Professional Documents
Culture Documents
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, akhirnya buku Pendidikan Agama Islam
untuk Perguruan Tinggi dapat saya susun. Buku ini disusun sebagai tanggung jawab
dosen Agama Islam di Perguruan Tinggi, dan dalam rangka ikut mensukseskan tujuan
pendidikan nasional, yakni membangun manusia Indonesia yang bertakwa, yang
unggul secara intelektual, anggun secara moral, berkepribadian yang mantap dan
mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang
tinggi.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentu memerlukan kerja keras dari semua pihak,
terutama dari para dosen matakuliah Agama Islam. Oleh karena itu buku diktat ini
disusun secara sederhana dalam rangka untuk memudahkan pengajaran di Perguruan
Tinggi, sehingga lebih mudah dicerna dan diterima oleh para mahasiswa.
Materi yang dibahas dalam diktat ini adalah dengan mempertimbangkan tiga tuntutan
pokok , yaitu fungsi dan peranan matakuliah Pendidikan Agama, GBPP matakuliah
Pendidikan Agama Islam tahun 2000, situasi dan kondisi mahasiswa serta lembaga
Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
Materi yang dibahas dalam diktat ini mencakup empat tema dan tujuh bab
pembahasan. Tema pertama tentang Agama Islam, kedua tentang akidah, ketiga
tentang syariah dan keempat tentang akhlak. Adapun pembahasannya dibagi menjadi
rujuh bab, yakni: Bab pertama tentang alam semesta dan manusia, bab kedua tentang
Agama Islam, bab ketiga tentang sumber ajaran Islam, bab keempat tentang akidah
Islam, bab kelima tentang syariah, bab keenam tentang akhlak dan bab ketujuh
tentang Islam dan ilmu pengetahuan.
Dalam system pengajaran di ruang kuliah, doses membutuhkan waktu untuk
penjelasan tentang Agama Islam kepada para mahasiswa, sedangkan 75 persen
mahasiswa melakukan diskusi tentang materi-materi yang dibahas dalam diktat
tersebut. Dengan system ini diharapkan mahasiswa meneliti dan memahami langsung
tentang Agama Islam dari sumbernya, sehingga mahasiswa tidak lagi kata dosen, kata
orangt tua dan nenek moyang, tetapi mereka telah meyakini ajaran Islam dan
mengamalkannya karena mereka tahu dasar kebenarannya baik secara naqli maupun
aqli. Yakni menurut dalil Al-Quran dan as-Sunnah maupun pemahaman rasional.
Harapan saya sebagai penulis diktat dan sekaligus sebagai dosen Pendidikan Agama
Islam semoga para mahasiswa Islam di Perguruan Tinggi dapat mengikuti kuliah
Agama Islam dengan baik, mampu membahas, meneliti dan mendiskusikannya
dengan baik sehingga paham betul tentang Agama Islam serta mau mengamalkannya
hingga kelak menjadi intelektual muslim yang bertakwa dan mau memperjuangkan
nilai-nilai Islam untuk kedamaian dan kemajauan hidup.
BAB I
MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
I. Alam Semesta
Alam semesta adalah jagad raya yang kita saksikan di dunia ini, mulai dari yang
tampak (syahadah) sampai yang tidak nampak (ghaib), dari yang bernyawa
sampai yang tidak bernyawa, dan dari yang ada di dalam perut bumi sampai yang
ada di ruang angkasa yang dipenuhi oleh beribu-ribu milliard bintang. Pertanyaan
yang perlu diajukan adalah dari mana asal usul alam semesta ini? Apakah alam
semesta ini terjadi dengan sendirinya dan muncul secara tiba-tiba? Atau ada yang
menjadikannya? Pertanyaan ini menarik perhatian para ilmuwan (saintis) untuk
melakukan penyelidikan hingga melahirkan berbagai teori.
Namun teori yang berlaku sampai awal abad ke-20 ialah bahwa alam semesta
mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal, dan terus ada untuk
selama-lamanya. Menurut pandangan ini yang disebut "model alam statis"- alam
semesta tidak mempunyai awal ataupun akhir. Dengan mengacu pada filsafat
materialis, pandangan ini menolak adanya Pencipta, sambil berpendapat bahwa
alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil dan tidak berubah.
Materialisme adalah system pemikiran yang menganggap bahwa zat itu
merupakan suatu materi yang mutlak dan menolak segala keberadaan kecuali
materi (zat). Dengan berakar pada filsafat Yunani Kuno dan semakin diterimanya
materialisme ini di abad ke-19, system pemikiran ini menjadi terkenal dalam
bentuk materialisme dialektis Karl Marx. (Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat
Akal, hal. 9-10). Namun sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi abad
ke-20 "model alam semesta statis" telah hancur berkeping-keping (Harun Yahya,
Keajaiban al-Quran, hal. 1).
Meskipun demikian masih saja ada Saintis di abad modern ini yang
mendukungnya. Di antaranya adalah Stephen Hawking, seorang ilmuwan yang
kepintarannya disejajarkan dengan Albert Einstein, dia berkata bahwa tidak ada
tempat untuk Tuhan bagi teori penciptaan alam semesta (there is no place for God
in theories on the creation of the Universe). Menurutnya ada hukum seperti
gravitasi yang bisa diciptakan sendiri oleh alam dari ketiadaan. (Republika, 15
September 2011, Kolom Islamia, halaman 26).
Tetapi Stephen Hawking sendiri tidak menjelaskan siapa yang menggerakkan
alam itu sendiri kepada terbentuknya suatu hukum seperti gravitasi yang
kemudian menjadi sebab terbentuknya alam semesta. Sebab hal itu tidak mungkin
tanpa ada yang menggerakkannya. Demikianlah hasil pemikiran ilmuwan (saintis)
yang hanya menggunakan kekuatan (daya) pikirnya saja sehingga tidak mampu
menjangkau alam di luar materi (alam ghaib) yang hanya bisa dijangkau oleh
kekuatan rasa (keyakinan).
1. Asal-Usul Alam Semesta
Jika ada ilmuwan yang berpendapat bahwa alam semesta ini tanpa awal dan
akhir, yang berarti ada dengan sendirinya, tidak ada yang menciptakan dan
terus ada selamanya (abadi) serta tidak akan berubah, maka mari kita melihat
apa yang ada di sekitar kita.
Di sekitar kita ada rumah yang kita tempati, di dalamnya terdapat berbagai
perabot, seperti meja kursi, almari, tempat tidur, kulkas, mesin cuci, AC,
kompor, gas, piring, gelas dan lain-lain. Kemudian makanan yang kita makan,
minuman yang kita minum, pakaian yang kita pakai, sepatu yang kita pakai
dan kendaraan yang kita naiki. Pertanyaannya: "Apakah semuanya itu jadi
dengan sendirinya?" Jawabannya pasti: "Tidak!" "Apakah ketika kita lahir di
dunia ini gedung-gedung tinggi di ibukota kita tiba-tiba sudah ada dengan
sendirinya?" Jawabannya pasti: "Belum!"
Cukup jelas dan haqqul yakin bahwa rumah yang kita tempati dengan segala
perabotnya, makanan yang kita makan, pakaian, sepatu dan kendaraan yang
kita pakai, gedung-gedung tinggi yang ada di ibukota kita tidak ada dengan
sendirinya dan tidak muncul secara tiba-tiba. Semuanya ada yang
menjadikannya dan ada asal usulnya. Tembok-tembok rumah/gedung
misalnya, ia tersusun dari batu, bata dan semen yang terbuat dan berasal dari
tanah. Meja, kursi dan almari yang ada di rumah kita semua terbuat dari kayu
yang berasal dari pohon yang tumbuh dari tanah. Besi, kawat dan paku yang
turut memperkokoh rumah/gedung juga berasal dari tanah. Pertanyaan
berikutnya adalah: "Dari mana asal tanah ini, bumi tempat kita berpijak?"
Pasti bumi ini ada asal usulnya, tidak jadi dengan sendirinya dan juga tidak
jadi secara tiba-tiba.
Jika kita tilik lebih jauh lagi, tidak hanya asal usul planet bumi saja, tetapi
alam semesta ini, ternyata alam semesta ini, termasuk planet bumi, ada asal
usulnya. Temuan-temuan ilmiah diakhir abad 20 dan memasuki abad 21, yang
dilakukan oleh para pemikir terkemuka dunia, melalui berbagai percobaan,
pengamatan dan perhitungan, fisika modern telah menemukan bahwa alam
semesta ternyata telah memiliki permulaan. Bahwa ia muncul dari ketiadaan
pada sebuah momen ledakan akbar, yakni ledakan yang teramat besar. Lebih
jauh lagi, telah terbukti pula bahwa alam semesta tidak statis dan tidak tetap,
sebagaimana yang masih dipertahankan oleh kaum materialis dengan gigih.
Sebaliknya alam semesta selalu mengalami pergerakan, perubahan dan
pengembangan. Fakta-fakta yang baru ditemukan ini telah memukau peti mati
teori alam semesta statis. Sekarang semua fakta ini telah diterima luas oleh
masyarakat ilmiah. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal. 1-2).
"Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak Padahal
Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-An'aam/6: 101)
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
Sesungguhnya
Kami
benar-benar
berkuasa"(QS.
AdzDzariyaat/51:47)
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu."(QS. Ath-Thalaq/65:12)
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?"(QS.
As-Sajadah/32:4)
2. Alam Semesta Tersusun Rapih, Seimbang dan Sempurna
Miliaran bintang dan galaksi di alam semesta bergerak dalam keseimbangan
sempurna pada jalur-jalur yang sudah diciptakan untuk mereka. Bintang,
planet dan satelit tidak hanya berputar pada sumbu masing-masing, tetapi juga
bergerak bersama system sebagai bagian integral. Terkadang, galaksi yang
terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak, melewati jalur galaksi lain.
Namun ajaibnya, tidak terjadi tubrukan yang merusak keteraturan jagad raya.
Keajaiban ini patut kita renungkan. (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an,
hal.13). Perhatikan Firman Allah:
bentuknya sekarang. Jelas sekali, jika semua gaya dan konstanta ini tidak
mempunyai besaran tepat seperti adanya sekarang, maka tidak akan ada
bintang, supernova, planet, atom, dan kehidupan. (Harun Yahya, Keajaiban AlQur`an, hal.17)
Jika gravitasi lebih kuat, maka atmosfir bumi akan menahan terlalu
banyak ammonia dan metana yang merusak kehidupan.
Jika gravitasi lebih lemah, maka atmosfir bumi akan terlalu banyak
kehilangan air sehingga kehidupan tidak mungkin berlangsung.
Jika lebih jauh, bumi menjadi sangat dingin, siklus air di atmosfer akan
terpengaruh, dan bumi memasuki zaman es.
Jika bumi lebih dekat dengan matahari, tumbuhan akan terbakar, siklus air
di atmosfer akan terganggu secara permanen, dan kehidupan tidak
mungkin berlangsung.
Jika kerak lebih tebal, terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke
kerak.
Jika lebih tipis, aktivitas vulkanik akan terlalu besar sehingga kehidupan
tidak mungkin berlangsung.
Jika rotasi lebih lambat, perbedaan temperatur siang dan malam terlalu
besar.
Jika lebih cepat, kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi dan topan
badai yang terbentuk tidak memungkinkan kehidupan berlangsung.
Jika lebih kuat, badai elektromagnetik yang sangat kuat akan timbul.
Aktivitas Gempa:
Jika lebih besar, terjadi bencana terus menerus bagi makhluk hidup.
Jika lebih kecil, sumber makanan di dasar laut tidak bisa menyebar di
dalam air. Akibatnya, kehidupan di laut dan samudra serta seluruh
makhluk di bumi akan terancam.
Ukuran Matahari:
Jika matahari lebih kecil, bumi akan membeku. Sebaliknya jika matahari lebih
besar, bumi akan terbakar.
Gaya Tarik antara Bumi dan Bulan:
Jika lebih besar, gaya tarik bulan akan menimbulkan dampak serius
terhadap kondisi atmosfer bumi, kecepatan rotasi bumi, dan pasang-surut
laut.
Jika lebih kecil, akan terjadi perubahan iklim secara ekstrem.
10
maka
apakah
kamu
tidak
11
Allah SWT menjelaskan, bahan baku penciptaan manusia pertama adalah: Turab
= tanah debu (QS. 3:59), fakhkhar = tembikar, barang-barang pecah belah (QS.
55: 14), shalshal = tanah kering (QS. 55: 14), hama-in = lumpur hitam (QS. 15:
28), thien = tanah lumpur (QS. 32: 7), dan lazib = tanah liat (QS. 37: 11).
Ilmu biologi modern menemukan bahwa yang dimaksud turab adalah zat
anorganis, yakni zat-zat asli di dalam tanah. Fakhkhar adalah carbonium, zat
arang. Shalshal adalah oxygenium, zat pembakar. Hama-in adalah nitrogenium,
zat lemas. Thien adalah hydrogenium, zat air. Dan lazib adalah ferrum, zat besi.
Zat-zat tersebut ternyata merupakan unsur-unsur yang ada di dalam tanah yang
sangat dibutuhkan manusia. Penelitian menunjukkan bahwa 95 % jaringan tubuh
manusia membutuhkan zat-zat tersebut (Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an, hal
128). Kebutuhan jaringan tubuh manusia terhadap zat-zat tersebut juga harus
sesuai kadarnya masing-masing, seimbang, tidak boleh berlebih dan berkurang.
Tegasnya jika manusia kelebihan/kekurangan salah satu dari zat tersebut akan
mengalami gangguan fisik, dapat menyebabkan cacat fisik, dan bila
kelebihan/kekurangannya mencapai titik kritis dapat menyebabkan kematian.
12
13
kamu
dari
air
yang
14
4.
15
16
Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam. Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan keunggulan yang sempurna di atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.(QS. Al-Israa/17: 70).
Ada beberapa potensi yang membuat manusia lebih unggul:
1. Manusia keturunan Adam as, fisiknya berasal dari tanah, bukan dari hewan.
2. Mempunyai bentuk dan struktur fisik yang relative lebih baik dan sempurna.
3. Memiliki ruh dan jiwa (potensi akal, kesadaran, perasaan (emosi), dan
kemauan (antara lain hawa nafsu dan kebebasan).
4. Potensi hidayah (fitrah/instink, indera, akal, agama (wahyu), dan taufik
(bimbingan secara langsung).
5. Diberi potensi untuk dapat berbuat baik dan/atau buruk (QS. 91: 7-8).
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.(QS. Asyams/91:7-8)
6. Diberi amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS. 2: 30), kedudukan
sebagai hamba Allah (QS. 51:56).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah/2:30)
17
18
Sesungguhnya tubuh manusia itu terdiri dari dua jenis, yaitu tubuh kasar dan
tubuh halus, atau jasmani/fisik dan ruhani/ruh. Manusia tanpa jasmani belum
dikatakan manausia, demikian pula manusia tanpa ruh belum dikatakan
manusia hidup. Jasmani manusia berasal dari tanah atau materi. Sedangkan
ruh manusia berasal dari Tuhan Semesta Alam, Allah SWT.
Oleh karena itu manusia sebagai makhluk jasmani dalam hidupnya
membutuhkan hal yang bersifat materi, seperti kebutuhan akan makanan,
minuman, pakaian dan tempat tinggal, lingkungan yang sehat, udara yang
sehat, kebutuhan biologis (seksual), status social dan kebutuhan-kebutuhan
lain yang bersifat materi atau kesenangan duniawi.
