Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
P- TREATMENT
EPILEPSI
Dipresentasikan pada tanggal: 3 November 2015
Oleh:
Anggriyuni Nursanti
Rheza Giovanni
Yuji Aditya
Pembimbing:
2. Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi parsial atau fokal)
a. Bangkitan parsial sederhana
Berasal dari lobus motor frontal : tonik, klonik, tonik-klonik,
Jacsonians
Autonom
Psikis murni
b. Bangkitan parsial kompleks, misalnya epilepsi psikomotor (epilepsi
lobus temporalis)
c. Bangkitan lain-lain
Etiologi
Penyebab epilepsi dibagi menjadi tiga golongan, yaitu idiopatik, kriptogenik
dan simptomatik. Sebagian besar penyebab timbulnya epilepsi adalah idiopatik
darah
otak,
toksik
(alkohol,
obat),
metabolik
an
kelainan
neurodegeneratif.
Mekanisme Terjadinya Bangkitan Epilepsi
Mekanisme dasar terjadinya bangkitan umum primer adalah karena adanya
cetusan listrik di fokal korteks. Cetusan listrik tersebut akan di lampaui ambang
inhibisi neuron di sekitarnya, kemudian menyebar melalui hubungan sinaps
kortikal-kortikal. Tidak ada gejala klinis yang tampak, abnormalitas EEG tetap
terekam pada periode antar kejang. Kemudian, cetusan korteks tersebut menyebar
ke korteks kontralateral melalui jalur hemisfer dan jalur nukleus subkorteks.
Gejala klinis tergantung bagian otak yang tereksitasi misalnya eksitasi dan
terjadi penyebaran cetusan listrik ke neuron-neuron spinal melalui jalur
kortikospinal dan retikulospinal sehingga menyebabkan kejang tonik-klonik
umum. Secara klinis terjadi fase tonik-klonik berulang kali dan akhirnya timbul
kelelahan neuron pada fokus epilepsi dan menimbulkan paralisis dan kelelahan
pascaepilepsi.
Mekanisme dasar terjadinya bangkitan parsial mrliputi dua fase, yakni :
1. Fase inisiasi terdiri atas letupan potensial aksi frekuensi tinggi yang
melibatkan
peranan
kanal
ion
Ca++
dan
Na+
serta
akhir
pre
sinaps
(meningkatkan
pelepasan
neurotransmitor),
serta
c. Pemeriksaan laboratorium
-
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus epilepsi ini dibedakan berdasarkan umur penderita.
1. Pada neonatus dan bayi
a. Jittering
b. Apneic spell
2. Pada anak
a. Breth holding spells
b. Sinkope
c. Migren
d. Bangkitan psikogenik/konversi
e. Prolonged QT syndrome
f. Night terror
g. Tic
h. Hypersianotic attack
3. Pada dewasa
a. Sinkope
b. Serangan iskemik sepintas
c. Vertigo
d. Transient global amnesia
e. Narkolepsi
f. Bangkitan panic, psikogenik
g. Sindrom menier
h. Tics
Tatalaksana
Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal
untuk pasien, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik
maupun mental yang dimilikinya. Psinsip terapi farmakologi :
1. OAE mulai diberikan bila :
a. Diagnosis epilepsi telah ditentukan
b. Setelah pasien atau keluarganya menerima penjelasan tujuan pengobatan
c. Pasien dan keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek
samping yang timbul
2. Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai
dengan jenis bangkitan dan sindrom epilepsi
3. Pemberian obat dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping, kadar obat plasma ditentukan
bila bangkitan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
4. Bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat
mengontrol bangkitan, maka perlu ditambahkan OAE kedua. Bila OAE telah
mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahanlahan.
5. Penambahan obat ketifa baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak
dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
KASUS
Kasus
Seorang ibu muda usia 25 tahun datang ke poli syaraf RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda dengan keluhan kejang berulang sejak 1
minggu yang lalu. Kejang umum seluruh tubuh, lama sekitar 2 menit,
frekuensi kejang 1 kali dengan diawali kaku seluruh tubuh, sekitar 30 detik
diikuti dengan kelonjotan sekitar 1 menit. Saat kejang pasien tidak sadar,
mata mendelik keatas, lidah tergigit, mulut berbuih. Saat dan sesudah
kejang pasien tidak sadar. Setelah sadar pasien tampak kebingungan. Kejang
tidak disertai demam. Pasien pernah mengalami kejang sekitar 2 tahun yang
lalu. Setelah itu berobat dan minum obat. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, RR 16 kali/menit, suhu 36,5
derajat Celcius. Pemeriksaan neurologi semua dalam batas normal.
Keluhan utama
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab.
:-
Diagnosis
P-TREATMENT
1.
