You are on page 1of 73

SKRIPSI

GAMBARAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS YANG


DINILAI DENGAN METODE MDRD ( MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DIKLINIK SPESIALIS PENYAKIT DALAM
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PADA BULAN
JANUARI 2013

RAYDISTA BAFRI
0910015005

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013

SKRIPSI
GAMBARAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS YANG
DINILAI DENGAN METODE MDRD ( MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DIKLINIK SPESIALIS PENYAKIT DALAM
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PADA BULAN
JANUARI 2013
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

RAYDISTA BAFRI
0910015005
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS YANG


DINILAI DENGAN METODE MDRD ( MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DIKLINIK SPESIALIS PENYAKIT DALAM
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PADA BULAN
JANUARI 2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
RAYDISTA BAFRI
0910015005
Komisi Pembimbing,
Pembimbing 1,

Pembimbing 2,

dr.Cisca H Nelwan M.Kes

dr.Kuntjoro Yakti Sp.PD

NIP.19650921 199803 2 005

NIP.19680119 201001 1 003

Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,

dr.H.Emil Bachtiar Moerad,Sp.P


NIP. 19530812 198111 1 001

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS YANG


DINILAI DENGAN METODE MDRD ( MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DIKLINIK SPESIALIS PENYAKIT DALAM
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PADA BULAN
3

JANUARI 2013
Oleh :
RAYDISTA BAFRI
0910015005
Telah dipertahankan di depan Penguji
Pada Tanggal 5 Juni 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Penguji,
Penguji 1,

Penguji 2,

dr.Lily Kalalo Sp.PK


NIP.19650921 199803 2 005

dr.Ronny Ishnuwardana MIH


NIP.19680119 201001 1 003

Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,

dr.H.Emil Bachtiar Moerad,Sp.P


NIP. 19530812 198111 1 001

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Raydista Bafri
NIM
: 0910015005
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Fakultas
: Kedokteran
Judul Skripsi
: Gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan
metode MDRD(Modification of Diet in Renal
Disease)pada pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik
spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie
samarinda pada bulan januari 2013
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya
buat, merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya.Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
atas karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan dan
bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mulawarman.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
unsur paksaan.
Samarinda, 25 Mei 2013
Raydista Bafri
NIM. 0910015005

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allh SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Gambaran laju filtrasi
glomerulus yang dinilai dengan metode MDRD(Modification of Diet in Renal
Disease)pada pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik spesialis penyakit dalam
RSUD A.W Sjahranie samarinda pada bulan januari 2013 .
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
merupakan salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman. Dalam proses penyusunan skripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. H. Zamruddin Hasid, S.E, S.U selaku Rektor Universitas Mulawarman.
2. dr. H. Emil Bachtiar Moerad, Sp. P selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
3. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Cisca H Nelwan M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan motivasi, kritik dan saran yang membangun serta membimbing
peneliti selama proses penulisan skripsi ini.
5. dr. Kuntjoro Yakti Sp.PD selaku dosen pembimbing II yang telah membantu
penulis untuk menentukan judul skripsi dan telah membuka wawasan serta
membimbing peneliti selama proses penulisan skripsi ini.
6. dr.Lily Kalalo Sp.PK selaku dosen penguji I yang telah bersedia memberikan
kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penulisan skripsi ini.
7. dr. Ronny Ishnuwardana MIH selaku dosen penguji II yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran yang membangun serta membimbing peneliti
selama proses penulisan skripsi ini.
8. dr. Natanael Shem, DD. Sc, M.Sc selaku dosen wali yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan motivasi selama penulis menjalani masa perkuliahan di
FK UNMUL.
9. dr. Dieni Azra Sp.PD yang telah memberikan arahan untuk dilakukannya
penelitian di klinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie Samarinda
10. .Ibu Dwi Sartika.SST,Ibu Hj.faridah.SST,Ibu Hj.Isnaniah Amd.Kep dan Bapak
Ali serta staff poliklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda yang telah membantu mencarikan status pasien diabetes mellitus
tipe 2 dan menemani serta menghibur peneliti selama masa penelitian.

11. Kedua Orang Tuaku tersayang bapak Bahriansyah SE.MM dan ibu Faridah
atas dukungan doa, semangat, bimbingan, motivasi yang tidak pernah
berhenti kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan semuanya
dengan tegar, serta adik-adikku yang tersayang Mira Faradillah dan Azwar
Damari yang selalu memberikan hiburan sampai terselesaikannaya skripsi ini
12. Pamanku Abdul Malik dan acil Har yang selalu menghiburku dan memberikan
semangat selama dibangku kuliah.
13. The a Team Ausculapius , Ferdika Suhendra,M.Rozaki Ishak,Yuji Aditya dan
Andreas Tedi S.KK,Colin yang selalu menularkan semangat dan motivasi
serta keceriaan sehingga peneliti selalu bersemangat menjalani masa-masa
perkuliahan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang
membangun.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik
untuk penulis pribadi maupun para pembaca.
Samarinda, 25 Mei
2013
Penulis

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman,
saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Raydista Bafri

NIM

: 0910015005

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Fakultas

: Kedokteran

Jenis Karya

: Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Hak Bebas Royalti atas
karya ilmiah saya yang berjudul :
Gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode
MDRD(Modification of Diet in Renal Disease)pada pasien diabetes melitus tipe 2
di klinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie samarinda pada bulan
januari 2013 .
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini,
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman berhak menyimpan , mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Samarinda
Pada tanggal : 20 Mei 2013
Yang menyatakan
( Raydista Bafri )

RIWAYAT HIDUP
Nama
: Raydista Bafri
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Samarinda,04 februari 1989
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Jln. Cempaka IV no 76 Tanjung Redeb,Berau
Alamat e-mail
: Raydista@ymail.com dan Reybalalaika@gmail.com
Pendidikan Formal
SD
(1996 - 2002) : SDN 026 Tanjung Redeb,Berau
SMP
(2002 - 2005) : SMPN 3 Tanjung Redeb, Berau
SMU
(2005 - 2008) : SMUN 1 Tanjung Redeb,Berau
PT
(2009 2013) : Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
melalui SNMPTN tahun 2009 dan KKN (Kuliah
Kerja Nyata) didesa Bebakung Kab.Tana tidung
tahun 2012.
Kegiatan Non Formal
Perguruan Kempo tahun 2006
Perguruan Silat (IPSI) Setia Hati Terate 2007-2008
Perguruan Silat (IPSI) WASINDO 2008-2011

Nama
Program Studi
Judul

ABSTRAK
: Raydista Bafri
: Pendidikan Dokter
: Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus yang dinilai dengan
metode MDRD (Modification of Diet in Renal Disease )
pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 diKlinik Spesialis
penyakit Dalam RSUD A.W SJAHRANIE Samarinda
pada bulan Januari 2013.

Latar Belakang: Diabetes Melitus tipe 2 yang disertai dengan kondisi


hiperglikemia kronis akan berkembang menjadi Nefropati Diabetik yang
merupakan salah satu penyebab terbesar penyakit ginjal kronik dan menuju gagal
ginjal terminal.Penyakit ginjal kronik ditandai dengan penurunan Laju Filtrasi
Glomerulusyang dapat diketahui dengan estimasi laju filtrasi glomerulus yang
menggambarkan tahapan Laju Filtrasi Glomerulus dimana menggunakan metode
MDRD (Modification of Diet In Renal Disease) yang membutuhkan data jenis
kelamin,usia,serum kreatinin dan ras.
Tujuan:Untuk mengetahui frekuensi dan gambaran Laju Filtrasi Glomerulus
berdasarkan metode MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin,usia,serum kreatinin dan
tekanan darah.
Metode:Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross
9

sectional.Pengambilan data dari rekam medik pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang
berkunjung keklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie Samarinda.
Hasil: Jumlah Sampel 357 orang terdiri dari 51,83% laki-laki dan 48,18%
perempuan.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus terbanyak pada laki-laki yaitu
tahap 2 sebesar 39,46%(73 orang) pada perempuan yaitu pada tahap 2 sebesar
33,73%,terbanyak pada usia 51 -60 tahun pada tahap 2 sebesar 37,40%(49
orang ),serum kreatinin terbanyak 0,5 mg/d 0,9 mg/dl pada tahap 1 dan tahap
2,serum kreatinin > 2mg/dl pada tahap 3,4,dan 5,tekanan darah baik sebesar
15,2%,tekanan darah sedang sebesar 47,9%,tekanan darah buruk sebesar
36,7%,mayoritas sampel terdiagnosis diabetes mellitus < 5 tahun dan minoritas >
5 tahun.
Kesimpulan:Tahap Laju Filtrasi glomerulus terbanyak pada laki-laki,terbanyak
pada usia 51-60 tahun,eLFG < 60ml/min/1,73 m2 memilki serum kreatinin lebih
dari 1 mg/dl dan eLFG >60/min/1,73 m2 serum kreatinin 0,5 0,9 mg/dl, tekanan
darah sampel mayoritas hipertensi tingkat sedang dan buruk dan terdiagnosis
diabetes mayoritas kurang dari 5 tahun.
Kata Kunci : Diabetes Melitus,Nefropati Diabetik,MDRD,LFG

10

Nama
Program Studi
Judul

ABSTRACT
: Raydista Bafri
: Medical Faculty Mulawarman University
: Description of Glomerular Filtration Rate as assessed by
method MDRD (Modification of Diet in renal
Disease)among type 2 diabetes mellitus patients in internal
medicine clinic of A.W Sjahranie government general
hospital Samarinda in January 2013.