Untuk mencapai kesenangan materi, manusia tidak bisa melakukannya
sendiri, ia membutuhkan bantuan orang lain. Dengan kata lain manusia adalah
makhluk social. Maka manusia jika ingin mencapai kesenangan duniawi, ia
harus mampu hidup bersosial dengan baik, yakni harus saling kenal mengenal,
tolong menolong dan saling memperkokoh antara satu dengan yang laksana
sebuah bangunan yang kokoh. Akan tetapi tanpa petunjuk Agama manusia
tidak mampu melakukan kehidupan bersosial dengan baik sehingga dalam
kehidupannya di masyarakat sering menghadapi benturan-benturan yang
mengancam ketenangannya.
Adapun manusia sebagai makhluk yang memiliki ruh, ia juga membutuhkan
ketenangan-ketenangan yang bersifat ruhaniah, yakni ketenangan hakiki.
Ketenangan ruhaniah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kebahagiaan hidup manusia, baik secara lahir maupun batin. Kebahagiaan
hidup itu tidak akan bisa diperoleh jika manusia tidak memperoleh ketenangan
hakiki. Bahkan fisik manusia itu bisa hancur jika ketidaktenangan manusia
mencapai titik yang paling memprihatinkan.
Nabi Muhammad saw bersabda:
( )
Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging. Jika
segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh jasadnya. Jika
segumpal daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh jasadnya, ketahuilah
bahwa ia adalah hati.(HR. Bukhari dan Muslim).
Namun ketenangan hakiki itu tidak akan bisa diperolehnya tanpa diri manusia
itu sendiri mengenal pemilik ruh, yaitu Allah SWT. Manusia tidak akan
mampu mengenal Allah SWT tanpa wahyu (Agama). Bahkan manusia tidak
akan tahu untuk apa hidup di dunia ini dan ke mana manusia akan pergi.
19
20
BAB II
AGAMA ISLAM
I.
Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta. Menurut suatu pendapat ia terdiri
dari kata-kata: a = tidak, dan gama = kacau atau kocar-kacir, atau tidak
teratur. Agama berarti tidak kacau, tidak kocar-kacir dan teratur. Agama pada
hakikatnya memang mengajarkan kehidupan yang baik dan teratur. Ada juga
yang mengartikan agama sebagai teks atau kitab suci dan juga tuntunan.
Memang agama itu memiliki kitab suci yang bersisi aturan-aturan hidup bagi
penganutnya.
Dalam bahasa Arab dipakai kata Din. Kata dini menurut Prof M. Naquib AlAttas, mempunyai banyak arti, yaitu: Kepatuhan, kekuasaan yang bijaksana,
keadaan berhutang dan kecenderungan alamiah. Dalam bahasa Semit berarti
undang-undang atau hukum. Al-Quran mengungkapkan kata din dengan
berbagai derivasinya, yakni mengandung berbagai makna antara lain:
Pembalasan (1:4), agama (3:83/9:29/109:9), aturan (98:5), undang-undang
(12:76), ketundukan atau kepatuhan (4:125), dan hutang (4:11).
Agama berarti sebuah system nilai, aturan-aturan yang diyakini
kebenarannya oleh manusia serta diyakini sebagai jalan untuk mencapai
keselamatan dan kedamaian hidup.
1.
Unsur-unsur Agama
Unsur-unsur penting yang terdapat di dalam agama adalah:
a.
b.
21
c.
d.
2.
3.
Sejarah Agama
Pada awalnya tuntunan Agama yang benar dari Allah SWT sudah ada,
yakni tuntunan yang diberikan Allah kepada Nabi Adam as ketika
beliau turun ke bumi, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
22
Pengertian Islam
Kata Islam merupakan bentuk dasar (mashdar/infinitive) dari kata aslamayuslimu yang berarti memelihara dalam keadaan selamat/damai atau
menyerahkan diri, tunduk, patuh atau taat, damai. Kata aslama berakar
dari kata salima yang berarti selamat, sentosa, damai. Secara sederhana Islam
adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa takdir dan sunnah-Nya terhadap
semua makhluk ciptaan-Nya agar terpelihara dengan baik sehingga semua
berjalan selamat-sentosa.
Istilah Islam jika kita melihat maknanya, cakupannya sangat luas, yakni
mencakup semua makhluk-Nya. Dalam konteks ini, semua makhluk Allah
telah ber-Islam, baik makhluk Allah yang di bumi maupun yang berada di
langit. Ber-Islam dalam arti semua berjalan mengikuti sunnah-sunnah Allah
dan ketentuan-ketentuan-Nya. Perhatikan Firman Allah:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuranukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan/25: 2)
Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah.(QS. Al-Ahzab/33: 62).
Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan. (QS. Ali Imran/3: 83)
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada
di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan
banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. dan
23
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu..."(QS. AnNahl/16: 36).
Islam resmi menjadi nama Agama Allah setelah Nabi Muhammad saw diutus
oleh Allah SWT sebagai nabi terakhir. Risalahnya telah disempurnakan untuk
berlaku sepanjang zaman dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya:
...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu...(QS. Al-Maidah/5:3).
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dapat didefinisikan
sebagai berikut: Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
saw untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, sebagai Agama yang
paling benar dan sempurna,yang diterima dan diridhai oleh Allah, menjadi
rahmat bagi seluruh alam, yang di dalamnya mengandung ketentuan
24
keimanan, syraiah dan akhlak yang dapat membentuk pribadi yang paling
mulia dan menjamin pengikutnya selamat di dunia dan di akhirat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan:
1. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah untuk
seluruh manusia (QS. Saba/34:28).
2. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah merupakan
rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiyaa/21: 102).
3. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
paling benar. Dan sebuah agama dapat teruji kebenarannya jika;
a) telah diuji keaslian kitabnya,
b) kebenaran isinya,
c) tidak saling bertentangan,
d) sesuai dengan fitrah manusia,dan
e) kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan.
4. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
paling sempurna.
5. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama
tauhid yang tercermin dalam keimanan, syariah dan akhlak.
6. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang
menjamin keselamatan kepada para pemeluknya baik di dunia maupun di
akhirat.
III.
25
26
V.
BAB III
SUMBER AJARAN ISLAM
I. Al-Qur`an Sebagai Sumber Ajaran Islam
1. Pengertian Al-Qur`an
Al-Qur`an berasal dari kata-kata: Qara-a Yaqra-u, Qur`an, yang berarti
bacaan atau yang dibaca. Bila dibaca Qur`an saja tanpa al ia berarti nama
semua bacaan yang dibaca. Sedangkan AL-Qur`an, dengan tambahan al yang
dimaksudkan adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dalam bahasa Arab.
Secara terminogis al-Qur`an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi terakhir, Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, tertulis
dalam mushhaf, sampai kepada manusia secara mutawatir, dimulai dengan
27
28
,
,
.
). , .
(
Sesungguhnya al-Qur`an ini adalah hidangan Allah, maka terimalah
hidangan Allah itu semampumu (sekuat tenagamu). Sesungguhnya alQur`an ini adalah tali Allah, cahaya yang terang, obat yang memberi
manfaat, pelindung bagi orang yang berpegang kepadanya, penyelamat
bagi orang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga menyebabkan
cacat, tidak bengkok sehingga harus diluruskan, dan tidak pernah habis
keajaiban-keajaibannya, dan tidak pernah hilang keindahannya lantaran
diulang-ulang. Bacalah (Al-Qur`an), karena sesungguhnya Allah akan
memberi pahala kalian atas pembacaannya tiap-tiap satu huruf sepuluh
kebaikan. Aku tidak mengatakan kepada kalian Alif lam miim satu huruf,
akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.
(HR.Al-Hakim).
2.
Nama-Nama Al-Qur`an
Allah SWT menamakan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan beberapa nama, di antaranya:
a. Al-Qur`an. Firman Allah:
29
30
benar-benar
Menurut pendapat yang paling kuat bahwa Al-Qur`an itu dua kali di
turunkan. Pertama, diturunkan secara langsung dari Lauh Mahfuzh ke
Baitul Izzah di langit dunia. Peristiwa turunnya terjadi pada malam AlQadr (QS.Al-Qadr/97: 15) di bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah / 2:185).
Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi, yakni kepada Nabi
Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 22 hari (23
tahun). Ayat yang pertama kali turun adalah surat al-Alaq / 96:5) dan
ayat yang terakhir turun menurut jumhur ulama adalah surat alMaidah/5:3) yang berbunyi:
31
Al Qur`an diwahyukan berangsur-angsur dari tahun 610632 M melalui perantara Malaikat Jibril. Setiap ayat turun,
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada sahabat
beliau untuk menghapal dan menulisnya. Beliau
menetapkan beberapa sahabat yang pandai menulis
untuk bertugas menulisnya, di antara mereka, Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Kaab. Al-Qur`an
mereka tulis pada kayu, pelepah kurma, batu, tulang onta
atau kambing yang telah bersih dan kering, papan pelana
kuda, kulit kayu, kulit binatang ternak, daun (alwaraq) dan
lain-lain. Semua penulisan itu di bawah pengawasan
Rasulullah SAW. Beliaulah yang mengatur letak ayat, surat
serta bunyi bacaannya secara akurat atas petunjuk
Malaikat Jibril. Sampai menjelang wafat Rasulullah,
pekerjaan pencatatan semua ayat telah tuntas meskipun
belum tertata rapih.
Penulisan pada Masa Khalifah Abu Bakar
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah pertama (632-634 M),
terjadi perang riddah (membasmi orang-orang murtad) di
Yamamah terhadap nabi palsu, Musailamah. Peperangan
ini menewakan 70 sahabat hapal Al-Qur`an. Hal ini
mendorong Umar bin Khattab mengusulkan kepada
Khalifah agar memprakarsai penulisan ulang Al-Qur`an ke
dalam satu jilid naskah.
Pada mulanya Khalifah Abu Bakar berat menerima usulan
Umar karena pekerjaan itu belum pernah dikerjakan oleh
Rasulullah dan tidak ada perintah dari beliau. Tetapi
setelah Umar meyakinkan bahwa penulisan ulang AlQur`an ke dalam satu jilid naskah semata-mata untuk
memelihara
kelestarian
Al-Qur`an,
berulah
ia
menyetujuinya. Abu Bakar kemudian memerintahkan Zaid
untuk menulis ulang Al-Qur`an dan menghimpunnya
dalam satu jilid mushhaf . Dalam melaksanakan tugas
berat itu Zaid dibantu oleh para sahabat Qurra`(ahli baca
Al-Qur`an), di antara mereka ialah Ubay bin Kaab, Ali bin
Abi Thalib, Usman bin Affan dan lain-lain.
Meskipun Zaid adalah hafizh Qur`an, dia tetap berhati-hati
dalam menulis Al-Qur`an. Zaid berpegang pada tulisantulisan yang tersimpan di rumah Rasulullah SAW, pada
hapalan-hapalan para sahabat dan naskah-naskah yang
ditulis para sahabat untuk mereka sendiri. Zaid
32
33
34
35
36
Kandungan Al-Qur`an
37
38
mengembangkan
pesan-pesan
tersebut
secara
maksimal, dunia Islam di abad 8-13 Masehi pernah
mencapai kemajuan dan peradaban yang sanga tinggi.
Dunia Islam di zaman sekarangpun akan mampu
mencapai
peradaban
yang
tinggi
jika
mau
melakukannya.
8.
Kemukjizatan Al-Qur`an
39
40
41
42
b.
43
Takwil
Takwil secara bahasa artinya mengembalikan atau
memalingkan makna. Secara istilah takwil ialah
mengembalikan makna suatu ayat kepada apa yang
dikehendaki-Nya, atau memalingkan makna asalnya
dengan makna lain yang sejiwa denganna. Al-Qur`an
sendiri terkadang menyebut takwil dengan arti mencari
kebenaran. Ulama tafsir mendefinisikan takwil sebagai
berikut:
1.
II.
44
45
46
( )
Shalatlah kamu sebagaimana
shalat. (HR. Bukhari).
kamu
melihat
aku
Al-Hadits
memberikan
pengecualian
terhadap
pernyataan Al-Qur`an yang bersifat umum. Misalnya AlQur`an mengharamkan memakan bangkai dan darah
sebagaimana dalam firman Allah:
47
48
Seleksi Hadits
Macam-Macam Hadits
49
c.
III.
Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata jahada ( berjuang, bersungguhsungguh). Secara bahasa ijtihad mengandung arti
mencurahkan segala kemampuan atau memikul beban.
Secara istilah adalah usaha sungguh-sungguh yang
dilakukan oleh seorang mujtahid untuk mencapai suatu
keputusan syara (hukum Islam) tentang kasus yang
penyelesaiannya belum tertera dalam Al-Qur`an dan AsSunnah.
Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai sumber norma dan nilai, sudah lengkap
selama-lamanya bagi siapa saja yang berpegang pada dua sumber tersebut.
Namun demikian Al-Qur`an sebagai sumber pokok ajaran Islam, pada
50
2.
Kedudukan Ijtihad
Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga, yakni
sebagai sumber operasional ajaran Islam. Tetapi perlu
diketahui bahwa ijtihad adalah hasil pemikiran manusia
yang bersifat relatif, oleh karena itu ijtihad terikat dengan
hal-hal sebagai berikut:
Macam-Macam Ijtihad
51
Qiyas
Ijma
Istihan
Mashalihul Mursalah
52
e.
Sudduzzaariat
Cara-Cara ber-Ijtihad
Rasulullah bersabda:
Apabila seorang bakim berijtihad, kemudian mencapai kebenaran,
baginya mendapat dua pahala. Apabila ia berijtihad kemudian tidak
mencapai kebenaran, maka baginya satu pahala. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Secara umum ijtihad terbagi kepada dua bentuk jika di tinjau dari target
yang ingin dicapai. Pertama, ijtihad dalam bentuk mengerahkan
pemikiran untuk menetapkan suatu ketentuan pelaksanaan hukum. Ijtihad
seperti ini dapat dilakukan oleh setiap muslim yang telah berakal, dewasa
dan merdeka. Kedua, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan hukum yang rinci yang tidak disebutkan
secara ekspilisit di dalam Al-Quran dan Hadits. Ijtihad inilah yang
memiliki syarat. Di antara syarat-syaratnya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
53
Nash Al-Quran.
Hadits mutawatir
Hadits Ahad.
Zhahir Al-Quran
Zahir Hadits.
Fatwa-Fatwa para sahabat
BAB IV
AQIDAH ISLAM
54
Pembahasan aqidah Islam pada hakikatnya adalah membahas rukun iman. Berikut
ini akan dibahas tentang perihal rukun iman.
II. Rukun Iman
Rukun berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti sisi sesuatu yang paling
kuat. Sedangkan yang dimaksud dengan rukun iman adalah sesuatu yang menjadi
sendi tegaknya iman (Kitab Tauhid 2, hal. 16). Tanpa adanya sendi tersebut, maka
iman tidak akan tegak.
Rukun iman ada enam, yaitu:
Pertama, beriman kepada Allah.
Kedua, beriman kepada malaikat-malaikat Allah.
Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keempat, beriman kepada rasul-rasul Allah.
Kelima, beriman kepada hari akhir.
Keenam, beriman kepada takdir Allah, takdir baik maupun buruk.
Rukun iman yang enam ini didasarkan pada Firman Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Quran) yang diturunkan kepada Rasul-
55
Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh."(QS. An-Nisaa/4: 136).
Dan didasarkan pada sabda Rasulullah saw:
( )
"Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepada takdir
(Allah), baiknya maupun buruknya."(HR. Muslim)
1. Keimanan Kepada Allah
a. Arti Iman
Iman berasal dari kata amuna/amana/amina yang mengandung arti jujur,
setia, percaya, aman dan tenteram. Iman berarti kejujuran, kepercayaan,
keamanan dan ketenteraman.