2.
3.
Pemilihan Terapi
a.
dating.
Hindarkan memberi minum air saat tidak sadar atau menahan kejang
karena dapat menyebabkan cedera lain.
10
b.
Terapi Farmakologis
Terapi
Drugs of Choice
Carbamazepine
phenytoin . Valproat
Alternatif
Phenobarbital
Primidone
Golongan
Hidantion
Efficacy
+++
Farmakodinamik
:
Mengubah
konduktan Na+, K+,
dan Ca2+, potensi
membran, dan
konsentrasi asam
amino dan
neurotransmitter
norepinefrin,
asetilkolin, dan
GABA
Farmakokinetik:
A: absorbsi
Natrium Fenitoin
dari GIT hampir
sempurna
mencapai puncak
berkisar 3-12 jam
Safety
++
Efek samping :
CNS : Diplopia, ataksia,
pusing, nistagmus, bicara
tidak jelas, kekacauan
mental
Suitability
+++
Kontraindikasi :
pasien dgn
penyakit
gangguan ginjal,
ibu hamil
GIT : Hiperplasia
gingiva, anoreksi, nyeri
ulu hati, mual,muntah
Kulit : ruam
morbiliformis,keratosis
Lain-lain :
hepatosisitas,anemia
megaloblastik
D: banyak diikat
protein plasma
M: dimetabolisir di
11
Cost
+++
Rp
9001500
++
Farmakodinamik:
Memacu proses
penghambatan dan
mengurangi
transmisi eksitasi.
Menekan pelepasan
dari fokus.
Menekan melalui
konduksi Na+,
lepasnya frekuensi
tinggi renjatan
saraf yang berulang
dalam kultur. Pada
konsentrasi tinggi,
barbiturat
menghambat arus
Ca2+ (tipe L dan
M).
+
Efek samping :
Mengantuk, penurunan
kesadaran, distrasia,
ataksia, stimulasi
paradoksal yang
disebabkan oleh
disinhibisi tingkah laku,
depresi SSP sampai koma
dan henti pernapasan,
laringospasme
++
Kontraindikasi :
Pophiria, depresi
sistem
pernapasan,
gangguan hati
berat
Farmakokinetik :
A: Bioavailabilitas
oral sekitar 90%.
Puncak konsentrasi
plasma dicapai 812 jam setelah
pemberian oral
D: memiliki ikatan
protein sangat
rendah (20 sampai
45%).
M: dimetabolisme
oleh hati, terutama
melalui hidroksilasi
dan glukoronidasi,
dan menginduksi
12
++
Rp.
5000
banyak isozymes
dari sistem
sitokrom P450
E: diekskresikan
oleh ginjal
Karbamazepin
+++
Farmakodinamik:
Menutup kanal
Natrium pd
konsent. Terapi dan
menghbt pelepasan
berulang frekuensi
tinggi pd kultur
saraf. Presinaptik
menurunkan
transmisi sinaptik.
Menghambat
ambilan dan
pelepasan
norepinefrin.
Farmakokinetik :
A : kadar puncak
6-8 jam pemberian
obat, lambat
diabsorbsi setelah
makan
+++
Efek samping :
Hilang nafsu mkn, mulut
kering, mual, diare,
konstipasi, pusing,
mengantuk, ataksia,
diplopia, hiponatremia,
ruam kulit, sjs, net,
rambut rontok,
leukopenia, pembesaran
KGB, proteinuria,
hepatitis, anemia aplastik
+++
Kontraindikasi :
Apabila
digunakan
bersama MAO
Inhibitor, riwayat
mielosupresi,
hipersensitif
terhadap
antidepresan
trisiklik.
+++
Rp.
12001600
++
Efek samping :
Mual,muntah dan
gangguan pencernaan
lain seperti nyeri
perut,kantuk,ataksia dan
tremor, hepatotoksik
+++
Kontraindikasi :
Penyakit hepar
aktif
+++
D : lambat, 70%
terikat protein
plasma
M: metabolisme
sempurna di hepar
Asam valproat
E: melalui urine
+++
Farmakodinamik
:
Mamblokade kanal
natrium dan
menyebabkan
hiperpolarisasi
potensial istirahat
membran neuron
akibat peningkatan
13
Rp.
7003000
daya konduksi
membran untuk
kalium. Memiliki
efek anti konvulsi
dengan
meningkatkan
GABA di otak
Farmakokinetik :
A: pemberian
melalui oral
diabsorbsi cepat,
makanan
mempengaruhi
penyerapan.
D: Kadar
maksimum dicapai
setelah 1-3 jam
dengan waktu
paruh 8-10 jam.
M: Metabolisme di
hati.