Background :Diabetes Mellitus Type 2, along with the condition hyperglycemia


is one of the biggest causes of chronic kidney disease leading to Diabetic
nephropathy and chronic kidney terminal.Chronic kidney diseasecan be marked
by decreased Glomerulus filtration rate which can be determined by estimated
glomerular filtration rate that describes the stages of Glomerulus Filtration Rate
using MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) which requires data of sex,
age, serum creatinine, and race.
Goal :To determine the frequency and overview glomerular filtration rate using
MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) method in patients with type 2
diabetes mellitus by sex, age, serum creatinine and blood pressure.
Method :This is a descriptive study with cross-sectional design, using data from
medical records of patients with type 2 diabetes mellitus who visited a specialist
in internal medicine clinic in AW Sjahranie hospital in Samarinda.
Result :Number of Samples is 357 people, consisting of 51.83% men and 48.18%
women. Highest frequency of glomerular filtration rate in males is phase 2 of
39.46% (73 people) in women is the stage 2 was 33.73%, the highest at the age of
51 -60 years on stage 2 was 37.40% (49 people), the highest serum creatinine 0.5
mg / d - 0.9 mg / dl in stage 1 and stage 2, serum creatinine> 3.4 2mg/dl on stage,
and 5, both blood pressure of 15.2%, blood pressure are at 47.9%, worse blood
pressure of 36.7%, the majority of the sample was diagnosed with diabetes
mellitus <5 years and minority> 5 years.
Conclusion :Stage of Glomerular Filtration Rate Highest found in men, mostly in
the age of 51-60 years, eGFR<60ml/min/1, 73 m2 have the serum creatinine of
more than 1 mg / dl and eGFR> 60/min/1, 73 m2 serum creatinine 0.5 to 0.9 mg /
dl, majority of blood pressure samples is moderate hypertension and poor and the
majority of samples is diagnosed diabetes less than 5 years.
Keyword : Diabetes Mellitus,Nefropaty Diabetic,MDRD,GFR

11

DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
KATA PENGANTAR
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Manfaat Ilmiah

1.4.2

Manfaat bagi Peneliti

BABII TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diabetes melitus
2.1.1

Definisi

2.1.2

Klasifikasi

2.1.3

Etiologi

2.1.4

Faktor resiko

2.1.5

Patogenesa

2.1.6

Diagnosis

12

2.1.7

Penatalaksanaan

2.1.8

Pencegahan ......................................................................................11

2.1.9

Komplikasi.......................................................................................11

2.2 Nefropati Diabetik


2.3 Laju Filtrasi Glomerulus
2.4 Metode MDRD
2.5 Kreatinin....................................................................................................22
BAB III KERANGKA KONSEP
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1

Tempat Penelitian

4.2.2

Waktu Penelitian

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1

Populasi

4.3.2

Sampel

4.4 Kriteria Sampel


4.5 Cara pemgambilan data
4.6 Instrument Penelitian
4.7 Variabel Penelitian
4.8 Definisi Operasional
4.9 Pengolahan Data
4.10 Penyajian Data...........................................................................................28
4.11 Analisis Data..............................................................................................29
4.12 Alur Penelitian...........................................................................................29
4.13 Jadwal Kegiatan.........................................................................................30
BAB 5.HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum
5.2 Gambaran Khusus
5.2.1

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Jenis Kelamin

5.2.2

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Usia

5.2.3

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Serum Kreatinin

13

5.2.4

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Tekanan Darah

5.2.5

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan usia diagnosis

BAB 6.PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Umum
6.2. Gambaran Khusus
6.2.1.

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Jenis Kelamin

6.2.2.

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Usia

6.2.3.

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Serum Kreatinin

6.2.4.

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Tekanan Darah

6.2.5.

Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Berdasarkan Usia diagnosis

BAB 7.PENUTUP
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ........50

14

DAFTAR TABEL
hal.
Tabel 2.1

Konsentrasi glukosa sewaktu dan puasa dalam mg/dl


menurut TTGO........................................................................
...............................................................................................8

Tabel 2.1.2

Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus menurut ADA 2010....


...............................................................................................8

Tabel 2.3

Tahap-tahap penyakit ginjal kronis dan laju filtrasi


Glomerulus .............................................................................
.............................................................................................18

Tabel 5.1.1

Distribusi jenis kelamin sampel penderita Diabetes Mellitus


tipe
2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie pada bulan januari 2013..........................................
.............................................................................................31

Tabel 5.1.2

Distribusi kelompok usia sampel penderita Diabetes


Mellitus tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie pada bulan januari 2013..........................................
.............................................................................................32

Tabel 5.1.3

Distribusi serum kreatinin sampel penderita Diabetes


Mellitus tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie pada bulan januari 2013..........................................
.............................................................................................32

Tabel 5.1.4

Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus sampel penderita


diabetes mellitus tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam
RSUD A.W Sjahranie bulan januari 2013...............................
.............................................................................................33

Tabel 5.2.1

Ditribusi LFG ( Laju Filtrasi Glomerulus ) sampel


berdasarkan jenis kelamin pada penderita DM tipe 2 diklinik
spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan januari
2013.........................................................................................
.............................................................................................34

Tabel 5.2.2

Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok


usia pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit
dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013....................
.............................................................................................35

Tabel 5.2.3

Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus


berdasarkan serum kreatinin pada penderita DM tipe 2
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie
bulan Januari 2013..................................................................
.............................................................................................36

Tabel 5.2.4

Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkhan tekanan


darah pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit
dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013....................
15

.............................................................................................38
Tabel 5.2.5

Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkhan usia


diagnosis pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis
penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013.....
.............................................................................................39

16

DAFTAR GAMBAR
hal.
Gambar 2.1.1
5
Gambar 2.1.2
7
Gambar 2.1.3
12
Gambar 2.2.1
14
Gambar 2.2.2
16
Gambar 5.2.1

Gambar 5.2.2

Gambar 5.2.3

Gambar 5.2.4

Gambar 5.2.5

Klasifikasi DM menurut PERKENI 1998...............................


Patogenesa DM tipe 2..............................................................
Patogenesa komplikasi kronik DM tipe .................................
Patogenesis Nefropati Diabetic...............................................
Mekanisme Stress Oksidatif pada hiperglikemia....................
Frekuensi LFG ( Laju Filtrasi Glomerulus ) sampel
berdasarkan jenis kelamin diklinik spesialis penyakit
dalam RSUD A.W Sjahranie bulan januari 2013....................
34
Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan
kelompok usia pada penderita DM tipe 2 diklinik
spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013............................................................................
35
Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum
kreatinin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis
penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013.....
37
Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan
darah pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis
penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013.....
38
Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia
diagnosis pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis
penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013.....
39

17

DAFTAR LAMPIRAN
hal.
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian..
50
Lampiran 2 Surat KEPK..
52
Lampiran 3 Rekapitulasi Data..
...53

18

DAFTAR SINGKATAN
ADA
ADP
AGEs
ATP
CK
DM
EKG
eLFG
ENOS
ESDR
ET-1
GGK
HDL
IDMS
KDOQI
LFG
MDRD
Mg/dl
NKF
NO
OHO
PAI-1
PKC
PGK
RSUD
SAlb
SCr
SUD
TTGO
VEGF
WHO

: American diabetic association


: Adenosindiphosphate
: Advance glycotion end products
: Adenosintrifosfat
: Creatin kinase
: diabetes melitus
: Elektrokardiogram
: estimasi laju filtrasi glomerulus
: Endothelial nitrit oxide
: End stage diesis renal
: Endothelin 1
: Gagal ginjal kronis
: High densitas lipid
: isotop dilution mass spectrometry
: Kidney disease outcome quality initiative
: laju filtrasi glomerulus
: Modification of diet in renal disease
: milligram per desiliter
: National kidney foundation
: Nitric Oxida
: Obat hiperglikemi oral
: Plasminogen activator inhibitor -1
: Protein kinase C
: Penyakit ginjal kronis
: Rumah sakit umum Daerah
: Serum albumin
: Serum kreatinin
: Serum urea nitrogen
: Toleransi terganggu glukosa oral
: Vascular endothelial growth factor
: World Healty Organization

19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara

berkembang,akhir akhir ini menjadi perhatian para organisasi kesehatan di


dunia.Hal ini diakibatkan peningkatan tarap hidup di negara bersangkutan yang
di lihat dari gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya
penyakit

degenerative

seperti

penyakit

jantung

koroner,diabetes

mellitus,hipertensi hiperdislipidemia dan lain-lain.Diabetes mellitus adalah salah


satu penyakit degenerative dan penyakit yang tidak menular yang diperkirakan
akan meningkat di masa depan.Menurut WHO (World Healty Organization)
membuat perkiraan bahwa pada tahun 2020 akan terjadi lonjakan dimana pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas 20 tahun mencapai 150 juta orang dan
kururn waktu 25 tahun kedepan jumlah itu akan menjadi 300 juta orang (Suyono,
2009) .
Dari beberapa penelitian epidemologis diabetes melitus didunia jelas
terbukti bahwa insiden diabetes melitus di masa yang akan datang akan meningkat
drastis tidak terkecuali di Indonesia.Peningkatan insidens diabetes ini tentu saja
akan diikuti oleh terjadinya peningkatan komplikasi diabetes melitus.Komplikasi
yang diperkirakan meningkat adalah komplikasi kronik baik itu makroangipati
maupun

mikroangiopati.Dari

meningkatnya

penyakit

segi

akibat

penelitian

penyumbatan

prospektif
pembuluh

menunjukkan
darah

baik

itu

mikrovaskular seperti retinopati dan nefropati maupun makrovaskular seperti


penyakit pembuluh darah koroner dan penyakit pembuluh darah tungkai bawah
(Waspadji, 2009).Dari beberapa penelitian disebutkan sebanyak 40 % -50 %
penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami kerusakan ginjal tahap akhir,tentu
saja ini berhubungan dengan tingkat kejadian diabetes mellitus tipe 2 yang
akhirnya menjadi gagal ginjal tahap akhir ,Namun komplikasi tersering yang di
hadapi

sekarang

ini

adalah

komplikasi

mikrovaskuler

pada

penyakit

nefropati,dimana kejadiannya meningkat di negara maju dan berakhir pada tahaptahap penyakit ginjal dan menurut WHO (World Healty Organization) prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2 mencapai 85% - 95% kasus Diabetes Mellitus
1

