d)
e)

kepicikan dunia akhirat serta menjauhkan diri dari api


neraka.
Mendatangkan
keberkahan
dan
kemaslahatan
masyarakat.
Menumbuhkembangkan keberkahan, kasih sayang dan
menghasilkan ukhuwah Islamiyah.

4. Puasa
a. Makna Puasa
Puasa secara etimologis berarti menahan diri dari sesuatu, baik dalam
bentuk perkataan maupun perbuatan.
Ulama fikih sepakat mendefinisikan puasa dengan "menahan diri dari
segala perbuatan yang membatalkan puasa yang dilakukan oleh orang
mukallaf pada siang hari, sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari."
Yang dimaksud menahan diri dari yang membatalkan puasa adalah segala
bentuk kebutuhan biologis dan hawa nafsu.
a. Pembagian Puasa
Dari segi jenis, puasa dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu puasa fardhu dan
tathawwu'/sunnah. Puasa fardhu ada tiga macam, yaitu puasa Ramadhan,
puasa kaffarat dan puasa nazar. Berikut ini hanya akan membahas tentang
puasa Ramadhan dan puasa tathawwu' saja.
b. Hukum Puasa Ramadhan
Para ulama telah berijma' bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib,
bahkan merupakan bagian dari rukun Islam. Hal ini berdasarkan Firman
Allah dalam surat al-Baqarah/2 ayat 183, dan berdasarkan sabda Rasulullah
SAW sebagai berikut:
"Islam dibangun atas lima dasar (yaitu): Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan
ibadah haji."(HR. Bukhari dan Muslim).
c.

Waktu Berpuasa
Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 185, maka berpuasa diwajibkan pada
bulan Ramadhan. Waktunya siang hari, dimulai dari terbit fajar hingga
tenggelam matahari. Penetapan ini telah disepakati oleh jumhur ulama.

d.

Rukun Puasa

103

Ada dua rukun puasa, yang masing-masing rukun merupakan unsur


terpenting dari hakikatnya, yaitu:
1) Niat.
Orang yang hendak berpuasa haruslah memulai dengan niat yang ikhlas
karena Allah. Niat itu dilakukan sebelum fajar, pada tiap-tiap malam
bulan Ramadhan. Sebagian ulama membolehkan niat itu dilakukan
sekaligus pada awal puasa Ramadhan. Namun demikian lebih afdhal
dilakukan pada tiap-tiap malam. Niat juga tidak wajib dilafalkan,
karena niat itu hakikatnya merupakan pekerjaan hati. Sabda Nabi SAW:
"Setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap manusia akan
beroleh apa yang diniatkannya."(HR. Bukhari).
2) Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, semenjak
terbit fajar hingga tenggelam matahari.
e.

Adab Berpuasa
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

f.

Makan sahur dan disunnahkan menta'khirkannya.


Ta'jil dan menyegerakan berbuka.
Berdo'a ketika berbuka.
Menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan puasa.
Menggosok gigi.
Murah hati dan mempelajari al-Quran.
Giat beribadah pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.
Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

1) Berniat berbuka puasa.


2) Makan, minum dan bersetubuh dengan sengaja.
3) Memasukkan makanan yang tidak mengenyangkan ke dalam perut
lewat kerongkongan.
4) Muntah dengan sengaja.
5) Melihat bulan Syawal.
6) Kedatangan haidh dan nifas.
7) Mengeluarkan mani (sperma) dengan sengaja.
8) Bersetubuh.
Keterangan:
Keterangan nomor tujuh ini adalah hal-hal yang merusak puasa secara
syar'i. Ada perbuatan lain yang secara hakiki sebenarnya merusak puasa,

104

yaitu perbuatan-perbuatan yang tercela. Seperti mencaci, meng-ghibah,


mengadu domba, berbohong, menganiaya dan lain-lain. Perbuatan seperti
ini secara syar'i tidak membatalkan puasa tetapi merusak puasa sehingga
tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus saja.
Rasulullah SAW bersabda:
"Betapa orang berpuasa itu, baginya tidak memperoleh apa-apa dari
puasanya kecuali hanya lapar dan haus, dan betapa orang melakukan
shalat malam (tarawih), baginya tidak memperoleh apa dari shalatnya
kecuali hanya berjaga-jaga malam."(HR. Ibnu Majah dari Abi Hurairah).
g. Hal-Hal Yang Diperbolehkan Waktu Berpuasa
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Keluar sperma tidak sengaja dan menyelam dalam air.


Mencium isteri, bagi orang yang sanggup menahan nafsu sexnya.
Memakai celak dan meneteskan obat atau lain-lain ke dalam mata.
Injeksi / suntikan.
Berbekam.
Berkumur-kumur dan memasukkan air ke rongga hidung, asal tidak
berlebihan.
7) Juga dibolehkan hal-hal yang tidak mungkin menghindarinya, seperti
menelan air ludah, debu jalan, mencium bau masakan dan lain-lain.
8) Dibolehkan orang berpuasa itu makan-minum dan bersanggama dari
tenggelam matahari sampai terbit fajar.
9) Dibolehkan orang yang berpuasa itu dalam keadaan junub di waktu
subuh.
10) Para wanita yang habis haidh / nifas pada malam hari, boleh
menangguhkan mandinya sampai waktu subuh, sementara mereka
berpuasa.
h.

Orang-Orang Yang Wajib Berpuasa


1)
2)
3)
4)
5)
6)

i.

Islam.
Baligh.
Berakal.
Suci dari haidh / nifas bagi perempuan.
Mukim (berada di kampung).
Sanggup berpuasa.

Orang Yang Diberi Keringanan Berbuka Dan Wajib Membayar


Fidyah
1) Orang yang telah tua bangka.
2) Orang sakit yang tidak ada harapan sembuh.
3) Orang-orang yang mempunyai pekerjaan berat, yang tidak mendapat
lapangan pekerjaan lain selain pekerjaan berat tersebut.

105

j.

Orang Yang Diberi Keringanan Berbuka Dan Wajib Qadha


1) Orang sakit yang ada harapan sembuh.
2) Musafir.
Adapun kaum wanita yang haidh/nifas, mereka wajib berbuka tetapi wajib
mengqadhanya.

k. Hari-Hari Yang Terlarang Berpuasa


1)
2)
3)
4)
5)
6)
l.

Berpuasa pada kedua hari raya.


Berpuasa pada hari tasyrik.
Mengkhususkan puasa pada hari Jum'at.
Mengkhususkan puasa pada hari Sabtu.
Berpuasa pada hari yang diragukan.
Berpuasa sepanjang masa.
Ancaman Bagi Orang Yang Meninggalkan Puasa

1) Meninggalkan puasa adalah kufur.


Rasulullah SAW bersabda:
"Sendi-sendi dan dasar-dasar Islam ada tiga, diatas (tiga sendi itu)
ditegakkan Islam. Barangsiapa meninggalkan sesuatu daripadanya,
maka kufurlah ia dan halallah darahnya, yaitu: Mengakui bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah, shalat fardhu dan puasa Ramadhan."(HR. Abu
Ya'la dan ad-Dailami)
2) Puasa Ramadhan yang ditinggalkan dengan sengaja tanpa halangan
/uzur syar'I tidak dapat diqadha.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa berbuka sehari dalam bulan Ramadhan dengan tidak
ada hal-hal yang membolehkannya oleh Allah, maka puasa yang
ditinggalkannya tidak dapat diqadha sepanjang masa, walaupun ia
melakukannya." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmuzi).
m. Mengqadha Puasa Ramadhan dan Membayar Fidyah
Mengqadha puasa Ramadhan tidak wajib menyegerakannya, bagi yang
mengqadha diberi keluasan waktunya. Boleh di bulan Syawal, Muharram,
dan boleh juga di bulan Sya'ban. Dalam riwayat Muslim diceritakan bahwa
'Aisyah pernah mengqadha puasanya di bulan Sya'ban.

106

Mengqadha puasa juga boleh dilakukan secara terus-menerus, juga boleh


secara terputus-putus.
Adapun membayar fidyah, adalah memberi makan kepada orang miskin
satu hari untuk satu hari meninggalkan puasa.
n.

Puasa Tathawwu'
1) Enam hari pada bulan Syawal.
2) Tanggal 10 Dzulhijjah dan muakkadnya hari 'arafah bagi yang tidak
menunaikan ibadah haji.
3) Berpuasa pada sebagian besar bulan Sya'ban.
4) Berpuasa pada bulan Muharram, muakkadnya puasa 'Asyura (10
Muharram) dan sehari sebelumnya serta sehari sesudahnya.
5) Berpuasa pada bulan-bulan suci (Zulka'dah, Zulhijjah, Muharram dan
Rajab).
6) Berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
7) Berpuasa tiga hari setiap bulan, yaitu setiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan
Qamariah.
8) Berpuasa seling-seling (Puasa Nabi Daud).

5. Ibadah Umrah dan Haji


a. Makna 'Umrah

Umrah terambil dari kata kerja i'tamara, yang berarti ziarah


atau berkunjung. Secara Istilah 'Umrah berarti mengunjungi
Ka'bah, melakukan ibadah thawaf, sa'i antara Shafa dan
Marwa dan bercukur atau bergunting rambut (tahallul).

....

Para ulama telah ijma' bahwa 'umrah itu disyari'atkan


dalam Islam.
Berdasarkan Firman Allah:
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena
Allah."(QS. Al-Baqarah/2: 196)

b. Keutamaan Ibadah Umrah

Rasulullah saw bersabda:


( )
"'Umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan satu kali
haji."(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

107

,
( , )
"Ibadah 'umrah ke ibadah 'umrah berikutnya menghapus
dosa yang terdapat di antara keduanya, sedang haji yang
mabrur tak lain ganjarannya adalah surga."(HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim)

,
( )
"Orang-orang yang mengerjakan haji dan orang-orang yang
megerjakan umrah adalah duta-duta Allah. Jika mereka
memohon kepada-Nya, pastilah Dia mengabulkannya, dan
jika mereka memohon ampun kepada-Nya, pastilah Dia
mengampuninya."(HR. Nasa-I, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah
dan Ibnu Hibban)
c. Hukumnya

Golongan Hanafi dan Imam Malik berpendapat bahwa


'umrah hukumnya sunnah. Alasannya ialah hadis riwayat
Ahmad dan Turmuzi yang menceritakan: "Bahwa Nabi saw
ditanya mengenai 'umrah, apakah ia wajib?" Sabdanya:
"Tidak, hanya jika kamu ber'umrah, maka itu lebih utama."
Tetapi golongan Syafi'i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa ia adalah fardhu. Berdasarkan surat al-Baqarah ayat
196.
d. Makna Haji

Haji secara bahasa artinya berkunjung atau berziarah.


Secara istilah haji berarti mengunjungi atau berziarah ke
Makkah untuk menunaikan ibadah thawaf, sai, wukuf di
Arafah dan ibadah-ibadah lain yang diajarkan oleh syara
demi memenuhi perintah Allah dan mengharapkan
keridhaan-Nya.
e. Hukum Ibadah Haji

Ibadah haji hukumnya wajib seumur hidup satu kali dan ia


merupakan rukun Islam yang kelima. Berdasarkab firman
Allah:

108

"mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap


Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan
ke
Baitullah.
Barangsiapa
mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."(QS. Ali
Imran/3:97)
f. Keutamaan Ibadah Haji

Ibadah haji merupakan amal yang paling utama di bulan


haji.
Haji merupakan jihadnya orang tua, orang lemah dan
kaum wanita
Para hujjaj merupakan duta-duta Allah yang doa dan
permohonan ampunannya dikabulkan Allah.
Haji mabrur tiada lain balasannya adalah surga
Biaya haji nilainya sama dengan biaya perang sabil: satu
dirham menjadi tujuh ratus kali lipat

g. Miqat

Miqat adalah batas bagi jamaah yang hendak menunaikan


ibadah haji maupun umrah. Artinya jamaah haji/umrah
tidak boleh melewati batas tersebut kecuali telah meniatkan
ihram hajinya atau ihram umrahnya.
Miqat Zamani
Miqat terbagi dua yakni miqat zamani dan miqat
makani. Miqat zamani ialah waktu sahnya diselenggarakan
amalan-amalan haji, yakni di bulan Syawal, Dzulqadah dan
sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sedangkan miqat
zamani untuk 'umrah menurut jumhur ulama bahwa
waktunya adalah sepanjang hari, jadi dapat dilakukan pada
salah satu hari di antara hari-hari tersebut. Juga dapat
dilakukan di musim haji maupun di luar musim haji. Tetapi
menurut Abu Hanifah, makruh dilakukan pada hari 'Arafah,
hari Raya (Nahar) dan hari-hari tasyriq.
Miqat Makani
Adapun miqat makani ialah tempat memulai ihram haji
atau umrah.
Bagi jama'ah haji atau jama'ah 'umrah yang datang dari
luar miqat haji, memulai ihramnya dari miqat haji, yakni:

109

Dzul Hulaifah/Bir Ali bagi penduduk Madinah dan jama'ah


yang lewat Madinah, Juhfah bagi penduduk Syiria, Qarnul
Manazil bagi penduduk Nejed, Dzaatu 'Irq bagi penduduk
Irak, dan Yulamlam bagi penduduk Yaman. Sedang jama'ah
haji yang berada di Makkah atau penduduk yang tinggal di
Makkah, miqatnya adalah dari tempat menginap atau
rumah tinggal mereka.
h. Hukum-Hukum Seputar 'Umrah/Haji

Hukum-Hukum seputar manasik 'umrah/haji ada dua, yakni


rukun dan wajib 'umrah/haji. Rukun 'umrah/haji ialah
suatu amalan 'umrah/haji yang apabila tidak dikerjakan
maka batal ibadah umrah/hajinya. Sedangkan wajib
'umrah/haji ialah suatu amalan 'umrah/haji yang apabila
ditinggalkan ibadah 'umrahnya tetap sah, tetapi yang
bersangkutan dikenakan dam (denda), dengan cara
menyembelih seekor kambing atau yang lainya.
Rukun-Rukun Umrah:
1) Ihram (mengucapkan niat umrah :
2) Thawaf
3) Sa'i
4) Tahalul
5) Tertib.

Wajib-Wajib Umrah
1)
2)

Ihram dari miqat


Menjauhi larangan-larangan ihram.

Rukun-Rukun Haji
1)
2)
3)
4)
5)

Ihram (niat yang diikuti dengan perbuatan).


Waquf di Arafah
Sai antara Shafa dan Marwa
Thawaf Ifadhah
Bercukur atau memotong rambut beberapa helai

Wajib-Wajib Haji
1)
2)
3)
4)

Ihram dari miqat,


Melontar Jumrah,
Bermalam di Muzdalifah,
Bermalam di Mina, dan

110

5)

Melaksanakan Thawaf Wada jika meninggalkan Makkah

i. Hukum Seputar Ihram

Makna Ihram
Ihram ialah meniatkan salah satu dari dua ibadah; haji atau
'umrah, atau meniatkan keduanya sekaligus.
Adab dan tata tertibnya
Bagi jamaah yang hendak ihram mempunyai adab-adab
sebagai berikut:
1)

2)
3)
4)

Bersih (memotong kuku, memendekkan kumis,


mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan,
berwudhu/lebih utama mandi, menyisir jenggot dan
rambut,
Menanggalkan pakaian terjahit dan memakai pakaian
ihram (rida/selubung),
Memakai minyak wangi.
Shalat dua rakaat dengan niat sunnat ihram.

Macam-Maam Ihram
Ihram ada tiga macam: Qiran, Tamattu dan Ifrad.
1)
2)

3)

Qiran ialah ihram haji merangkap umrah dari miqat,


dengan mengucapkan niat ihram:
Tamattu ialah mengerjakan umrah pada bulan-bulan
haji dan mengerjakan haji pada tahun ia umrah.
Dengan mengucapkan ihram:
Ifrad ialah ihram untuk mengerjakan haji saja, dengan
mengucapkan niat ihram:

Talbiah
Para 'ulama telah ijma' bahwa membaca talbiah itu
disyari'atkan. Hal ini berdasarkan Sabda Nabi SAW:

) ,
(
"Hai keluarga Muhammad! Siapa yag berhaji di antaramu
hendaklah ia membaca talbiah dengan suara keras pada
waktu hajinya!"
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

111

Namun tentang hukumnya para 'ulama berbeda pendapat.


Imam Syafi'I dan Imam Ahmad berpendapat bahwa
membaca talbiah huklumnya sunnah, Imam Malik
berpendapat bahwa hukumnya wajib, sedangkan golongan
Hanafi berpendapat bahwa membaca talbiah termasuk
salah satu syarat ihram, sehingga jika tidak membaca
talbiah pada waktu ihram, maka ihramnya tidak sah.
Keutamaan Membaca Talbiah
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak seorang pun yang membaca talbiah dalam waktu
sehari penuh hingga terbenam matahari, kecuali dosadosanya akan menjadi lenyap sebagaimana saat ia
dilahirkan oleh ibunya."(HR. Ibnu Majah)
Hal-hal yang terlarang di waktu ihram
1) Bersanggama dan pendahuluan-pendahuluannya.
2) Melakukan kejahatan dan berbuat maksiat, termasuk

berkata kotor, keji, mengumpat dan lain-lain.


3) Menutup kepala bagi laki-laki dan wajah bagi wanita.
4) Berselisih/cekcok dengan teman atau pelayan tanpa

alasan yang benar.