Keimanan kepada Allah berarti kepercayaan akan adanya Allah yang
dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, dan dengan keimanan itu jiwa menjadi tenang dan tenteram.
Tentang iman, Rasulullah saw bersabda:
( )
"Iman itu keyakinan dalam hati diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan."(HR. Thabrani).
Seseorang yang beriman kepada Allah SWT disebut Mukmin. Seorang
Mukmin berarti orang yang hatinya beriman kepada Allah, ucapan dan
perilakunya sesuai dengan tuntunan-Nya. Sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya:
56
Firman Allah:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. At-Taubah/9: 71)
b. Hakikat Iman dan Cabangnya
Beriman kepada Allah SWT hakikatnya tidak sekadar atau sebatas
membenarkan adanya Allah saja, melainkan juga haruslah dibuktikan
dengan ucapan dan perbuatannya. Yakni mengucapkan dua kalimat
syahadat dan perbuatannya mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu seseorang pada hakikatnya belum dikatakan beriman
kepada Allah jika ucapan dan perbuatannya belum sesuai dengan tuntunan
Nya.
Dalam al-Qur`an dan Hadis, banyak dalil-dalil yang mengkaitkan iman
dengan perbuatan. Di antaranya sebagai berikut:
Firman Allah:
57
,
,
)
(
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berbuat
baiklah kepada tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir maka muliakanlah tamunya, dan barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau lebih baik
diam."(HR. Bukhari dan Muslim).
Sabda Rasulullah saw:
( ) ,
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah
dengan tangannya, dan jika tidak bisa maka rubahlah dengan lidahnya,
dan jika tidak bisa maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian itu
adalah iman yang paling lemah." (HR. Muslim)
Dalil-dalil tersebut di atas mengkaitkan iman dengan tawakkal, shalat,
infak (zakat), jihad (berjuang) menolong, berbuat baik dengan tetangga,
memuliakan tamu, berkata yang baik dan memberantas kemungkaran.
Masih banyak lagi dalil-dalil yang mengkaitkan perbuatan manusia
dengan iman.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa iman mempunyai 70 cabang lebih,
cabang yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illalla (tidak ada
Tuhan selain Allah) dan yang paling ringan ialah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Sebagaimana tersebut dalam sabda beliau:
, : .
).
(
"Iman itu mempunyai tujuh puluh lebih cabang, yang paling utama ialah
mengucapkan tidak ada tuhan kecuali Allah, dan yang paling ringan ialah
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah sebagian dari
iman."(HR. Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah).
c. Hal-hal yang Membatalkan/Merusak Iman
58
Pembatal atau perusak iman ialah sesuatu perbuatan yang dapat merusak
iman dan bahkan menghapus iman setelah seseorang menyatakan diri
beriman kepada Allah SWT. Adapun yang membatalkan atau merusak
iman ialah sebagai berikut:
1) Mengingkari Rububiyah Allah SWT, baik semuanya maupun
sebagianya. Firman Allah:
"Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan
tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan
diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka
Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk
mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan
dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri
mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah."(QS. AnNisaa/4: 172-173)
3) Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai
pertolongan selain Allah. Seperti menjadikan patung, kuburan atau
benda-benda keramat lain sebagai perantara atau tempat meminta.
Firman Allah SWT:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: 'Mereka itu adalah pemberi
syafa'at kepada Kami di sisi Allah'. Katakanlah: 'Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) dibumi?' Maha suci Allah dan Maha Tinggi
dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)."(QS. Yunus/10:18).
Firman Allah:
59
"Dan
jika
mereka
mendustakan
kamu,
Maka
Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah
mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah
datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang
nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang
sempurna. Kemudian aku azab orang-orang yang kafir;
Maka
(lihatlah)
bagaimana
(hebatnya)
akibat
kemurkaan-Ku."(QS. Fathir/35:25-26)
6) Berkeyakinan bahwa petunjuk Rasulullah saw tidak
sempurna atau menolak suatu hukum syara' yang telah
Allah SWT turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa
ada selain hukum Allah SWT yang lebih baik, lebih
sempurna, lebih memenuhi hajat manusia atau
60
61
62
. ,
( )
"Para malaikat diciptakan (Allah) dari cahaya, dan jin diciptakan dari api
yang paling panas, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan
kepadamu."(HR. Ahmad dan Muslim).
Allah SWT berfirman:
63
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
mempunyai sayap, (masing-masing ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Allah Maha kuasa atas segala sesuatu."(QS. Fathir/35: 1).
Firman Allah:
"Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah, dalam sehari
setara dengan lima puluh ribu tahun."(QS. Al-Ma'arij/70: 4).
Kandungan dalil-dalil ini:
a. Malaikat diciptakan Allah dari cahaya/nuur.
b. Tugas malaikat melaksanakan perintah Allah untuk menyampaikan
berbagai macam urusan makhluk Allah di bumi.
c. Malaikat mempunyai sayap, ada yang dua, tiga dan empat, dan Allah bisa
menambahnya sesuai kehendaknya.
d. Gerakan malaikat sangat cepat, perjalanannya dalam sehari sama
dengan 50 000 tahun perjalanan yang ditempuh manusia.
Beriman kepada Allah mestilah beriman juga kepada para malaikat-Nya.
Dengan beriman kepada para malaikat-Nya, maka yakinlah bahwa segala
urusan yang menjadi hak manusia pasti akan sampai kepada mereka karena
para malaikat tidak pernah ingkar kepada Allah. Termasuk urusan wahyu yang
dibawa malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul Allah. Selain itu manusia
akan berhati-hati dalam hidupnya karena segala gerak-geriknya tidak akan
lepas dari pengawasan Allah dan catatan malaikat-Nya.
Firman Allah:
"(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di
sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat Raqib dan 'Atid yang selalu
siap mencatat."(QS. Qaaf/50: 17-18).
3. Perihal Kitab-Kitab Allah
Wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya ada yang
terhimpun dalam shuhur-shuhuf (lembaran-lembaran) saja dan ada yang sudah
tersusun dalam satu kitab. Seperti Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur`an.
64
65
66
b.
67
c.
d.
Ketetapan sejak zaman azali sebelum alam ini diciptakan dan juga
sebelum kejadian yang ditetapkan itu terjadi. Seperti tersebut dalam
Firman-Nya:
68
yang mendahuluinya. Ini sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah
dan yang telah Dia atur.
Dalam bahasa yang paling sederhana, qadha` adalah ketetapan dan keputusan
Allah sejak zaman azali, sedangkan qadar/takdir adalah ketetapan/ketentuan
Allah yang berjalan mengikuti qadha`-Nya sesudah zaman azali, yakni dari
awal kehidupan di dunia ini sampai di akhirat nanti.
Maka apa yang terjadi berarti dia itu telah ditakdirkan dan ditentukan
qadha`nya oleh Allah, dan apa yang belum terjadi berarti dia itu belum
ditentukan takdirnya dan qadha`nya oleh Allah.
Pembagian Takdir
Bila dilihat dari segi bentuk, maka qadha` dan qadar Allah itu dapat
dikelompokkan kepada dua, yakni; pertama qada` dan qadar yang berkenaan
dengan sunnatullah, yang didalamnya terdapat hukum sebab musabab atau
sebab akibat. Perhatikan Firman Allah:
"Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia menciptakan segala sesuatu,
lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."(QS. Al-Furqan/25: 2)
69
"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya.
Namun demikian kamu masih meragukannya."(QS. Al-An'am/6:2).
"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba,
mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."(QS. AlA'raaf/7: 34).
Takdir Allah jika dilihat dari segi waktu, maka takdir (qadha` dan qadar) Allah
itu dapat dikelompokkan kepada empat, yaitu:
a. Takdir `Azali.
Takdir 'Azali adalah takdir yang bersifat umum, yaitu takdir tentang segala
sesuatu yang ditulis lima puluh ribu tahun sebelum alam semesta ini
diciptakan, dari mulai adanya kehidupan hingga hari kiamat.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah."(QS. Al-Hadid/57:22)
( ) : ,
"Allah telah menulis takdir segala makhluk sejak lima puluhribu tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda: 'Dan 'ArasyNya berada di atas air'."(HR. Muslim)
b. Takdir `Umuri
Takdir 'Umuri yaitu takdir yang diberlakukan kepada umat manusia pada
awal penciptaannya, yakni takdir yang mencakup rizki, ajal, kebahagiaan
dan kesengsaraan.
Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan di perut ibunya
selama 40 hari, kemudian berbentuk 'alaqah (morula/segumpal darah)
seperti itu juga (lamanya), kemudian menjadi mudhghah
(embrio/segumpal daging) seperti itu juga lamanya. Kemudian Allah
mengutus malaikat yang diperintah untuk (menulis) empat perkara:
Rizkinya, ajalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah, sesungguhnya
70
seorang dari kamu atau seorang laki-laki yang beramal seperti amalnya
ahli neraka sampai tidak ada jarang antara dia dan neraka melainkan
satu depa atau satu hasta, tetapi catatan takdir telah mendahuluinya,
sehingga ia melakukan amalnya ahli surga maka iapun memsukinya. Dan
sesungguhnya seorang laki-laki yang beramal seperti amalnya ahli surga
sampai tidak ada jarak antara dia dengan surga melainkan satu depa
atau satu hasta, ternyata tulisan takdir telah mendahuluinya, sehingga ia
mengamalkan amalnya ahli neraka, maka iapun memasukinya."(HR.
Bukhari dan Muslim)
c. Takdir Tsanawi
Takdir Tsanawi (tahunan), ialah takdir yang akan terjadi pada satu tahun,
yakni dicatat pada malam lailatul qadar setiap tahun. Seperti terdapat
pada firman Allah:
71
72
kehendaki.
di
tangan
Engkaulah
segala
kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali Imran/3: 26-27)
Jika kita berbicara tentang Tauhid Rububiyah, maka iblis pun
telah mengakuinya. Hal ini terbukti ketika Allah SWT berkata
kepada para malaikat, termasuk juga kepada bangsa jin,
bahwa Dia akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi,
yakni Adam as (QS. 2: 30). Bahkan para malaikat sempat
berdialog dengan Allah SWT. Namun ketika mereka disuruh
sujud (hormat) kepada Adam as, mereka sujud semua kecuali
iblis, dia menolak dan menyombongkan diri dan dia termasuk
golongan kafir (QS. 2: 34).
Demikian pula kaum musyrikin pada masa Nabi Muhammad
saw mereka mengakui sifat Rububiyah Allah SWT
sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran
dan
penglihatan,
dan
siapakah
yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur
segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang
sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu,
melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kamu dipalingkan
(dari kebenaran)? (QS. Yunus/10: 31-32)
73
74
/
( )
"Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah/sesembahan (yang wajib diibadahi
dengan benar) selain Allah dan bahwasanya aku (Muhammad saw)
adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba menjumpai Allah (dalam
keadaan) tidak ragu-ragu terhadap kedua syahadatnya itu, melainkan ia
masuk surga."(HR.Muslim).
Ibnu Mas'ud (sahabat Nabi saw) berkata:
( )
"Yaqin adalah iman secara keseluruhan, dan sabar adalah sebagian dari
iman."(Riwayat Bukhari)
Syarat ketiga, al-Ikhlas/ikhlas
Yaitu memurnikan ketauhidan semata-mata karena Allah saja.
( )
75
( )
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat
cintanya kepada Allah..."(QS. Al-Baqarah/2: 165)
Lihat Firman Allah QS. Ali Imran/3: 31.
Rasulullah saw bersabda:
76
"Tiga perkara yang apabila tiga perkara itu terdapat pada diri seseorang
maka ia akan mendapat kelezatan iman: Pertama, apabila Allah dan
Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, kedua, mencintai
seseorang semata-mata karena Allah, dan ketiga, membenci kembali
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia
benci dicampakkan ke dalam api neraka."(QS. Bukhari)
Syarat keenam, al-Inqiyad (tunduk dan patuh)
Seorang Mukmin wajib tunduk dan patuh terhadap apa yang ditunjukkan
oleh kalimat tauhid itu, yakni hanya beribadah kepada Allah, tunduk dan
patuh pada syari'at-Nya.
77
78
Apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan tentang diri Allah, baik NamaNama-Nya maupun Sifat-Sifat-Nya, kita wajib mensucikan-Nya dari segala aib
dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah SWT sendiri
dan oleh Rasul-Nya. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Allah, baik yang terdapat
adalam Al-Quran maupun As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.
Allah SWT memiliki Asmaul-Husnaa (Nama-Nama yang Maha Baik), tidak sama
dengan sifat-sifat makhluk-Nya, oleh karena itu kita tidak boleh menyamakan
Sifat-Sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya.
Firman Allah:
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.(QS. Asy-Syuraa/42:11).
6. Keutamaan Tauhid
Seseorang yang bertauhid kepada Allah akan diberi banyak keutamaan oleh Allah
SWT. Di antaranya sebagai berikut:
a. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus segala dosanya dan diberi
pahala yang sebesar-besar.
79
...
....
....Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang
(dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya
Allah
telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.... dan barang
-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath-Thalaq/65:24)
d. Orang yang bertauhid kepada Allah, akan ditanamkan oleh Allah rasa cinta
kepada iman dan benci kepada kekafiran.
80
81
Firman Allah:
82
83
Sesungguhnya
Allah
tidak
mengampuni
dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.(QS. An-Nisaa/4:116)
2) Orang yang berbuat syirik diharamkan oleh Allah masuk syurga. Firman
Allah:
84
Syirik Do'a
Yaitu disamping berdo'a kepada Allah juga kepada selain Allah. Firman
Allah:
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah)."(QS. Al-'Ankabuut/29:65)
"Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah."(QS. Al-Jin/72:18)
2.
85
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan."(QS. Huud/11:15-16)
3.
4.
Syirik Kecil
Syirik kecil tidak membuat pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan perantara kepada syirik besar. Syirik kecil
ada dua macam, yaitu syirik nyata (zhahir) seperti bersumpah dengan nama
selain Allah. Dan syirik khafi (tersembunyi), seperti riya, ingin didengar
(sum'ah) dan lain-lain.
BAB V
SYARIAH
86
I. Makna Syariah
Syariah menurut bahasa berarti jalan, sedangkan menurut istilah ialah system
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam.
Syariah merupakan aspek norma atau hukum yang tidak bisa dilepaskan dari
aqidah Islam. Seseorang yang aqidah Islamnya baik, pasti syariahnya baik,
sebaliknya apabila aqidahnya rusak, pasti syariahnya juga rusak. Syariah yang
benar adalah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
Syariah yang telah dikodifikasikan disebut fiqih. Maka fiqih adalah hasil
kodifikasi syariat Islam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Syariat
Islam mengatur perbuatan seorang Muslim yang di dalamnya terdapat hukumhukum sebagai berikut:
5. Wajib, yaitu perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala, apabila
ditinggalkan berdosa.
6. Sunnah, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, apabila
ditinggalkan tidak berdosa.
7. Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan, karena tidak
diberi pahala dan tidak berdosa.
8. Makruh, yaitu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan
apabila dikerjakan tidak berdosa.
9. Haram, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan berdosa, apabila ditinggalkan
mendapat pahala.
II. Fungsi Syariah
Syariah Islam berfungsi membimbing manusia untuk menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan benar sesuai dengan kehendak Allah, baik mereka sebagai hamba
Allah maupun sebagai khalifah Allah.