menimbulkan komplikasi yang kronis

seiring dengan lamanya menderita

Diabetes Mellitus tersebut,serta diperkirakan 20%-30% penderita Diabetes


Mellitus tipe 1 dan Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengidap diabetes mellitus > 5
tahun akan berkembang menjadi nefropaty diabetik (ADA, 2002).
Nefropati diabetic adalah salah satu komplikasi tersering pada penderita
diabetes melitus dan merupakan komplikasi mikrovaskuler diabetic pada ginjal
yang berakhir dengan gagal ginjal kronik,dan disertai dengan penurunan LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus). (Hendromartono, 2009).Menurut data di Amerika dan
Eropa,nefropati diabetik merupakan komplikasi tersering

yang menyebabkan

gagal ginjal terminal dan angka kejadiannya pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe
2 sama,tetapi karena banyak yang menderita diabetes mellitus tipe 2 maka
kejadian nefropati diabetik ini lebih banyak terdapat pada mereka yang menderita
tipe 2 (Hendromartono, 2009).
Nefropati diabetik itu sendiri ditandai dengan adanya proteinuria yang
berakhir dengan gagal ginjal,penyakit ginjal seperti nefropati biasanya diikuti
dengan penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus). secara progresive,Selain
albumin yang menunjukkan adanya proteinuria,kreatinin juga berperan dalam
menentukan apakah terjadi penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) atau tidak
(PERKENI, 2006).Prediktor LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) yang banyak
digunakan secara luas adalah kreatinin serum dan memenuhi syarat yaitu difiltrasi
sempurna oleh glomerulus dan juga diekresi dan direabsorpsi oleh tubulus (NKF,
2002).National Kidney Foundation menggunakan estimasi LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus). untuk menentukan tahapan penyakit ginjal yang didasarkan pada
nilai kreatinin serum dan menekankan bahwa nilai kreatinin serum ini saja tidak
optimal untuk menilai fungsi ginjal oleh karena itu metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease) yang merupakan persamaan untuk menilai fungsi ginjal
ataupun tahapan penyakit ginjal berdasarkan eLFG (Laju Filtrasi Glomerulus).
pada pasien diatas 18 tahun (NKF, 2002).Metode MDRD (Modification of Diet in
Renal Disease) memberikan suatu informasi berupa tahapan LFG (Laju filtrasi
Glomerulus ) berdasarkan stadium LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) yang terdiri
dari tahap 1,2,3,4 dan 5,dimana memerlukan variable umur,jenis kelamin,serum
kreatinin dan ras.Pada penelitian ini menggambarkan tahapan LFG (Laju Filtrasi

Glomerulus) sesuai dengan pembagian oleh NKF(National Kidney Foundation)


atau nama lainnya KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) dimana
dibagi menjadi tahap 1,2 3,3,4 dan 5.Dan metode ini dapat digunakan pada
penderita Diabetes Melitus yang prevalensi kejadian PGK (penyakit ginjal
kroniknya) tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut,saya bermaksud untuk mengangkat
diabetes mellitus tipe 2 yang harus di deteksi fungsi ginjalnya untuk proteksi
terhadap terjadinya komplikasi kronik diabetes mellitus tipe 2 sebagai tugas akhir
saya untuk memberikan gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan
metode MDRD pada pasien yang mengidap diabetes mellitus tipe 2 di klinik
spesialis penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode

MDRD pada pasien yang mengidap diabetes melitus tipe 2 diKlinik spesialis
penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Mendapat gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode
MDRD pada pasien yang mengidap diabetes melitus tipe 2 diKlinik spesialis
penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode MDRD
pasien diabetes mellitus tipe 2 diKlinik spesialis penyakit dalam RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang telah menderita diabetes
melitus tipe 2.
b.Mengetahui secara dini laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan
metode

MDRD dan berdasarkan tahapan penyakit ginjal,jenis

kelamin,serum kreatinin, umur dan tekanan darah serta usia diagnosis


penderita diabetes melitus tipe 2
c.Memberikan tambahan data tentang laju filtrasi glomerulus yang dinilai
dengan metode MDRD pada pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan
tahapan atau klasifikasi penyakit ginjal kronis.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah


a.Memberikan

tambahan

informasi

data

tentang

filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode

gambaran laju
MDRD

agar

komplikasi pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengarah kekomplikasi


kronik diabetes melitus dapat di cegah serta mengenali penyakit ginjal
secara dini.
b.Memperkaya Informasi dan pengetahuan

adanya penurunan laju

filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode MDRD pada pasien


diabetes melitus tipe 2 terhadap pencegahan komplikasi mikrovaskular
yaitu nefropati diabetes.
1.4.2 Manfaat bagi peneliti
a.Sebagai sarana untuk mengaplikasikan

ilmu yang

telah didapat

selama duduk di bangku kuliah


b.Sebagai ilmu tambahan yang kelak akan berguna untuk meningkatkan
taraf hidup pasien diabetes melitus tipe 2 melalui pencegahan dini
terhadap terjadinya komplikasi diabetes itu sendiri maupun penyakit
ginjal karena diabetes melitus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIABETES MELITUS
2.1.1

Definisi
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik dan gejala klinis yang

ditandai dengan hiperglikemia kronik yang terjadi melalui karena adanya defek
sekresi insulin,kerja insulin maupun disebabkan oleh keduanya. (ADA, 2002).
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai
90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45
tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-

anak populasinya meningkat. (Purnamasari, 2009). Di Indonesia berdasarkan


penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes melitus sebesar 1,5
2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi
DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2% (PERKENI, 2006)
2.1.2 Klasifikasi
Sejauh ini klasifikasi diabetes itu sendiri melalui perubahan menurut
PERKENI dibagi empat sesuai dengan gambar yaitu

Gambar 2.1.1 Klasifikasi menurut PERKENI 1998.


2.1.3 Etiologi
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor terrdiri dari resistensi
insulin,kelainan sekresi insulin dan kenaikan produksi glukosa hati serta faktor
genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM
tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak
badan. Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi utama
(PERKENI, 2006).
2.1.4 Faktor Risiko DM
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
1.Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras,etnik,riwayat keluarga dengan
diabetes,usia > 45 tahun,riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih
5

dari 4 kg,riwayat pernah menderita DM Gestasional,riwayat berat badan lahir


rendah < 2,5 kg.
2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki: berat badan lebih (indeks massa tubuh >
23kg/m2,kurang aktivitas fisik,hipertensi(>140/90 mmHg),dislipidemia (HDL
<35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl,diet tinggi gula rendah serat
(Purnamasari, 2009).
2.1.5

Patogenesa Diabetes mellitus tipe 2


Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang

berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di
dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,tetapi
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai Resistensi Insulin. Resistensi insulin
banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai
akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
(Purnamasari, 2009).Pada awalnya resitensi insulin belum dapat menyebabkan
keadaan diabetes mellitus karena sel-sel pancreas masih dapat mengkompensasi
sehingga terjadi hiperinsulinemia,kadar glukosa darah masih normal atau sedikit
meningkat,namun jika keadaan ini berlanjut terus maka sel-sel pancreas tidak
dapat mengkompensasi maka terjadilah diabetes mellitus

secara klinik yang

ditandai dengan glukosa darah yang tinggi dan pada keadaan kelainan sekresi
insulin yang kurang diawali dengan terdapatnya resistensi insulin dari sel sel
sasaran terhadap kerja insulin,insulin yang awalnya mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor sel tertentu akan menjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan
transfor glukosa menembus membran sel sehungga terdapat kelainan dalam
mengikat insulin dengan reseptornya,hal ini disebabkan berkurangnya jumlah
tempat resptor (PERKENI, 2006).

Gambar 2.1.2 Patogenesa Diabetes mellitus tipe 2 menurut . William G, Pickup


JC. Handbook of Diabetes
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus menurut PERKENI yaitu dibagi menjadi gejala
khas seperti poliuria,polidipsia,polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab
yang

jelas

dan

sementara

gejala

yang

tidak

khas

diantaranya

lemas,kesemutan,luka yang sulit sembuh, gatal,mata kabur disfungsi ereksi dan


priuritus vulva (Purnamasari, 2009).Menurut kriteria diagnostik PERKENI
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita
diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu
>200 mg/dL.
Tabel 2.1.1 konsentrasi glukosa sewaktu dan puasa dalam mg/dl menurut TTGO
(Hendromartono, 2009).
Konsentrasi Glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM ( mg/dl )
Bukan

Belum

DM

pasti

DM

Konsentrasi glukosa

Plasma Vena

< 100

DM
100-199

> 200

Darah sewaktu

Darah kapiler

< 90

90 - 199

> 200

Konsentrasi glukosa

Plasma vena

< 100

100-125

> 126

Darah puasa

Darah kapiler

< 90

90 - 95

> 126

Tabel 2.1.2 Kriteria Diagnosis DM Menurut ADA 2010


Kriteria Diagnosis DM
1. HbA1C >6,5 %; atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL; atau
3. Kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosa
oral yang dilakukan dengan 75 gr glukosa standar WHO)
4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia
dengan kadar gula sewaktu >200 mg/dL.

2.1.7 Penatalaksanaan DM :
1. Edukasi
DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk

dengan

mapan.

Pemberdayaan

penyandang

diabetes

memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim


kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motifasi.
2. Terapi Gizi Medis
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energy
Asupan Lemak dianjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan kalori
Protein Sebesar 10-20% total asupan energy
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit ), Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insuin, sehingga memperbaiki kendali Glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan Bersifat Aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
1.

santai, jogging, dan berenang Intervensi farmakologi


Obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) :

Pemicu Sekresi Insulin


1. Sulfonuria
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pancreas.
2.

Glinid
Cara kerjanya sama dengan Sulfonuria, meningkatkan insulin fase
pertama.
Penambah sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer (Purnamasari, 2009).
Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati,
disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Penghambat Glukosidase Alfa ( Acarbose )
Obat ini Mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
(Foster, 2007).

2.

Insulin
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan

dan lama kerja yang berbeda:


o

Insulin kerja cepat.


Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar.Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20
menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8
jam.Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani
beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.

Insulin kerja sedang.


Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.Mulai bekerja
dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan
bekerja selama 18-26 jam.Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk
9

memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
o Insulin kerja lambat.
Contohnya

adalah

insulin

suspensi

seng

yang

telah

dikembangkan.

Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

2.1.8 Pencegahan
Berdasarkan PERKENI yang mengacu ke pada WHO 1985,pencegahan
itu sendiri terdiri dari pencegahan primer dimana semua aktivitas yang ditujukan
untuk tidak terjadi hiperglikemi yang beresiko menjadi diabetes,pencegahan
sekunder dimana mencegah komplikasi dari diabetes dan pencegahan tersier untuk
menghindari kecacatan dari komplikasi (Suyono, 2009).
2.1.9 Komplikasi DM
Diabetes Melitus (DM) dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi berupa
komplikasi akut (yang terjadi secara mendadak) dan komplikasi kronis (yang
terjadi secara menahun).
Komplikasi akut dapat berupa :
1.Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl
2.Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan
hiperketogenesis
3.Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan
oleh hiperlaktatemia.
4.Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja
tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.
Komplikasi kronis :

10

Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan
yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut :
1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat
dilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit
Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi /
Peripheral Artery Disease.
2. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati
diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal).
3. Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan
berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri. (Foster,
2007)
Arthropati
Hipertensi
Nefropati
GGK
GGT/ESDR
Retinopati
Glikosilasi protein
cardiomyopati
Neuropati
Mikroangiopati
Katarak
Makroangiopati
Akumulasi poliol
p.jantung iskemik
p.jantung vascular perifer
stroke
defek platelet
hiperlipidemia
kerusakan leukosit
infeksi

11

Gambar 2.1.3 Patogenesis komplikasi kronis DM (Greene, 1993).

2.2

NEFROPATI DIABETIK
Nefropati diabetik adalah suatu penyakit kronis dari diabetes mellitus yang

ditandai dengan adanya mikroproteinuria maupun makroproteinuria,penurunan


laju filtrasi glomerulus ( LFG ),dan peningkatan tekanan darah arteri yang dapat
berakhir ke gagal ginjal terminal serta salah satu komplikasi klinis pada pasien
diabetes mellitus yang ditandai dengan albuminuria menetap yaitu > 300 mg/24
jam atau > 200 ig / menit pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3 sampai 6 bulan (Ritz, 2000).Sementara di amerika dan eropa,nefropati diabetik
adalah penyebab utama gagal ginjal terminal (ESDR),tentu saja sama pada tipe
diabetes 1 dan 2 angka kejadian nefropati diabetic ini seimbang,tetapi karena lebih
banyak yang menderita diabetes tipe 2 maka kasus nefropati diabetic lebih banyak
terdapat pada mereka yang menderita diabetes tipe 2. (Hendromartono, 2009)
Di Indonesia prevalensinya meningkat 2 -3 kali lebih cepat,sedangkan di
rumah sakit Dokter Kariadi semarang pada tahun 2000 menduduki urutan kedua
penyebab penyakit ginjal tahap akhir atau terminal setelah glomerulunefritis dan
menduduki tingkat teratas sebanyak 30 % -40% yang merupakan penderita DMT2
(Hendromartono, 2009).Hiperfiltrasi adalah awal dari mekanisme dalam
kerusakan ginjal dan hiperfiltrasi yang terjadi pada nefron yang masih sehat
lambat laun akan menjadi sklerosis dari nefron tersebut,hal ini dijelaskan pada
penelitian Brenner dkk yang dilakukan pada hewan coba yang menunjukkan
bahwa saat nefron mengalami pengurangan ,filtrasi glomerulus yang masih sehat
akan meningkat sebagai kompensasi dari nefron tersebut. (Hendromartono, 2009).

12

Gambar 2.2.1 Patogenesis Nefropaty diabetic (Cooper, 1998)


sementara itu ,keadaan hiperglikemia akan memberikan pengaruh berupa gejala
awal rangsangan hipertrofi sel,sintesis matriks ekstraseluler serta produksi TGF
yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase C (PKC ) ,dan Advanced
Glycation End Products (AGEs) yang ireversibel yang merupakan perantara bagi
aktivitas seluler seperti ekspresi adhesion molekul yang berperan dalam penarikan
sel-sel mononuclear dan terjadilah hipertrofi sel serta menurunkan Nitric Oxide
( NO ) dan peningkatan endhotelin -1 ( ET-1) yang akan meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan terjadi pertumbuhan dan migrasi sel otot polos
vaskuler dan jika prose ini berlanjut terus akan terjadi ekspansi mesangium dan
pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis sesuai tahapan Mogensen.
(Hendromartono, 2009).
Pada jalur metabolic yang diawali hiperglikemia ,glukosa bereaksi secara
non enzimatik dengan asam amino bebas menghasilkan AGEs dan peningkatan
AGEs menimbulkan kerusakan pada glomerulus dimana produk AGEs merupakan
reaksi antara glukosa dan protein yang akan meningkatkan produk glikosilasi
dengan proses non enzimatik protein antara precursor dikarbonil yang merupakan
turunan glukosa intraseluler dengan amino.Perubahan kovalen protein intraseluler
oleh precursor AGE akan menyebabkan perubahan pada pada fungsi
seluler.Perubahan plasma protein oleh precursor AGE membentuk rantai yang
berikatan dengan reseptor AGE akan menginduksi perubahan pada sel
endotel,mesangial,monosit,limfosit

dan

magrofag

dan

jika

keadaan

ini

13

berlangsung lama akan merusak membrane basalis dan mesangium yang akhirnya
merusak seluruh glomerulus,sehingga terjadi transvaskular albumin sehingga
menimbulkan mikroalbuminuria (Hendromartono, 2009).
Pada jalur poliol,hiperglikemi intrasel dimana glukosa dimetabolisme oleh
aldose reduktase akan menghasilakan sorbitol,peningkatan sorbitol akan
mengakibatkan berkurangnya kadar inositol yang menyebabkan gangguan
osmolaritas membrane basal (Cooper, 1998).
Pada jalur protein kinase C,keadaan hiperglikemi dalam sel akan
meningkatkan sintesis molekul diasil gliserol yang merupakan kofaktor penting
pada aktivase protein kinase C

yang akan menimbulkan efek ekspresi gen

terhadap :1).produksi molekul proangiogenik VEGF yang berimplikasi terhadap


neovaskularisasi,2).Peningkatan aktivitas vasokonstriktor ET-1 dan penurunan
vasodilator endothelial nitrit oksida sintase ( ENOS ),3).TGF- yang akan memicu
deposisi matriks ektraseluler dan material membrane basal,4).Produksi molekul
prokoagulan plasminogen activator inhibitor-1 ( PAI-1 ) dan memicu penurunan
fibrinolisis dan kemungkinan terjadinya oklusi vascular,dan 5).Produksi sitokin
proinflamasi oleh sel endotel vaskuler (Cooper, 1998).
Pada jalur stress oksidatif muncul bila reaktif oxygen species melebihi
kemampuan sel dalam mengatasi radikal bebas yang melibatkan enzim dan
vitamin yang bersifat antioksidan,stress oksidatif pada penderta diabetes mellitus
disebabkan

karena

ketidakseimbangan

reaksi

redoks

akibat

perubahan

metabolisme karbohidrat dan lipid sehingga terjadi penurunan kapasitas


antioksidant,karbohidrat pada hiperglikemia akan menghasilkan energy yang
ekuivalen untuk mendorong sintesa ATP di mitokondria yang menghasilkan
radikal bebas sememntara autooksidasi glukosa akan menaikkan radikal bebas
menjadi stress oksidatif yang menurunka kadar nitrit okside ( NO ),merusak
protein sel,dan meningkatkan adhesi sel leukosit pada endotel yang fungsinya
terganggu (HA H, 2003).

14

Gambar 2.2.2.Mekanisme stress oksidatif pada hiperglikemia (Tiwari, 2002).


2.3

LAJU FILTRASI GLOMERULUS


Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan

hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal
yang dapat diukur secara tidak langsung dengan perhitungan klirens ginjal.
Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin,karena
itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang et al,2005; Tam, 2000; &
Widmann, 1995).Ada beberapa yang menggunakan rasio kadar urea dan kreatinin
baik itu pengumpulan urin maupun serum,namun ada juga metode yang
digunakan untuk menilai eLFG yaitu dengan metode atau formula karena mudah
dan praktis dengan menggunakan serum kreatinin atau dengan serum albumin dan
serum urea (KDOQI-NKF, 2002).Ureum dan Kreatinin beberapa golongan dari
non protein nitrogen (NPN) yng merupakan hasil samping metabolisme protein
yang berasal dari makanan,ureum sendiri merupakan hasil akhir katabolisme
protein dalam tubuh yang disintesa oleh hati dan dieksresikan malalui
ginjal,usus,air liur dan keringat,ureum dieksresikan dalam filtrat glomerulus dan

15

40% diserap oleh tubulus,salah satu penyebab peningkatan BUN (blood Urea
Nitrogen ) dikarenakan oleh diabetes mellitus melalui katabolisme yang
berlebihan dan menunjukkan adanya penurunan LFG ,sementara pada kreatinin
difiltrasi glomerulus dan tidak diabsorpsi oleh tubulus sehingga hasil untuk
pemeriksaan eLFG dibandingkan ureum (Foster, 2007).
LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) adalah volume atau waktu yang difiltrasi
oleh semua glomerulus,untuk mengukur LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) harus
ada substansi indikator dengan spesifik harus terdapat dalam darah dan indikator
yang cocok adalah karbohidrat inulin maupun kreatinin baik itu plasma maupun
klirens kreatinin,namun klirens kreatinin dapat menjadi bias karena belum tentu
urin yang terkandung sepenuhnya 24 jam,oleh karena

serum kreatinin yang

dimasukkan kedalam metode MDRD ( modification of Diet in Renal disease)


dapat menentukan atau memperlihatkan tahapan estimasi glomerulus (KDOQINKF, 2002).
eLFG (Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus) merupakan perkiraan LFG
untuk mengukur fungsi ginjal dimana eLFG ini sering digunakan untuk dapat
menggantikan perhitungan yang menggunakan kreatinin klirens yang dimana
mengumpulkan urin 24 jam yang hasilnya dapat bias dan eLFG (Estimasi Laju
Filtrasi Glomerulus) ini menggunakan serum kreatinin yang dimasukkan kedalam
metode atau persamaan MDRD ( Modification of Diet in renal disease) untuk
menggambarkan tahapan LFG (MJA, 2005).
KDOQI di Amerika pada tahun 2002 mengesahkan klasifikasi PGK yang
kemudian diterima secara luas oleh komunitas nefrologis internasional.
Klasifikasi ini mendefinisikan LFG(Laju Filtrasi Glomerulus) yang disebut
PGK(Penyakit Ginjal Kronis) apabila < 60 ml/min/1,73 m2 atau > 60 ml/min/1,73
m2 ditambah dengan kerusakan ginjal dan menetap >3 bulan (KDOQI-NKF,
2002). Klasifikasi ini jelas mengharuskan praktisi klinis untuk mengukur atau
memperkirakan

LFG

(Laju

Filtrasi

Glomerulus)

yang

mana

metode

MDRD(Modification of Diet inRenal Disease) dapat memperlihatkan tahapan


penyakit ginjal tersebut tersebut. Terminologi PGK ini menggantikan istilah gagal
ginjal kronik (GGK) atau insufisiensi yang tidak jelas definisinya, walau pun
kontroversi tentang ini masih berlanjut.