5) Memakai pakaian yang terjahit bagi laki-laki.
6) Melangsungkan akad nikah, baik bagi dirinya maupun
bagi orang lain, baik sebagai wali maupun sebagai
wakil.
7) Mengerat kuku.
8) Menghilangkan rambut dengan jalan apapun.
9) Memakai wangi-wangian di pakaian maupun di badan,
bagi laki-laki maupun perempuan.
10) Memakai pakaian yang dicelup dengan bahan yang
wangi.
11) Sengaja berburu.
12) Memakan hasil buruannya.
Hal-hal yang diperbolehkan bagi orang yang sedang
Ihram
1)
2)
3)
4)
5)

Mandi.
Menukar kain dan selubung.
Menutup muka untuk menghindari debu.
Memakai terompah bagi wanita.
Menutup kepala disebabkan lupa.

112

6) Berbekam, mengeluarkan nanah, mencabut gigi dan

memotong urat.
Menggaruk kepala dan badan.
Berkaca.
Mencium bunga-bungaan.
Mengikatkan pundi-pundi/tas kecil untuk menyimpan
uang dan memakai sabuk.
11) Memakai cincin.
12) Memakai celak.
13) Bernaung di bawah payung, di bawah tenda, atau atap
dan lain-lain.
14) Berinai.
15) Membunuh lalat, semut dan kutu.
16) Membunuh binatang jahat yang lima dan segala yang
menyakiti. (Gagak, Elang, kala, tikus dan anjing galak).
7)
8)
9)
10)

j. Hukum melanggar larangan Ihram


1)

2)

3)

4)

Barangsiapa melanggar salah satu larangan ihram


dengan sengaja kecuali bersanggama maka wajib
baginya membayar dam/denda, yakni menyembelih
seekor kambing, atau memberi makanan kepada enam
orang miskin, masing-masing sebanyak setengah sha'
(lebih kurang 1 1/2 liter), atau berpuasa tiga.
Khusus mencabut rambut, jika mencabut kurang dari 3
helai ( ada yang berpendapat kurang dari 12 helai),
maka wajib membayar fidyah 1 helai rambut dibayar
degan satu sukat gandum (empat gantang).
Bagi yang membunuh binatang buruan, maka wajib
baginya menyembelih ternak yang sebanding dengan
binatang buruan yang dibunuhnya. Dalam hal ini
hukumnya sama saja, baik bagi yang membunuh karena
sengaja maupun lupa, karena hal ini dinilai sebagai
bentuk tindakan pengrusakan.
Bagi yang melakukan hubungan sanggama, maka
baginya
wajib
menyembelih
seekor
unta
dan
haji/umrahnya batal. Haji/umrahnya yang rusak harus
diselesaikan, tetapi wajib diulang lagi.

k. Thawaf

Hal-hal yang disunnahkan ketika memasuki Makkah


dan Baitul Haram
1)
2)

Mandi.
Bermalam di Dzu Thuwa di bagian az-Zahir.

113

3)

Agar memasukinya dari pendakian atas (Ma'alla), dan


masuk dari Pintu Syaibah (Babus Salam) jika tidak ada
kesulitan. Jika sulit maka boleh masuk dari pintu mana
saja. Sambil berdo'a ketika masuk:

,

,.
Dengan menyebut nama Allah, dan salam semoga tetap tercurah
kepada Rasulullah saw. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha
Agung, dan denga Wajah-Nya yang Maha Mulia, serta dengan
kekuasaa-Nya yang Azali, ya Allah bukakanlah untuk pintu-pintu
rahmat-Mu."
4)
5)

Segera menuju Baitullah, setelah menyimpan barangbarang bawaan di tempat yang aman.
Begitu melihat Ka'bah, disunnahkan berdo'a:

, ,
, , ,
, .
, .

"Ya Allah tambahkanlah bagi rumah ini kehormatan,


kebesaran, kemuliaan dan kewibawaan, dan tambahlah
pula kepada orang-orang yang berhaji atau 'umrah yang
menghormati
dan
memuliakannya,
kehormatan,
kemuliaan, kebesaran dan kebaikan. Ya Allah,
Engkaulah
pemilik
kesejahteraan,
dari-Mu-lah
kesejahteraan, maka hidupkanlah kami wahai Tuhanku
dengan kesejahteraan."

6)

7)
8)

Kemudian menuju Hajar Aswad dan menciumnya tanpa


mengeluarkan suara. Jika tidak mungkin, cukup dengan
menyapunya, lalu dicium tangannya itu. Jika tidak
mungkin, maka dengan isyarat dengan tangannya atau
benda lain, lalu menciumnya.
Lalu berdiri di dekatnya dan memulai thawaf.
Tidak perlu melakukan tahiyatul masjid, karena
tahiyatnya adalah thawaf.

Kaifiat (cara) Thawaf

114

1)

Memulai thawaf hendaknya dengan menyisi Hajar


Aswad, sambil mencium, menyapu atau memberi
isyarat bagaimana dapatnya. Ka'bah berada di sebelah
kiri. Hendaklah mengucapkan:

, , ,

.
"Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, ya Allah,
demi keimanan kepada-Mu, dan membenarkan kitabMu, memenuhi janji dengan-Mu
serta mengikuti
sunnah Nabi-Mu saw"
2)

3)

Jika thawaf telah dimulai, disunnahkan berjalan cepat


pada tiga putaran pertama. Pada empat putaran
selanjutnya berjalan biasa.
Disunnahkan memperbanyak zikir dan do'a. Pada
hakikatnya tidak ada macam zikir tertentu yang
diharuskan oleh syara'. Hanya ada beberapa do'a yang
diterima dari Nabi SAW.:
a. Bila menghadap Hajar Aswad, membaca do'a
sebagaimana pada kaifiat nomor 1 di atas.
b. Jika telah mulai thawaf, diucapkan:

, ,
, .
"Maha Suci Allah, segala puji hanya milik Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada daya
maupun kekuatan kecuali dengan Allah."
4)

Jika sampai di sudut Yamani, maka berdo'a:


.
"Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka."
Syarat-Syarat Thawaf
1)
2)
3)

Suci dari hadats kecil, hadats besar dan dari najis.


Menutup aurat.
Hendaklah sempurna tujuh kali putaran.

115

4)
5)
6)
7)

Hendaklah dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di


sana..
Hendaklah Ka'bah berada di sebelah kiri orang yang
thawaf.
Hendaklah thawaf itu di luar Ka'bah.
Terus-menerus berjalan.

Sunnah-Sunnah Thawaf
1)

2)
3)
4)
5)

Menghadap Hajar Aswad ketika memulai, sambil


membaca takbir dan tahlil, dengan mengangkat kedua
tangan sebagaimana halnya di waktu shalat.
Mengapit kain selubung dengan ketiak yang kanan.
Berjalan cepat pada 3 putaran pertama dan berjalan
biasa pada empat putaran selanjutnya.
Mengusap rukun sudut Yamani.
Selesai thawaf disunnahkan shalat dua rakaat di
belakang maqam Ibrahim atau di bagian manapun dari
masjid.

Sunnah minum air zamzam dengan menghadap


kiblat sambil berdo'a.


"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat,
rizqi yang luas dan disembuhkan dari segala macam
penyakit."
Sunnah berdo'a di Multazam dengan do'a apa saja
yang dikehendaki mengenai kebaikan dunia dan
akhirat
l. Sa'i antara Shafa dan Marwa

Syarat-Syaratnya:
1)
2)
3)
4)

Hendaklah dilakukan setelah thawaf.


Hendaklah tujuh kali putaran.
Dimulai dari Shafa dan di akhiri di Marwa.
Hendaklah sa'i itu dilakukan di tempatnya, yakni di
Mas'aa, ialah jalan yang membentang di antara Shafa
dan Marwa.

Hal-Hal yang Disunnahkan dalam Sa'i

116

1)

2)
3)

Sunnah berjalan biasa di antara Shafa dan Marwa,


kecuali di antara dua tiang, maka disunnahkan berjalan
cepat (lari-lari kecil).
Sunnah naik ke Shafa dan Marwa, serta berdo'a di sana
menghadap ke Baitullah.
Tatkala dekat dengan bukit Shafa, dibacanya do'a:

. .
,

.
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Aku memulai dengan apa yang telah dimulai
oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Shafa dan
Marwa termasuk bagian dari syiar-syiar (agama) Allah.
Maka barangsiapa yang menunaikan ibadah haji ke
Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'I antara keduanya. Dan barangsiapa
yang mengerjakan suatu kebajikan (dengan keikhlasan
hati) maka sesungguhnya Allah Maha Penerima
Kebaikan lagi Maha Mengetahui."
4)

Do'a ketika di atas bukit shafa dengan


menghadap ke Ka'bah:

, ,
,

, , ,

.

.
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala
pujian, Dia yang menghidupkan dan yang mematikan,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
Tuhan melainkan Allah, yang menepati-janji-Nya, yang
menolong hamba-Nya, dan yang menghancurkan sendiri
musuh-musuh-Nya. Tidak ada Tuhan melainkan Allah,
dan kami tidak mengabdi kepada-Nya kecuali atas dasar
keikhlasan semata-mata karena mengikuti agama-Nya,
walaupun orang-orang kafir sangat membenci."

117

5)

Do'a di antara (pilar hijau) Shafa dan


Marwa:

,
, .
"Ya Tuhanku, ampunilah, rahmatilah dan tunjukilah aku
ke jalan yang lurus. Ya Tuhanku, ampunilah dan
rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa
lagi Mahamulia."
6)

Tatkala dekat dengan bukit Marwa, dibacanya do'a:

,


.
"Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari
syi'ar Allah. Aku memulai dengan apa yang dimulai
oleh Allah."
7)

Do'a ketika di atas bukit Marwa dengan menghadap ke


Ka'bah:

, ,
,

, ,

.

.
"Allah Maha Besar 3 X, tidak Tuhan melainkan Allah
Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah kerajaan dan milik-Nya-lah segala pujian, Yang
Menghidupkan dan Mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan melainkan Allah
Yang Maha Esa, Yang menepati janji-Nya, dan yang
membela hamba-Nya, dan mengalahkan para (musuh)
kaum sekutu dengan diri-Nya sendiri."
m. Bercukur/Menggunting

Rambut

(Tahallul)
Tahallul 'umrah hanya sekali saja. Wajibnya adalah
menggunting atau memotong rambut, setidak-tidaknya
tiga helai rambut.

118

Bagi jama'ah haji yang melakukan haji Tamattu' maka


setelah selesai melakukan 'umrah ia bertahallul, kemudian
berdiam di Makkah sambil menunggu waktu haji.
Sedangkan bagi yang jama'ah haji yang melakukan haji
Qiran, maka setelah melakukan 'umrah ia tidak bertahallul
dan tetap pada ihramnya hingga selesai mengerjakan
ibadah haji.
n.

Wukuf di 'Arafah
Wukuf ialah hadir dan berada di bagian manapun dari
Arafah, walau seseorang itu dalam keadaan tidur atau
bangun, berkendaraan atau duduk, dalam keadaan suci
atau tidak, seperti haid, nifas atau junub.
1)

Hukum dan Waktunya


Jumhur ulama berijma bahwa wukuf itu termasuk
rukun terpenting dalam ibadah haji. Adapun waktunya
menurut jumhur ulama dimulai dari tergelincirnya
matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya
fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah, dan wukuf telah hasil
pada salah satu dari bagian waktu tersebut, baik siang
maupun malam.
Hanya bila seseorang wukuf di waktu siang, wajib
memperpanjang waktunya sampai saat
setelah
tenggelamnya matahari.

2)

Berangkat Ke Arafah
Disunnahkan berangkat menuju Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah setelah matahari terbit.Tetapi disunnahkan
pula sebelum ke Arafah terlebih dulu menuju Mina
pada hari Tarwiyah, lalu bermalam di sana dan setelah
terbit matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah berangkat
menuju Arafah.

3)

Keistimewaan Hari Arafah


Rasulullah saw bersabda:

,
)
(
119

Dan tidak ada satu haripun yang lebih utama


daripada hari Arafah. Karena pada hari itu Allah
Tabaraka
Wataalaa
turun
ke
bumi,
dan
membanggakan
penduduk
bumi
terhadap
isi
langit(HR. Ibnu Khuzaimah, Abu Yala dan al-Bazzar)
o.

Sunnah-Sunnah Wukuf
1)

Sunnah Mandi
Untuk melakukan wukuf di Arafah disunnahkan mandi.

2)

Sunnah Menjaga Kesucian, Istighfar, Zikir, Do'a dan


Menghadap Kiblat.
Dalam melakukan wukuf disunnahkan menjaga
kesuciannya,
menghadap
kiblat,
memperbanyak
istighfar, berdzikir dan berdoa, baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain, baik mengenai urusan
dunia maupun urusan akhirat.

3)

Sunnah Wukuf di Batu-Batu Besar


Wukuf di sembarang tempat di Arafah cukup memadai,
karena seluruh Arafah merupakan tempat wukuf.
Tetapi disunnahkan wukuf di batu-batu besar atau
didekatnya.

4)

Sunnah Berkhutbah dan Menjama' Shalat Zhuhur dan


'Ashr
Disunnahkan berkhutbah setelah matahari tergelincir
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Kemudian melakukan shalat Zhuhur dan 'Ashar secara
jama' taqdim dan qashar.
Terdapat hadits shahih yang menceritakan bahwa
Rasulullah saw menjama shalat dzuhur dan Ashar di
Arafah secara taqdim. Para ulama juga telah ijma
bahwa imam hendaklah menjama shalat dzuhur dan
Ashar di Arafah.

5)

Disunnahkan meninggalkan 'Arafah setelah matahari


terbenam

120

Disunnahkan bertolak (ifadhah) dari Arafah menuju


Muzdalifah dengan tenang setelah matahari terbenam.
p.

Berada di Muzdalifah
1)

Bermalam dan Wukuf di Muzdalifah


Setelah tiba di Muzdalifah, hendaklah bermalam dan
wukuf di sana walau dengan cara bagaimanapun,
apakah berdiri, berjalan, duduk, berbaring atau tidur.
Waktunya adalah sampai terbit Fajar.

2)

Tempat Wukuf di Muzdalifah


Seluruh Muzdalifah adalah tempat wukuf, kecuali
lembah Muhassir yang terletak di antara Muzdalifah
dan Mina

3)

Sunnah Menjama' Maghrib dan 'Isya


Disunnahkan bagi jama'ah haji
Maghrib dan Isya di Muzdalifah.

q.

menjama

shalat

Amalan Hari Nahar dan Hari-Hari Tasyrik


Mula-mula melontar jumrah Aqabah, lalu menyembelih,
lalu bercukur dan kemudian thawaf ifadhah di Baitullah.
Adapun urutan tersebut di atas hanya sunnah saja.
1)

Tahallul pertama
Dengan melontar jumrah pada hari Nahar dan
mencukur atau memotong rambut, halallah bagi orang
yang sedang ihram yang tadinya dilarang, kecuali
hubungan suami isteri. Hal ini disebut Tahallul Pertama
(tahallul-awwal).

2)

Tahallul Kedua
Jika telah melakukan thawaf ifadhah (thawaf rukun),
maka halallah semua yang dilarang di waktu ihram,
termasuk hubungan suami isteri. Hal ini disebut tahallul
kedua (tahalluts-tsani).

r.

Melontar Jumrah

121

1)

Hikmah Melontar
Melontar adalah napak tilas Nabi Ibrahim as dan ittiba
kepada Nabi Muhammad saw. Hikmahnya, agar kita
selalu menyatakan perang terhadap syetan, karena
syetan akan selalu mengintai kelengahan kita.

2)

Hukum Melontar
Hukumnya: Jumhur
ulama berpendapat bahwa
melontar jumrah hukumnya wajib, bukan rukun.

3)

Tempat Mencari Kerikil


Mencari kerikil untuk melontar boleh dilakukan di
'Arafah, Muzdalifah atau di Mina, tetapi sebagian
sahabat Nabi saw, seperti Ibnu Umar dan Said bin
Zubeir biasa mengambil kerikil di Muzdalifah untuk
melontar. Imam Syafii memandangnya sunnah.

4)

Besarnya Kerikil
Besarnya kerikil menurut para ahli (ulama) adalah
sunnah menggunakan kerikir sebesar kacang.

5)

Banyaknya kerikil
Bagi yang mengambil Nafar Awal jumlah kerikil 49 biji
(7 kerikil untuk melontar di hari Nahar, 42 kerikil untuk
melontar di hari tasyrik, yakni tanggal 11 dan 12
Dzulhijjah), kemudian bagi yang mengambil Nafar Tsani
jumlah kerikil 70 biji ( 7 kerikil untuk melontar di hari
Nahar dan 63 kerikil untuk melontar di hari tasyrik,
yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah). Berdasarkan
firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 203 boleh mengambil
salah satu dari dua nafar tersebut.

6)

Waktu Melontar Pada Hari Nahar


Waktu yang paling utama untuk melontar pada hari
Nahar ialah waktu dhuha. Jika jamaah haji
mengundurkan waktu melontarnya, hukumnya sah.
Bagi wanita, orang lemah dan orang yang uzur (ada
halangan) boleh mengundurkan hingga malam hari.

7)

Waktu Melontar pada Hari Tasyrik

122

Waktu melontar pada hari Tasyrik yang utama adalah


setelah matahari tergelincir hingga terbenamnya
matahari. Juga disunnahkan berhenti dan berdoa pada
lontaran jumrah Ula dan Wustha.
8)

Berurutan dalam melontar


Menurut keterangan yang sah bahwa Nabi Muhammad
saw memulai melontar pada jumrah Ula, kemudian
jumrah Wustha, dan kemudian jumrah Aqabah. Sunnah
membaca takbir ketika ketika melontar.

s.