Syariah Islam diturunkan kepada manusia sebagai tanggung jawab Allah Yang
Maha adil kepada makhluk-Nya. Sebab Dia yang menciptakan manusia dan alam
semesta beserta isinya, maka Dia-lah yang Maha Tahu bagaimana baiknya manusia
dan kehidupan di alam semesta ini.
Maka apa saja yang Allah perintahkan dalam syariat-Nya kepada manusia pasti
banyak manfaatnya, dan apa saja yang Allah haramkan dalam syariat-Nya kepada
manusia pasti banyak madharatnya. Oleh karena itu manusia yang tunduk dan
patuh kepada syariat-Nya dijamin hidupnya tenang secara lahir maupun batin dan
bahagia di dunia dan di akhirat kelak.
Firman Allah:
87
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).(QS. Asy-Syuuraa/42:13)
III. Syariah dan Fiqih
Dalam hukum Islam dikenal istilah syariah dan fiqih. Syariah adalah system
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan
manusia, manusia dengan alam yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
Sedangkan fiqih adalah hasil pemahaman para ulama fiqih (Fuqaha) terhadap alQuran dan as-Sunnah mengenai syariah itu sendiri. Dengan kata lain fiqih adalah
hasil kodifikasi dari hukum syariah.
Mengapa ada fiqih, padahal sudah ada syariah? Fiqih tersebut ada karena:
Pertama, masih banyak umat Islam yang awam terhadap syariah Islam. Kedua,
ternyata masih banyak aturan-aturan dalam syariah yang memerlukan penjelasan
lebih konkrit dari para ahli fiqih. Sebab jika tidak dijelaskan lebih konkrit umat
akan bingung dan bisa salah paham. Ketiga, banyak muncul persoalan-persoalan
baru di kalangan umat Islam setelah Rasulullah saw wafat yang persoalan tersebut
membutuhkan kepastian hukum. Berangkat dari tiga hal inilah muncul semangat
berijtihad dari para fuqaha untuk memberikan kepastian hukum kepada umat Islam
mengenai persoalan-persoalan yang sangat membutuhkan kepastian hukum.
Namun demikian kita harus sadar bahwa hasil ijtihad (fiqih) tidak mutlak
kebenarannya, karena ia hanya merupakan hasil ijtihad ulama yang tidak mashum
sebagaimana Rasulullah saw. Hasil ijtihad itu bisa menjadi pedoman bagi umat
Islam selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah serta lebih
membawa kepada maslahat dan manfaat bagi umat Islam. Tetapi jika hasil ijtihad
itu tidak sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, lebih membawa kepada madharat,
atau ditemukan hasil ijtihad baru yang lebih benar dan lebih maslahat, maka
hendaklah kita tinggalkan hasil ijtihad yang lama dan mengikuti ijtihad yang baru.
IV. Ibadah dan Muamalat
Di dalam syariah Islam terdapat tuntunan mengenai ibadah mahdhah dan
muamalat. Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus (ritual) yang jenis dan
macamnya telah ditentukan secara pasti, diperintahkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah saw. Sedangkan muamalat adalah ibadah umum (ghairu mahdhah)
yang jenis dan macamnya tidak spesifik ibadah khusus.
Para ulama menetapkan kaidah khusus terhadap ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah (muamalat), dengan kaidah sebagai berikut: Kaidah ibadah mahdhah
ialah semua dilarang kecuali yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan
88
oleh Rasul-Nya. Dengan demikian maka jenis dan macam ibadah yang tidak
diperintahkan oleh Allah dan tidak dicontohkan oleh Rasul-Nya tidak boleh
dilakukan, jika dilakukan maka amalnya tertolak. Rasulullah saw bersabda:
Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dalam agama kami,
maka amalan itu tertolak.(HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Abbas berkata: Tetaplah kalian bertakwa kepada Allah dan bersikap
istiqamah, ikutilah sunnah dan jauhilah bidah.
Rasulullah saw bersabda:Jauhilah olehmu perkara-perkara baru yang diadaadakan (dalam ibadah), karena sesungguhnya perkara-perkara baru yang diadaadakan dalam ibadah itu bidah, dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap yang
sesat tempatnya di neraka.(HR. Abu Daud dan Turmuzi).
Kaidah muamalat ialah semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang Allah
dan Rasul-Nya.
Muamalat adalah menyangkut hubungan sesama manusia juga dengan alam yang
tidak dirinci jenisnya satu persatu.
V. Ibadah Khusus
1. Thaharah
Thaharah atau bersuci merupakan syarat bagi seseorang hamba untuk
melaksanakan ibadah lainnya, seperti shalat, thawaf dan lain sebagainya.
Bersuci yang dimaksud adalah bersuci dari najis dan hadas. Bersuci dari najis
ialah mensucikan badan, pakaian dan tempat dari najis (kotoran) dengan alat
bersuci seperti dengan air, tanah (debu), batu atau benda lain yang dianggap
syah oleh syara untuk bersuci.
Bersuci dari hadas ialah menghilangkan hadas kecil dan hadas besar.
Mensucikan hadas kecil ialah dengan jalan berwudhu, sedangkan mensucikan
hadas besar dengan jalan mandi besar, yakni menyiramkan dan meratakan air
ke seluruh tubuh. Berkaitan dengan wudhu dan mandi besar, Allah SWT
berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
89
90
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk berzikir (mengingat)
kepada-Ku." (QS. Thaha, 20: 14)
2) Shalat merupakan tali perhubungan yang amat kokoh antara hamba
dengan Allah SWT. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut:
"Sedekat-dekat hamba kepada Tuhannya, ialah ketika hamba itu
bersujud. Maka perbanyaklah do'a dalam sujud itu." (HR. Muslim,
Abu Daud dan An-Nasai).
3) Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Berdasarkan firman
Allah SWT sebagai berikut:
91
"Dan dirikanlah olehmu shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku'lah kamu
beserta orang-orang yang ruku'." (QS. Al-Baqarah, 2: 43).
92
2)
3)
4)
Karena shalat adalah ibadah yang paling utama dan yang pertama kali
dihisab di hari kiamat. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut:
"Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari
kiamat ialah shalat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya,
sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua amalannya."(HR. Thabrani).
2)
3)
Merasa masih panjang umur. Menganggap shalat hanya untuk orangorang yang mau mati. Jika seseorang menyadari bahwa umur adalah
rahasia Allah dan kapan saja bisa menjemputnya, serta shalat adalah
93
bekal paling utama untuk kembali kepada Allah, pasti seseorang akan
taat kepada Allah, termasuk taat menunaikan ibadah shalat.
4)
5)
6)
7)
8)
9)
94
Perbedaan antara shadaqah dan infak ialah kalau kalau infak lebih bersifat
materi, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain
yang dibutuhkan seseorang. Sedangkan arti shadaqah lebih luas lagi, baik
yang bersifat materi maupun non-materi, seperti berbuat baik, berzikir,
mencegah kemungkaran adalah termasuk shadaqah.
d. Makna Fidyah
95
96
97
98
3).
4).
5).
6).
7).
8).
h. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir Ramadhan bagi
setiap muslim, baik anak kecil (bayi) maupun orang dewasa, baik laki-laki
maupun perempuan, baik orang merdeka maupun hamba sahaya (budak).
Batas nishabnya ialah apabila memiliki persediaan makanan cukup untuk
satu hari satu malam pada Idul Fitri. Jika memiliki lebih dari kadar
tersebut maka wajiblah berzakat. Waktunya ialah sebelum shalat Idul Fitri
dilaksanakan. Zakatnya satu sha gandum atau 2,751 kg beras atau 3,5 liter
beras.
i. Mustahiq Zakat Fitrah
Terdapat perbedaan di kalangan ulama tentang orang yang
berhak menerima (mustahiq) zakat fitrah. Ulama Mazhab Maliki,
Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyum alJauziah, berpendapat zakat fitrah hanya hak orang fakir miskin
saja. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan
Ibnu Majah dari Ibnu Abbas, katanya:
"Sesungguhnya Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah untuk
mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia
dan perkataan kotor, dan untuk member makan orang-orang
miskin."
Tetapi 'ulama Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa yang berhak
menerima zakat fitrah adalah sama seperti yang berhak
menerima zakat maal, yakni 8 ashnaf.
99
.....(sebut namanya)
"Semoga Allah SWT memberi pahala kepada Anda atas apa
yang Anda berikan, dan memberkahi atas barang yang
tinggal."
k. Makna Wakaf
100
Hibah secara bahasa adalah pemberian atau hadiah. Secara istilah adalah
pemberian yang dilakukan secara sukarela dalam rangka untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan tidak mengharapkan apa-apa kecuali
keridhaan-Nya.
Jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagai berikut: Akad yang
mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela (ikhlas) sematamata mengharapkan ridha Allah.
Jumhur ulama mengemukakan bahwa hibah itu harus ada rukun dan
syaratnya. Rukunnya ialah:
1)
2)
3)
4)
101
seperti pahala shadaqah, yakni berlipat ganda dari 700 kali lipat sampai tak
terhingga sesuai kehendak Allah SWT.
n. Manfaat dan Hikmah Zakat, Infaq dan Shodaqah
Dalam buku Pedoman Zakat yang disusun oleh Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Departemen Agama RI, dijelaskan ada beberapa manfaat
dan hikmah Manfaat Zakat, (Infaq dan Shodaqah Penulis). Di
antaranya sebagai berikut:
1)
k)
2)
102
d)
e)
4. Puasa
a. Makna Puasa
Puasa secara etimologis berarti menahan diri dari sesuatu, baik dalam
bentuk perkataan maupun perbuatan.
Ulama fikih sepakat mendefinisikan puasa dengan "menahan diri dari
segala perbuatan yang membatalkan puasa yang dilakukan oleh orang
mukallaf pada siang hari, sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari."
Yang dimaksud menahan diri dari yang membatalkan puasa adalah segala
bentuk kebutuhan biologis dan hawa nafsu.
a. Pembagian Puasa
Dari segi jenis, puasa dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu puasa fardhu dan
tathawwu'/sunnah. Puasa fardhu ada tiga macam, yaitu puasa Ramadhan,
puasa kaffarat dan puasa nazar. Berikut ini hanya akan membahas tentang
puasa Ramadhan dan puasa tathawwu' saja.
b. Hukum Puasa Ramadhan
Para ulama telah berijma' bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib,
bahkan merupakan bagian dari rukun Islam. Hal ini berdasarkan Firman
Allah dalam surat al-Baqarah/2 ayat 183, dan berdasarkan sabda Rasulullah
SAW sebagai berikut:
"Islam dibangun atas lima dasar (yaitu): Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan
ibadah haji."(HR. Bukhari dan Muslim).
c.
Waktu Berpuasa
Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 185, maka berpuasa diwajibkan pada
bulan Ramadhan. Waktunya siang hari, dimulai dari terbit fajar hingga
tenggelam matahari. Penetapan ini telah disepakati oleh jumhur ulama.
d.
Rukun Puasa
103
Adab Berpuasa
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
f.
104
i.
Islam.
Baligh.
Berakal.
Suci dari haidh / nifas bagi perempuan.
Mukim (berada di kampung).
Sanggup berpuasa.
105
j.
106
Puasa Tathawwu'
1) Enam hari pada bulan Syawal.
2) Tanggal 10 Dzulhijjah dan muakkadnya hari 'arafah bagi yang tidak
menunaikan ibadah haji.
3) Berpuasa pada sebagian besar bulan Sya'ban.
4) Berpuasa pada bulan Muharram, muakkadnya puasa 'Asyura (10
Muharram) dan sehari sebelumnya serta sehari sesudahnya.
5) Berpuasa pada bulan-bulan suci (Zulka'dah, Zulhijjah, Muharram dan
Rajab).
6) Berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
7) Berpuasa tiga hari setiap bulan, yaitu setiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan
Qamariah.
8) Berpuasa seling-seling (Puasa Nabi Daud).
....
107
,
( , )
"Ibadah 'umrah ke ibadah 'umrah berikutnya menghapus
dosa yang terdapat di antara keduanya, sedang haji yang
mabrur tak lain ganjarannya adalah surga."(HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim)
,
( )
"Orang-orang yang mengerjakan haji dan orang-orang yang
megerjakan umrah adalah duta-duta Allah. Jika mereka
memohon kepada-Nya, pastilah Dia mengabulkannya, dan
jika mereka memohon ampun kepada-Nya, pastilah Dia
mengampuninya."(HR. Nasa-I, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah
dan Ibnu Hibban)
c. Hukumnya
108
g. Miqat
109
Wajib-Wajib Umrah
1)
2)
Rukun-Rukun Haji
1)
2)
3)
4)
5)
Wajib-Wajib Haji
1)
2)
3)
4)
110
5)
Makna Ihram
Ihram ialah meniatkan salah satu dari dua ibadah; haji atau
'umrah, atau meniatkan keduanya sekaligus.
Adab dan tata tertibnya
Bagi jamaah yang hendak ihram mempunyai adab-adab
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Macam-Maam Ihram
Ihram ada tiga macam: Qiran, Tamattu dan Ifrad.
1)
2)
3)
Talbiah
Para 'ulama telah ijma' bahwa membaca talbiah itu
disyari'atkan. Hal ini berdasarkan Sabda Nabi SAW:
) ,
(
"Hai keluarga Muhammad! Siapa yag berhaji di antaramu
hendaklah ia membaca talbiah dengan suara keras pada
waktu hajinya!"
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
111
Mandi.
Menukar kain dan selubung.
Menutup muka untuk menghindari debu.
Memakai terompah bagi wanita.
Menutup kepala disebabkan lupa.
112
memotong urat.
Menggaruk kepala dan badan.
Berkaca.
Mencium bunga-bungaan.
Mengikatkan pundi-pundi/tas kecil untuk menyimpan
uang dan memakai sabuk.
11) Memakai cincin.
12) Memakai celak.
13) Bernaung di bawah payung, di bawah tenda, atau atap
dan lain-lain.
14) Berinai.
15) Membunuh lalat, semut dan kutu.
16) Membunuh binatang jahat yang lima dan segala yang
menyakiti. (Gagak, Elang, kala, tikus dan anjing galak).
7)
8)
9)
10)
2)
3)
4)
k. Thawaf
Mandi.
Bermalam di Dzu Thuwa di bagian az-Zahir.
113
3)
,
,.
Dengan menyebut nama Allah, dan salam semoga tetap tercurah
kepada Rasulullah saw. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha
Agung, dan denga Wajah-Nya yang Maha Mulia, serta dengan
kekuasaa-Nya yang Azali, ya Allah bukakanlah untuk pintu-pintu
rahmat-Mu."
4)
5)
Segera menuju Baitullah, setelah menyimpan barangbarang bawaan di tempat yang aman.
Begitu melihat Ka'bah, disunnahkan berdo'a:
, ,
, , ,
, .
, .
6)
7)
8)
114
1)
, , ,
.
"Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar, ya Allah,
demi keimanan kepada-Mu, dan membenarkan kitabMu, memenuhi janji dengan-Mu
serta mengikuti
sunnah Nabi-Mu saw"
2)
3)
, ,
, .
"Maha Suci Allah, segala puji hanya milik Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada daya
maupun kekuatan kecuali dengan Allah."
4)
.
"Ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab
neraka."
Syarat-Syarat Thawaf
1)
2)
3)
115
4)
5)
6)
7)
Sunnah-Sunnah Thawaf
1)
2)
3)
4)
5)
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat,
rizqi yang luas dan disembuhkan dari segala macam
penyakit."
Sunnah berdo'a di Multazam dengan do'a apa saja
yang dikehendaki mengenai kebaikan dunia dan
akhirat
l. Sa'i antara Shafa dan Marwa
Syarat-Syaratnya:
1)
2)
3)
4)
116
1)
2)
3)
. .