16

Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai :


-Abnormal patologi atau adanya penanda kerusakan ginjal seperti abnormalitas
pada pemeriksaan darah, urine atau pemeriksaan imaging walaupun LGF turun
ringan (PGK stadium1-2)
- PGK stadium 3-5 hanya memerlukan penurunan LFG dengan atau tanpa bukti
kerusakan ginjal .
- Penurunan LFG ( < 60ml/min/1,73 m2) dengan atau tanpa kerusakan ginjal
harus ada > 3 bulan (MacGregor, 2007).
Tabel 2.3:

Tahap-tahap penyakit ginjal kronis dan laju filtrasi glomerulus

(KDOQI, 2002)
Tahapan

2.4

Fungsi Ginjal

LFG

Tahap 1

Normal/meningkat

(ml/menit/1,73 m2 )
>90

Tahap 2

Penurunan ringan

60 89

Tahap 3
Tahap 4

Penurunan sedang
Penurunan berat

30 59
15 29

Tahap 5

Gagal ginjal

< 15

METODE MDRD
Formula untuk memprediksi nilai LFG disebut sebagai eLFG (estimated

GFR) atau perkiraan LFG. Formula MDRD ini membutuhkan data umur, jenis
kelamin, ras dan kadar kreatinin serum (John, 2004).Formula atau metode MDRD
(Modification of diet in renal disease) dikembangkan pada tahun 1999 dimana
menyesuaikan beberapa variabel yaitu luas permukaan tubuh yang dilihat dari ras
seperti ras Afrika Amerika yang memiliki luas permukaan tubuh dari ras yang ada
didunia,jenis kelamin dimana massa otot pria lebih besar dai wanita,serum
kreatinin,dan usia (KDOQI-NKF, 2002).Data-data ini biasanya dibutuhkan oleh
laboratorium bila dilakukan pemeriksaan kreatinin, sehingga ini memudahkan
memprediksi Tahapan LFG.Pemeriksaan kreatinin serum biasanya dilakukan
dengan metoda kolorimetrik berdasarkan reaksi Jaffe atau dengan metoda yang
lebih jarang dipakai yaitu enzimatik. Metoda kolorimetrik dipengaruhi oleh
kromogen lain seperti keton dan glukosa yang dapat memberikan hasil kreatinin
lebih tinggi atau bilirubin yang akan memberi hasil kreatinin lebih rendah,tetapi di
17

Amerika dan beberapa Negara eropa menetapkan pemeriksaan standar serum


kreatinin dengan menggunakan Isotope Dilution Mass Spectromeri (IDMS). Pada
kebanyakan kondisi formula MDRD dengan 4 faktor saja lebih disukai karena
sedikit

saja

mempengaruhi

hasil

perhitungan

LFGnya

(MacGregor,

2007).Formula atau Metode MDRD yang menggunakan 6 variabel dimana


melibatkan nilai ureum dan albumin digunakan pada pasien stabil dalam arti pada
orang sehat,cairan yang difiltrasi oleh glomerulus harus melewati tiga lapisan
(dinding kapiler glomerulus,membran basal dan lapisan pada kapsul bowman)
dimana pada lapisan membran basal terdiri atas glikoprotein yang menghambat
protein plasma kecil seperti ureum dan albumin dan oleh karena glikoprotein
memiliki muatan negatif akan menolak protein plasma karena bermuatan negatif
juga sehingga dapat dikatakan sebagai barrier dan tidak terfiltrasi serta hanya
kurang dari 1% saja yng berhasil masuk kedalam kapsul bowman dan pada ginjal
yang rusak terjadi gangguan muatan negative didalam membrane glomerulus yang
menyababkan membrane menjadi permeabel pada protein plasma maka niali
protein plasma menjadi terpengaruh dan rendah pada serum,tinggi pada urin
(Sherwood, 2001).Pada metode MDRD yang menggunakan 4 variabel tersebut
memiliki 2 varian persamaan dimana yang satu menggunakan IDMS (Isotope
Dilution mass Spectromety) untuk menghitung serum kreatinin dan varian satunya
lagi hanya menggunakan metode Jaffe untuk mendapatkan nilai serum
kreatinin.Untuk penggunaaan serum kreatinin dengan metode MDRD yang 4
Variabel dapat disesuaikan dengan alat yang tersedia dilaboratorium,apakah
menggunakan metode IDMS,Jaffe atau enzimatik (KDOQI-NKF, 2002)Setelah
nilai tahapan ginjalnya diketahui oleh metode ini maka perlunya memodifikasi
diet protein yang mempengaruhi niali serum kreatinin (NICE, 2002).

Formula MDRD terdiri dari : (John, 2004)


Formula MDRD dengan 6 variabel (original atau persamaan 7)
eGFR = 170 SCr-0.999 age-0.176 SUN-0.170 SAlb0.318 0.762 (bila perempuan)
1.180 (jika berkulit hitam)

18

Formula MDRD dengan 4 variabel ( abbreviasi atau modifikasi)


eGFR = 186.3 SCr

-1.154

age-0.203 0.742 (bila perempuan) 1.212 (jika

berkulit hitam
The ID-MS traceable MDRD formula
eGFR = 175 SCr

-1.154

age-0.203 0.742 (bila perempuan) 1.212 (jika berkulit

hitam)
Keterangan
Formula untuk memprediksi GFR dari MDRD study. GFR dinyatakan dalam
ml/min/1.73 m2 .
Metode MDRD ini dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.Hal pertama adalah memotivasi laboratorium,para
dokter maupun klinisi untuk melaporkan eGFR pada klien yang memeriksakan
kadar kreatinin serum dan hasilnya <60 ml/min/1.73m2. The National Service
Framework for Renal Services merekomendaikan seluruh laboratorium klinik di
Inggris untuk melaporkan eGFR ini sejak 1 April 2006 (Health, 2005).Pada masa
yang akan datang tentunya akan sangat membantu program ini bila dilakukan
standar pemeriksaan kreatinin serum secara nasional maupun internasional.
Hasil evaluasi dari Lamb dkk menunjukkan bahwa penggunaan versi yang
tepat dari formula MDRD tergantung dari standar pemeriksaan kreatinin serum
yang dipakai. Pemeriksaan yang standar adalah isotope dilution mass
spectrometry ( ID-MS). Inggris sebagai contoh melakukan standarisasi dengan
sistem faktor koreksi dari National Quality Insurance Scheme dengan referensi
ID-MS laboratory (Health, 2005).Validasi formula MDRD ini belum dilakukan
pada seluruh populasi contohnya Asia, tetapi hal ini bukan berarti penggunaan
formula ini ditunda, tetap akan lebih baik program dapat dilakukan walau tanpa
kalibrasi dibandingkan tidak sama sekali dalam rangka mengenali pasien dengan
penurunan fungsi ginjal. Pada populasi dengan perbedaan jumlah ras yang
signifikan maka laporan harus dibuat berdasarkan ras,sedangkan pada populasi
yang relatif homogen, cukup satu nilai saja.Hal selanjutnya dari program ini
adalah mengembangkan program rujukan dan panduan terapi berdasarkan eGFR,
dengan prioritas pada PGK stadium 4 dan 5 agar mereka segera mencari pusat

19

pelayanan. KDOQI sendiri sudah mengeluarkan panduan untuk PGK dengan basis
internet untuk mempermudah akses bagi para klinisi. Panduan lain dikeluarkan
juga oleh Renal Association and the Royal College of Physicians of London.
Berbagai model untuk penatalaksanaan stadium 3 sudah dikembangkan di seluruh
dunia contoh Inggris memberikan insentif kepada para dokter umum dengan
panduan sistem poin yang diintegrasikan kepada the Quality Outcomes
Framework of the General Medical Services mulai 1 April 2006 (NICE, 2002).
Selain itu deteksi dini ini harus lebih diwajibkan pada pasien dengan risiko tinggi
seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Beberapa hal yang berpengaruh pada metode MDRD
Kreatinin serum yang diperiksa dengan metode Jaffe sering dilaporkan
lebih tinggi dari angka sesungguhnya karena ada beberapa hal yang
mempengaruhi di dalam serum (MacGregor, 2007). Hal yang mengganggu
tersebut lebih berpengaruh bila hasil kreatinin serum rendah, hal ini akan
mengganggu deteksi dini PGK dengan eGFR. Gangguan ini dapat diminimalisasi
dengan standarisasi pemeriksaan kreatinin yaitu dengan menggunakan IDMS
untuk menilai serum kreatinin,IDMS sendiri dibeberapa Negara eropa dan
Amerika merupakan suatu pemeriksaan standar untuk menilai serum kreatinin
(Sarnak, 2000).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode MDRD :
- baik dipakai pada kedua jenis kelamin (Lamb, 2005)
- faktor umur dimasukkan dengan tujuan kemungkinan penurunan massa

otot

pada orang tua (Lamb, 2005).