Bermalam di Mina dan Waktu Kembali


Menurut Imam yang tiga (yakni Malik, SyafiI dan Ahmad
bin Hanbal) bahwa bermalam di Mina hukumnya wajib.
Sedang menurut Imam Hanafi hukumnya sunnah. Adapun
kembali dari Mina menurut Imam yang tiga ialah sebelum
matahari terbenam pada tanggal 12 Dzulhijjah.

t.

Bercukur atau Bergunting Rambut


1)

Makna Bercukur atau Bergunting


Bercukur adalah menghilangkan rambut di kepala
dengan pisau atau dengan alat lainnya. Atau dengan
jalan mencabutnya, minimal tiga helai rambut.
Sedangkan yang dimaksud bergunting ialah memotong
rambut kepala kira-kira sepanjang jari.
Bagi pria disunnahkan mencukur rambutnya sampai
habis atau memendekkan rambut kepala. Sedangkan
bagi wanita afdhalnya rambut dikumpulkan, lalu
dipotong ujungnya. Atau sekurang-kurangnya tiga helai
rambut, lalu dipotong sepanjang ukuran jari. Juga
disunnahkan
menghadap
kiblat
pada
waktu
memotongnya.

2)

Hukumnya
Hukum mencukur atau bergunting rambut menurut
sebagian besar fuqaha memandangnya wajib, sedang
golongan Syafi'i menganggapnya termasuk salah satu
rukun ibadah haji.

123

Dasar hukumnya adalah firman Allah surat al-Fath ayat


27 dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang
menceritakan: "Bahwa Nabi saw bercukur, dan
segolongan di antara sahabat-sahabatnya juga
bercukur, sedang sebagian lagi bergunting rambut."
3)

Waktuya
Bagi orang yang berhaji waktunya adalah setelah
melotar jumrah 'Aqabah. Jika ia mempunyai hadya
(hewan qurban) disunnahkan setelah menyembelih.

u.

Tuntunan Ziarah Ke Masjid Nabawi


1)

Shalat di Masjid Nabawi lebih utama dari seribu kali


shalat di masjid lain, kecuali di Masjidil haram.
Rasulullah saw bersabda:


,
( )
"Satu kali shalat di masjidku ini, lebih utama dari seribu
kali shalat di masjid lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan
satu kali shalat di Masjidil Haram, lebih utama dari
seratus ribu kali shalat di masjid lain."(HR. Ahmad)
2)

Shalat Arbai'iin (jika waktu memungkinkan)


Rasulullah saw bersabda:

,
, ,
()
"Barangsiapa melakukan shalat (fardhu berjama'ah) di masjidku
sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali shalat pun, maka
dicatat (ditetapkan) baginya bebas dari siksa neraka, bebas dari
azab, dan terhindar dari sifat munafik."(HR. Ahmad dan Thabrani
dengan sanad yang sahih)
Disunnahkan memasuki masjid Nabi saw dengan tenang, tenteram,
memakai pakaian terbaik dan memakai wangi-wangian.
4)Sunnah berdo'a ketika memasuki masjid Nabi saw.
3)

124

, , ,
, ,
, ,
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dan dengan wajahNya yang Maha Mulia, serta kekuasaan-Nya yang azali, dari godaan
syetan yang terkutuk, dengan nama Allah. Ya Allah, berikanlah
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarganya. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah
pintu-pintu rahmat untukku."
5)Sunnah pula terlebih dulu mendatangi raudhah syarifah, dan melakukan

shalat tahiyatul masjid di sana dengan khusyu' serta berdo'a.


Rasulullah saw bersabda:


( )
"Tempat yang terletak antara rumahku dan mimbarku merupakan
suatu taman dari taman-taman surge, sedangkan mimbarku di atas
kolamku."(HR. Bukhari)
Selesai shalat tahiyatul masjid hendaklah segera menuju makam
mulia, menghadap kepadanya dan membelakangi kiblat, lalu
mengucapkan salam kepadanya.
7)
Kemudian mundur ke arah kanan kira-kira satu langkah, lalu
mengucapkan salam kepada Abu Bakar ra, kemudian mundur satu
langkah lagi ke arah kanan, lalu mengucapkan salam kepada Umar
bin Khaththab ra.
8)
Kemudian menghadap kiblat, berdo'a untuk diri sendiri, keluarga,
shahabat-shahabat karib, serta untuk umumnya kaum muslimin.
9)
Hendaklah jangan mengeluarkan suara keras, kecuali cukup untuk
didengar oleh diri sendiri.
10) Hendaklah jauhi mengusap kubur dan menciumnya, termasuk pagarpagarnya. Hal ini dilarang oleh Rasulullah saw.
6)

v.

Sunnah Mengunjungi Masjid Kuba dan Shalat di Sana

,
( )
"Barangsiapa yang bersuci di rumahnya lalu berkunjung ke masjid
Kuba dan mengerjakan shalat dua rakaat maka ia akan beroleh pahala
seperti pahala 'umrah."(HR. Ahmad, Nasa-i, Ibnu Majah dan al-Hakim)

125

w.Kautamaan Kota Madinah

Rasulullah saw bersabda:


( )
"Madinah merupakan kubah Islam dan gudang iman, tanah hijrah dan
mercu suar bagi yang halal dan yang haram."(HR. Thabrani)
x.

Keutamaan Meninggal di Kota Madinah

,
)
(
"Barangsiapa di antaramu yang bisa meninggal di Madinah, maka
(baik sekali) meninggal di sana. Karena barangsiapa yang meninggal
di sana, niscaya aku menjadi saksi atau memberi syafa'at pada hari
kiamat." (HR. Thabrani)
y.

Hikmah Ibadah haji


1) Ibadah haji dapat mempertebal iman.
2) Ibadah haji merupakan ibadah yang dapat mempertinggi kesehatan,
baik jasmani maupun rohani.
3) Ibadah haji dapat menanamkan semangat hidup, sikap optimis, serta
sikap sabar dan tabah.
4) Ibadah haji merupakan sarana silaturrahim dan taaruf tingkat
internasional.
5) Ibadah haji dapat menanamkan sikap persamaan, tasamuh (toleran)
dan saling menghormati dan menghargai antar sesama umat Islam.
6) Ibadah haji dapat menghilangkan fanatisme suku dan golongan serta
dapat memperkokoh ukhwah Islamiyah antar sesama umat Islam di
muka bumi ini.

VI. Muaamalat
1. Munakahat
Munakahat artinya pernikahan/perkawinan. Munakahat berasal dari kata nikah
yang mengandung arti menghimpun atau mengumpulkan. Nikah adalah suatu
jalan untuk menyalurkan naluri seksual suami-istri yang diridhai Allah SWT.
Naluri seksual adalah fitrah manusia, oleh karena itu Islam menjamin

126

penyalurannya tetapi dengan cara nikah. Mengapa? Karena Islam memuliakan


manusia, menghendaki kesehatan, keturunan yang baik dan kemaslahatan hidup.
Nikah atau perkawinan dengan demikian dapat didefinisikan sebagtai berikut:
ialah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dengan perempuan
yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara
keduanya.(Supriadi dkk, hal. 183).
Nikah merupakan suatu ibadah ghairu mahdhah yang dianjurkan Allah SWT.
Firman-Nya:
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha mengetahui.(QS. An-Nuur/24:32).
Keutamaan Nikah
1. Nikah perbuatan mulia yang diridhai Allah dan berpahala.
Rasulullah saw bersabda: "Bagi kamu menyanggamai isterimu adalah
berpahala." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulallah, apakah seseorang di
antara kita yang menyalurkan syahmatnya (kepada isterinya) mendapat
pahala?" Jawab Nabi: "Bagaimana pendapatmu jika menyalurkan
syahwatnya di tempat yang haram, apakah ia berdoa? Begitulah jika
menyalurkannya pada tempat yang halal, maka ia mendapat pahala." (HR.
Muslim).
2. Nikah adalah sunnah para Nabi.
Rasulullah saw bersabda:
"Empat perkara yang merupakan sunnah para Nabi: (Yakni) celak, wangiwangian, siwak dan nikah."(HR. Turmuzi dari Abu Ayyub)
3. Nikah adalah menjaga kesucian.
Rasulullah saw bersabda:
"Wahai para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu maka
nikahlah! Karena nikah itu menundukkan pandangan dan menjaga faraj
(kemaluan). Dan barang siapa yang belum mampu maka berpuasalah,
karena puasa itu perisai baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Prinsip Pernikahan dalam Islam
1. Permudah nikah, persulit cerai.

127

2. Suka sama suka atau saling mencintai melalui tata aturan pergaulan yang
Islami (QS. 30:21/QS.24:30-31).
3. Satu akidah, yakni akidah Islam (QS. 2: 221).
4. Nikah merupakan kebutuhan fitrah manusia (QS.30:30), maka Islam
menganjurkan nikah, tetapi melarang berzina karena perzinaan merupakan
perbuatan keji dan merupakan jalan yang buruk yang kelak akan membawa
kepada penyakit serta musibah-musibah lain (QS.17:32).
5. Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.
6. Islam menganut garis keturunan ayah dan menjaga kemaslahatan hidup,
oleh karenanya Islam melarang poliandri bagi wanita dan membolehkan
poligami bagi laki-laki dengan aturan ketat dan terbatas (QS. 4: 3).
Hukum Nikah
Pada dasarnya nash/dalil menyatakan bahwa nikah itu hukumnya sunnah. Tetapi
para ulama fikih melihat dari keadaan, baik secara lahir maupun batin, membagi
hukum perkawinan itu kepada lima, yakni:
1. Wajib, apabila seseorang telah mempunyai kemampuan dan merasa
khawatir akan terjerumus ke lembah maksiat/zina.
2. Sunnah, bagi seseorang yang telah mempuyai kemampuan tetapi ia tidak
khawatir akan terjerumus ke dalam perbuatan zina.
3. Haram, bagi seseorang yang menikahi wanita hanya untuk merusak,
menimbulkan madrarat dan mengakibatkan timbulnya bencana keluarga.
4. Makruh, bagi seseorang yang belum mampu tetapi khawatir terjerumus ke
dalam maksiat.
5. Mubah, bagi seseorang yang tidak ada keinginan nikah tetapi dipandang
perlu menikah. Seperti seorang duda yang sudah andropouse ingin menikahi
janda yang sudah menopause dalam rangka menolong dan melindungi janda
tersebut, atau ingin sebagai teman hidup.
Perempuan Yang Haram Dinikahi
1. Haram selamanya:
Seketurunan darah yang muhrim.
Seketurunan sepersusuan.
Seketurunan perkawinan, seperti mertua.
2. Haram Sementara:

Berbeda Agama hingga masuk Islam (QS. 2: 221).


Masih bersuami yang sah.
Sudah/sedang beristeri empat.
Masih dalam 'iddah.
Masih dalam pinangan orang lain.

128

Sedang melaksanakan ihram.


Saudari dari isteri (selama isteri masih hidup).
Telah jatuh thalaq tiga bagi suami yang bersangkutan.
(Supriadi dkk, hal. 186).

Tuntunan Pra-Nikah:
1. Ta'arruf, mengenal calon isteri/suami dengan cara yang baik.
Rasulullah saw bersabda: "Jika seseorang di antara kalian mau meminang
seseorang perempuan, jika bisa hendaklah lihat lebih dahulu apa yang
menjadi daya tarikmu untuk menikahinya, maka hendaklah dilakukan!"(HR.
Abu Daud)
2. Musyawarah dan mohon saran-pendapat.
3. Istikharah, shalat dan memohon kepada Allah untuk ketetapan hati.
4. Meminang/khithbah.
Syarat dan Rukun Nikah
1. Adanya calon kedua mempelai yang telah memenuhi syarat sesuai ketentuan
hukum Islam.
2. Dua orang saksi yang telah memenuhi syarat.
3. Wali yang sah sesuai hukum Islam.
4. Mahar/maskawin.
5. Ijab dan qabul.
Hak dan Kewajiban Suami-Isteri
1. Kewajiban suami (hak isteri), antara lain:
Memimpin dan mendidik,
Memberi nafkah (lahir dan batin),
Bersikap dan bergaul dengan cara yang baik (ma'ruf),
Memberikan/membayarkan maskawinnya dll.
2. Kewajiban isteri (hak suami) antara lain:
Bersikap dan berpenampilan yang menyenangkan suami,
Taat kepada suami selama perintah suami tidak bertentangan dengan alQu`ran dan as-Sunnah,
Menjaga diri dan harta suami, mendukung perjuangan suami yang
diridhai Allah, menyusui,
Menjaga dan membimbing anak dll.
3. Kewajiban bersama suami-isteri, antara lain:
Menjaga rahasia rumah tangga,
Membina generasi yang shaleh/shalehah,
Saling mengerti, memperbaiki dan menutupi kekurangan masingmasing,

129

Menjaga silaturrahiim dengan keluarga dan masyarakat,


Mencari dan membelanjakan harta secara halal dan baik.
Hikmah Perkawinan
1. Untuk menjalin kasih dan sayang (QS.30:21).
2. Ketenangan lahir-batin (QS. 30:21).
3. Untuk menjaga kesucian.
Rasulullah saw bersabda:
"Wahai para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu maka
nikahlah! Karena nikah itu menundukkan pandangan dan menjaga faraj
(kemaluan). Dan barang siapa yang belum mampu maka berpuasalah,
karena puasa itu perisai baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Untuk menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar (QS. 4:19).
5. Menyalurkan naluri kebapakan dan keibuan. Artinya dua orang lain jenis
yang telah menikah secara alami ketika mempunyai anak, maka akan
tumbuh jiwa kebapakan bagi pria dan jiwa keibuan bagi wanita.
6. Memupuk rasa tanggung jawab untuk membangun rumah tangga yang
bahagia.
7. Membangun silaturrahiim antar unit keluarga dan masyarakat (QS. 4: 1).
8. Membangun generasi atau melanjutkan keturunan yang baik (QS. 16:72).
9. Tolong-menolong dalam kebaikan (QS. 9:71).
10. Membuka pintu rizki (QS. 24:32).
11. Salah satu jalan untuk dawah dan tarbiyah (QS. 66:6)
12. Memperpanjang usia.
Hasil penelitian PBB pada tahun 1958 menunjukkan bahwa pasangan suami
isteri mempunyai kemungkinan lebih panjang umurnya daripada orangorang yang tidak menikah selama hidupnya. (Ensiklopedi Hukum Islam 4,
hal. 1330).
Thalaq dan Rujuk
Talak dari bahasa Arab, yakni ath-Thalaq (( mengandung arti
melepaskan dan meninggalkan suatu ikatan. Selain talak juga digunakan istilah
cerai (perceraian). Talak menurut Mazhab Syafi'i ialah pelepasan akad nikah
dengan lafal talak atau yang semakna dengan itu. Sedangkan menurut ulama
Mazhab Hanafi dan Hanbali ialah pelepasan ikatan perkawinan secara langsung
atau untuk masa yang akan datang dengan lafal khusus (Ensiklopedi Hukum
Islam 5:1776-1777). Yang dimaksud dengan "masa yang akan datang" ialah
bahwa hukum talak itu belum berlaku seluruhnya, tetapi tertunda oleh sesuatu
hal, seperti masa iddah.
Dasar Hukum Talak
Dasar hukum yang membolehkan talak antara lain ialah firman Allah sebagai
berikut:

130

"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim."(QS. AlBaqarah/2:229)

"Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu


ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar)[1481] dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah
Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah
mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang
terang[1482]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah
berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali
Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru."(QS. Ath-Thalaq/65:1)
Rasulullah saw bersabda:
"Pekerjaan halal yang paling dibenci Allah adalah talak."(HR. Abu Daud, alHakim dan Ibnu Majah dari Abdullah ibnu 'Umar)
Hukum Talak
Hukum talak menurut fikih ada lima: Pertama, wajib, apabila sudah tidak ada
jalan lain untuk mendamaikan suami isteri kecuali talak. Kedua, sunnah, apabila
isteri tidak patuh terhadap hukum-hukum Allah dan tidak melaksanakan
kewajibannya, baik ia sebagai hamba Allah maupun sebagai isteri. Ketiga,
haram, jika isteri dalam keadaan haidh dan nifas. Keempat makruh apabila
menjatuhkan talak tanpa alasan yang bisa dibenarkan Agama. Dan kelima,
mubah, apabila ada alasan tertentu, misalnya akhlaknya tidak baik,
pelayanannya terhadap suami tidak baik, atau hal-hal lain yang menjadikan
tujuan utama perkawinan tidak tercapai.
Yang Berhak Menjatuhkan Talak
Islam menentukan bahwa yang berhak menjatuhkan talak itu adalah suami
karena dialah yang bertanggung jawab penuh terhadap rumah tangga, baik yang
berkaitan dengan masalah nafkah, tempat tinggal dan menaggung seluruh
keperluan rumah tangga.