,
.
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Aku memulai dengan apa yang telah dimulai
oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Shafa dan
Marwa termasuk bagian dari syiar-syiar (agama) Allah.
Maka barangsiapa yang menunaikan ibadah haji ke
Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'I antara keduanya. Dan barangsiapa
yang mengerjakan suatu kebajikan (dengan keikhlasan
hati) maka sesungguhnya Allah Maha Penerima
Kebaikan lagi Maha Mengetahui."
4)
, ,
,
, , ,
.
.
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala
pujian, Dia yang menghidupkan dan yang mematikan,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
Tuhan melainkan Allah, yang menepati-janji-Nya, yang
menolong hamba-Nya, dan yang menghancurkan sendiri
musuh-musuh-Nya. Tidak ada Tuhan melainkan Allah,
dan kami tidak mengabdi kepada-Nya kecuali atas dasar
keikhlasan semata-mata karena mengikuti agama-Nya,
walaupun orang-orang kafir sangat membenci."
117
5)
,
, .
"Ya Tuhanku, ampunilah, rahmatilah dan tunjukilah aku
ke jalan yang lurus. Ya Tuhanku, ampunilah dan
rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa
lagi Mahamulia."
6)
,
.
"Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari
syi'ar Allah. Aku memulai dengan apa yang dimulai
oleh Allah."
7)
, ,
,
, ,
.
.
"Allah Maha Besar 3 X, tidak Tuhan melainkan Allah
Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah kerajaan dan milik-Nya-lah segala pujian, Yang
Menghidupkan dan Mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan melainkan Allah
Yang Maha Esa, Yang menepati janji-Nya, dan yang
membela hamba-Nya, dan mengalahkan para (musuh)
kaum sekutu dengan diri-Nya sendiri."
m. Bercukur/Menggunting
Rambut
(Tahallul)
Tahallul 'umrah hanya sekali saja. Wajibnya adalah
menggunting atau memotong rambut, setidak-tidaknya
tiga helai rambut.
118
Wukuf di 'Arafah
Wukuf ialah hadir dan berada di bagian manapun dari
Arafah, walau seseorang itu dalam keadaan tidur atau
bangun, berkendaraan atau duduk, dalam keadaan suci
atau tidak, seperti haid, nifas atau junub.
1)
2)
Berangkat Ke Arafah
Disunnahkan berangkat menuju Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah setelah matahari terbit.Tetapi disunnahkan
pula sebelum ke Arafah terlebih dulu menuju Mina
pada hari Tarwiyah, lalu bermalam di sana dan setelah
terbit matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah berangkat
menuju Arafah.
3)
,
)
(
119
Sunnah-Sunnah Wukuf
1)
Sunnah Mandi
Untuk melakukan wukuf di Arafah disunnahkan mandi.
2)
3)
4)
5)
120
Berada di Muzdalifah
1)
2)
3)
q.
menjama
shalat
Tahallul pertama
Dengan melontar jumrah pada hari Nahar dan
mencukur atau memotong rambut, halallah bagi orang
yang sedang ihram yang tadinya dilarang, kecuali
hubungan suami isteri. Hal ini disebut Tahallul Pertama
(tahallul-awwal).
2)
Tahallul Kedua
Jika telah melakukan thawaf ifadhah (thawaf rukun),
maka halallah semua yang dilarang di waktu ihram,
termasuk hubungan suami isteri. Hal ini disebut tahallul
kedua (tahalluts-tsani).
r.
Melontar Jumrah
121
1)
Hikmah Melontar
Melontar adalah napak tilas Nabi Ibrahim as dan ittiba
kepada Nabi Muhammad saw. Hikmahnya, agar kita
selalu menyatakan perang terhadap syetan, karena
syetan akan selalu mengintai kelengahan kita.
2)
Hukum Melontar
Hukumnya: Jumhur
ulama berpendapat bahwa
melontar jumrah hukumnya wajib, bukan rukun.
3)
4)
Besarnya Kerikil
Besarnya kerikil menurut para ahli (ulama) adalah
sunnah menggunakan kerikir sebesar kacang.
5)
Banyaknya kerikil
Bagi yang mengambil Nafar Awal jumlah kerikil 49 biji
(7 kerikil untuk melontar di hari Nahar, 42 kerikil untuk
melontar di hari tasyrik, yakni tanggal 11 dan 12
Dzulhijjah), kemudian bagi yang mengambil Nafar Tsani
jumlah kerikil 70 biji ( 7 kerikil untuk melontar di hari
Nahar dan 63 kerikil untuk melontar di hari tasyrik,
yakni tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah). Berdasarkan
firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 203 boleh mengambil
salah satu dari dua nafar tersebut.
6)
7)
122
s.
t.
2)
Hukumnya
Hukum mencukur atau bergunting rambut menurut
sebagian besar fuqaha memandangnya wajib, sedang
golongan Syafi'i menganggapnya termasuk salah satu
rukun ibadah haji.
123
Waktuya
Bagi orang yang berhaji waktunya adalah setelah
melotar jumrah 'Aqabah. Jika ia mempunyai hadya
(hewan qurban) disunnahkan setelah menyembelih.
u.
,
( )
"Satu kali shalat di masjidku ini, lebih utama dari seribu
kali shalat di masjid lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan
satu kali shalat di Masjidil Haram, lebih utama dari
seratus ribu kali shalat di masjid lain."(HR. Ahmad)
2)
,
, ,
()
"Barangsiapa melakukan shalat (fardhu berjama'ah) di masjidku
sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali shalat pun, maka
dicatat (ditetapkan) baginya bebas dari siksa neraka, bebas dari
azab, dan terhindar dari sifat munafik."(HR. Ahmad dan Thabrani
dengan sanad yang sahih)
Disunnahkan memasuki masjid Nabi saw dengan tenang, tenteram,
memakai pakaian terbaik dan memakai wangi-wangian.
4)Sunnah berdo'a ketika memasuki masjid Nabi saw.
3)
124
, , ,
, ,
, ,
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dan dengan wajahNya yang Maha Mulia, serta kekuasaan-Nya yang azali, dari godaan
syetan yang terkutuk, dengan nama Allah. Ya Allah, berikanlah
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarganya. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah
pintu-pintu rahmat untukku."
5)Sunnah pula terlebih dulu mendatangi raudhah syarifah, dan melakukan
( )
"Tempat yang terletak antara rumahku dan mimbarku merupakan
suatu taman dari taman-taman surge, sedangkan mimbarku di atas
kolamku."(HR. Bukhari)
Selesai shalat tahiyatul masjid hendaklah segera menuju makam
mulia, menghadap kepadanya dan membelakangi kiblat, lalu
mengucapkan salam kepadanya.
7)
Kemudian mundur ke arah kanan kira-kira satu langkah, lalu
mengucapkan salam kepada Abu Bakar ra, kemudian mundur satu
langkah lagi ke arah kanan, lalu mengucapkan salam kepada Umar
bin Khaththab ra.
8)
Kemudian menghadap kiblat, berdo'a untuk diri sendiri, keluarga,
shahabat-shahabat karib, serta untuk umumnya kaum muslimin.
9)
Hendaklah jangan mengeluarkan suara keras, kecuali cukup untuk
didengar oleh diri sendiri.
10) Hendaklah jauhi mengusap kubur dan menciumnya, termasuk pagarpagarnya. Hal ini dilarang oleh Rasulullah saw.
6)
v.
,
( )
"Barangsiapa yang bersuci di rumahnya lalu berkunjung ke masjid
Kuba dan mengerjakan shalat dua rakaat maka ia akan beroleh pahala
seperti pahala 'umrah."(HR. Ahmad, Nasa-i, Ibnu Majah dan al-Hakim)
125
( )
"Madinah merupakan kubah Islam dan gudang iman, tanah hijrah dan
mercu suar bagi yang halal dan yang haram."(HR. Thabrani)
x.
,
)
(
"Barangsiapa di antaramu yang bisa meninggal di Madinah, maka
(baik sekali) meninggal di sana. Karena barangsiapa yang meninggal
di sana, niscaya aku menjadi saksi atau memberi syafa'at pada hari
kiamat." (HR. Thabrani)
y.
VI. Muaamalat
1. Munakahat
Munakahat artinya pernikahan/perkawinan. Munakahat berasal dari kata nikah
yang mengandung arti menghimpun atau mengumpulkan. Nikah adalah suatu
jalan untuk menyalurkan naluri seksual suami-istri yang diridhai Allah SWT.
Naluri seksual adalah fitrah manusia, oleh karena itu Islam menjamin
126
127
2. Suka sama suka atau saling mencintai melalui tata aturan pergaulan yang
Islami (QS. 30:21/QS.24:30-31).
3. Satu akidah, yakni akidah Islam (QS. 2: 221).
4. Nikah merupakan kebutuhan fitrah manusia (QS.30:30), maka Islam
menganjurkan nikah, tetapi melarang berzina karena perzinaan merupakan
perbuatan keji dan merupakan jalan yang buruk yang kelak akan membawa
kepada penyakit serta musibah-musibah lain (QS.17:32).
5. Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.
6. Islam menganut garis keturunan ayah dan menjaga kemaslahatan hidup,
oleh karenanya Islam melarang poliandri bagi wanita dan membolehkan
poligami bagi laki-laki dengan aturan ketat dan terbatas (QS. 4: 3).
Hukum Nikah
Pada dasarnya nash/dalil menyatakan bahwa nikah itu hukumnya sunnah. Tetapi
para ulama fikih melihat dari keadaan, baik secara lahir maupun batin, membagi
hukum perkawinan itu kepada lima, yakni:
1. Wajib, apabila seseorang telah mempunyai kemampuan dan merasa
khawatir akan terjerumus ke lembah maksiat/zina.
2. Sunnah, bagi seseorang yang telah mempuyai kemampuan tetapi ia tidak
khawatir akan terjerumus ke dalam perbuatan zina.
3. Haram, bagi seseorang yang menikahi wanita hanya untuk merusak,
menimbulkan madrarat dan mengakibatkan timbulnya bencana keluarga.
4. Makruh, bagi seseorang yang belum mampu tetapi khawatir terjerumus ke
dalam maksiat.
5. Mubah, bagi seseorang yang tidak ada keinginan nikah tetapi dipandang
perlu menikah. Seperti seorang duda yang sudah andropouse ingin menikahi
janda yang sudah menopause dalam rangka menolong dan melindungi janda
tersebut, atau ingin sebagai teman hidup.
Perempuan Yang Haram Dinikahi
1. Haram selamanya:
Seketurunan darah yang muhrim.
Seketurunan sepersusuan.
Seketurunan perkawinan, seperti mertua.
2. Haram Sementara:
128
Tuntunan Pra-Nikah:
1. Ta'arruf, mengenal calon isteri/suami dengan cara yang baik.
Rasulullah saw bersabda: "Jika seseorang di antara kalian mau meminang
seseorang perempuan, jika bisa hendaklah lihat lebih dahulu apa yang
menjadi daya tarikmu untuk menikahinya, maka hendaklah dilakukan!"(HR.
Abu Daud)
2. Musyawarah dan mohon saran-pendapat.
3. Istikharah, shalat dan memohon kepada Allah untuk ketetapan hati.
4. Meminang/khithbah.
Syarat dan Rukun Nikah
1. Adanya calon kedua mempelai yang telah memenuhi syarat sesuai ketentuan
hukum Islam.
2. Dua orang saksi yang telah memenuhi syarat.
3. Wali yang sah sesuai hukum Islam.
4. Mahar/maskawin.
5. Ijab dan qabul.
Hak dan Kewajiban Suami-Isteri
1. Kewajiban suami (hak isteri), antara lain:
Memimpin dan mendidik,
Memberi nafkah (lahir dan batin),
Bersikap dan bergaul dengan cara yang baik (ma'ruf),
Memberikan/membayarkan maskawinnya dll.
2. Kewajiban isteri (hak suami) antara lain:
Bersikap dan berpenampilan yang menyenangkan suami,
Taat kepada suami selama perintah suami tidak bertentangan dengan alQu`ran dan as-Sunnah,
Menjaga diri dan harta suami, mendukung perjuangan suami yang
diridhai Allah, menyusui,
Menjaga dan membimbing anak dll.
3. Kewajiban bersama suami-isteri, antara lain:
Menjaga rahasia rumah tangga,
Membina generasi yang shaleh/shalehah,
Saling mengerti, memperbaiki dan menutupi kekurangan masingmasing,
129
130
"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim."(QS. AlBaqarah/2:229)
131
Menurut fikih ada dua hal yang menyebabkan hak cerai ada pada suami:
Pertama, wanita sangat mudah dipengaruhi emosi dalam menghadapi berbagai
kemelut, termasuk kemelut rumah tangga. Dan kedua, perceraian itu banyak
menimbulkan risiko, termasuk risiko materi, seperti nafkah isteri selama dalam
masa iddah, pemberian terhadap isteri yang ditalak apabila belum dicampuri.
Meskipun demikian, apabila seorang suami tidak bertanggung jawab terhadap
isteri, isteri boleh meminta cerai kepada suami melalui jalan khulu', walau hak
cerai tetap ada pada suami. Apabila suami tidak mau menceraikannya dan
alasan isteri meminta cerai bisa diterima pengadilan, maka pengadilanlah yang
akan menjatuhkannya.
Rukun dan Syarat Talak
Menurut Ulama Mazhab Maliki, Syafi'i dan Hanbali rukun dan syarat talak itu
ada empat: Pertama, suami yang menjatuhkan talak, kedua, isteri yang ditalak,
ketiga, ada kehendak menjatuhkan talak, dan keempat, ungkapan yang
digunakan dalam talak (Ensiklopedi Hukum Islam 5:1778).
Tetapi sekalipun suami tidak mau menjatuhkan talak, apabila seorang isteri
mengajukan gugatan ke Pengadilan dan pengajuan itu dikabulkan oleh pihak
Pengadilan, dan kalau dibiarkan akan membawa madharat yang lebih banyak,
maka Pihak Pengadilan mempunyai hak menjatuhkannya.
Macam-Macam Talak
Ulama fikih membagi talak itu dibagi dua, yaitu dari segi cara menjatuhkannya
dan dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali dengan mantan isteri.
Yang pertama dari cara menjatuhkannya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu
talak sunni dan bid'i. Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan suami sesuai
dengan ketentuan syari'at Islam, yaitu; 1) mentalak isteri harus secara bertahap
(talak satu, dua dan tiga) dan diselingi rujuk, 2) isteri yang ditalak dalam
keadaan suci dan belum digauli, dan 3) isteri tersebut telah nyata-nyata dalam
keadaan hamil. Hal ini sejalan dengan firman Allah surat al-Baqarah/2 ayat 229230 dan surat at-Thalaq/65 ayat 1.
Sedangkan talak bid'i ialah talak yang dijatuhkan oleh suami tidak sesuai
dengan ketentuan syari'at Islam, yaitu; 1) mantalak isteri dengan talak tiga
sekaligus, 2) mentalak isteri dalam keadaan haidh dan nifas, dan 3) mentalak
isteri yang dalam keadaan suci tetapi telah digauli sebelumnya, padahal
kehamilannya belum jelas.
Jika dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali, ada dua yaitu talak
raj'i dan talak ba'in. Talak raj'i ialah talak satu dan talak dua kepada isteri yang
132
telah digauli tanpa ganti rugi. Dalam hal ini suaminya masih berhak untuk rujuk
kembali tanpa akad nikah dan mahar baru selama rujuknya masih dalam masa
iddah.
Adapun talak ba`in adalah talak yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada
isterinya dimana suami masih berhak kembali lagi melalui akad dan mahar baru.