- dapat diterapkan pada : usia dewasa sampai usia 80 (Lindeman, 1985).
- dapat diterapkan pada ras kulit putih dan hitam (Lamb, 2005).
- Validasi yang pernah dilakukan baru pada grup orang tua, diabetes, gagal
jantung yang berat,cangkok ginjal, sklerosis sistemik dan obesitas (Lamb,
2005).
- hanya sedikit dipengaruhi oleh indeks massa tubuh (Lamb, 2005)
- efektivitas kurang baik pada pasien diabetes dengan LFG >60 (Lamb, 2005)
- efektivitas kurang baik pada etnis cina, LFG overestimasi sampai 11-12
ml/min/1,73m2 oleh karena itu ada MDRD yang dimodifikasi untuk etnis ini.

20

- perlu faktor koreksi untuk golongan tertentu seperti : diabetes dan etnis (Coresh,
2003)
- sampai saat ini formula MDRD belum pernah divalidasi untuk populasi etnis
Indo-Asia (MacGregor, 2007)
- formula ini pun masih diperdebatkan karena beberapa ahli belum puas dengan
data yang ada.
2.5

KREATININ
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati

dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan dalam urin.Pada praktek klinis sehari-hari komponen ekskresi
dari fungsi ginal biasanya dinilai dengan menggunakan kadar kreatinin serum.
Kreatinin serum sering juga digunakan untuk menilai laju filtrasi glomerulus.
Produksi kreatinin berhubungan dengan massa otot, bila massa otot berkurang
maka kreatinin serum akan rendah sehingga laboratorium sering memberikan nilai
normal kreatinin dalam bentuk interval dan hal ini sering memberi petunjuk yang
salah untuk menilai fungsi ginjal (MacGregor, 2007).
Kelemahan kreatinin dalam memperkirakan LFG disebabkan oleh hal-hal di
bawah ini :
- Berhubungan dengan massa otot. Massa otot rendah maka LFG lebih tinggi dari
aslinya
- Korelasi negative dengan LFG, tidak sensitif pada penurunan LFG awal
- Kreatinin disekresikan juga oleh tubulus. Pada nilai rendah LFG lebih tinggi dari
aslinya
- Ekskresi ekstrarenal. Pada nilai rendah LFG lebih tinggi dari aslinya
- Konsumsi daging terutama dikukus. LFG tampak lebih rendah dari aslinya
- Pengaruh chromogen saat pengukuran. LFG tampak lebih rendah dari aslinya
- Kreatinin serum sering dianggap stabil . Tidak sensitif untuk perubahan yang

21

cepat dari fungsi ginjal


- Konsumsi obat seperti cimetidine dan trimetoprim menghambat sekresi kreatinin
oleh tubulus.Peningkatan kreatinin serum membuat LFG tampak lebih rendah
dari aslinya.

BAB III
KERANGKA KONSEP
FAKTOR
RESIKO

DIABETES
MELLITUS
MIKROVASKU
TIPE 2 LER
RETINOPA
TI
MACROVASKU
LAR

NEFROPA
TI
Tekanan
Darah dan
usia
diagnosis

LFG /MDRD (
serum
kreatinin,usia,r
as dan jenis
kelamin )

TAHAPAN PENYAKIT
GINJAL
22

KETERANGAN :

= Yang diteliti
= Yang tidak diteliti

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah jenis deskriptif cross-sectional , yang

juga merupakan salah satu desain observasional dimana peneliti mempelajari


variable-variabel yang akan diteliti hanya satu kali dalam waktu bersamaan, itu
berarti setiap subyek hanya di observasi satu kali saja dan pengukurannya
dilakukan saat pemeriksaan berlanjut.
4.2

Tempat dan Waktu penelitian

4.2.1 Tempat penelitian


Penelitian ini dilakukan melalui pengambilan data diklinik spesialis
penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 18 April 18 Mei 2013
4.3

Populasi dan Sampel penelitian


Populasi penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe 2 lebih

dari 5 tahun yang berkunjung ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.Cara


pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling yang
dilakukan selama 1 bulan.

4.4

Kriteria Sampel
Adapun kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

23

a.Bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini


b.Pasien didiagnosis dengan Diabetes mellitus
Adapun Kriteria ekslusi untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.Pasien yang menjalani hemodialisa
b.Pasien yang usianya < 18 tahun
c.Pasien

yang

menggunakan

obat

cimetidine

dan

trimetoprim

yang

mempengaruhi kadar serum kreatinin


4.5

Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data sekunder yang

diperoleh dari klinik spesialis penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang memeriksakan darahnya dan
terutama untuk mengetahui data-data seperti kreatinin serum, , umur dan jenis
kelamin dan tekanan darah.
4.6.

Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah pemeriksaan LFG

dengan metode MDRD dan rekam medis pasien.


eGFR = 186 SCr -1.154 age-0.203 0.742 (bila perempuan) 1.212 (jika berkulit
hitam)
Perhitungan dilakukan dengan kalkulator eGFR yang telah tersedia disitus resmi
NKF KDOQI.

4.7

Variabel Penelitian
Variable penelitian yang ditentukan adalah :
a.LFG

b.Jenis kelamin

d. Kreatinin serum e.Tekanan Darah


4.8

c.Usia
F.Usia Diagnosis

Definisi Operasional
a.LFG ( laju filtrasi glomerulus )
Merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi

ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui


pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang.

a.Tahap 1 = LFG 90 atau lebih ml/min/1.73 m2 ,normal atau meningkat

24

b.Tahap 2 = LFG 60 89 ml/min/1.73 m2,dengan penurunan ringan


c.Tahap 3 = LFG 30-59 ml/min/1.73 m2,dengan penurunan sedang
d.Tahap 4 = LFG 15 -29 ml/min/1.73 m2,dengan penurunan berat
e.Tahap 5 = LFG < 15 ml/min/1.73 m2,gagal ginjal.
b.Jenis kelamin
keterangan jenis kelamin penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan
pengakuan pasien .
c.Usia
keterangan rentang waktu lahir hingga penelitian ini dilaksanakan
penelitian dan kriteria objektif terdiri dari :
a.< 20 tahun

b.21 - 30 tahun

c.31 - 40 tahun

e.51 60 tahun

f. 61 - 70 tahun

g. 71 - 80 tahun

d. 41 - 50 tahun

d.Kreatinin serum
Kreatinin dalam darah (serum) adalah salah satu indikator menilai fungsi
ginjal selain ureum dan menjadi variabel dalam metode MDRD untuk
menentukan terjadinya apakah ada penurunan fungsi ginjal atau belum yang
tertera pada hasil laboratorium pada rekam medis rawat jalan pasien.
Hasil Normal: a.Pria dewasa

:0.5 mg/dl - 1.5 mg/dl

b.Wanita dewasa : 0.5 mg/dl 1.3 mg/dl


e.Tekanan Darah
Tekanan darah pasien yang diukur saat penelitian dilaksanakan yang
dihitung dengan satuan mm/Hg,dikelompokkan berdasarkan criteria pengendalian
DM oleh PERKENI (2006)
Kriteria objektif :
Baik

: < 130/80

Sedang : >130 140/ . 80 90

Buruk : > 140/90

f.Usia diagnosis
Usia terdiagnosis merupakan data rekam medik pasien waktu sejak
pertama didiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 hingga saat penelitian dilaksanakan
dan dihitung dalam satuan tahun.
4.9

Pengolahan Data
Pengolah data dilakukan dengan menggunakan computer yang memiliki

program excel untuk menyajikan data dalam bentuk table dan grafik.

25

4.10

Penyajian Data
Penyajian data yang ditampilkan berbentuk narasi ,table dan grafik.

4.11 Analisis Data


Analisis data yang digunakan yaitu univariat yang mendeskripsikan setiap
variable yang di teliti dengan distribusi dan frekuensi dalam bentuk table dan
grafik dengan presentasinya.
4.12 Alur Penelitian
Semua pasien Diabetes Mellitus yang datang keklinik penyakit dalam
Pengambilan data ( umur,jenis kelamin,ras,serum kreatinin
Pemeriksaan LFG dengan MDRD
Hasil

4.13 Jadwal Kegiatan


Kegiatan
Minggu
Penyususnan

Januari-Maret
1
2
3
4

April-Mei
1 2 3
4

Juni
2
3

Proposal
Permohonan izin
penelitian
26

Sidang Komisi Etik


dan Penelitian
Pengolahan hasil
penelitian
Seminar hasil
penelitian

BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan diklinik spesialis penyakit dalam di RSUD A.W
Sjahranie Samarinda yang menggunakan data sekunder rekam medic pasien
diabetes mellitus tipe 2 yang menjalani rawat jalan di klinik spesialis penyakit
dalam antara tanggal 18 april 2013 sampai dengan tanggal 18 mei 2013.Data yang
digunakan adalah analisa univariat dimana variabel Laju Filtrasi Glomerulus, jenis
kelamin, usia,serum kreatinin dan tekanan darah serta usia diagnosis digambarkan
dalam bentuk,tabel dan gambar serta narasi berikut.
5.1 Gambaran Umum
Dari penelitian yang dilaksanakan diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie Samarinda tanggal 18 april 2013 sampai 18 Mei 2013,dimana data
sekunder yang diambil yaitu pada bulan januari 2013 karena pemeriksaan serum
kreatinin dilakukan setiap 3 bulan sampai 4 bulan sekali,maka didapatkan sampel

27

sebanyak 357 orang dimana semua sampel tersebut didiagnosis diabetes mellitus
tipe 2 dan pada rekam medik sudah ada hasil serum kreatinin,usia,jenis
kelamin,tekanan darah dan usia terdiagnosis diabetes mellitus yaitu pada bulan
januari 2013.Dari data tersebut,data dimasukkan kedalam perhitungan atau
kalkulator estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) yaitu manggunakan metode
atau persamaan MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) yang telah
disediakan oleh NKF (National Kidney Foundation) atau KDOQI yang hasil dari
kalkulator eLFG ini menunjukkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus serta tahap
berapa penderita diabetes mellitus tersebut.
Tabel 5.1.1 Distribusi jenis kelamin sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Pada tabel 5.1