131

Menurut fikih ada dua hal yang menyebabkan hak cerai ada pada suami:
Pertama, wanita sangat mudah dipengaruhi emosi dalam menghadapi berbagai
kemelut, termasuk kemelut rumah tangga. Dan kedua, perceraian itu banyak
menimbulkan risiko, termasuk risiko materi, seperti nafkah isteri selama dalam
masa iddah, pemberian terhadap isteri yang ditalak apabila belum dicampuri.
Meskipun demikian, apabila seorang suami tidak bertanggung jawab terhadap
isteri, isteri boleh meminta cerai kepada suami melalui jalan khulu', walau hak
cerai tetap ada pada suami. Apabila suami tidak mau menceraikannya dan
alasan isteri meminta cerai bisa diterima pengadilan, maka pengadilanlah yang
akan menjatuhkannya.
Rukun dan Syarat Talak
Menurut Ulama Mazhab Maliki, Syafi'i dan Hanbali rukun dan syarat talak itu
ada empat: Pertama, suami yang menjatuhkan talak, kedua, isteri yang ditalak,
ketiga, ada kehendak menjatuhkan talak, dan keempat, ungkapan yang
digunakan dalam talak (Ensiklopedi Hukum Islam 5:1778).
Tetapi sekalipun suami tidak mau menjatuhkan talak, apabila seorang isteri
mengajukan gugatan ke Pengadilan dan pengajuan itu dikabulkan oleh pihak
Pengadilan, dan kalau dibiarkan akan membawa madharat yang lebih banyak,
maka Pihak Pengadilan mempunyai hak menjatuhkannya.
Macam-Macam Talak
Ulama fikih membagi talak itu dibagi dua, yaitu dari segi cara menjatuhkannya
dan dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali dengan mantan isteri.
Yang pertama dari cara menjatuhkannya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu
talak sunni dan bid'i. Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan suami sesuai
dengan ketentuan syari'at Islam, yaitu; 1) mentalak isteri harus secara bertahap
(talak satu, dua dan tiga) dan diselingi rujuk, 2) isteri yang ditalak dalam
keadaan suci dan belum digauli, dan 3) isteri tersebut telah nyata-nyata dalam
keadaan hamil. Hal ini sejalan dengan firman Allah surat al-Baqarah/2 ayat 229230 dan surat at-Thalaq/65 ayat 1.
Sedangkan talak bid'i ialah talak yang dijatuhkan oleh suami tidak sesuai
dengan ketentuan syari'at Islam, yaitu; 1) mantalak isteri dengan talak tiga
sekaligus, 2) mentalak isteri dalam keadaan haidh dan nifas, dan 3) mentalak
isteri yang dalam keadaan suci tetapi telah digauli sebelumnya, padahal
kehamilannya belum jelas.
Jika dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali, ada dua yaitu talak
raj'i dan talak ba'in. Talak raj'i ialah talak satu dan talak dua kepada isteri yang

132

telah digauli tanpa ganti rugi. Dalam hal ini suaminya masih berhak untuk rujuk
kembali tanpa akad nikah dan mahar baru selama rujuknya masih dalam masa
iddah.
Adapun talak ba`in adalah talak yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada
isterinya dimana suami masih berhak kembali lagi melalui akad dan mahar baru.
Talak ba`in menurut ulama fikih ada dua, yaitu ba`in sughra dan ba`in kubra.
Talak ba`in sughra adalah talak raj'i yang telah dijatuhkan dan habis masa
iddahnya, sehingga jika suami hendak rujuk kembali wajib melakukan akad
baru dan mahar baru.
Talak ba`in kubra adalah talak yang dijatuhkan suami untuk ketiga kalinya.
Dalam talak ba`in kubra ini seorang mantan suaminya tidak boleh rujuk kembali
dengan mantan isterinya, kecuali mantan isterinya itu telah menikah lagi dengan
pria lain atas dasar kemauannya, tetapi kemudian bercerai karena tidak cocok
(Ensiklopedi Hukum Islam 5:1783-1784). Hal ini berdasarkan firman Allah
SWT: "Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang
lain..."(QS. Al-Baqarah/2: 230)
'Iddah
'Iddah dari kata 'adad, artinya menghitung. Maksudnya ialah masa menunggu
bagi wanita untuk melakukan perkawinan setelah terjadinya perceraian, baik
cerai mati maupun cerai hidup (Ensiklopedi Hukum Islam 2:637). Dasar hukum
'iddah adalah firman Allah surat al-Baqarah ayat 228 dan 234.
Hikmahnya ialah: Pertama, untuk mengetahui bersihnya rahim seorang
perempuan, sehingga tidak tercampur antara keturunan seseorang dengan yang
lain. Kedua, memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak suami-isteri
yang bercerai (yakni cerai/talak raj'i) untuk berpikir, merenung dan
mempertimbangkan lebih dalam lagi tentang baik buruknya berpisah, sehingga
apakah berpisah tetap diteruskan atau rujuk kembali. Jika kedua belah pihak
menyesali dan merasa lebih baik kembali, maka mereka dapat rujuk kembali
tanpa harus melakukan akad nikah lagi. Dan ketiga, untuk menunjukkan bahwa
Islam sesungguhnya tidak menghendaki adanya perceraian, karena perceraian
itu dapat berpengaruh buruk terhadap hubungan keluarga kedua belah pihak dan
terhadap masa depan anak-anak. Maka dengan adanya 'iddah (yakni bagi 'iddah
talak raj'i) dimungkinkan keutuhan rumah tangga dapat dibangun kembali.
Macam-Macam 'Iddah
1. 'Iddah bagi isteri yang berhaidh ialah tiga kali suci (QS. Al-Baqarah/2:228)
2. 'Iddah bagi isteri yang tidak berhaidh ialah tiga bulan (QS. Ath-Thalaq/65:4)
3. 'Iddah bagi isteri yang kematian suami ialah empat bulan sepuluh hari (QS.
Al-Baqarah/2:234)

133

4. 'Iddah bagi isteri yang hamil ialah sampai ia melahirkan (QS. AthThalaq/65:4).
Rujuk
Kata rujuk dari bahasaArab ( )artinya kembali. Rujuk dalam perkawinan
adalah mengambil kembali isteri yang telah ditalak raj'i dan masih dalam
keadaan masa 'iddah.
Dasar hukum rujuk ialah firman Allah: "Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. AlBaqarah/2:228)
Syarat Rujuk
Rujuk itu dapat dilakukan apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Suami yang melakukan rujuk ialah orang yang berakal, atas dasar kesadaran
sendiri dan tidak murtad.
2. Rujuk harus dinyatakan dengan ungkapan yang jelas atau sindiran yang bisa
dipahami maksudnya.
3. Isteri yang mau dirujuk ialah isteri yang masih dalam masa 'iddah.
4. Rujuk itu sendiri harus dilakukan secara langsung dan ucapan rujuk tersebut
bebas dari segala macam prasyarat. Misalnya "saya rujuk kamu kalau kamu
suka," dan ucapan syarat-syarat lain. (Ensiklopedi Hukum Islam 5:15091510).
Rukun Rujuk
Rujuk mempunyai rukun. Menurut Mazhab Hanafi rukun rujuk ada dua yakni
sighah (pernyataan keinginan kembali dari suami) dan perbuatan yang
menunjukkan keinginan tersebut. Sedangkan menurut Mazhab Syafi'i ialah
sighah dan suami yang akan rujuk (Ensiklopedi Hukum Islam 5:1509).
Kalau kita tinjau lebih dalam sesungguhnya rukun-rukun yang dinyatakan kedua
Mazhab tersebut adalah sangat penting. Yakni sighah, perbuatan yang
menunjukkan keinginan tersebut dan suami yang akan rujuk. Tanpa tiga pilar ini
rujuk tidak akan terjadi. Oleh karena itu rukun sebenarnya ialah tiga hal
tersebut.
2.

Ilmu Waris (Faraidh)

134

a. Defini Ilmu Faraidh/Waris


Faraidh adalah jamak dari faridhah yang berasal dari fardh artinya ketentuan
(Fikih Sunnah/14:235). Ilmu Faraidh adalah ilmu yang membahas masalah
pembagian harta warisan; disebut juga dengan ilmu waris (Ensiklopedi
Hukum Islam/1: 307).
b. Keutamaan Ilmu Faraidh
Ilmu Faraidh (Waris) termasuk ilmu yang paling utama dalam Islam dan wajib
dipelajarinya. Sebab dengan mengetahui ilmu waris tersebut, seorang Muslim
mampu membagi harta warisan sesuai dengan hukum Islam sehingga
diaharapkan keluarganya jauh dari perpecahan yang disebabkan karena
masalah warisan. Selain itu dengan menguasai ilmu waris dan
mengamalkannya maka ilmu tersebut tidak akan lenyap.
Dalil-dalil yang berkenaan dengan ilmu waris adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah SAW bersabda:
"Pelajarilah al-Quran dan ajarkanlah kepada manusia. Pelajarilah
faraidh dan ajarkanlah kepada manusia. Karena aku adalah orang yang
akan mati, sedang ilmu pun bakal diangkat. Hampir saja dua orang
berselisih tentang pembagian warisan dan masalahnya tidak menemukan
seseorang yang memberitahukannya kepada keduanya."(HR. Ahmad dari
Ibnu Mas'ud).
2. Rasulullah SAW bersabda:
"Ilmu itu ada tiga macam, dan selain dari yang tiga itu adalah tambahan:
(Yaitu) ayat yang jelas, sunnah yang terang dari Nabi, dan ilmu waris
yang adil."(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abdullah bin 'Amr).
3. Rasulullah SAW bersabda:
"Pelajarilah ilmu waris dan ajarkanlah kepada manusia, karena ilmu
waris adalah separoh dari ilmu dan akan dilupakan. Ilmu warislah yang
pertama kali dicabut dari umatku." (HR. Ibnu Majah dan ad-Daruquthni
dari Abu Hurairah).
c. Hukum Pembagian Waris/Faraidh
Pembagian hukum waris berdasarkan al-Quran, hadis dan ijmak ulama adalah
wajib, sehingga mendapat pahala surga bagi yang mengamalkannya dan

135

sebaliknya berdosa dan mendapat ancaman siksa neraka bagi yang tidak
mengamalkannya.
Dalil yang berkaitan dengan hukum pembagian waris ialah: Surat an-Nisaa'
(4) ayat 7,8,11, 12, 33 dan surat al-Anfaal (8) ayat 72 dan 75, dan surat alAhzaab (33) ayat 6.
Hadis-hadis yang berkenaan dengan pembagian waris antara lain:
Sabda Rasulullah SAW:
"Berikan bagian harta warisan kepada yang berhak menerimanya. Sisa dari
harta peninggalan tersebut diberikan kepada laki-laki yang paling dekat
(hubungan darahnya) kepada orang yang meninggal."(HR. Bukhari dan
Muslim).
"Saudara ibu menjadi ahli waris bagi orang yang tidak mempunyai ahli
waris." (HR. Ahmad bin Hanbal).
"Allah dan Rasul-Nya wali bagi orang-orang yang tidak ada walinya.
Saudara laki-laki ibu adalah ahli waris bagi orang yang tidak ada ahli
warisnya."(HR. Ahmad bin Hanbal).
Masih banyak lagi hadis-hadis yang berkenaan dengan hukum pembagian
waris. Adapun ijmak ulama adalah kesepakatan para ulama tentang kewajiban
membagi hukum waris sesuai dengan al-Quran dan hadis.
Dalil yang berkenaan dengan ancaman siksa adalah firman Allah SWT:
"(Pembagian waris) itulah had-had (ketentuan-ketentuan) Allah. Barangsiapa
yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka Dia akan memasukkannya ke
dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal
di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Barangsiapa yang durhaka
kepada Allah dan Rasul-Nya serta melampaui had-had-Nya, maka Dia akan
memasukkannya ke dalam neraka, sedang mereka kekal di dalamnya, dan
baginya azab yang hina."(QS. An-Nisaa'/4: 13-14).
d. Rukun dan Syarat Pewarisan
1) Harta benda yang ditinggalkan (maurus).
2) Orang yang meninggal dunia (muwarris).
3) Orang yang akan mewarisi (ahli waris).
Sedangkan syaratnya adalah:

136

1) Meninggalnya muwarris.
2) Hidupnya ahli waris ketika muwarris meninggal.
3) Tidak adanya penghalang untuk saling mewarisi.
e. Sebab-Sebab Memperoleh Warisan
1) Hubungan keturunan yang sah (nasab shahih). (QS. 8: 75).
2) Hubungan perkawinan yang sah. (QS. 4: 12).
3) Memerdekakan hamba sahaya (al-wala').
Sabda Nabi SAW:
"Wala' itu adalah seperti kekerabatan karena nasab."(HR. Ibnu Hibban
dan al-Hakim).
f. Kapan Harta Warisan Dibagikan?
Harta warisan bisa dibagikan kepada ahli warisnya apabila telah dipenuhi hakhaknya terlebih dulu.
1)
Untuk biaya pengurusan jenazah dan penguburan.
2)
Untuk menyelesaikan hutangnya bila meninggalkan hutang.
3) Untuk menunaikan wasiatnya bila si mayyit berwasiat. Wasiat harta tidak
boleh lebih dari sepertiga harta.
g. Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta warisan dari
orang yang meninggal (mayyit). Jumlahnya ada 29, yaitu: 1) Anak laki-laki
seorang atau lebih, 2) anak perempuan seorang, 3) anak perempuan dua orang
atau lebih, 4) cucu laki-laki (anak dari anak laki-laki) seorang atau lebih, 5)
cucu perempuan (anak dari anak laki-laki) seorang, 6) cucu perempuan (anak
dari anak laki-laki) dua orang atau lebih, 7) suami, 8) isteri seorang atau lebih,
9) Bapak, 10) kakek (ayah dari bapak), 11) Ibu, 12) nenek (ibu dari ibu), 13)
nenek (ibu dari ayah), 14) saudara laki-laki kandung seorang, 15) saudara
laki-laki kandung dua orang atau lebih, 16) saudara perempuan kandung
seorang, 17) saudara perempuan kandung dua orang atau lebih, 18) saudara
laki-laki seayah - seorang, 19) saudara laki-laki seayah - dua orang atau lebih,
20) saudara perempuan seayah - seorang, 21) saudara perempuan seayah - dua
orang atau lebih, 22) saudara laki-laki atau perempuan seibu - seorang, 23)
saudara laki-laki atau perempuan seibu - dua orang atau lebih, 24) keponakan
laki-laki kandung ( anak dari saudara laki-laki kandung) seorang atau lebih,
25) keponakan laki-laki seayah ( anak dari saudara laki-laki seayah) seorang
atau lebih, 26) paman kandung ( saudara kandung dari ayah) seorang atau
lebih, 27) paman seayah ( saudara seayah dari bapak), 28) sepupu laki-laki

137

(anak paman kandung) seorang atau lebih, 29) sepupu laki-laki (anak dari
paman seayah) seorang atau lebih.(Tafsir Al-Azhar, Jilid 4).
h. Bagian Ahli Waris
Dalam pembagian warisan dibedakan menjadi dua, yaitu ahli waris dan famili.
Ahli waris adalah anggota keluarga yang berhak mendapatkan warisan,
sedangkan famili adalah keluarga yang tidak mendapatkan warisan. Bagian
ahli waris juga ada dua, yaitu ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan,
yakni: 1/2 , 1/4 , 1/8 , 2/3 , 1/3 , dan 1/6. Dan ahli waris yang bagiannya belum
ditentukan. Mereka mendapat sisa atau semua warisan ('ashabah), atau mereka
bersekutu dengan perempuan ('ashabah ma'al ghair) dengan ketentuan 2 : 1.
(Fikih Sunnah). Adapun pembagian secara rinci terlampir.
Contoh Pembagian:
Seseorang wafat meninggalkan ayah, isteri, dua anak laki-laki, dua saudara
kandung dan paman kandung. Pembagiannaya:
Ayah
: 1/6
Isteri
: 1/8
Dua anak-laki
: Sisa warisan ('ashabah).
Dua sauadara kandung : Tidak mendapat warisan.
Paman Kandung
: Tidak mendapat warisan.
Seseorang mati meninggalkan kakek dari ayah, ibu, suami, dua anak
perempuan, dua saudara laki-laki kandung dan paman kandung.
Pembagaiannya:
Kakek dari ayah
: 1/6
Ibu
: 1/6
Suami
: 1/4
Dua anak kandung perempuan : 2/3
Dua saudara laki2 kandung
: Sisa ('ashabah).
Paman kandung
: Tidak dapat warisan.
i. Beberapa Kasus
1) Anak di luar nikah: Menurut Mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'I dan Hanbali
anak lahir diluar nikah hanya dapat mewarisi dari ibu dan kerabat ibu.
Karena secara syar'i hanya memiliki nasab kepada pihak ibunya.
2) Anak dalam kandungan. Memiliki kemungkinan mendapat warisan. a)
Bila anak tersebut sudah berwujud dalam rahim ibunya ketika orang yang
mewariskan meninggal dunia. b) anak tersebut hidup ketika lahir.
j. Penghalang-Penghalang

138

Dalam pembagian ahli waris ada beberapa penghalang yang menjadikan harta
warisan tidak bisa diberikan:
1) Perbudakan.
2)
Pembunuhan dengan sengaja yang diharamkan. Karena sabda Nabi
SAW:
"Orang yang membunuh itu tidak mendapatkan warisan sedikitpun."(HR.
Nasai).
3)

Berlainan Agama. Karena sabda Nabi SAW:


"Seorang Muslim tidak bisa mewarisi dari seorang kafir, dan seorang
kafirpun tidak bisa mewarisi dari seorang Muslim."(Riwayat dari
Usamah bin Zaid).
Tetapi menurut riwayat Mu'adz, Mu'awiyah, Ibnul Musayyab, Masruq
dan Nakha'i menjelaskan bahwa sesungguhnya seorang Muslim itu
mewarisi dari orang kafir, namun tidak sebaliknya (Fikih Sunnah/14:
241-242).

k. Mengapa Hukum Waris Wajib Dilakukan?