Talak ba`in menurut ulama fikih ada dua, yaitu ba`in sughra dan ba`in kubra.
Talak ba`in sughra adalah talak raj'i yang telah dijatuhkan dan habis masa
iddahnya, sehingga jika suami hendak rujuk kembali wajib melakukan akad
baru dan mahar baru.
Talak ba`in kubra adalah talak yang dijatuhkan suami untuk ketiga kalinya.
Dalam talak ba`in kubra ini seorang mantan suaminya tidak boleh rujuk kembali
dengan mantan isterinya, kecuali mantan isterinya itu telah menikah lagi dengan
pria lain atas dasar kemauannya, tetapi kemudian bercerai karena tidak cocok
(Ensiklopedi Hukum Islam 5:1783-1784). Hal ini berdasarkan firman Allah
SWT: "Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang
lain..."(QS. Al-Baqarah/2: 230)
'Iddah
'Iddah dari kata 'adad, artinya menghitung. Maksudnya ialah masa menunggu
bagi wanita untuk melakukan perkawinan setelah terjadinya perceraian, baik
cerai mati maupun cerai hidup (Ensiklopedi Hukum Islam 2:637). Dasar hukum
'iddah adalah firman Allah surat al-Baqarah ayat 228 dan 234.
Hikmahnya ialah: Pertama, untuk mengetahui bersihnya rahim seorang
perempuan, sehingga tidak tercampur antara keturunan seseorang dengan yang
lain. Kedua, memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak suami-isteri
yang bercerai (yakni cerai/talak raj'i) untuk berpikir, merenung dan
mempertimbangkan lebih dalam lagi tentang baik buruknya berpisah, sehingga
apakah berpisah tetap diteruskan atau rujuk kembali. Jika kedua belah pihak
menyesali dan merasa lebih baik kembali, maka mereka dapat rujuk kembali
tanpa harus melakukan akad nikah lagi. Dan ketiga, untuk menunjukkan bahwa
Islam sesungguhnya tidak menghendaki adanya perceraian, karena perceraian
itu dapat berpengaruh buruk terhadap hubungan keluarga kedua belah pihak dan
terhadap masa depan anak-anak. Maka dengan adanya 'iddah (yakni bagi 'iddah
talak raj'i) dimungkinkan keutuhan rumah tangga dapat dibangun kembali.
Macam-Macam 'Iddah
1. 'Iddah bagi isteri yang berhaidh ialah tiga kali suci (QS. Al-Baqarah/2:228)
2. 'Iddah bagi isteri yang tidak berhaidh ialah tiga bulan (QS. Ath-Thalaq/65:4)
3. 'Iddah bagi isteri yang kematian suami ialah empat bulan sepuluh hari (QS.
Al-Baqarah/2:234)
133
4. 'Iddah bagi isteri yang hamil ialah sampai ia melahirkan (QS. AthThalaq/65:4).
Rujuk
Kata rujuk dari bahasaArab ( )artinya kembali. Rujuk dalam perkawinan
adalah mengambil kembali isteri yang telah ditalak raj'i dan masih dalam
keadaan masa 'iddah.
Dasar hukum rujuk ialah firman Allah: "Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah
dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. AlBaqarah/2:228)
Syarat Rujuk
Rujuk itu dapat dilakukan apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Suami yang melakukan rujuk ialah orang yang berakal, atas dasar kesadaran
sendiri dan tidak murtad.
2. Rujuk harus dinyatakan dengan ungkapan yang jelas atau sindiran yang bisa
dipahami maksudnya.
3. Isteri yang mau dirujuk ialah isteri yang masih dalam masa 'iddah.
4. Rujuk itu sendiri harus dilakukan secara langsung dan ucapan rujuk tersebut
bebas dari segala macam prasyarat. Misalnya "saya rujuk kamu kalau kamu
suka," dan ucapan syarat-syarat lain. (Ensiklopedi Hukum Islam 5:15091510).
Rukun Rujuk
Rujuk mempunyai rukun. Menurut Mazhab Hanafi rukun rujuk ada dua yakni
sighah (pernyataan keinginan kembali dari suami) dan perbuatan yang
menunjukkan keinginan tersebut. Sedangkan menurut Mazhab Syafi'i ialah
sighah dan suami yang akan rujuk (Ensiklopedi Hukum Islam 5:1509).
Kalau kita tinjau lebih dalam sesungguhnya rukun-rukun yang dinyatakan kedua
Mazhab tersebut adalah sangat penting. Yakni sighah, perbuatan yang
menunjukkan keinginan tersebut dan suami yang akan rujuk. Tanpa tiga pilar ini
rujuk tidak akan terjadi. Oleh karena itu rukun sebenarnya ialah tiga hal
tersebut.
2.
134
135
sebaliknya berdosa dan mendapat ancaman siksa neraka bagi yang tidak
mengamalkannya.
Dalil yang berkaitan dengan hukum pembagian waris ialah: Surat an-Nisaa'
(4) ayat 7,8,11, 12, 33 dan surat al-Anfaal (8) ayat 72 dan 75, dan surat alAhzaab (33) ayat 6.
Hadis-hadis yang berkenaan dengan pembagian waris antara lain:
Sabda Rasulullah SAW:
"Berikan bagian harta warisan kepada yang berhak menerimanya. Sisa dari
harta peninggalan tersebut diberikan kepada laki-laki yang paling dekat
(hubungan darahnya) kepada orang yang meninggal."(HR. Bukhari dan
Muslim).
"Saudara ibu menjadi ahli waris bagi orang yang tidak mempunyai ahli
waris." (HR. Ahmad bin Hanbal).
"Allah dan Rasul-Nya wali bagi orang-orang yang tidak ada walinya.
Saudara laki-laki ibu adalah ahli waris bagi orang yang tidak ada ahli
warisnya."(HR. Ahmad bin Hanbal).
Masih banyak lagi hadis-hadis yang berkenaan dengan hukum pembagian
waris. Adapun ijmak ulama adalah kesepakatan para ulama tentang kewajiban
membagi hukum waris sesuai dengan al-Quran dan hadis.
Dalil yang berkenaan dengan ancaman siksa adalah firman Allah SWT:
"(Pembagian waris) itulah had-had (ketentuan-ketentuan) Allah. Barangsiapa
yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka Dia akan memasukkannya ke
dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal
di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Barangsiapa yang durhaka
kepada Allah dan Rasul-Nya serta melampaui had-had-Nya, maka Dia akan
memasukkannya ke dalam neraka, sedang mereka kekal di dalamnya, dan
baginya azab yang hina."(QS. An-Nisaa'/4: 13-14).
d. Rukun dan Syarat Pewarisan
1) Harta benda yang ditinggalkan (maurus).
2) Orang yang meninggal dunia (muwarris).
3) Orang yang akan mewarisi (ahli waris).
Sedangkan syaratnya adalah:
136
1) Meninggalnya muwarris.
2) Hidupnya ahli waris ketika muwarris meninggal.
3) Tidak adanya penghalang untuk saling mewarisi.
e. Sebab-Sebab Memperoleh Warisan
1) Hubungan keturunan yang sah (nasab shahih). (QS. 8: 75).
2) Hubungan perkawinan yang sah. (QS. 4: 12).
3) Memerdekakan hamba sahaya (al-wala').
Sabda Nabi SAW:
"Wala' itu adalah seperti kekerabatan karena nasab."(HR. Ibnu Hibban
dan al-Hakim).
f. Kapan Harta Warisan Dibagikan?
Harta warisan bisa dibagikan kepada ahli warisnya apabila telah dipenuhi hakhaknya terlebih dulu.
1)
Untuk biaya pengurusan jenazah dan penguburan.
2)
Untuk menyelesaikan hutangnya bila meninggalkan hutang.
3) Untuk menunaikan wasiatnya bila si mayyit berwasiat. Wasiat harta tidak
boleh lebih dari sepertiga harta.
g. Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta warisan dari
orang yang meninggal (mayyit). Jumlahnya ada 29, yaitu: 1) Anak laki-laki
seorang atau lebih, 2) anak perempuan seorang, 3) anak perempuan dua orang
atau lebih, 4) cucu laki-laki (anak dari anak laki-laki) seorang atau lebih, 5)
cucu perempuan (anak dari anak laki-laki) seorang, 6) cucu perempuan (anak
dari anak laki-laki) dua orang atau lebih, 7) suami, 8) isteri seorang atau lebih,
9) Bapak, 10) kakek (ayah dari bapak), 11) Ibu, 12) nenek (ibu dari ibu), 13)
nenek (ibu dari ayah), 14) saudara laki-laki kandung seorang, 15) saudara
laki-laki kandung dua orang atau lebih, 16) saudara perempuan kandung
seorang, 17) saudara perempuan kandung dua orang atau lebih, 18) saudara
laki-laki seayah - seorang, 19) saudara laki-laki seayah - dua orang atau lebih,
20) saudara perempuan seayah - seorang, 21) saudara perempuan seayah - dua
orang atau lebih, 22) saudara laki-laki atau perempuan seibu - seorang, 23)
saudara laki-laki atau perempuan seibu - dua orang atau lebih, 24) keponakan
laki-laki kandung ( anak dari saudara laki-laki kandung) seorang atau lebih,
25) keponakan laki-laki seayah ( anak dari saudara laki-laki seayah) seorang
atau lebih, 26) paman kandung ( saudara kandung dari ayah) seorang atau
lebih, 27) paman seayah ( saudara seayah dari bapak), 28) sepupu laki-laki
137
(anak paman kandung) seorang atau lebih, 29) sepupu laki-laki (anak dari
paman seayah) seorang atau lebih.(Tafsir Al-Azhar, Jilid 4).
h. Bagian Ahli Waris
Dalam pembagian warisan dibedakan menjadi dua, yaitu ahli waris dan famili.
Ahli waris adalah anggota keluarga yang berhak mendapatkan warisan,
sedangkan famili adalah keluarga yang tidak mendapatkan warisan. Bagian
ahli waris juga ada dua, yaitu ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan,
yakni: 1/2 , 1/4 , 1/8 , 2/3 , 1/3 , dan 1/6. Dan ahli waris yang bagiannya belum
ditentukan. Mereka mendapat sisa atau semua warisan ('ashabah), atau mereka
bersekutu dengan perempuan ('ashabah ma'al ghair) dengan ketentuan 2 : 1.
(Fikih Sunnah). Adapun pembagian secara rinci terlampir.
Contoh Pembagian:
Seseorang wafat meninggalkan ayah, isteri, dua anak laki-laki, dua saudara
kandung dan paman kandung. Pembagiannaya:
Ayah
: 1/6
Isteri
: 1/8
Dua anak-laki
: Sisa warisan ('ashabah).
Dua sauadara kandung : Tidak mendapat warisan.
Paman Kandung
: Tidak mendapat warisan.
Seseorang mati meninggalkan kakek dari ayah, ibu, suami, dua anak
perempuan, dua saudara laki-laki kandung dan paman kandung.
Pembagaiannya:
Kakek dari ayah
: 1/6
Ibu
: 1/6
Suami
: 1/4
Dua anak kandung perempuan : 2/3
Dua saudara laki2 kandung
: Sisa ('ashabah).
Paman kandung
: Tidak dapat warisan.
i. Beberapa Kasus
1) Anak di luar nikah: Menurut Mazhab Maliki, Hanafi, Syafi'I dan Hanbali
anak lahir diluar nikah hanya dapat mewarisi dari ibu dan kerabat ibu.
Karena secara syar'i hanya memiliki nasab kepada pihak ibunya.
2) Anak dalam kandungan. Memiliki kemungkinan mendapat warisan. a)
Bila anak tersebut sudah berwujud dalam rahim ibunya ketika orang yang
mewariskan meninggal dunia. b) anak tersebut hidup ketika lahir.
j. Penghalang-Penghalang
138
Dalam pembagian ahli waris ada beberapa penghalang yang menjadikan harta
warisan tidak bisa diberikan:
1) Perbudakan.
2)
Pembunuhan dengan sengaja yang diharamkan. Karena sabda Nabi
SAW:
"Orang yang membunuh itu tidak mendapatkan warisan sedikitpun."(HR.
Nasai).
3)
Jarimah/Jinayah
Jarimah berasal dari bahasa Arab ( ) yang mengandung arti delik atau
tindak pidana. Jarimah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara' (syari'at) dan
pelakunya diancam oleh Allah SWT dengan hukuman hadd (ditentukan
hukumnya) dan ta'zir (pelanggaran yang jenis dan bentuk hukumannya tidak
139
140
141
tindak pidana yang tidak terkait dengan persoalan politik. Kebanyakan tindak
pidana yang terjadi adalah tindak pidana biasa. Sedangkan tindak pidana
politik ialah tindak pidana yang terkait dengan persoalan politik, seperti
tindakan makar untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah, atau
pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Hukuman bagi tindakan
makar, adalah diputuskan hakim berdasarkan berat-ringannya perbuatan yang
dilakukannya, sedangkan hukuman bagi pemberontak adalah diperangi.
Jenis dan Bentuk Pidana
a. Pidana Hudud
1) Hadd Zina.
Hukuman bagi pelaku zina ada dua; yang pertama pelakunya adalah
masih perawan atau jejaka. Jika perawan atau jejaka melakukan zina,
maka hukuman baginya adalah didera 100 kali dera dan isolasi.
Sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT"
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman."(QS. An-Nuur/24: 2)
Yang kedua, jika yang melakukan seorang janda, duda atau telah
beristeri/bersuami (disebut muchshon) maka hukumannya dirajam sampai
mati. Hal ini di antaranya berdasarkan hadits yang disepakati
kebenarannya oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw
memerintahkan kepada para shahabat supaya melaksanakan hukum rajam
kepada pelaku zina muchshon.
2) Qazf (menuduh zina). Menuduh zina kepada orang baik, jika tidak bisa
mendatangkan empat orang saksi, hendaklah si penuduh itu didera
delapan puluh kali dera, dan tidak boleh lagi diterima kesaksiannya. Hal
ini berdasarkan firman Allah:
"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orangorang yang fasik."(QS. An-Nuur/24:4)
3) Hadd Mencuri. Had mencuri dalam Islam adalah dipotong tangannya.
Sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
142
143
144
3.
Ekonomi Islam
Agama Islam mewajibkan kepada umatnya bekerja dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik melalui dagang, bertani, usaha jasa maupun
usaha-usaha lain tidak dilarang oleh syara'. Tanpa bekerja dan berusaha, umat
Islam tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalil-dalil tentang anjuran
berusaha di antaranya sebagai berikut:
Firman Allah:
"Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung."(QS. Al-Jum'ah/62:10)
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."(QS. AtTaubah/9:105)
"...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..."(QS. Ar-Ra'du/13:11)
Beberapa Prinsip Ekonomi Dalam Islam
a. Alam adalah mutlak milik Allah (QS. 20:6/ 5: 120/ 2:255).
b. Alam merupakan nikmat karunia Allah yang diperuntukkan bagi manusia
(QS. 31:20/ 14:32-34)
c. Alam karunia Allah ini untuk dinikmati dan dimanfaatkan secara
proporsional (QS. 7:31/ 4:6/ 95:8)
d. Rizqi terkait dengan hukum kemutlakan Allah (QS. 65:2-3/ 17:31),
kausalitas/ sebab-musabab (QS. 4:32) dan hokum social (QS. 107:1-3/ 59:7)
e. Allah SWT pemberi rizqi (QS. 51:38/ 17:31), manusia harus mencarinya
pada alam (QS. 62:10), manusia disuruh untuk mengalokasikannya (QS. 4:5/
51:19/ 2: 254).
f. Perlu keseimbangan hidup antara urusan ukhrawi dan dunyawi (QS. 28:77),
tetapi jangan sampai terpedaya oleh kesenangan duniawi (QS. 57:20).
g. Semua orang mempunyai hak memiliki harta (QS. 51:19/ 4: 2, 32).
h. Hak milik seseorang (sebagai amanah dari Allah) diakui oleh Islam sebagai
hasil dari jerih payah/ usaha yang halal dan hanya boleh digunakan untuk halhal yang halal pula (QS. 4:32/ 2: 274/ 16: 71/ 64: 15/ 43: 32)
i. Harus dikembangkan keadilan ekonomi secara individual (QS. 2: 188) dan
sosial (QS. 59:7/ 83:1-3).
j. Dihalalkan perniagaan (QS. 2: 275) dengan cara kerelaan (QS. 4:29) dan
mengharamkan riba (QS. 3: 130)
k. Dilarang memakan harta sesama manusia dengan cara batil (QS. 4:29)
145
l. Dilarang menimbun harta yang tidak ada aksesnya samasekali kepada orang
lain (QS. 9:34/ 59:7)
m. Di dalam harta orang yang kaya ada hak/bagian tertentu untuk orang faqir,
miskin, dan lain-lain (QS. 9:60/ 17:26/ 51:19).
n. Prinsip Islam tentang jual beli.