E: urin
Golongan
Efficacy
Safety
Suitability
Cost
Karbamazepin
+++
Farmakodinamik
:
Menurunkan
influks ion natrium
dan kalsium ke
membran neuron,
mengurangi
aktivitas kejang.
Efektif untuk
semua serangan
epilepsi parsial dan
sangat efektif
+++
Efek samping :
Pusing, vertigo, ataksia,
mual, muntah, reaksi
alergi berupa dermatitis,
leucopenia.
+++
Kontraindikasi
:
Apabila
digunakan
bersama MAO
Inhibitor,
riwayat
mielosupresi,
hipersensitif
terhadap
antidepresan
trisiklik.
+++
Rp. 12001600
Dosis:
Dewasa:
awal 100-200 mg 1-2
x/hari, dosis
ditingkatkan 400 mg 23x/hari. Pada beberapa
14
untuk serrangan
tonik klonik
Farmakokinetik :
A: lengkap dan
lambat, disaluran
cerna berikatan
dengan protein
75%.
M: di hati.
E:urin.
Waktu paruh 25-65
jam.
Indikasi:
epilepsi
(bangkitan
parsial,
bangkitan umum
pimer atau
sekunder dengan
komponen tonik
klonik, jenis
epilepsi
campuran).
Pengobatan
manik-depresif.
Neuralgia
trigemial
idiopatik atau
karena MM
Golongan obat yang dipilih yaitu Carbamazepine, karena ditinjau dari
Efficacy, cost, dan suitability-nya hampir sama dengan obat lainnya, namun safety
nya cukup baik. Dan juga obat ini merupakan terapi lini pertama dalam
pengobatan epilepsy grand mall tipe tonik klonik.
4.
Pemberian Terapi
a.
ii.
iii.
minum alcohol.
Menghindari kelelahan fisik maupun mental.
pasien dirujuk ke bagian neurologi untuk dilakukan
pemeriksaan EEG
b.
kunyah
2dd1 tab
Penulisan Resep
Pro: Nn. Z
Umur: 25 thn
Alamat: Jl. X No.X
15
5.
Komunikasi Terapi
a.
Informasi Penyakit :
i. Epilepsi adalah suatu penyakit gangguan gelombang sistem saraf pusat
di otak dan bukan suatu penyakit menular, bukan pula penyakit
keturunan, dapat terjadi pada setiap orang, dan dapat diobati serta
dapat dikendalikan.
ii. Penyakit ini memiliki beberapa bentuk, namun serangan pasien adalah
bentuk epilepsi yang paling sering ditemukan. Serangan meyebabkan
hilangnya kesadaran, jadi merupakan suatu hal yang wajar jika pasien
mengalami kehilangan kesadaran saat serangan berlangsung.
iii. Tidak perlu panik karena kejang akan mereda sendiri
iv. Hindarkan barang-barang yang berbahaya di sekitar pasien ketika
serangan datang seperti benda tajam yang dapat melukai pasien
v. Hindarkan tindakan yang salah seperti memberi minum saat tidak
sadar atau menahan kejang serta disiram air. Menahan badan pasien
pada saat serangan bisa menyebabkan cedera lain pada pasien.
vi. Ketika kejang pasien ditidurkan, pakaian dilonggarkan
vii. Cegah orang-orang menonton pasien.
16
b.
kurang tidur,
alcohol, terlalu lelah, kilatan cahaya seperti diskotek atau flash light, dan
faktor-faktor lainnya.
Pasien tidak boleh putus obat dan mengurangi sendiri dosis obat tanpa
sepengetahuan doker.
c.
ii.
iii.
iv.
v.
6.
Kontrol pengobatan
Pasien diharuskan dating kembali untuk control beserta meminta obat lagi
sebelum obat habis karena penyakit ini tidak boleh putus obat
b.
17
bertahap. Dengan cara mengurangi dosis sebesar 25% tiap dua atau empat
minggu
c.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah menyembuhkan atau bila tidak mampu
menyembuhkan, paling tidak membatasi gejala-gejala dan mengurangi efek
samping pengobatan. Pada sindrom epileptik atau penyakit epilepsi, bila kelainan
structural, metabolik, atau endokrin yang dapat disembuhkan tidak dijumpai,
maka tujuan pengobatan adalah memperbaiki kualitas hidup penderita dengan
menghilangkan atau mengurangi frekuensi tanpa menimbulkan efek samping yang
tidak dikehendaki (Harsono, 2005).
18
Jenis obat
Sederhana
Kompleks
Tonik-klonik umum
Umum
Tonik-klonik
Mioklonik
Absens/petit mal
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardhani, WI., Setiowulan, W. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius.
Gunawan, S. (2008). Farmakologi & Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI.
19
20