1) Karena masalah harta warisan adalah masalah yang sangat sensitif, mudah
memunculkan konflik dalam keluarga. Banyak terjadi percekcokan,
perkelahian, bunuh membunuh dalam keluarga serta terputusnya
silaturrahim yang disebabkan masalah pembagian warisan yang tidak adil.
2) Pembagian warisan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya adalah paling
adil, proporsional dan maslahat. Mengapa? Karena Dia yang menciptakan
kehidupan manusia, maka Dia yang Maha Tahu bagaimana baiknya
kehidupan keluarga, khususnya pembagian harta pusaka dalam keluarga.
3) Apa yang Allah ajarkan kepada hamba-Nya, adalah yang terbaik bagi
hamba-Nya. Karena Dia Maha Penyayang dan menghendaki kebaikan
kepada hamba-Nya.
4) Sebagai bukti iman kepada Allah. Yakni taat menjalankan perintah Allah
(QS. Al-Baqarah/2: 285).
3

Jarimah/Jinayah
Jarimah berasal dari bahasa Arab ( ) yang mengandung arti delik atau
tindak pidana. Jarimah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara' (syari'at) dan
pelakunya diancam oleh Allah SWT dengan hukuman hadd (ditentukan
hukumnya) dan ta'zir (pelanggaran yang jenis dan bentuk hukumannya tidak

139

ditentukan oleh syara', tetapi diserahkan kepada hakim/penguasa). Dalam istilah


lain disebut Jinayah ( ) artinya juga sama, yaitu tindak kejahatan.
Yang dimaksud dengan larangan syara' ialah melakukan perbuatan yang dilarang
dan diancam hukuman oleh syara', atau meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan oleh syara' dan diancam dengan hukuman bagi yang meninggalkan
perintah (Ensiklopedi Hukum Islam 3: 806)
Unsur-Unsur Jarimah
Ulama fikih mengemukakan beberapa unsur yang harus terdapat dalam suatu
tindak pidana sehingga perbuatan itu dapat dikategorikan dalam perbuatan
jarimah. Unsur-unsur dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Ada nash yang melarang perbuatan tersebut dan ancaman hukuman bagi
pelakunya.
b. Tingkah laku yang membentuk perbuatan jarimah, baik perbuatan yang
melanggar larangan syara' (seperti mencuri) maupun tidak melakukan
perbuatan yang diperintahkan oleh syara' (seperti tidak melaksanakan shalat).
c. Pelaku jarimah, yakni seseorang yang telah mukallaf atau orang yang telah
bisa diminta pertanggungjawabannya secara hukum.
Pembagian Jarimah
Menurut ulama fikih, jarimah bisa dibagi kepada beberapa bagian berdasarkan
beberapa segi. Yakni segi berat ringannya, niatnya, cara mengerjakannya,
korbannya, dan dari segi tabi'atnya.
a. Dari segi berat ringannya, maka jarimah dibagi kepada tiga bentuk: Pertama,
Jarimah Hudud. Yakni segala tindak pidana yang telah ditentukan bentuk,
jumlah dan ukuran hukumannya dan ini merupakan hak Allah SWT. Artinya
bentuk, jumlah dan ukuran hukumannya telah ditentukan langsung oleh Allah
dan Rasul-Nya dalam al-Qur`an dan al-Hadits.
Menurut kesepakatan ulama fikih ada tujuh macam jarimah hudud, yakni
zina, qazf (menuduh orang berbuat zina), pencurian, perampokan, minumminuman keras, murtad, dan pemberontakan.
Kedua, Jarimah Qishash/Diat. Ialah tindak pidana yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap jiwa atau anggota tubuh seseorang. Jika pelanggaran
terhadap jiwa dilakukan secara sengaja seperti membunuh atau
menghilangkan salah satu anggota tubuhnya, maka berlaku baginya qishash,
yakni dihukum yang setimpal (QS. Al-Baqarah/2: 178-179). Tetapi jika
pelanggaran dilakukan secara tidak sengaja, maka baginya dikenakan
diat/denda (QS. An-Nisaa/4:92).

140

Dan ketiga, Jarimah Ta'zir. Ialah tindakan edukatif terhadap pelaku


perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd dan kafaratnya. Jarimah ta'zir
kepastian hukumnya belum ditentukan oleh syari'at, oleh karena itu bentuk
hukumannya diserahkan kepada hakim (Fikih Sunnah/10:150-151). Seperti
sogok-menyogok, korupsi, berbuat curang dalam menentukan hukuman,
menjadi saksi palsu, mengkhianati amanah dan bentuk-bentuk perbuatan dosa
lain yang ketentuan hukumnya ditentukan oleh hakim.
b. Dari segi niat pelakunya. Jika dilihat dari segi niat pelakunya, maka jarimah
dibagi kepada dua, yaitu Jarimah Yang Disengaja dan Jarimah Tidak
Disengaja. Jarimah yang disengaja ialah secara nyata seseorang melakukan
tindak pidana dan ia mengetahui bahwa tindak pidana tersebut dilarang
(diharamkan) dan pelakunya diancam dengan hukuman. Sedangkan jarimah
yang tidak disengaja ialah seseorang yang melakukan tindak pidana karena
tidak disengaja atau tidak ada niat samasekali melakukan tindak pidana
tersebut (Ensiklopedi Hukum Islam 3: 808). Misalnya seorang polisi berusaha
menembak penjahat, tetapi nyasar mengenai warga dan wafat, atau seseorang
pekerja bangunan memasang batu di atas, tiba-tiba lepas menimpa seseorang
dibawah dan tewas. Perbuatan pidana tidak sengaja terkena hukuman diat
atau denda.
c. Dari segi cara melakukannya. Jika dilihat dari segi cara melakukannya, maka
jarimah terbagi menjadi dua, yaitu Jarimah al- Ijabiyah dan as-Salabiyah.
Jarimah al-ijabiyah ialah melakukan perbuatan yang dilarang, seperti
membunuh, merampok, memperkosa dan lain-lain. Sedangkan jarimah assalabiyah ialah tidak mau melaksanakan perintah, seperti seorang hakim tidak
mau memutuskan perkara yang sudah jelas perkaranya, kengganan seorang
saksi kunci untuk mengungkapkan kesaksiannya, tidak mau membayar zakat
dan lain-lain (Ensiklopedi Hukum Islam 3: 808-809).
d. Dari segi korban. Jika dilihat dari segi korban, jarimah ada dua, yaitu Tindak
Pidana Hak Perseorangan dan Tindak Pidana Hak Syara'. Tindak pidana
hak perseorangan ialah tindak pidana yang pensyari'atan hukumannya untuk
menjamin pribadi seseorang. Apabila tindak pidananya berupa qisas/diat,
maka korbannya atau ahli warisnya bisa menuntut hukum qisas atau diat, atau
berhak memaafkannya. Apabila tindak pidana hak perseorangannya berupa
ta'zir, maka pihak korban atau ahli warisnya juga boleh memaafkan.
Adapun tindak pidana hak syara' ialah tindak pidana hudud yang secara syar'i
sudah ditentukan bentuk hukumannya. Tindak pidana hudud jika perkaranya
sudah di tangan hakim (pengadilan) maka wajib dilaksanakan dan tidak bisa
digugurkan. Seperti kasus pencurian, perzinaan, perampokan, minuman
keras, murtad dan lain-lain.
e. Dari segi tabi'atnya. Jika dilihat dari segi tabi'atnya, jarima juga dibagi dua,
yaitu tindak pidana biasa dan tindak pidana politik. Tindak pidana biasa ialah

141

tindak pidana yang tidak terkait dengan persoalan politik. Kebanyakan tindak
pidana yang terjadi adalah tindak pidana biasa. Sedangkan tindak pidana
politik ialah tindak pidana yang terkait dengan persoalan politik, seperti
tindakan makar untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah, atau
pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Hukuman bagi tindakan
makar, adalah diputuskan hakim berdasarkan berat-ringannya perbuatan yang
dilakukannya, sedangkan hukuman bagi pemberontak adalah diperangi.
Jenis dan Bentuk Pidana
a. Pidana Hudud
1) Hadd Zina.
Hukuman bagi pelaku zina ada dua; yang pertama pelakunya adalah
masih perawan atau jejaka. Jika perawan atau jejaka melakukan zina,
maka hukuman baginya adalah didera 100 kali dera dan isolasi.
Sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT"
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman."(QS. An-Nuur/24: 2)
Yang kedua, jika yang melakukan seorang janda, duda atau telah
beristeri/bersuami (disebut muchshon) maka hukumannya dirajam sampai
mati. Hal ini di antaranya berdasarkan hadits yang disepakati
kebenarannya oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw
memerintahkan kepada para shahabat supaya melaksanakan hukum rajam
kepada pelaku zina muchshon.
2) Qazf (menuduh zina). Menuduh zina kepada orang baik, jika tidak bisa
mendatangkan empat orang saksi, hendaklah si penuduh itu didera
delapan puluh kali dera, dan tidak boleh lagi diterima kesaksiannya. Hal
ini berdasarkan firman Allah:
"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orangorang yang fasik."(QS. An-Nuur/24:4)
3) Hadd Mencuri. Had mencuri dalam Islam adalah dipotong tangannya.
Sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

142

"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."(QS. Al-Maidah/5:38)
4) Hadd Peminum Khamar. Peminum khamar dalam hokum Islam ialah
didera hingga 40 kali dera. Berdasarkan Hadits dari Ali ra yang
menceritakan bahwa: "Rasulullah saw menghukum dengan 40 kali dera
(pukulan), Abu Bakar juga menghukum dengan 40 kali dera, tetapi Umar
ra menghukum dengan 80 kali dera. Hukuman ini kata Ali lebih aku
sukai."(HR. Muslim).
5) Hadd Murtad. Orang-orang yang murtad setelah masuk Islam, jika
jumlahnya besar dan melawan, maka mereka diperangi, sebagaimana
yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar. Tetapi jika yang murtad
perseorangan, maka ia dihukum mati. Sebagaimana sabda Nabi saw:
"Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia."(HR.
Bukhari dan Muslim).
6) Hadd Hirabah. Hirabah adalah orang-orang yang melakukan kerusuhan
hingga menimbulkan korban dan kerugian yang banyak. Hukuman bagi
para perusuh menurut syara' ada empat macam, yaitu dibunuh, disalib,
dipotong tangan dan kakinya secara menyilang dan dibuang dari negeri
tempat tinggalnya, sebagaimana tersebut dalam surat al-Maidah/5 ayat
32-34). Termasuk digolongkan hirabah adalah tindakan perampokan
sehingga hukumannya pun sama.
b. Pidana Qishash/Diat.
Hukuman bagi pelaku tindak penghilangan nyawa atau penghilangan anggota
tubuh dengan sengaja adalah qishash, yakni hukuman yang setimpal,
misalnya membunuh maka dibunuh. Menghilangkan tangan, maka
hukumannya dipotong tangannya. Hal ini sebagaimana firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang
mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af)
membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula).
yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya
siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa."(QS. Al-Baqarah/2:178-179)

143

Akan tetapi apabila pelaku pidanya karena tidak disengaja, maka


hukumannya adalah diganti dengan diat (denda) yang telah ditentukan
jenisnya oleh syara'. Hal ini sebagaimana firman Allah:
"Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh
seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh)
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan
berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS. An-Nisaa/4:92)
c. Pidana Ta'zir.
Pdana ta'zir belum ditentukan jenis, bentuk dan jumlahnya oleh syara', oleh
karena itu diserahkan kepada hakim (pengadilan). Besar kecilnya hukuman
ta'zir disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan. Misalnya seseorang
mengkhianati amanah, hukumannya bisa diskorsing atau dipecat dari
pekerjaannya. Berkhalwat dengan perempuan yang bukan mahramnya,
pelakunya bisa didera. Perilaku korupsi, jika jumlahnya sangat besar, bisa
saja dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup. Demikian juga bagi
pidana ta'zir lainnya, hukumannya ditentukan oleh hakim/pengadilan
berdasarkan besar-kecilnya kesalahan.
Hikmah Tindakan Hukum Terhadap Pelaku Pidana (Jarimah)
a. Memberikan rasa keadilan dalam masyarakat, baik yang bersifat
perseorangan maupun kelompok/golongan.
b. Untuk menjamin ketenteraman hidup masyarakat.
c. Untuk menghindari kerusakan-kerusakan dan penyakit-penyakit yang
diakibatkan oleh tindak pidana tersebut.
d. Untuk memberi efek jera, baik kepada pelakunya maupun kepada orang lain
agar tidak melakukan tindak pidana.
e. Untuk menjaga persaudaraan, persatuan dan keutuhan masyarakat dan
Negara.
f. Untuk menghindari murka Allah dan menghapus dosa, terutama bagi
pelakunya maupun hakim dan atau aparat yang terlibat di dalamnya. Bagi
pelakunya dosanya telah hapus karena hukuman telah dijatuhkan, sedangkan
bagi hakim dan atau aparat yang terlibat di dalamnya mereka telah gugur
kewajibannya karena telah melaksanakan hukumannya.

144

3.

Ekonomi Islam
Agama Islam mewajibkan kepada umatnya bekerja dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik melalui dagang, bertani, usaha jasa maupun
usaha-usaha lain tidak dilarang oleh syara'. Tanpa bekerja dan berusaha, umat
Islam tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalil-dalil tentang anjuran
berusaha di antaranya sebagai berikut:
Firman Allah:
"Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung."(QS. Al-Jum'ah/62:10)
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."(QS. AtTaubah/9:105)
"...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..."(QS. Ar-Ra'du/13:11)
Beberapa Prinsip Ekonomi Dalam Islam
a. Alam adalah mutlak milik Allah (QS. 20:6/ 5: 120/ 2:255).
b. Alam merupakan nikmat karunia Allah yang diperuntukkan bagi manusia
(QS. 31:20/ 14:32-34)
c. Alam karunia Allah ini untuk dinikmati dan dimanfaatkan secara
proporsional (QS. 7:31/ 4:6/ 95:8)
d. Rizqi terkait dengan hukum kemutlakan Allah (QS. 65:2-3/ 17:31),
kausalitas/ sebab-musabab (QS. 4:32) dan hokum social (QS. 107:1-3/ 59:7)
e. Allah SWT pemberi rizqi (QS. 51:38/ 17:31), manusia harus mencarinya
pada alam (QS. 62:10), manusia disuruh untuk mengalokasikannya (QS. 4:5/
51:19/ 2: 254).
f. Perlu keseimbangan hidup antara urusan ukhrawi dan dunyawi (QS. 28:77),
tetapi jangan sampai terpedaya oleh kesenangan duniawi (QS. 57:20).
g. Semua orang mempunyai hak memiliki harta (QS. 51:19/ 4: 2, 32).
h. Hak milik seseorang (sebagai amanah dari Allah) diakui oleh Islam sebagai
hasil dari jerih payah/ usaha yang halal dan hanya boleh digunakan untuk halhal yang halal pula (QS. 4:32/ 2: 274/ 16: 71/ 64: 15/ 43: 32)
i. Harus dikembangkan keadilan ekonomi secara individual (QS. 2: 188) dan
sosial (QS. 59:7/ 83:1-3).
j. Dihalalkan perniagaan (QS. 2: 275) dengan cara kerelaan (QS. 4:29) dan
mengharamkan riba (QS. 3: 130)
k. Dilarang memakan harta sesama manusia dengan cara batil (QS. 4:29)

145

l. Dilarang menimbun harta yang tidak ada aksesnya samasekali kepada orang
lain (QS. 9:34/ 59:7)
m. Di dalam harta orang yang kaya ada hak/bagian tertentu untuk orang faqir,
miskin, dan lain-lain (QS. 9:60/ 17:26/ 51:19).
n. Prinsip Islam tentang jual beli.
1) Suka sama suka/saling meridhai (QS. 4:29).
2) Harus jujur dalam timbangan/takaran (QS. 85:1-6/ 7:85)
3) Bersih/tidak menipu (al-Hadits)
4) Tidak boleh menjual barang yang haram (al-Hadits)
5) Tidak boleh menjual satu barang dalam suatu jual beli dengan dua akad
atau dua transaksi (al-Hadits)
6) Tidak boleh memuji barang dagangan sendiri secara tidak proporsional
(al-Hadits)
7) Tidak boleh menjual barang kepada orang lain yang sudah dibeli oleh
seseorang (al-Hadits)
8) Harus ada "saksi" atau bukti tertulis dalam transaksi/akad jual beli (QS.
2:289).
9) Tidak boleh menjual sesuatu yang bersifat spekulatif atau tidak jelas
kepastian barangnya (al-Hadits).
10) Dibolehkan tawar menawar dan memilih dalam pembelian selama masih
belum berpisah antara keduanya (al-Hadits).
Tujuan Ekonomi Islam
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Semata-mata karena tauhid, ibadah dan dakwah.


Adil dan merata.
Makmur dan sejahtera.
Damai, tenteram (stabil) dan maju.
Semangat kebersamaan dan ukhwah (persaudaraan).
Merdeka dan mandiri.
Ramah lingkungan.

Lembaga-Lembaga Ekonomi yang Direkomendasikan Islam


a. Perbankan dengan system Islami/Syari'ah.
b. Koperasi dengan system Islam/Syari'ah
c. Baitul Maal
d. Lembaga-lembaga permodalan lainnya yang senafas dengan ajaran Islam.
Sumber-Sumber Permodalan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Zakat
Infaq
Sadaqah
Jizyah (pajak jaminan jiwa terhadap kafir zimmi/dilindungi)
Al-Kharaj (pajak tanah orang yang dikalahkan dalam peperangan)
Al-'Usyr (pajak perdagangan bagi pedagang kafir yang dilindungi.