1) Suka sama suka/saling meridhai (QS. 4:29).
2) Harus jujur dalam timbangan/takaran (QS. 85:1-6/ 7:85)
3) Bersih/tidak menipu (al-Hadits)
4) Tidak boleh menjual barang yang haram (al-Hadits)
5) Tidak boleh menjual satu barang dalam suatu jual beli dengan dua akad
atau dua transaksi (al-Hadits)
6) Tidak boleh memuji barang dagangan sendiri secara tidak proporsional
(al-Hadits)
7) Tidak boleh menjual barang kepada orang lain yang sudah dibeli oleh
seseorang (al-Hadits)
8) Harus ada "saksi" atau bukti tertulis dalam transaksi/akad jual beli (QS.
2:289).
9) Tidak boleh menjual sesuatu yang bersifat spekulatif atau tidak jelas
kepastian barangnya (al-Hadits).
10) Dibolehkan tawar menawar dan memilih dalam pembelian selama masih
belum berpisah antara keduanya (al-Hadits).
Tujuan Ekonomi Islam
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Zakat
Infaq
Sadaqah
Jizyah (pajak jaminan jiwa terhadap kafir zimmi/dilindungi)
Al-Kharaj (pajak tanah orang yang dikalahkan dalam peperangan)
Al-'Usyr (pajak perdagangan bagi pedagang kafir yang dilindungi.
146
Politik Islam
Politik merupakan kemahiran dalam menghimpun kekuatan, meningkatkan
kuantitas dan kualitas, mengawasi serta menggunakannya untuk mencapai tujuan
kekuasaan dalam Negara atau institusi lainnya (Anshari:77/ Supriadi dkk:195).
Dalam bahasa Arab disebut siasah ( ) .
Dengan demikian politik Islam (as-Siyaasah al-Islamiyah) adalah kemahiran
dalam menghimpun kekuatan, meningkatkan kuantitas dan kualitas, mengawasi
serta menggunakannya untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam Negara atau
institusi lainnya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam. Kekuasaan
yang diraih pun semata-mata dalam rangka untuk menegakkan hukum-hukum
Allah di muka bumi.
Prinsip Politik dalam Islam
a.
b.
c.
d.
e.
147
Kepala Negara
Tugas pemimpin/kepala Negara adalah berat, karena baik buruknya Negara yang
dipimpinnya tergantung kepadanya dan dia bertanggung jawab kepada Allah.
Oleh karena itu seorang kepala Negara mestilah orang yang memiliki
kemampuan paling maksimal daripada yang lain.
Para ulama mensyaratkan bahwa seorang kepala Negara haruslah memiliki sifatsifat seperti Rasulullah atau mendekati sifat-sifat beliau. Yakni shiddiq,
fathanah, amanah dan tabligh.
Selain itu juga Rasulullah saw mensyaratkan bahwa seorang pemimpin
hendaklah:
a. Memiliki kemampuan memimpin sesuai dengan bidang keahliannya (HR.
Bukhari). Jika seorang kepala Negara maka ia harus seorang negarawan.
Seorang negarawan ialah orang yang mampu memenej dengan baik, cerdas,
cerdik dan cakap, berani, tegas dan bijak serta memili visi yang jauh ke
depan.
b. Didukung dan dicintai oleh rakyatnya (HR. Muslim dll).
c. Terbaik dan paling mampu di antara calon pemimpin yang ada (HR. Abu
Ya.la)
d. Mengedepankan musyawarah dalam urusan yang memang harus
dimusyawarahkan (QS. 39:17-18/ 42:38/ 3:159).
e. Mampu menunaikan amanah dengan baik dan adil (QS. 4:58)
f. Bijaksana dan pemaaf (QS. 3:159).
Sistem Pemerintahan dalam Islam
Agama Islam secara spesifik tidak menentukan tentang system pemerintahan
Islam, tetapi secara tegas memerintahkan supaya menegakkan keadilan, membela
yang benar dan memihak yang lemah, memberantas kebatilan dan menjauhi
kezhaliman.
Dalam sejarah pemerintahan Islam mengalami berbagai system, dari System
Risalah, System Khilafah dan Demokrasi. Sistem risalah berlangsung sejak sejak
Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah, terutama setelah Piagam Madinah
hingga wafat beliau tahun 11 H. Ssitem ini tak akan tergantikan karena
Rasulullah saw selain sebagai kepala Negara, beliau juga sebagai Nabi dan Rasul
yang mengemban risalah kenabian.
Sistem Khilafah berlangsung cukup lama, yakni sejak tahun 11 H/632 M hingga
tahun 1923 M, atau dari pertengahan abad 7 M hingga awal abad ke 20 M.
Dalam system Khilafah juga berlaku dua system, yakni system
muasyawarah/syuraa dan system monarchi. Sistem syuraa berlangsung dari
148
Zaman Khalifah Abu Bakar 11-13 H/632-634 M hingga masa Khalifah 'Ali bin
Abi Thalib (35-40 H/656-661).
System monarchi berlangsung sejak Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sofyan (661680 M) mengangkat Yazib bin Mu'awiyah sebagai putra Mahkota (calon
pengganti ayahnya). Kekuasaan monarchi mengalami beberapa pergantian, dari
Bani Umayah (661-750 M), Bani Abbas (750-1262 M) hingga masa Turki
Usmani (Ottoman) (1326-1922 M). Sistem Khilafah kemudian dihapus oleh
pemimpin Turki, Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1922 M dan kemudian pada
tahun 1923 M Mustafa Kemal mendirikan Rapublik Turki dengan menerapkan
system pemerintahan sekuler. Sejak itu dunia Islam kebanyakan menganut
system demokrasi, walaupun sebagian tetap menerapkan monarchi seperti Arab
Saudi, Maroko, Yordania dan beberapa Negara Islam lain.
Para ulama dulu dalam mensikapi system syuraa dan system monarchi terjadi dua
pendapat. Sebagian kecil berpendapat bahwa system syuraa lebih baik, tetapi
sebagian besar, termasuk Ibnu Taimiah berpendapat bahwa system monarchi
lebih baik karena pemerintahannya relative lebih stabil. Terlepas dari perbedaan
pandangan tersebut, walaupun system syuraa telah berubah menjadi system
monarchi, namun hukum yang diberlakukan dalam masa berlakunya dua system
tersebut adalah hukum Islam.
Oleh karena itu Islam sebenarnya bisa menerima system demokrasi dengan syarat
hukum Islam di berlakukan. Sebab tanpa pemberlakuan hukum Islam, tidak
mungkin keadilan bisa ditegakkan. Kita telah menyaksikan, sejak system
demokrasi diadopsi oleh sebagian Negara-negara Muslim, tidak menjamin
tegaknya keadilan dalam Negara-negara tersebut. Masalah korupsi, penindasan
dan kejahatan lain juga selalu menjadi masalah utama Negara yang terkadang
berakibat kepada pergolakan yang kemudian dapat berakhir pada kehancuran
sebuah rezim. Maka sesungguhnya syrai'at Islam adalah sebuah alternative yang
paling tepat untuk diterapkan dalam kehidupan demokrasi sekarang.
BAB VI
AKHLAK DAN TAKWA
I. Akhlak
1. Makna Akhlak.
Akhlak(q) adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq, yang berarti perangai,
tabiat dan adat. Khulq berasal dari kata khalq yang berarti kejadian, buatan dan
149
ciptaan. Secara bahasa akhlak diartikan sebagai perangai, adat istiadat, tabiat
atau system perilaku yang dibuat.
Secara istilah (terminologis) Imam Al-Ghazali mendefinisikan, bahwa akhlak
ialah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Berdasarkan definisi tersebut maka cakupan akhlak cukup luas, yakni tidak
hanya perbuatan yang baik saja tetapi juga termasuk perbuatan yang buruk.
Oleh karena itu dalam Islam akhlak terbagi dua yaitu akhlak yang baik/terpuji
(al-akhlaaq al-mahmuudah) dan akhlak yang buruk/tercela (al-akhlaaq almadzmuumah).
2. Sumber Akhlak
Di dalam Islam untuk menguji akhlak itu baik atau buruk ukuran atau
rujukannya adalah al-Quran dan as-sunnah. Perbuatan apa saja yang
diperintahkan dan dianjurkan dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah merupakan
akhlak yang baik. Perbuatan apa saja yang dilarang dalam al-Quran dan asSunnah adalah termasuk akhlak yang tidak baik.
Berbeda dengan etika, ia juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang adat
istiadat atau perilaku manusia. Namun jika melihat dari asal kata etika, yakni
dari bahasa Yunani ethos, maka sumber rujukannya adalah pemikiran atau
filsafat, bukan wahyu. Dengan demikian maka penilaian di lapangan akan
berbeda. Suatu perbuatan dianggap baik menurut ilmu etika, belum tentu
dianggap baik menurut akhlak Islam. Sebaliknya suatu perbuatan dianggap baik
menurut akhlak Islam belum tentu dianggap baik menurut ilmu etika.
Akhlak dalam agama Islam bukan sekadar persoalan penilaian baik atau tidak
baik, terpuji atau tercela saja, tetapi memiliki tanggung jawab spiritual (Ilahiah).
Yakni manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya (QS.
51:56) dan untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini (QS. 2:30). Oleh
karena itu keberadaannya di muka bumi ini mengemban amanat Allah, yakni
membangun akhlak yang mulia. Dan atas amanat Allah tersebut manusia akan
dimintai pertanggungan jawabnya oleh Allah di akhirat nanti. Dengan demikian
membangun akhlak yang mulia merupakan kewajiban setiap muslim, dan setiap
kewajiban itu bernilai ibadah.
Rasulullah saw bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu kelak akan dimintai
pertanggungjawabannya (di hadapan Allah di akhirat nanti) atas
kepemimpinannya.(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Keutamaan Akhlak
150
Yang dimaksud akhlak dalam hal ini adalah akhlak yang baik. Akhlak yang baik
(akhlakul karimah), memiliki banyak keutamaan, karena tidak akan keluar dari
seseorang yang memiliki akhlak mulia itu kecuali sikap dan perilaku yang baik,
terpuji dan banyak membawa manfaat.
Persoalan apapun dalam kehidupan di masyarakat, baik persoalan pribadi,
keluarga, tetangga, masyarakat dan Negara, jika diselesaikan dengan sikap dan
perbuatan yang terpuji, maka persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Tentang keutamaan akhlak, Rasulullah saw bersabda:
),
(
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik di antara kamu ialah yang paling baik kepada isterinya."(HR.
Turmuzi).
,
( )
"Tiada suatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mu'min di hari kiamat,
selain daripada kebaikan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji
mulut dan kelakuan."(HR. Turmuzi)
151
Firman Allah:
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."(QS. Ali Imran/3: 31)
( )
"Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Ahmad)
5. Hubungan Akhlaq dengan Tauhid dan Syari'ah
Antara akhlaq, tauhid dan syari'ah tidak bisa dipisahkan, masing-masing akan
hilang maknanya jika yang satu dengan yang lain dipisahkan. Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang utuh. Tauhid yang baik akan membuahkan
syari'ah yang baik, dan syari'ah yang baik akan membuahkan akhlaq yang baik
pula. Demikian pula akhlaq yang baik karena buah dari syari'ah yang baik, dan
syari'ah yang baik karena buah dari tauhid yang baik pula.
Firman Allah:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."(QS. Ibrahim/14: 24-27)
6. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak dalam Islam ada tiga, yakni mencakup akhlak manusia
dengan Allah SWT, akhlak manusia dengan sesama manusia, dan akhlak
manusia dengan makhluk lain. Di antara tiga cakupan akhlak tersebut, maka
akhlak dengan Allah SWT merupakan akhlak yang paling pokok dan ukuran
bagi yang lain. Akhlak dengan Allah mencakup segala ketaatan kepada-Nya,
yakni taat menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala laranganNya. Jika akhlak dengan Allah SWT baik, pasti akhlak dengan sesama manusia
dan dengan makhluk lainnya akan baik pula. Jika seseorang akhlaknya dengan
orang lain dan dengan alam lingkungannya tidak baik, maka akhlaknya dengan
Allah SWT sudah pasti belum baik.
152
"Sembahlah
Allah
dan
janganlah
kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.."(QS. AnNisaa/4:36)
"Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi
rahmat."
(QS. Ali Imran/3:132)
3) Ikhlash.
153
"Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersamasama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai
orang-orang yang sabar."(QS. Ali Imran/3:146)
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS.
Az-Zumar/53)
8) Menerima taqdir Allah.
( )
"Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar
baik dan qadar buruk, Allah pasti akan membakarnya
dengan api neraka."(HR. Ibnu Wahab).
154
( )
( )
"Malu itu sebagian dari iman."(HR. Muslim)
12) Taubat dan istighfar.
155
2) Memelihara kerapihan.
( )
"Sesungguhnya Allah itu
keindahan."(HR. Muslim)
indah
dan
menyukai
yakni
pandai
menggunakan
waktu
sebaik
mungkin.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran."(QS. Al-'Ashr/103:1-3)
5) Selalu menambah pengetahuan.
156
yang
,
( )
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya ialah
yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu
ialah yang paling baik kepada isterinya."(HR. Turmuzi).
2)
( )
"Seorang suami adalah bertanggung jawab kepada
keluarganya, dia kelak akan dituntut atas tanggung
jawabnya tersebut, seorang isteri adalah bertanggung
jawab di rumah suaminya, dia juga kelak akan dituntut
atas tanggung jawabnya tersebut."(HR. Bukhari dan
Muslim)
3)
4)
157
atau memperlakukan
daripada itu.
mereka
dengan
lebih
kasar
2)
158
Memberi hadiah.
Nabi saw bersabda:
"Jika engkau memasak gulai, maka banyakkanlah
kuahnya serta perhatikanlah tetanggamu, kemudian
hadiahkanlah
sebagian
daripadanya
kepada
tetanggamu dengan cara yang baik."(HR. Muslim).
4)
5)
Menghormati guru.
Sabda Nabi sa:
"Muliakanlah 'ulama, karena mereka adalah pewaris
para nabi; maka barangsiapa memuliakan mereka,
sesungguhnya mereka telah memuliakan Allah dan
Rasul-Nya."(HR. Thabrani).
6)
Menjaga pergaulan.