146

g. Ghanimah (harta rampasan perang)


h. Al-Fa`i (harta rampasan perang yang didapat tanpa peperangan)
i. Dll.
(Supriadi, M.Ag. dkk., hal. 250-252)
4.

Politik Islam
Politik merupakan kemahiran dalam menghimpun kekuatan, meningkatkan
kuantitas dan kualitas, mengawasi serta menggunakannya untuk mencapai tujuan
kekuasaan dalam Negara atau institusi lainnya (Anshari:77/ Supriadi dkk:195).
Dalam bahasa Arab disebut siasah ( ) .
Dengan demikian politik Islam (as-Siyaasah al-Islamiyah) adalah kemahiran
dalam menghimpun kekuatan, meningkatkan kuantitas dan kualitas, mengawasi
serta menggunakannya untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam Negara atau
institusi lainnya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam. Kekuasaan
yang diraih pun semata-mata dalam rangka untuk menegakkan hukum-hukum
Allah di muka bumi.
Prinsip Politik dalam Islam
a.
b.
c.
d.
e.

Tauhid (bersumber dari keesaan Allah dan untuk menegakkan keesaan-Nya)


Akhlakulkarimah
Khilaafah (kepemimpinan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah)
'Adaalah (keadilan)
Masaawah (persamaan dan kebersamaan)

Dasar Pemerintahan dalam Islam


a. Kekuasaan perundang-undangan di Tangan Allah (QS. 12:40/ 5: 44-50)
b. Keadilan antar sesama manusia (QS. 42:15)
c. Persaudaraan antar sesama kaum muslimin dan antar sesama manusia (QS.
49: 10-13)
d. Tanggung jawab menunaikan amanat (QS. 4:58/ 8:27)
e. Musyawarah; mengambil keputusan bersama untuk mencapai hasil yang
terbaik dan paling benar (QS. 39:17-18/ 42:38/ 3:159).
f. Ketaatan dalam hal kebajikan (QS.60:12)
g. Mengutamakan kepentingan bersama/orang lain (QS. 28:83).
Tujuan Utama Negara
a. Menegakkan kebenaran dan keadilan, menjauhi kebatilan, kezhaliman dan
kesewenang-wenangan (QS. 57:25)
b. Membangun kedamaian dan kemakmuran bagi kehidupan manusia.
c. Mencerdaskan manusia dan memberantas kebodohan.
d. Menegakkan system yang berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban ajaranajaran agama (QS. 22:41).

147

Kepala Negara
Tugas pemimpin/kepala Negara adalah berat, karena baik buruknya Negara yang
dipimpinnya tergantung kepadanya dan dia bertanggung jawab kepada Allah.
Oleh karena itu seorang kepala Negara mestilah orang yang memiliki
kemampuan paling maksimal daripada yang lain.
Para ulama mensyaratkan bahwa seorang kepala Negara haruslah memiliki sifatsifat seperti Rasulullah atau mendekati sifat-sifat beliau. Yakni shiddiq,
fathanah, amanah dan tabligh.
Selain itu juga Rasulullah saw mensyaratkan bahwa seorang pemimpin
hendaklah:
a. Memiliki kemampuan memimpin sesuai dengan bidang keahliannya (HR.
Bukhari). Jika seorang kepala Negara maka ia harus seorang negarawan.
Seorang negarawan ialah orang yang mampu memenej dengan baik, cerdas,
cerdik dan cakap, berani, tegas dan bijak serta memili visi yang jauh ke
depan.
b. Didukung dan dicintai oleh rakyatnya (HR. Muslim dll).
c. Terbaik dan paling mampu di antara calon pemimpin yang ada (HR. Abu
Ya.la)
d. Mengedepankan musyawarah dalam urusan yang memang harus
dimusyawarahkan (QS. 39:17-18/ 42:38/ 3:159).
e. Mampu menunaikan amanah dengan baik dan adil (QS. 4:58)
f. Bijaksana dan pemaaf (QS. 3:159).
Sistem Pemerintahan dalam Islam
Agama Islam secara spesifik tidak menentukan tentang system pemerintahan
Islam, tetapi secara tegas memerintahkan supaya menegakkan keadilan, membela
yang benar dan memihak yang lemah, memberantas kebatilan dan menjauhi
kezhaliman.
Dalam sejarah pemerintahan Islam mengalami berbagai system, dari System
Risalah, System Khilafah dan Demokrasi. Sistem risalah berlangsung sejak sejak
Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah, terutama setelah Piagam Madinah
hingga wafat beliau tahun 11 H. Ssitem ini tak akan tergantikan karena
Rasulullah saw selain sebagai kepala Negara, beliau juga sebagai Nabi dan Rasul
yang mengemban risalah kenabian.
Sistem Khilafah berlangsung cukup lama, yakni sejak tahun 11 H/632 M hingga
tahun 1923 M, atau dari pertengahan abad 7 M hingga awal abad ke 20 M.
Dalam system Khilafah juga berlaku dua system, yakni system
muasyawarah/syuraa dan system monarchi. Sistem syuraa berlangsung dari

148

Zaman Khalifah Abu Bakar 11-13 H/632-634 M hingga masa Khalifah 'Ali bin
Abi Thalib (35-40 H/656-661).
System monarchi berlangsung sejak Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sofyan (661680 M) mengangkat Yazib bin Mu'awiyah sebagai putra Mahkota (calon
pengganti ayahnya). Kekuasaan monarchi mengalami beberapa pergantian, dari
Bani Umayah (661-750 M), Bani Abbas (750-1262 M) hingga masa Turki
Usmani (Ottoman) (1326-1922 M). Sistem Khilafah kemudian dihapus oleh
pemimpin Turki, Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1922 M dan kemudian pada
tahun 1923 M Mustafa Kemal mendirikan Rapublik Turki dengan menerapkan
system pemerintahan sekuler. Sejak itu dunia Islam kebanyakan menganut
system demokrasi, walaupun sebagian tetap menerapkan monarchi seperti Arab
Saudi, Maroko, Yordania dan beberapa Negara Islam lain.
Para ulama dulu dalam mensikapi system syuraa dan system monarchi terjadi dua
pendapat. Sebagian kecil berpendapat bahwa system syuraa lebih baik, tetapi
sebagian besar, termasuk Ibnu Taimiah berpendapat bahwa system monarchi
lebih baik karena pemerintahannya relative lebih stabil. Terlepas dari perbedaan
pandangan tersebut, walaupun system syuraa telah berubah menjadi system
monarchi, namun hukum yang diberlakukan dalam masa berlakunya dua system
tersebut adalah hukum Islam.
Oleh karena itu Islam sebenarnya bisa menerima system demokrasi dengan syarat
hukum Islam di berlakukan. Sebab tanpa pemberlakuan hukum Islam, tidak
mungkin keadilan bisa ditegakkan. Kita telah menyaksikan, sejak system
demokrasi diadopsi oleh sebagian Negara-negara Muslim, tidak menjamin
tegaknya keadilan dalam Negara-negara tersebut. Masalah korupsi, penindasan
dan kejahatan lain juga selalu menjadi masalah utama Negara yang terkadang
berakibat kepada pergolakan yang kemudian dapat berakhir pada kehancuran
sebuah rezim. Maka sesungguhnya syrai'at Islam adalah sebuah alternative yang
paling tepat untuk diterapkan dalam kehidupan demokrasi sekarang.

BAB VI
AKHLAK DAN TAKWA
I. Akhlak
1. Makna Akhlak.
Akhlak(q) adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq, yang berarti perangai,
tabiat dan adat. Khulq berasal dari kata khalq yang berarti kejadian, buatan dan

149

ciptaan. Secara bahasa akhlak diartikan sebagai perangai, adat istiadat, tabiat
atau system perilaku yang dibuat.
Secara istilah (terminologis) Imam Al-Ghazali mendefinisikan, bahwa akhlak
ialah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Berdasarkan definisi tersebut maka cakupan akhlak cukup luas, yakni tidak
hanya perbuatan yang baik saja tetapi juga termasuk perbuatan yang buruk.
Oleh karena itu dalam Islam akhlak terbagi dua yaitu akhlak yang baik/terpuji
(al-akhlaaq al-mahmuudah) dan akhlak yang buruk/tercela (al-akhlaaq almadzmuumah).
2. Sumber Akhlak
Di dalam Islam untuk menguji akhlak itu baik atau buruk ukuran atau
rujukannya adalah al-Quran dan as-sunnah. Perbuatan apa saja yang
diperintahkan dan dianjurkan dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah merupakan
akhlak yang baik. Perbuatan apa saja yang dilarang dalam al-Quran dan asSunnah adalah termasuk akhlak yang tidak baik.
Berbeda dengan etika, ia juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang adat
istiadat atau perilaku manusia. Namun jika melihat dari asal kata etika, yakni
dari bahasa Yunani ethos, maka sumber rujukannya adalah pemikiran atau
filsafat, bukan wahyu. Dengan demikian maka penilaian di lapangan akan
berbeda. Suatu perbuatan dianggap baik menurut ilmu etika, belum tentu
dianggap baik menurut akhlak Islam. Sebaliknya suatu perbuatan dianggap baik
menurut akhlak Islam belum tentu dianggap baik menurut ilmu etika.
Akhlak dalam agama Islam bukan sekadar persoalan penilaian baik atau tidak
baik, terpuji atau tercela saja, tetapi memiliki tanggung jawab spiritual (Ilahiah).
Yakni manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya (QS.
51:56) dan untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini (QS. 2:30). Oleh
karena itu keberadaannya di muka bumi ini mengemban amanat Allah, yakni
membangun akhlak yang mulia. Dan atas amanat Allah tersebut manusia akan
dimintai pertanggungan jawabnya oleh Allah di akhirat nanti. Dengan demikian
membangun akhlak yang mulia merupakan kewajiban setiap muslim, dan setiap
kewajiban itu bernilai ibadah.
Rasulullah saw bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu kelak akan dimintai
pertanggungjawabannya (di hadapan Allah di akhirat nanti) atas
kepemimpinannya.(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Keutamaan Akhlak

150

Yang dimaksud akhlak dalam hal ini adalah akhlak yang baik. Akhlak yang baik
(akhlakul karimah), memiliki banyak keutamaan, karena tidak akan keluar dari
seseorang yang memiliki akhlak mulia itu kecuali sikap dan perilaku yang baik,
terpuji dan banyak membawa manfaat.
Persoalan apapun dalam kehidupan di masyarakat, baik persoalan pribadi,
keluarga, tetangga, masyarakat dan Negara, jika diselesaikan dengan sikap dan
perbuatan yang terpuji, maka persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Tentang keutamaan akhlak, Rasulullah saw bersabda:

),
(
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik di antara kamu ialah yang paling baik kepada isterinya."(HR.
Turmuzi).

,

( )

"Tiada suatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mu'min di hari kiamat,
selain daripada kebaikan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji
mulut dan kelakuan."(HR. Turmuzi)

4. Akhlak Nabi dan Tujuan Nabi diutus Allah


Rasulullah saw adalah manusia terbaik akhlaknya, karena akhlaknya terbaik
itulah beliau diutus oleh Allah SWT, membawa risalah-Nya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia, sebagai pedoman hidup mereka dalam
membangun akhlakul karimah.
Tentang keagungan akhlak Nabi saw, Allah SWT berfirman:
"Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."(QS. AlQalam/68:4)
Keagungan Nabi Muhammad saw tidak hanya disebut dalam al-Qur`an saja,
tetapi juga disaksikan oleh para shahabatnya. Mereka perhatikan akhlak Nabi,
mereka rekam jejak hidupnya, kemudian mereka ceritakan kepada para
pengikut mereka (para tabi'in), kemudian diceritakan kepada para pengikutnya
lagi hingga perjalanan beliau ditulis dalam bentuk hadis dan menjadi sumber
ajaran kedua dalam Islam.
Maka barangsiapa yang benar-benar mengaku cinta kepada Allah ikutilah
sunnah beliau, niscaya Allah cinta kepadanya.

151

Firman Allah:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."(QS. Ali Imran/3: 31)

( )
"Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Ahmad)
5. Hubungan Akhlaq dengan Tauhid dan Syari'ah
Antara akhlaq, tauhid dan syari'ah tidak bisa dipisahkan, masing-masing akan
hilang maknanya jika yang satu dengan yang lain dipisahkan. Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang utuh. Tauhid yang baik akan membuahkan
syari'ah yang baik, dan syari'ah yang baik akan membuahkan akhlaq yang baik
pula. Demikian pula akhlaq yang baik karena buah dari syari'ah yang baik, dan
syari'ah yang baik karena buah dari tauhid yang baik pula.
Firman Allah:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."(QS. Ibrahim/14: 24-27)
6. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak dalam Islam ada tiga, yakni mencakup akhlak manusia
dengan Allah SWT, akhlak manusia dengan sesama manusia, dan akhlak
manusia dengan makhluk lain. Di antara tiga cakupan akhlak tersebut, maka
akhlak dengan Allah SWT merupakan akhlak yang paling pokok dan ukuran
bagi yang lain. Akhlak dengan Allah mencakup segala ketaatan kepada-Nya,
yakni taat menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala laranganNya. Jika akhlak dengan Allah SWT baik, pasti akhlak dengan sesama manusia
dan dengan makhluk lainnya akan baik pula. Jika seseorang akhlaknya dengan
orang lain dan dengan alam lingkungannya tidak baik, maka akhlaknya dengan
Allah SWT sudah pasti belum baik.

152

Berkaitan akhlak dengan Allah SWT, Dia berfirman:


Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas.(QS. Ali Imran/3: 112).
a. Akhlak terhadap Allah SWT.
Adapun akhlak manusia kepada Allah SWT antara lain ialah:
1) Beriman kepada Allah.

"Maka itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya;


dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu
pahala yang besar."
(QS. Ali Imran/3:179)
2) Beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya.

"Sembahlah
Allah
dan
janganlah
kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.."(QS. AnNisaa/4:36)
"Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi
rahmat."
(QS. Ali Imran/3:132)
3) Ikhlash.

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya


menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus."(QS. AlBayyinah/98:5)
4) Bersyukur atas segala karunia-Nya dan Qana'ah.

153

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki


yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah."(QS. Al-Baqarah/2: 172)
5) Tadharru'

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan


suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas."(QS. Al-A'raaf/7:55)
6) Do'a dan berharap hanya kepada Allah.

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,


sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-A'raaf/7:56)
7) Sabar dan tidak mengenal putus asa.

"Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersamasama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar."(QS. Ali Imran/3:146)
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS.
Az-Zumar/53)
8) Menerima taqdir Allah.

( )
"Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar
baik dan qadar buruk, Allah pasti akan membakarnya
dengan api neraka."(HR. Ibnu Wahab).

154

(Termasuk beriman kepada takdir ialah ridha


menerimanya, yang baik maupun yang buruk).
9) Husnuzh-zhan

( )

"Janganlah mati salah seorang dari kalian kecuali


dalam keadaan bersangka baik kepada Allah."(HR.
Muslim).
10) Tawakkal.

"Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka


bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya."(QS. Ali Imran/3:159)
11) Malu kepada Allah.

( )
"Malu itu sebagian dari iman."(HR. Muslim)
12) Taubat dan istighfar.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan


taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan
Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu
ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,"(QS. AtTahriim/66:8)
b. Akhlak Terhadap Sesama manusia
1) Akhlak terhadap diri sendiri

Menjaga kesucian diri. Baik kesucian batin maupun lahir.


Suci batin ialah bersih dari segala bentuk keyakinan
yang musyrik, dari penyakit dengki, buruk sangka dan
penyakit hati lain. Bersih lahir ialah suci dari hadas kecil
dan besar.
"di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih."(QS. At-Taubah/9:108)

155

2) Memelihara kerapihan.

Nabi SAW bersabda:

( )
"Sesungguhnya Allah itu
keindahan."(HR. Muslim)

indah

dan

menyukai

3) Berlaku tenang dan istiqamah.

"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu


(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan."(QS. Al-Furqan/25:63).
" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan
Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu".(QS. Fushilat/41:30)
4) Disiplin,

yakni

pandai

menggunakan

waktu

sebaik

mungkin.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran."(QS. Al-'Ashr/103:1-3)
5) Selalu menambah pengetahuan.

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu
dan
orang-orang
yang
diberi
ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. AlMujadilah/58:11)
6) Tidak melemparkan dirinya kedalam kehancuran, seperti

minum khomer, narkoba dan lain-lain.


" dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

156

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang


berbuat baik."(QS. Al-Baqarah/2:195).

yang

c. Akhlak terhadap Keluarga


1)

Berlaku baik kepada keluarga

,
( )
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya ialah
yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu
ialah yang paling baik kepada isterinya."(HR. Turmuzi).
2)

Menunaikan hak dan kewajiban dalam keluarga


( )
"Seorang suami adalah bertanggung jawab kepada
keluarganya, dia kelak akan dituntut atas tanggung
jawabnya tersebut, seorang isteri adalah bertanggung
jawab di rumah suaminya, dia juga kelak akan dituntut
atas tanggung jawabnya tersebut."(HR. Bukhari dan
Muslim)
3)

Mengasuh dan mendidik anak.


"Kewajiban
orang
tua
kepada
anaknya
ialah
memberikan nama yang baik, mengajarkan menulis dan
menikahkan apabila telah dewasa."
(HR. Ibnu Najjar)

4)

Berbakti kepada kedua orang tua.


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah"* dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia."(QS. Al-Israa/17:23)
* Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak
dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata

157

atau memperlakukan
daripada itu.

mereka

dengan

lebih

kasar

Rasulullah saw bersabda:


"Semua dosa dilambatkan Allah membalasnya menurut apa yang
dikehendaki-Nya sampai hari kiamat, kecuali kedurhakaan kepada
kedua orang tua, maka sesugguhya Allah mempercepat
pembalasannya diwaktu dia masih hidup sebelum mati."(HR.
Thabrani)
5)

Membangun silaturrahiim, baik kepada keluarga,


tetangga maupun kepada masyarakat luas
Firman Allah:
"dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu."(QS. An-Nisaa/4:1)

d. Akhlak terhadap Tetangga dan masyarakat luas.


1)

Berlaku baik terhadap tetangga.


"Barangsiapa yang mengaku beriman kepada Allah dan
hari
akhir,
maka
berbuat
baiklah
kepada
tetangganya."(HR. Bukhari dan Muslim)

2)

Memberikan apa yang menjadi hak tetangga.


Sabda Nabi saw:
"Hak tetangga yaitu: (1) Kalau ia ingin meminjam,
hendaklah engkau pinjami. (2) Kalau ia minta tolong
hendaklah engkau tolong. (3) Kalau ia sakit hendaklah
engkau jenguk dia. (4) Kalau ia ada keperluan,
hendaklah engkau beri kepadanya. (5) Kalau dia jatuh
miskin, hendaklah engkau beri bantuan kepadaya. (6)
Kalau ia mendapat kesenangan, hendaklah engkau
ucapkan selamat kepadanya. (7) Kalau ia ditimpa
kesusahan, hendaklah engkau hibur dia. (8) Kalau ia
meninggal
dunia,
hendaklah
engkau
antarkan
jenazahnya. (9) Jangan engkau membangun rumah
lebih tinggi dari rumahnya kecuali engkau meminta izin
kepadanya, karena hal itu meghalangi ia dari angin.
(10) Jangan engkau ganggu ia dengan bau masakanmu

158

kecuali engkau beri masakan itu. (11) Jika engkau


membeli buah-buahan hendaklah engkau hadiahkan
juga kepadanya, dan kalau engkau tidak memberi,
bawalah masuk ke dalam rumahmu secara sembunyisembunyi. (12) Dan jangan sampai anakmu keluar
membawa buah-buahan itu, karena nanti anak
(tetangga)nya sedih karena menginginkan buah
itu."(HR. Abu Syaikh).
3)

Memberi hadiah.
Nabi saw bersabda:
"Jika engkau memasak gulai, maka banyakkanlah
kuahnya serta perhatikanlah tetanggamu, kemudian
hadiahkanlah
sebagian
daripadanya
kepada
tetanggamu dengan cara yang baik."(HR. Muslim).

4)

Berbuat baik kepada semua orang


"Sembahlah
Allah
dan
janganlah
kamu
mempersekutukan-Nya
dengan
sesuatupun.
dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,"(QS. An-Nisaa/4:36)

5)

Menghormati guru.
Sabda Nabi sa:
"Muliakanlah 'ulama, karena mereka adalah pewaris
para nabi; maka barangsiapa memuliakan mereka,
sesungguhnya mereka telah memuliakan Allah dan
Rasul-Nya."(HR. Thabrani).

6)

Menjaga pergaulan.
Firman Allah:
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. AnNuur/24:30)

159

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,
dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah
mereka
menutupkan
kain
kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,
atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anakanak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung."(QS. An-Nuur/24:31)
7)

Menjaga tali persaudaraan.


Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh
Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

160

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu


disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal."(QS. Al-Hujurat/49:11-13)
8)

Kewajiban sesama muslim.


Kewajiban seorang muslim dengan muslim yang lain ada
enam, sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi saw di
bawah ini:

, :
, ,
( ) , ,
"Kewajiban seorang muslim dengan muslim yang lain
ada enam, yaitu: apabila bertemu dengannya
hendaklah mengucapkan salam, apabila diundang maka
penuhilah, apabila minta nasihat maka nasihatilah,
apabila bersin, lalu memuji Allah maka ucapkanlah
kepadanya yarhamukallah - , apabila ia sakit maka
jenguklah, apabila ia meninggal dunia, antarkan
jenazahnya ke kbubur" (HR. Bukhari)
e. Akhlak terhadap lingkungan
1)

Kasih sayang terhadap semua.


Sabda Nabi saw:
"Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya akan
menyayangimu Zat yang ada di langit."(HR. Thabrani
dan al-Hakim).

2)

Sayang kepada binatang.


Sabda Nabi saw:
"Bertaqwalah kepada Allah mengenai binatang, naikilah
(kendarailah) dia dengan baik, makanlah dia dengan
baik."(HR. Ahmad).

3)

Tidak berbuat kerusakan di bumi


" dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan."(QS. Al-Qashash/28:77)

161

II. Takwa
Takwa berasal dari bahasa Arab (at-taqwa), asal kata takwa adalah waqaa, yang
berarti menjaga. Maka takwa berarti menjaga diri dari azab Allah SWT dengan
menjauhi tindakan maksiat dan menjalankan segala tata aturan yang telah
digariskan Allah SWT. Tegasnya takwa adalah menjalankan segala perintah Allah
SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Takwa adalah akhlak yang paling mulia dan paling luhur (QS. 49:13), ia merupakan
buah dari pengabdian kepada Allah SWT, buah dari aqidah dan syariah yang benar.
Seseorang yang akidahnya baik, akan melahirkan syariah yang baik, dan syariah
yang baik akan melahirkan akhlak yang baik pula, yaitu takwa. Dan tidak akan
keluar dari pribadi orang yang bertakwa kecuali perbuatan yang mulia, sikap hati,
perkataan dan tindakan yang terpuji.
Jika takwa ini dilakukan oleh umat manusia maka akan baiklah perbuatan manusia,
jika perbuatan manusia baik di muka bumi pastilah bumi ini akan damai. Bila
penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, pastilah Allah
akan membukakan untuk mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi
lantaran kemuliaan akhlak mereka.
Allah SWT berfirman:
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.(QS. Al-Araaf/7:96)
1. Keutamaan Takwa
a.

Diberi jalan keluar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.


Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluar.(QS. Ath-Thalaq/65:2)

b.

Selalu diberi rizki dari arah yang tidak diduga-duga

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.(QS. AthThalaq/65: 3).
c.

Selalu dimudahkan segala urusannya, baik urusan di dunia maupun di akhirat.

162

...dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath-Thalaq/65:4)
d.

Dihapus segala dosanya dan diberi pahala yang sebesar-besar-Nya.


...dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala
baginya.(QS. Ath-Thalaq/65:5)

2. Hakikat Takwa.
Berkaitan dengan hakikat takwa, Allah SWT berfirman:

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orangorang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa.(QS. Al-Baqarah/2: 177).

BAB VII
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
I.Kedudukan Akal dan Ilmi Dalam Islam
Akal berasal dari bahasa Arab yaitu 'aqala ( ) yang mengandung arti
ikatan/tautan budi (perasaan) dan pikiran (Supriadi dkk.: ). Seacara istilah akal
adalah daya yang terdapat dalam jiwa manusia yang berfungsi untuk berpikir,
memahami dan mengerti (Ensiklopedi Islam 1, hal. 98). Piranti kasar (hard
ware)nya adalah otak, sedang piranti halus (soft ware)nya adalah ruh. Daya akal
tersebut jika digunakan dengan sebaik-baiknya akan menghasilkan pengetahuan
yang bermanfaat.
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menggunakan akalnya agar semua
yang ada di dalam diri dan alam sekitarnya menjadi pelajaran yang berharga (QS.

163

3: 190-191). Kurang lebih ada 40 ayat yang berbicara mengenai akal dan
menyuruh manusia berpikir. Termasuk untuk memahami Agama juga dengan
akalnya agar tidak tersesat. Itulah sebabnya wahyu diturunkan kepada manusia
karena manusia mempunyai akal. Rasulullah saw bersabda:
( )
"Tidak ada Agama bagi orang yang tidak berakal."(HR. Bukhari).
Wahyu adalah informasi-informasi dari Allah SWT yang disampaikan secara
cepat dan khusus diberikan kepada para nabi dan rasul Allah. Mereka mampu
memahami dan mengerti informasi-informasi tersebut secara cepat, jelas dan
benar tanpa sedikitpun ditambah atau dikurangi, baik kalimatnya maupun isinya.
Wahyu itu berisi petunjuk-petunjuk hidup bagi manusia serta berisi informasiinformasi ilmu pengetahuan (pesan-pesan ilmiah) tentang apa yang ada di langit
dan di bumi serta apa yang ada di dalamnya.
Sangat jelas dalam Islam bahwa kedudukan akal sangat penting sebab dengan
akal itu manusia dapat memahami dan menerima wahyu serta menjadikannya
sebagai pedoman hidup. Dengan akal itu juga manusia mampu menggali rahasia
alam dan potensi-potensi yang ada di dalamnya serta memanfaatkannya untuk
kemaslahatan hidup.
II.

Kewajiban Menuntut Ilmu


Mengingat pentingnya ilmu dalam Islam, dan tanpa ilmu manusia pasti bodoh,
maka Islam menyuruh manusia supaya menuntut ilmu. Cukup banyak ayat-ayat
al-Qur`an, baik yang tersurat maupun tersirat yang menyuruh manusia supaya
menuntut ilmu pengetahuan. Di antaranya terdapat dalam surat al-'Alaq/96: 1-5)
yang berisi perintah membaca. Dalam surat al-Mujadilah/58 ayat 11 menegaskan
bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah
SWT. Surat al-Anbiyaa/21 ayat 11, Allah SWT menyuruh bertanya kepada
ahlinya jika tidak tahu. Kemudian hadits-hadits yang berkenaan dengan perintah
menuntut ilmu. Di antaranya adalah sabda beliau:
Sabda Rasulullah saw:
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dan sesungguhnya semua makhluk
hingga ikan-ikan yang ada di laut selalu memohonkan ampunan (kepada Allah)
untuk orang yang menuntut ilmu." (HR. Abdil barr).
Rasulullah saw bersabda:
"Tuntutlah ilmu walau sampai di negeri China. Karena sesungguhnya mencari
ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim. Sesungguhnya para malaikat itu senantiasa
meletakkan sayap-sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena ridha dengan
apa yang ia cari." (HR. Ibnu 'Abdil Barr ).

164

III.

Mengapa menuntut ilmu itu wajib dalam Islam ?


1. Karena tanpa ilmu manusia pasti bodoh dan akan mudah dibodohi oleh orang
lain.
Firman Allah :
"Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran."(QS. Az-Zumar/39: 9).
2. Dengan ilmu, manusia tidak akan tersesat hidupnya. Khususnya ilmu yang
berhubungan dengan petunjuk-petunjuk hidup yang bersumber dari al-Quran
dan al-Hadits.
Rasulullah saw bersabda:
"Benar-benar aku telah tinggalkan untukmu dua perkara yang kamu tidak
akan sesat selama kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah
dan sunnah Nabinya."(HR. Malik dan al-Hakim).
3. Ilmu menghidupkan dan memajukan Islam serta memperkokoh iman. Semakin
luas dan mendalam ilmu seseorang maka insya Allah akan semakin kokoh
imannya, semakin maju hidupnya dan semakin tinggi kedudukannya. Jika
umat Islam luas dan dalam ilmunya, maka kelak umat Islam akan menjadi
umat yang kokoh, maju dan luhur kedudukannya.
Firman Allah:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"(QS. AlMujadilah/58: 11).
Sabda Rasulullah saw:
"Ilmu itu menghidupkan (memajukan) Islam dan memperkokoh iman."(HR.
Abu asy-Syaikh).
e.

Ilmu dapat membuat manusia semakin tunduk kepada Allah.


Firman Allah:
"Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka'."(QS. Ali Imran/3: 191).
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama (para ilmuwan)"(QS. Faathir/35: 28).

165

5. Dengan menguasai ilmu, manusia bisa mencapai kebahagiaan hidup di dunia


dan di akhirat.
Rasulullah saw:
"Barangsiapa yang menghendaki (kebahagiaan) dunia maka hendaknya
menguasai ilmunya. Barangsiapa menghendaki (kebahagiaan) akhirat
maka hendaklah menguasai ilmunya. Dan barangsiapa yang menghendaki
(kebahagiaan) keduanya maka hendaknya menguasai kedua ilmunya."
6. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menguasai dunia, bahkan mampu
mencapai ruang angkasa dan menggali kekayaan yang ada dalam perut
bumi.
Firman Allah:
"Hai jama'ah (golongan) jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintas) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan."(QS. Ar-Rahman/55: 33).
Rasulullah saw bersabda:
"Nabi Sulaiman as disuruh memilih di antara harta, kerajaan dan ilmu.
Beliau memilih ilmu, Maka (Allah) memberikan harta, kerajaan dan ilmu
(kepada Nabi Sulaiman as.)."(HR. Ibnu 'Asakir).
7. Ilmu itu warisan Nabi Muhammad saw dan warisan para nabi sebelum beliau.
Rasulullah saw bersabda:
"Ilmu itu adalah warisanku dan warisan para nabi sebelumku."(HR. AdDailami dari Ummu Hani')
'Ali bin Abi Thalib ra berkata:
"Ilmu itu sebaik-baik warisan."
8.

Ilmu itu lebih utama dari harta.


Diceritakan dalam kitab Mukasyafatul Qulub karya Imam al-Ghazali, bahwa
orang-orang Khawarij (kaum yang keluar dari barisan 'Ali bin Abi Thalib)
mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Saya adalah kota ilmu sedangkan 'Ali adalah pintunya, barangsiapa
menghendaki ilmu, maka datangilah pintu tersebut." (HR. Thabrani. AlHakim, Ibnu 'Ady dan lain-lain).
Mereka ingin membuktikan kebenaran hadis tersebut. Kemudian salah
seorang dari mereka bertanya kepada 'Ali bin Abi Thalib: "Wahai 'Ali, lebih
utama mana antara ilmu dengan harta?"

166

Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi: "Apa
alasan anda? Jawab 'Ali: "Karena ilmu itu pusaka para nabi, sedangkan
harta pusaka Qarun, Fir'aun, Sadad dan lain-lain."
Orang kedua bertanya lagi: "Wahai 'Ali, lebih utama mana antara ilmu dan
harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi:
"Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Karena ilmu itu menjagamu, sedangkan
harta malah engkau yang menjaganya."
Orang ketiga bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta itu jika engkau tasarrufkan
(berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu itu jika engkau tasarrufkan
malahan bertambah."
Orang keempat bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Karena pemilik harta (sering)
disebut dengan nama bakhil dan buruk, sedangkan pemilik ilmu sering
disebut dengan keagungan dan kemuliaan."
Orang kelima bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu dan
harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi:
"Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta itu musuhnya banyak,
sedang pemilik ilmu temannya banyak."
Orang keenam bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta harus dijaga dari pencuri,
sedang ilmu tidak perlu."
Orang ketujuh bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta di akhirat nanti akan
dihisab, sedang pemilik ilmu akan mendapat syafaat."
Orang kedelapan bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab Ali: Lebih utama ilmu daripada harta. Ia
bertanya lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta akan hancur
berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan
musnah walau ditimbun zaman."
Orang kesembilan bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama ddaripada harta." Ia bertanya

167

lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta membuat hati seseorang
menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya."
Orang kesepuluh bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta bisa mengaku menjadi
Tuhan karena harta yang dimilikinya, sedang pemilik ilmu justeru mengaku
sebagai hamba Allah karena ilmunya."
Demikian jawab 'Ali kepada para penanya yang ingin menjajaki kedalaman
ilmunya. Tanya Jawab ini juga menunjukkan betapa ilmu itu jauh lebih
utama daripada harta. Oleh karenanya kuasailah ilmu pengetahuan seluas
mungkin baik ilmu yang berhubungan dengan urusan ukhrawi maupun
duniawi. Sebab dengan menguasai ilmu-ilmu tersebut insya Allah kita akan
memperoleh kebahagaiaan di dunia dan akhirat.
IV.