Firman Allah:
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. AnNuur/24:30)
159
160
, :
, ,
( ) , ,
"Kewajiban seorang muslim dengan muslim yang lain
ada enam, yaitu: apabila bertemu dengannya
hendaklah mengucapkan salam, apabila diundang maka
penuhilah, apabila minta nasihat maka nasihatilah,
apabila bersin, lalu memuji Allah maka ucapkanlah
kepadanya yarhamukallah - , apabila ia sakit maka
jenguklah, apabila ia meninggal dunia, antarkan
jenazahnya ke kbubur" (HR. Bukhari)
e. Akhlak terhadap lingkungan
1)
2)
3)
161
II. Takwa
Takwa berasal dari bahasa Arab (at-taqwa), asal kata takwa adalah waqaa, yang
berarti menjaga. Maka takwa berarti menjaga diri dari azab Allah SWT dengan
menjauhi tindakan maksiat dan menjalankan segala tata aturan yang telah
digariskan Allah SWT. Tegasnya takwa adalah menjalankan segala perintah Allah
SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Takwa adalah akhlak yang paling mulia dan paling luhur (QS. 49:13), ia merupakan
buah dari pengabdian kepada Allah SWT, buah dari aqidah dan syariah yang benar.
Seseorang yang akidahnya baik, akan melahirkan syariah yang baik, dan syariah
yang baik akan melahirkan akhlak yang baik pula, yaitu takwa. Dan tidak akan
keluar dari pribadi orang yang bertakwa kecuali perbuatan yang mulia, sikap hati,
perkataan dan tindakan yang terpuji.
Jika takwa ini dilakukan oleh umat manusia maka akan baiklah perbuatan manusia,
jika perbuatan manusia baik di muka bumi pastilah bumi ini akan damai. Bila
penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, pastilah Allah
akan membukakan untuk mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi
lantaran kemuliaan akhlak mereka.
Allah SWT berfirman:
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.(QS. Al-Araaf/7:96)
1. Keutamaan Takwa
a.
b.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.(QS. AthThalaq/65: 3).
c.
162
...dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath-Thalaq/65:4)
d.
2. Hakikat Takwa.
Berkaitan dengan hakikat takwa, Allah SWT berfirman:
BAB VII
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
I.Kedudukan Akal dan Ilmi Dalam Islam
Akal berasal dari bahasa Arab yaitu 'aqala ( ) yang mengandung arti
ikatan/tautan budi (perasaan) dan pikiran (Supriadi dkk.: ). Seacara istilah akal
adalah daya yang terdapat dalam jiwa manusia yang berfungsi untuk berpikir,
memahami dan mengerti (Ensiklopedi Islam 1, hal. 98). Piranti kasar (hard
ware)nya adalah otak, sedang piranti halus (soft ware)nya adalah ruh. Daya akal
tersebut jika digunakan dengan sebaik-baiknya akan menghasilkan pengetahuan
yang bermanfaat.
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menggunakan akalnya agar semua
yang ada di dalam diri dan alam sekitarnya menjadi pelajaran yang berharga (QS.
163
3: 190-191). Kurang lebih ada 40 ayat yang berbicara mengenai akal dan
menyuruh manusia berpikir. Termasuk untuk memahami Agama juga dengan
akalnya agar tidak tersesat. Itulah sebabnya wahyu diturunkan kepada manusia
karena manusia mempunyai akal. Rasulullah saw bersabda:
( )
"Tidak ada Agama bagi orang yang tidak berakal."(HR. Bukhari).
Wahyu adalah informasi-informasi dari Allah SWT yang disampaikan secara
cepat dan khusus diberikan kepada para nabi dan rasul Allah. Mereka mampu
memahami dan mengerti informasi-informasi tersebut secara cepat, jelas dan
benar tanpa sedikitpun ditambah atau dikurangi, baik kalimatnya maupun isinya.
Wahyu itu berisi petunjuk-petunjuk hidup bagi manusia serta berisi informasiinformasi ilmu pengetahuan (pesan-pesan ilmiah) tentang apa yang ada di langit
dan di bumi serta apa yang ada di dalamnya.
Sangat jelas dalam Islam bahwa kedudukan akal sangat penting sebab dengan
akal itu manusia dapat memahami dan menerima wahyu serta menjadikannya
sebagai pedoman hidup. Dengan akal itu juga manusia mampu menggali rahasia
alam dan potensi-potensi yang ada di dalamnya serta memanfaatkannya untuk
kemaslahatan hidup.
II.
164
III.
165
166
Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi: "Apa
alasan anda? Jawab 'Ali: "Karena ilmu itu pusaka para nabi, sedangkan
harta pusaka Qarun, Fir'aun, Sadad dan lain-lain."
Orang kedua bertanya lagi: "Wahai 'Ali, lebih utama mana antara ilmu dan
harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi:
"Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Karena ilmu itu menjagamu, sedangkan
harta malah engkau yang menjaganya."
Orang ketiga bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta itu jika engkau tasarrufkan
(berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu itu jika engkau tasarrufkan
malahan bertambah."
Orang keempat bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Karena pemilik harta (sering)
disebut dengan nama bakhil dan buruk, sedangkan pemilik ilmu sering
disebut dengan keagungan dan kemuliaan."
Orang kelima bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu dan
harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya lagi:
"Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta itu musuhnya banyak,
sedang pemilik ilmu temannya banyak."
Orang keenam bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta harus dijaga dari pencuri,
sedang ilmu tidak perlu."
Orang ketujuh bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta di akhirat nanti akan
dihisab, sedang pemilik ilmu akan mendapat syafaat."
Orang kedelapan bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab Ali: Lebih utama ilmu daripada harta. Ia
bertanya lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta akan hancur
berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan
musnah walau ditimbun zaman."
Orang kesembilan bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama ddaripada harta." Ia bertanya
167
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Harta membuat hati seseorang
menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya."
Orang kesepuluh bertanya lagi: "Wahai 'Ali lebih utama mana antara ilmu
dengan harta?" Jawab 'Ali: "Ilmu lebih utama daripada harta." Ia bertanya
lagi: "Apa alasan anda?" Jawab 'Ali: "Pemilik harta bisa mengaku menjadi
Tuhan karena harta yang dimilikinya, sedang pemilik ilmu justeru mengaku
sebagai hamba Allah karena ilmunya."
Demikian jawab 'Ali kepada para penanya yang ingin menjajaki kedalaman
ilmunya. Tanya Jawab ini juga menunjukkan betapa ilmu itu jauh lebih
utama daripada harta. Oleh karenanya kuasailah ilmu pengetahuan seluas
mungkin baik ilmu yang berhubungan dengan urusan ukhrawi maupun
duniawi. Sebab dengan menguasai ilmu-ilmu tersebut insya Allah kita akan
memperoleh kebahagaiaan di dunia dan akhirat.
IV.
168
dan damai. Masa itu oleh Sayyid Qutub dalam bukunya yang berjudul "Ma'alim
fi ath-Thariiq" diistilahkan sebagai Generasi Qur'ani.
Masa Bani Umayah adalah masa perluasan kekuasaan Islam kedua setelah
terhenti pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, masa Islamisasi dan Arabisasi.
Pada masa ini Islam berkembang begitu cepat sehingga hampir seluruh negerinegeri yang berada di bawah kekuasaan Islam yang terbentang dari Maghribi
(Afrika Utara) hingga ke India (Asia Selatan) menjadi negeri Muslim dan juga
sebagain besar negeri-negeri tersebut menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
sehari-hari.
Masuk Islamnya bangsa Persia dan Romawi memberikan pengaruh besar
terhadap kebudayaan Islam, mengingat mereka adalah bangsa yang telah lama
memiliki kebudayaan yang tinggi. Maka pada masa ini mulai berkembang ilmu
kalam, ilmu tafsir dan lain-lain. Pada masa ini juga upaya pengumpulan hadits
sudah mulai dilakukan, namun belum ada pemisahan antara ucapan Nabi saw dan
ucapan para sahabat.
Pada masa kekhalifahan Bani Abbas, kekuasaan Islam sudah demikian luas
sehingga pengembangan tidak lagi terfokus pada perluasan wilayyah, melainkan
terfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjaga
keutuhan wilayah. Maka pada masa Bani Abbas, terutama pada masa khalifah
Harun al-Rasyid (786-809 M) dan Khalifah al-Ma'mun (813-833 M) terjadi
pengembangan ilmu pengetahuan secara besar-besaran, baik yang berkenaan
dengan ilmu Agama maupun ilmu umum. Buku-buku Yunani pada masa itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga para pemikir Arab mampu
mempelajari ilmu pengetahuan Yunani serta mampu mengembangkannya secara
lebih luas.
Universitas-Universitas di masa Bani Abbas banyak berdiri, buku-buku karya
para pemikir Islam dengan berbagai disiplin ilmu banyak bermunculan,
perpustakaan-perpustakaan banyak menghiasi universitas-universitas dan majlismajlis ilmu, kajian-kajian, diskusi-diskusi dan riset menjadi gerakan yang
mentradisi pada masa Bani Abbas. Maka kemudian lahir para intelektual Muslim
dan para pemikir besar yang ahli di berbagai bidang ilmu, serta memberi
pengaruh besar kepada dunia. Pada masa inilah dunia Islam benar-benar
mencapai masa kejayaannya.
Para ilmuwan Muslim yang sangat berpengaruh di dunia pada masanya antara
lain:
Di Abad ke 9 Masehi:
1. Jabir ibnu Hayyan, bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium.
2. Al-Khawarizmi, ahli matematika pertama di dunia Islam.
3. Al-Kindi, filosuf, pelopor dan pengembang ilmu pengetahuan.
4. Abu Kamil Syuja', ahli aljabar Muslim tertua.
169
170
Masih banyak lagi para ilmuwan Muslim ternama dan sangat berpengaruh di
dunia pada masa kejayaan Islam yang tidak penulis sebutkan dalam buku ini,
tetapi bisa dibaca pada buku-buku sejarah Ilmuwan Muslim, antara lain buku
"Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah", karya M. Natsir Arsyad, penerbit Mizan,
Bandung, buku "Sain dan Peradaban dalam Islam", karya Seyyed Hossein Nasr,
penerbit Pustaka, Bandung. Sebagian Ilmuwan Muslim berpengaruh di dunia ini
penulis sebutkan di sini untuk menunjukkan begitu besar pengaruh peradaban
Islam di dunia pada zamannya.
Pada masa kejayaan Islam, tidak ada satu pun bangsa lain yang memiliki
kemajuan yang dicapai oleh umat Islam. Bahkan bangsa Eropa pada masa itu,
sebagaimana yang dikatakan oleh Christopher Dawson dalam buku The Making
of Europe, ha. 151-152) tengah mengalami masa kegelapan, atau sebagaimana
dikatakan H.Mc Neill dalam Rise of the West, Mentor Books 1965, hal. 502,
tengah mengalami masa surut yang rendah.
V.
171
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, mereka sudah tidak mengenal lagi falsafat
dan ilmu pengetahuan Yunani. Dari pemikiran para intelektual dan para filosof
Islam periode klasik inilah orang Barat belajar berfikir secara obyektif dan
menurut logika, dan belajar berdada lapang di ketika Eropa diselubungi suasana
pemikiran sempit, tidak adanya toleransi terhadap kaum minoritas, dan oleh
suasana penindasan terhadap pikiran mereka. Hal inilah yang menurut keterangan
Rom Landau menjadi bimbingan bagi renaissance Eropa yang kemudian
membawa pada kemajuan dan peradaban Barat (Harun Nasution: 74).
Maka tidak heran jika Lebanon mengatakan "orang Arablah yang menyebabkan
kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad."
Hal ini juga diakui oleh pemikir barat, Rom Landau. Demikian pula Jacques C.
Rislar juga berkata bahwa ilmu pengetahuan dan teknik Islam amat dalam
mempengaruhi kebudayaan Islam (Harun Nasution:74-75).
VI.
(epistemologis)
ilmu
172
Daftar Pustaka
1. Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 1986/1987
2. Abdullah bin Jarullah, Risalah Ramadhan, Penerbit: As-Safwa, Jakarta Selatan.
3. Abdurrahman Hasan Alu Syaikh, Syaikh., Fathul Majid, PPenerbit: Pustaka
Azzam, Jakarta, 2002, Cet. 2.
4. As-Sayyid as-Sabiq, Fiqhussunnah, Penerbit: Bairut, Libanon (Fiqih Sunnah
terjemahan, Penerbit: PT. Al-Ma'arif, Bandung).
5. Bahaudin Mudhary, K.H., Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, Penerbit: Kiblat
Centre, 1984, Cet. 3
6. Catur Shiherwanto B.Sc., (Hons.), M.Si., (Pengantar), Bacalah dengan Nama
Tuhanmu yang Menciptakan, PT. Nada Cipta Raya, Jakarta, 2002
7. Ensiklopedi Islam, Penerbit: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994, Cet. 3
8. Ensiklopedi Hukum Islam, Penerbit: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 2000,
Cet.4
9. Hamka, Prof., Dr., Tafsir Al-Azhar, Penerbit: PT. Panjimas, 1993, Cet. 3
173
10. Hamzah Yaqub, Dr.,H., Etika Islam, Penerbit: CV. DIPONEGORO, Bandung,
1983, Cet.2
11. Hasbi Ash-Shiddieqy, T.M., Pedoman Puasa, Penerbit: Bulan Bintang, Jakarta,
1990, Cet. 12
12. Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit UI-Press,
Jakarta, 1984, Jilid I.
13. Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya (terj), Penerbit: Dzikra, Bamdung, 2003
14. Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal (terj.), Penerbit: Robbani Press,
Jakarta, 2002, Cet. Ke-1
15. Harun Yahya, Keajaiban Al-Qur`an (terj.), Penerbit: ARKAN, Bandung, 2008,
Cet. Ke- 1
16. Hasbi Ash-Shiddiqy, T.M., Pedoman Shalat, Penerbit: Bulan Bintang, Jakarta,
1990, Cet. 18
17. Hasbi Ash-Shiddiqy, Tengku Muhammad, Kriteria Sunnah & Bidah, Penerbit:
Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1998, Cet. Pertama, Edisi Kedua.
18. Hasan Al-Banna, Asy-Syaikh, Doa-Doa Rasulullah (terj), Penerbit: PT.
ANDALAS, Surabaya, 1985.
19. Majalah Amanah, Orientalis Masih Terus Memojokkan Islam, No. 41, Agustus
2003.
20. Manna Khalil Al-Qaththaan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran (terj), Penerbit: PT.
Litera Antar Nusa, Jakarta, 1996, Cet.3
21. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern (terj), Penerbit: Bulan
Bintang, Jakarta, 1978, Cet.7
22. Muhammad At-Tamimi, Syeikh., Kitab Tauhid, Penerbit: Darul Haq, Jakarta,
2005, Cet. XII
23. Permadi Alibasyah, Ir., Bahan Renungan Kalbu, Penerbit: Yayasan Mutiara
Tauhid, Jakarta, 2001, Cet. 4.
24. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Penerbit: Mizan, Bandung, 1993,
Cet.2
25. Shafie Akrabi, M.A., HM. Drs., dkk., (Tim Penulis) Pendidikan Agama Islam,
Penerbit: Gunung Persagi, Bandar Lampung 2006/1427, Cet.2
26. Supriadi, dkk., Pendidikan Agama Islam, Penerbit: Grafika Karya utama,
Jakarta, 2001, Cet.2
27. Toto Suryana AF (ed), Pendidikan Agama Islam, Penerbit: Tiga Mutiara,
Bandung, 1997.
28. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam, Penerbit: Pustaka Taqwa,
Bogor, Jawa Barat, 2006, Cet. 2
174