Sejarah Peradaban Islam


Sejarah peradaban Islam dimulai dari kenabian Muhammad saw. Nabi
mendakwahkan Islam kepada bangsa Arab melalui perjuangan yang panjang dan
tantangan yang sangat berat. Karena beratnya tantangan terpaksa beliau harus
berhijrah ke Madinah. Setelah 23 tahun lamanya beliau berdakwah dan berjuang,
akhirnya seluruh Jazirah Arab tunduk dibawah kekuasaan Rasulullah saw.
Tidak lama kemudian Rasulullah saw wafat, kepemimpinan dan perjuangan
kemudian dilanjutkan oleh para khalifah. Di tangan empat khalifah (Abu Bakar,
Umar, Usman dan Ali) dua imperium besar (Romawi dan Persia) tunduk dibawah
kekuasaan Islam.
Di akhir kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib, banyak disibukkan dengan perang
saudara dan penumpasan terhadap kaum pemberontak. Dalam situasi kacau
seperti ini Khalifah Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh kaum Khawarij (pembelot).
Kekhalifahan kemudian dilanjutkan oleh rival Ali bin Abi Thalib sendiri, yaitu
Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Khalifah Mu'awiyah secara berani melakukan
perubahan system suksesi, dari sistem musyawarah menjadi system monarchi
(turun-temurun). Masa kekuasaan keturunan Mu'awiyah kemudian dikenal
dengan dinasti Bani Umayah. Dinasti bani Umayah berkuasa kurang lebih satu
abad, selanjutnya dipegang oleh Bani Abbas, berkuasa kurang lebih enam abad,
dan kemudian dilanjutkan lagi oleh Turki Usmani (Ottoman) yang juga berkuasa
kurang lebih enam abad lamanya.
Masa kepemimpinan Nabi Muhammad saw dan masa empat Khalifah adalah
masa paling ideal, masa dimana al-Qur`an dan sunnah Rasulullah saw diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, sehingga negeri-negeri yang
berada dibawah kekuasaan Islam benar-benar mencapai kehidupan yang aman

168

dan damai. Masa itu oleh Sayyid Qutub dalam bukunya yang berjudul "Ma'alim
fi ath-Thariiq" diistilahkan sebagai Generasi Qur'ani.
Masa Bani Umayah adalah masa perluasan kekuasaan Islam kedua setelah
terhenti pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, masa Islamisasi dan Arabisasi.
Pada masa ini Islam berkembang begitu cepat sehingga hampir seluruh negerinegeri yang berada di bawah kekuasaan Islam yang terbentang dari Maghribi
(Afrika Utara) hingga ke India (Asia Selatan) menjadi negeri Muslim dan juga
sebagain besar negeri-negeri tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
sehari-hari.
Masuk Islamnya bangsa Persia dan Romawi memberikan pengaruh besar
terhadap kebudayaan Islam, mengingat mereka adalah bangsa yang telah lama
memiliki kebudayaan yang tinggi. Maka pada masa ini mulai berkembang ilmu
kalam, ilmu tafsir dan lain-lain. Pada masa ini juga upaya pengumpulan hadits
sudah mulai dilakukan, namun belum ada pemisahan antara ucapan Nabi saw dan
ucapan para sahabat.
Pada masa kekhalifahan Bani Abbas, kekuasaan Islam sudah demikian luas
sehingga pengembangan tidak lagi terfokus pada perluasan wilayyah, melainkan
terfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjaga
keutuhan wilayah. Maka pada masa Bani Abbas, terutama pada masa khalifah
Harun al-Rasyid (786-809 M) dan Khalifah al-Ma'mun (813-833 M) terjadi
pengembangan ilmu pengetahuan secara besar-besaran, baik yang berkenaan
dengan ilmu Agama maupun ilmu umum. Buku-buku Yunani pada masa itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga para pemikir Arab mampu
mempelajari ilmu pengetahuan Yunani serta mampu mengembangkannya secara
lebih luas.
Universitas-Universitas di masa Bani Abbas banyak berdiri, buku-buku karya
para pemikir Islam dengan berbagai disiplin ilmu banyak bermunculan,
perpustakaan-perpustakaan banyak menghiasi universitas-universitas dan majlismajlis ilmu, kajian-kajian, diskusi-diskusi dan riset menjadi gerakan yang
mentradisi pada masa Bani Abbas. Maka kemudian lahir para intelektual Muslim
dan para pemikir besar yang ahli di berbagai bidang ilmu, serta memberi
pengaruh besar kepada dunia. Pada masa inilah dunia Islam benar-benar
mencapai masa kejayaannya.
Para ilmuwan Muslim yang sangat berpengaruh di dunia pada masanya antara
lain:
Di Abad ke 9 Masehi:
1. Jabir ibnu Hayyan, bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium.
2. Al-Khawarizmi, ahli matematika pertama di dunia Islam.
3. Al-Kindi, filosuf, pelopor dan pengembang ilmu pengetahuan.
4. Abu Kamil Syuja', ahli aljabar Muslim tertua.

169

5. Ibnu Maskawaih, dokter spesialis diet, filosuf moral (akhlak).


6. Al-Farghani, ahli astronomi yang karya-karyanya banyak diterjemahkan ke
bahasa asing.
7. Tsabit bin Qurrah, ahli geometri terbesar yang membahas waktu matahari.
8. Al-Battani, astronom yang melakukan observasi gemilang.
9. Zakariya al-Razi, dokter penemu cacar dan darah tinggi.
Di Abad ke 10 Masehi:
1. Abu Qasim al-Zahrawi, ahli bedah Muslim dan pencipta alat bedah yang
reputasinya melebihi Galen dan hippocrates.
2. Al-Farabi, komentator Aristoteles yang cerdas sejak kecil.
3. Al-Mas'udi, sejarawan dan Pengembara.
4. Ibnu Amajur, Astronom pencatat perjalanan bulan.
5. Ibnu Rusta, Astronom yang teorinya berlandaskan al-Qur`an.
6. Abu Dulaf, Penyair yang ahli logam.
7. Ibnu Juljul, Penulis Biografi dan Ahli Kedokteran.
8. Al-Khazin, Ahli Matematika yang memecahkan soal-soal Archimides.
9. Abu Wafa`, Astronom dan Matematikawan yang mengembangkan
Trigonometri.
10. Al-Khawarizmi, Penulis Ensiklopedi pelbagai disiplin ilmu.
Di Abad ke 11:
1. Ibnu al-Haytsam, Ahli fisika yang disegani Bacon, da Vinci dan Keppler.
2. Ibnu Hindu, Sang Penair dan Dokter.
3. Al-Karkhi, Penulis paling orisinil di bidang Aritmatika.
4. Ibu Iraq, Guru al-Biruni yang ahli astronomi dan Matematika.
5. Al-Biruni, Eksperimentalis berpengetahuan lengkap, jujur dan obyektif.
6. Ibnu Sina, "Raja Dirajanya" Dokter, Penemu macam-macam ilmu.
7. Ibnu Yunus, Penemu Pendulum 600 tahun sebelum Galileo Galilei.
8. Ibnu Jazzar, Dokter yang mengarang buku "Obat-Obat untuk Kaum Fakir"
9. Ibnu Wafid, Ahli Farmakologi yang menyelidiki obat bius.
10. Ibnu Saffar, Ahli sejumlah tabel Astronomis.
11. Abu Ubeyd al-Bakri, Ahli Ilmu Bumi terbesar abad 11.
Di Abad 12 :
1. Umar Khayyam, Pencipta Rubaiyyat yang Ahli Aljabar.
2. Al-Kharaki, Astronom, Ahli Matematika dan Geografi yang idenya dikutip
oleh Roger Becon.
3. Ibnu Jazla, Dokter dan sekretaris Imam Hanafi yang semula Kristen.
4. Al-Idrisi, Ahli Geografi termasyhur.
5. Al-Khazini, Ahli Meteorologi dan Dokter ternama yang memaparkan Teori
Gravitasi.
6. Jabir bin Aflah, Astronom Pembangun Observatorium Pertama.
7. Ibnu Ghalib, Ahli Geografi dan Sejarah, dan yang menulis sejarah Sepanyol.
8. Abu Khayr, Ilmuwan Ahli tumbuh-tumbuhan.

170

9. Ibnu Rusyd, Perintis Ilmu Kedokteran Umum.


Di Abad 13:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Al-Bitruji, Astronom yang mengenalkan "Teori Gerak Spiral"


Ibnu Hubal, Dokter Cemerlang yang Penyair.
Abdul Lathief, Ahli Anatomi yang mengembangkan Studi Pertulangan.
Ibnu Al-Baythar, Dokter Hewan, Farmakolog dan Penemu 300 macam obat.
Al-Kazwini, Ahli Ilmu Falak dan Geografi kelas satu.
Abu Mahasin, Dokter Spesialis Mata Ternama.
Ibu Al-Banna, Sarjana Serba Bisa.
Ibnu Nafis, "Ibnu Sina Kedua".

Masih banyak lagi para ilmuwan Muslim ternama dan sangat berpengaruh di
dunia pada masa kejayaan Islam yang tidak penulis sebutkan dalam buku ini,
tetapi bisa dibaca pada buku-buku sejarah Ilmuwan Muslim, antara lain buku
"Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah", karya M. Natsir Arsyad, penerbit Mizan,
Bandung, buku "Sain dan Peradaban dalam Islam", karya Seyyed Hossein Nasr,
penerbit Pustaka, Bandung. Sebagian Ilmuwan Muslim berpengaruh di dunia ini
penulis sebutkan di sini untuk menunjukkan begitu besar pengaruh peradaban
Islam di dunia pada zamannya.
Pada masa kejayaan Islam, tidak ada satu pun bangsa lain yang memiliki
kemajuan yang dicapai oleh umat Islam. Bahkan bangsa Eropa pada masa itu,
sebagaimana yang dikatakan oleh Christopher Dawson dalam buku The Making
of Europe, ha. 151-152) tengah mengalami masa kegelapan, atau sebagaimana
dikatakan H.Mc Neill dalam Rise of the West, Mentor Books 1965, hal. 502,
tengah mengalami masa surut yang rendah.
V.

Pengaruhnya Terhadap Kemajuan Barat


Pada abad XI bangsa Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang
tinggi di Timur. Kemudian melalui Spanyol, Sicilia dan melalui Perang Sabil
(Salib) peradaban itu sedikit demi sedikit dibawa ke Eropa. Sejak itu Eropa mulai
kenal pada rumah-rumah sakit, pemandian-pemandian umum, pemakaian burung
dara untuk mengirim informasi militer. Mereka mulai kenal bahan-bahan makan
Timur seperti beras (rice, rijst), jeruk (lemon=al-laimun, gula (sugar, sucre,
suiker=as-sukkar) dan sebagainya. Demikian juga mereka mulai kenal hasil-hasil
tenunan Timur seperti kain muslin (berasal dari Mosul), kain baldaclin (berasal
dari Baghdad), kain damask (berasal dari Damaskus), mulai kenal permadani,
gelas dan sebagainya (Harun Nasution, hal: 74).
Eropa mulai mengenal filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani setelah buku-buku
ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para intelektual dan para filosof Islam
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa pada abad XII. Pada waktu belum

171

diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, mereka sudah tidak mengenal lagi falsafat
dan ilmu pengetahuan Yunani. Dari pemikiran para intelektual dan para filosof
Islam periode klasik inilah orang Barat belajar berfikir secara obyektif dan
menurut logika, dan belajar berdada lapang di ketika Eropa diselubungi suasana
pemikiran sempit, tidak adanya toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh
suasana penindasan terhadap pikiran mereka. Hal inilah yang menurut keterangan
Rom Landau menjadi bimbingan bagi renaissance Eropa yang kemudian
membawa pada kemajuan dan peradaban Barat (Harun Nasution: 74).
Maka tidak heran jika Lebanon mengatakan "orang Arablah yang menyebabkan
kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad."
Hal ini juga diakui oleh pemikir barat, Rom Landau. Demikian pula Jacques C.
Rislar juga berkata bahwa ilmu pengetahuan dan teknik Islam amat dalam
mempengaruhi kebudayaan Islam (Harun Nasution:74-75).
VI.

Klasifikasi Ilmu dalam Islam


Klafisikasi ilmu dalam Islam, ditinjau dari sumbernya, telah dirumuskan pada
seminar internasional Pendidikan Islam di Makkah tahun 1997. Menurut seminar
tersebut ilmu jika ditinjau dari sumbernya terbagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu:
1. Ilmu Abadi (perennial knowledge ladunny), yaitu ilmu yang berdasarkan
wahyu, tertera dalam al-Qur`an dan Hadits serta segala yang dapat diambil
dari keduanya.
2. Ilmu yang dicari (acquired knowledge kasbiy); ilmu pengetahuan yang
berkembang secara observatif dan spekulatif yang tidak bertentangan dengan
syari'at Islam sebagai sumber nilai. (Drs. Supriadi M.Ag. dkk, hal. 234)
Ada juga 'ulama yang membagi dari segi sumbernya kepada ilmu religious dan
ilmu intelektual. Ilmu religious yaitu ilmu yang diperoleh para nabi melalui
wahyu, sedangkan ilmu intelektual adalah ilmu yang diperoleh melalui intelek
(pemikiran) manusia. (Toto Suryana dkk, hal. 219)
Bila ditinjau dari segi metode memperolehnya
diklasifikasikan oleh al-Qur`an kepada tiga kategori:

(epistemologis)

ilmu

1. Ilmu Empirik ( QS. 102: 5)


2. Ilmu Teoritik ( QS. 102: 7)
3. Ilmu Intuitif ( QS. 69: 51)
( Drs. Supriadi M.Ag. dkk, hal. 234)
Bila ditinjau dari segi kegunaannya, 'ulama mengklasifiukasikan ilmu kepada
dua, yaitu:
1. Ilmu Teoritis () , adalah ilmu yang diketahui sebagaimana adanya.

172

2. Ilmu praktis ( / ) , adalah tindakan-tindakan manusia yang


bertujuan mencari aktifitas kondusif manusia untuk kesejahteraannya di dunia
dan di akhirat. (Toto Suryana dkk, hal. 218)
Kemudian bila ditinjau dari segi kewajiban memperolehnya, maka 'ulama
membagi kepada dua:
1. Fardhu 'Ain, yaitu kewajiban yang mengikat kepada setiap muslim. Jika
setiap muslim tidak memperolehnya maka ia berdosa. Contoh ilmu tentangt
shalat, puasa, zakat, puasa, haji dan lain-lain.
2. Fardhu Kifayah, adalah kewajiban yang mengikat kepada komunitas muslim
(seluruh umat Islam). Kewajiban menuntut ilmu yang bersifat kifayah adalah
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keahlian dan kemampuan, tetapi ilmu-ilmu
tersebut sangat dibutuhkan oleh Islam. Jika di antara kelompok umat Islam
ada yang mempelajarinya, maka umat Islam yang lain gugur kewajibannya,
tetapi jika tidak ada satu pun umat Islam yang mempelajarinya, maka semua
umat Islam ikut menanggung dosanya. (Toto Suryana dkk, hal. 219)
Di antara klasifikasi ilmu tersebut di atas, maka yang paling menonjol adalah
ilmu religious dan ilmu intelektual ( ilmu abadi dan ilmu yang dicari) serta ilmu
yang bersifat fardhu 'ain dan fardhu kifayah.
Ilmu religious terdiri dari ilmu tentang prinsip-prinsip dasar Islam, seperti ilmu
tauhid, ilmu syari'at (hukum) Islam, ilmu akhlak dan lain-lain, serta ilmu-ilmu
cabang (furu') di dalam Islam, serta

Daftar Pustaka
1. Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 1986/1987
2. Abdullah bin Jarullah, Risalah Ramadhan, Penerbit: As-Safwa, Jakarta Selatan.
3. Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Syaikh., Fathul Majid, PPenerbit: Pustaka
Azzam, Jakarta, 2002, Cet. 2.
4. As-Sayyid as-Sabiq, Fiqhussunnah, Penerbit: Bairut, Libanon (Fiqih Sunnah
terjemahan, Penerbit: PT. Al-Ma'arif, Bandung).
5. Bahaudin Mudhary, K.H., Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, Penerbit: Kiblat
Centre, 1984, Cet. 3
6. Catur Shiherwanto B.Sc., (Hons.), M.Si., (Pengantar), Bacalah dengan Nama
Tuhanmu yang Menciptakan, PT. Nada Cipta Raya, Jakarta, 2002
7. Ensiklopedi Islam, Penerbit: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994, Cet. 3
8. Ensiklopedi Hukum Islam, Penerbit: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 2000,
Cet.4
9. Hamka, Prof., Dr., Tafsir Al-Azhar, Penerbit: PT. Panjimas, 1993, Cet. 3

173

10. Hamzah Yaqub, Dr.,H., Etika Islam, Penerbit: CV. DIPONEGORO, Bandung,
1983, Cet.2
11. Hasbi Ash-Shiddieqy, T.M., Pedoman Puasa, Penerbit: Bulan Bintang, Jakarta,
1990, Cet. 12
12. Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit UI-Press,
Jakarta, 1984, Jilid I.
13. Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya (terj), Penerbit: Dzikra, Bamdung, 2003
14. Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal (terj.), Penerbit: Robbani Press,
Jakarta, 2002, Cet. Ke-1
15. Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an (terj.), Penerbit: ARKAN, Bandung, 2008,
Cet. Ke- 1
16. Hasbi Ash-Shiddiqy, T.M., Pedoman Shalat, Penerbit: Bulan Bintang, Jakarta,
1990, Cet. 18
17. Hasbi Ash-Shiddiqy, Tengku Muhammad, Kriteria Sunnah & Bidah, Penerbit:
Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1998, Cet. Pertama, Edisi Kedua.
18. Hasan Al-Banna, Asy-Syaikh, Doa-Doa Rasulullah (terj), Penerbit: PT.
ANDALAS, Surabaya, 1985.
19. Majalah Amanah, Orientalis Masih Terus Memojokkan Islam, No. 41, Agustus
2003.
20. Manna Khalil Al-Qaththaan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran (terj), Penerbit: PT.
Litera Antar Nusa, Jakarta, 1996, Cet.3
21. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern (terj), Penerbit: Bulan
Bintang, Jakarta, 1978, Cet.7
22. Muhammad At-Tamimi, Syeikh., Kitab Tauhid, Penerbit: Darul Haq, Jakarta,
2005, Cet. XII
23. Permadi Alibasyah, Ir., Bahan Renungan Kalbu, Penerbit: Yayasan Mutiara
Tauhid, Jakarta, 2001, Cet. 4.
24. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Penerbit: Mizan, Bandung, 1993,
Cet.2
25. Shafie Akrabi, M.A., HM. Drs., dkk., (Tim Penulis) Pendidikan Agama Islam,
Penerbit: Gunung Persagi, Bandar Lampung 2006/1427, Cet.2
26. Supriadi, dkk., Pendidikan Agama Islam, Penerbit: Grafika Karya utama,
Jakarta, 2001, Cet.2
27. Toto Suryana AF (ed), Pendidikan Agama Islam, Penerbit: Tiga Mutiara,
Bandung, 1997.
28. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam, Penerbit: Pustaka Taqwa,
Bogor, Jawa Barat, 2006, Cet. 2

174

You might also like