N
Persentase (%)
185
51,83
172
48,18
357
100,00
dapat dilihat bahwa distribusi sampel berdasarkan jenis

kelamin didapatkan laki-laki 51,83 % ( 185 orang ) dan perempuan 48,18 % ( 172
orang ).
Tabel 5.1.2 Distribusi kelompok usia sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Kelompok Usia
20 30
31 40
41 50
51 60
61 - 70
71 - 80
Total

N
3
20
77
123
115
19
357

Persentase (%)
0,84 %
5,60 %
21,57 %
34,46 %
32,22 %
5,32 %
100%

Dari tabel 5.1.2 terlihat dimana usia sampel mayoritas berada pada rentang
usia 51-60 tahun sebesar 34,46 % dari total sampel dan minoritas berada pada
rentang usia 20 -30 tahun sebesar 0,84 % dari total sampel.Berdasarkan
perhitungan statistik maka diperoleh nilai rata-rata usia sampel yaitu 56 tahun
dengan usia minimum 23 tahun dan maksimum 80 tahun.
Tabel 5.1.3 Distribusi serum kreatinin sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2

28

diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Serum Kreatinin
0,5 0,9

N
216

Persentase (%)
60,50

1,0 1,4
1,5 1,9
2,0 2,4
2,5 2,9
>3,0

105
19
9
3
5

29,42
5,32
2,52
0,84
1,4

Total

357

100

Dari tabel 5.1.3 diperoleh jumlah sampel mayoritas memiliki serum kreatinin
berturut-turut yaitu 0,5 0,9 mg/dl dimana persentasenya 60,50%,serum kreatinin
1 1,4 mg/dl sebesar 29,42%,serum kreatinin 1,5 1,9 mg/dl sebesar
5,32%,serum kreatinin 2 2,4 mg/dl sebesar 2,52 %,serum kreatinin 2,5 -2,9
mg/dl sebesar 0,84%,dan serum kreatinin > 3 mg/dl sebesar 1,4%.
Tabel 5.1.4 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus sampel penderita diabetes mellitus
tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan januari 2013.
Laju Filtrasi Glomerulus
(ml/min/1.73 m2)
Tahap 1 ( > 90 )
Tahap 2 ( 60 89 )
Tahap 3 ( 30 59 )
Tahap 4 (15 29 )
Tahap 5 ( < 15 )
Total

N
155
131
59
9
3
357

Persentase ( % )
43,42
36,69
16,53
2,52
0,84
100

Pada tabel 5.1.4 diperoleh distribusi laju filtrasi glomerulus dimana


mayoritas sampel terdapat pada tahap 1 dengan jumlah sampel 155 orang sebesar
43,42% dan minoritas terdapat pada tahap 5 dengan jumlah sampel sebesar
0,84%.Pada LFG <60 ml/min/1,73m2 dihitung mulai tahap 3 sampai tahap 5
dengan jumlah sampel 71 orang sebesar 19,89% yang dinyatakan mangalami
penurunan LFG.

29

5.2 Gambaran Khusus


5.2.1. Distribusi LFG ( Laju Filtrasi Glomerulus ) sampel berdasarkan jenis
kelamin diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013.
TABEL 5.2.1 Distribusi LFG ( Laju Filtrasi Glomerulus ) sampel berdasarkan
jenis kelamin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie bulan januari 2013
Tahapan Laju Filtrasi
N
Jenis Kelamin
Laki-Laki
%
Perempuan
%
Glomerulus(ml/min/1.73m2)
Tahap 1 :
>90
155
69
44,5
86
55,4
Tahap 2
Tahap 3

:
:

60 89

131

30 -59

59

73
39

55,7
66,1

58

8
44,2

20

7
33,8

Tahap 4 :

15 -29

22,23

9
77,7

Tahap 5 :

< 15

66,67

8
33,3

357

185

100

172

4
100

Total
160
140
120
100
80
60
40
20
0

142

144

Laki-laki
43

perempuan
28

< 60 ml/min/1,73m2

> 60 ml/min/1,73m2

Gambar 5.2.1 Frekeunsi LFG ( Laju Filtrasi Glomerulus ) sampel berdasarkan


jenis kelamin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie bulan januari 2013
Dari tabel dan gambar 5.2.1 dimana diperoleh jumlah sampel pada tahaptahap laju filtrasi glomerulus berdasarkan jenis kelamin dan terlihat pada tahap 1
dan 4 jumlah sampel perempuan lebih besar dari pada pria,pada tahap 2,3,5

30

didominasi jumlah sampel pria lebih besar dari pada sampel perempuan.
5.2.2 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok usia pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie bulan Januari 2013.
Tabel 5.2.2 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok usia pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013.
Usia
Laju Filtrasi Glomerulus /MDRD( ml/min/1,72 m2)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
(Tahun )
N
3
10
46

%
1,93
6,45
29,6

53

7
34,1

61 70

39

9
25,1

48

71 - 80

6
2,58

Total

155

100

20 30
31 40
41 50
51 60

N
0
7
18

N
0
2
10

%
0
3,38
16,9

16

5
27,1

36,64

25

2
42,3

6,87

131

100

59

49

%
0
5,34
13,74
37,40

N
0
0
2

%
0
0
22,

N
0
1
1

%
0
33,4
33,4

3
44,

33,4

5
33,

4
0

100

100

7
10,1
7
100

HASIL ( ml/min/1.73 m2)


200
150
HASIL ( ml/min/1.73 m2)

Linear (HASIL ( ml/min/1.73 m2))

100
50
0
20

30

40

50

60

70

80

90

Gambar 5.2.2 Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok usia


pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie
bulan Januari 2013.

31

Dari tabel dan gambar 5.2.2 distribusi dan frekuensi laju filtrasi glomerulus
berdasarkan kelompok usia mayoritas jumlah sampel pada usia 51 60 tahun
sebanyak 123 sampel dan minoritas pada usia 20-30 tahun sebanyak 3 sampel
hanya pada tahap 1.Mayoritas sampel berada pada LFG > 60 ml/min/1,73m 2.Dan
terlihat pada garis linier dimana eLFG berbanding terbalik dengan usia.
5.2.3 Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum
kreatinin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie bulan Januari 2013.
5.2.3 Tabel Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum
kreatinin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie bulan Januari 2013.
Serum
Laju Filtrasi Glomerulus MDRD ( ml/min/1,72 m2)
N
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 15
Tahap 5
kreatini
> 90
60 - 89
30 - 59
- 29
< 15
n
(mg/dl)
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3

35
23
43
26
30
0
0
0
0

0
0
5
34
20
31
20
17
3

0
0
0
0
0
3
7
4
9

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0

35
23
48
60
50
34
27
21
12

1,4
1,5
1,6
1,8
1,9
2,1
2,2
2,3
2,5
2,6
2,9
3,1
3,8
4

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

11
10
5
2
1
5
1
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0

11
10
5
2
2
6
2
1
1
1
1
1
1
1

8,7

32

8,8

HASIL ( ml/min/1.73 m2)


200
150
HASIL ( ml/min/1.73 m2)

Logarithmic (HASIL ( ml/min/1.73 m2))

100
50
0
0

10

Gambar 5.2.3 Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum kreatinin


pada penderita DM tipe 2 di klinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie
bulan Januari 2013.
Dari tabel dan gambar 5.2.3 distribusi dan frekuensi laju filtrasi glomerulus
berdasarkan serum kreatinin diperoleh mayoritas sampel berada pada tahap 1
dimana serum kreatininnya 0,5 mg/dl sampai dengan 0,7 mg/dl.LFG dengan < 60
ml/min/1,73m2 dimulai dengan nilai serum kreatinin >1 mg/dl. Dan terlihat pada
garis logaritmik dimana eLFG berbanding terbalik dengan usia.

5.2.4 Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan


Tekanan Darah pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam
RSUD A.W Sjahranie bulan Januari 2013.
5.2.4 Tabel Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkhan tekanan dar pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013.
Tekanan darah
LFG/MDRD (ml/min/1,73 m2)
(mmHg)
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 %
N
N
N
N
N

33

Baik < 130/80


Sedang >130140/>80-90
Buruk
>140/90
Total
120

46
109

8
61

0
1

0
0

0
0

15,2
47,9

61

58

36,7

155

131

59

100

109

100
80
61

60

Baik < 130/80

6158

Sedang >130140/>80-90

46

Buruk >140/90

40
20
0

9
1

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

5.2.4 Gambar Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan darah


pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie
bulan Januari 2013.
Pada tabel dan gambar 5.2.4 distribusi dan frekuensi LFG berdasarkan
tekanan darah terlihat dimana jumlah tekanan darahnya baik terdapat pada
mayoritas pada tahap 1 dan tekanan darah yang tinggi terdapat pada setiap tahap
LFG.
5.2.5 Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia
diagnosis pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie bulan Januari 2013.
5.2.5 Tabel Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia diagnosis pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013.
Usia
LFG/MDRD
Diagnosi Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
s (Tahun) N
%
N
%
N %
N
%
N
%
<5
117 75, 10 77
35 59,32 4
44,5 1
33,4
>5
38
4
1
23
24 40,68 5
55,5 2
66,7
24, 30
34

5
Total

155

100

13
1

100

59

100

100

100

usia diagnosis
14
12
10
8
6
4
2
0

usia diagnosis

20

40

60

Linear (usia diagnosis)

80

100

120

140

160

180

200

Dari tabel dan gambar 5.2.5 distirbusi dan frekuensi LFG berdasarkan usia
diagnosis diperoleh pada setiap tahapan LFG lebih banyak dengan durasi
menderita diabetes kurang dari 5 tahun.Pada garis linier terlihat menunjukkan
eLFG berbanding terbalik dengan usia diagnosis.

BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Yang dinilai
dengan metode MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 DiKlinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD A.W
Sjahranie Samarinda Pada Bulan Januari 2013 akan diuraikan dalam bentuk
analisa deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.
6.1 Gambaran Umum
35

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode MDRD (modification of Diet in


renal Disease) diperoleh sampel penelitian sebanyak 357 orang yang terdiri dari
laki-laki 185 orang (51,83%) dan perempuan 172 orang (48,18%).Hal ini berbeda
dengan jumlah pasien rawat jalan pada tahun 2007.Pada kunjungan pasien DM
diklinik spesialis penyakit dalam pada bulan Juli tahun 2007 dimana perbandingan
jumlah pasien laki-laki 42% dan perempuan 58% (Nugrahani, 2007). Hal ini
menunjukkan pengambilan jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dapat
mewakili perbandingan laki-laki dan perempuan.
Usia sampel mayoritas berada pada kelompok usia 51 60 tahun yakni
berjumlah

123

orang

34,46%

).Pada

penelitian

yang

dilakukan

Nugrahani,2007,sampel pasien diabetes yang terbanyak berada pada kelompok


usia 57-62 tahun,hal yang mirip diatas menunjukkan bahwa kelompok usia diatas
50-an cenderung beresiko terkena penyakit degeneratif yaitu diabetes mellitus
(Nugrahani, 2007).
Dari 357 orang yang diteliti tersebut,sampel yang memiliki Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)berdasarkan metode MDRD maka diperoleh hasil yaitu pada
tahap 1 sebanyak 155 orang (43,42%),tahap 2 sebanyak 131 orang (36,69%),tahap
3 sebanyak 59 orang (16,53%), tahap 4 sebanyak 9 orang (2,52%) dan tahap 5
sebanyak 3 orang (0,84%).Dari hasil ini, tahap 1 sampai dengan tahap 5 jumlah
pasien yang diperoleh makin menurun,hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil
yang didapatkan oleh penelitian OCallaghan dkk yang menunjukkan dengan
studi MDRD(Modification of Diet in Renal Disease) dimana pada tahap 1
sebanyak 27,24%,tahap 2 sebanyak 40,73%,Tahap 3 sebanyak 12,48%,tahap 4
sebanyak 1,031% dan tahap 5 sebanyak 0,187% dan terlihat pada tahap 2 terjadi
peningkatan karena sampel penelitian yang dilakukan terbanyak pada tahap 2
(O'Callaghan, 2011).Sementara itu menurut NHANES III dimana pada tahap 1
sebanyak 3,3%,tahap 2 sebanyak 3,0 %,tahap 3 sebanyak 4,3 %,tahap 4 sebanyak
0,2% dan tahap 5 sebanyak 0,1% dan jelas terlihat bahwa prevalensi pada tahap
1,tahap 2,tahap 3,tahap 4 dan tahap 5 jumlah sampel menurun sesuai tahapan LFG
(KDOQI-NKF, 2002).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi Tahapan laju filtrasi
glomerulus (LFG),cukup tinggi pada penderita DM Tipe 2,namun hal ini dapat

36

dipengaruhi oleh faktor serum kreatinin dan usia serta keadaan hiperglikemia,oleh
karena itu sangat penting adanya untuk mengadakan terapi maupun intervensi
terhadap terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus untuk mencegah penderita
masuk kedalam tahap yang berat yaitu tahap 4 atau 5 yang bersifat fatal (NICE,
2002).
6.2 Gambaran Khusus
6.2.1 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode MDRD (Modification of Diet
in Renal Disease)terlihat bahwa tahap LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) antara lakilaki dan perempuan berbeda dimana pada jumlah sampel ini didominasi oleh lakilaki,tetapi hal ini bukan berarti laki-laki yang mendominasi setiap tahap LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus).Pada hasil penelitian didapatkan pada tahap 1 diperoleh
laki-laki sebanyak 69 orang (44,5%) sedangkan perempuan sebanyak 86 orang
(55,48%),pada tahap 2 diperoleh laki-laki sebanyak 73 orang (55,7%) dan
perempuan sebnayk 58 orang (44,27%),pada tahap 3 diperoleh laki-laki sebanyak
39 orang (66,1%) dan perempuan sebanyak 20 orang (33,89%), pada tahap 4
diperoleh laki-laki 2 orang (22,23%) dan perempuan sebanyak 7 orang (77,78%)
dan pada tahap 5 diperoleh laki-laki sebanyak 2 orang (66,67%) dan perempuan
sebanyak 1 orang (33,34%).Dari data diatas tersebut pada tahap 2,3 dan 5
didominasi oleh laki-laki sementara tahap 1 dan 4 didominasi oleh perempuan.
Hasil serupa juga dilaporkan pada penelitian Roesli ( 2007 ),dimana didapatkan
hasil prevalensi tahapan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) pada laki-laki dan
perempuan dan menurut hasil penelitian tersebut pada tahap 2,3 dan 5 di dominasi
oleh laki-laki sementara pada tahap 1 dan 4 didominasi oleh perempuan (Roesli,
2007).Pada penelitian yang dilakukan Triyanti dkk,2008 dengan eLFG dengan
pembagian LFG <60ml/min/1,73 m2 dan >60 ml/min/1,73 m2 menunjukkan hasil
bahwa LFG < 60 ml/min/1,73m2 di dominasi oleh perempuan sebesar 58,1% dan
LFG > 60 ml/min/1,73m2 di dominasi oleh laki-laki sebesar 53,3% (Triyanti,
2008).
Hal ini tentu saja harus mendapatkan pencegahan dan penanganan lebih dini
walaupun nilai normal kreatinin pada laki-laki 0,5 mg/dl 1,5 mg/dl dan
perempuan 0,5 mg/dl 0,3 mg/dl yang disertai dengan diabetes mellitus karena

37

dapat berakibat fatal yang bisa merujuk ke tahap 4 maupun tahap 5 yang
memerlukan dialisis maupun transplantasi ginjal (KDOQI-NKF, 2002).
6.2.2 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Usia
Hasil penelitian menunjukkan pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan
tahapan laju filtrasi glomerulus terbanyak pada kelompok usia 51 60 tahun dan
setiap kelompok usia menggambarkan tahap LFG (Laju Filtrasi glomerulus)yang
terlihat pada kelompok usia tersebut.Pada tahap 1 dimana kelompok usia
mayoritas adalah usia 51 60 tahun dengan jumlah sampel 53 orang sebesar
34,19%.pada tahap 2 mayoritas berada pada usia 51 60 tahun dengan jumlah
sampel 49 orang sebesar 37,40 % dari total sampel tahap 2.Pada tahap 3 mayoritas
pada usia 61 70 tahun dengan jumlah sampel 25 orang sebesar 42,37 % dari
total sampel tahap 3.Pada tahap 4 mayoritas berada pada usia 51 60 tahun
dengan jumlah sampel 4 orang sebesar 44,5 % dari total sampel tahap 3 dan pada
tahap 5 mayoritas berada berturut-turut pada usia 31 40 tahun,41 50 tahun,51
60 tahun sebesar masing-masing 33,4%. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat
bahwa setiap tahap LFG (Laju Filtrasi Glomerulus ) menurun seiring
bertambahnya usia tertentu namum setelah itu terlihat hasil yang tidak
konsisten,ada yang naik lalu turun lagi seiring bertambahnya usia yaitu pada usia
60-80 tahun dan pada LFG > 60 ml/min/1,73 m 2 (tahap 1 dan tahap 2)berada
pada mayoritas berada pada rentang usia 41 70 tahun dan LFG < 60 ml/min/1,73
m2 mayoritas berada 61 70 tahun, bila kita telaah ,hasil ini berbeda dengan hasil
dari NHANES III dimana LFG kurang dari 60ml/min/1,73m2 (Tahap 3,4 dan 5)
mulai meningkat tajam pada usia sekitar 70-an (MacGregor, 2007).Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi,2012 dimana jumlah penderita
nefropati diabetic terbanyak pada usia 51 -60 tahun (Desi, 2012). Dari penelitian
eLFG menurut NHANES III dengan sampel 15.600 orang dimana LFG menurun
seiring bertambahnya usia,tetapi hal ini dapat dipengaruhi oleh facktor lain seperti
proses penuaan maupun pengaruh dari nilai serum kreatinin itu sendiri seperti diet
tinggi protein,obat-obatan yang mempengaruhi serum kreatinin (NHANES-III,
1994).Pada penelitian Triyanti,2008, pada tahap 1 dan tahap 2 dimana LFG > 60
ml/min/1,73m2 mayoritas pada usia dibawah 60 tahun,dan pada tahap 3,4,dan 5
dimana LFG < 60 ml/min/1,73m2 mayoritas pada umur diatas 60 tahun (Triyanti,

38

2008),tetapi pada penelitian ini tidak digambarkan apakah terjadi penurunan atau
kenaikan tahapan LFG baik itu diatas 60 tahun maupun dibawah 60 tahun.Pada
penelitian ini terlihat garis linier pada gambar 5.2.2 yang menyatakan bahwa
eLFG berbanding terbalik dengan usia dimana LFG menurun seiring
bertambahnya usia tetapi tentu saja ada beberapa hal yang mempengaruhi hasil
eLFG pada metode MDRD seperti proses penuaan.
6.2.3 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Serum Kreatinin
Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode MDRD
(Modification of Diet in Renal Disease) diperoleh tahap laju filtrasi glomerulus
yang didasarkan oleh serum kreatinin dimana serum kreatinin terendah yaitu 0,5
mg/dl dan tertinggi 8,8 mg/dl.Pada tahap 1 menunjukkan serum kreatinin 0,5
mg/dl sampai dengan 0,9 mg/dl,tahap 2 menunjukkan serum kreatinin 0,7 mg/dl
sampai 1,3 mg/dl,tahap 3 menunjukkan serum kreatinin 1,0 mg/dl sampai 2,2
md/dl,tahap 4 menunjukkan serum kreatinin 1,9 mg/dl sampai 4 mg/dl dan tahap 5
menunjukkan serum kreatinin 3,8 mg/dl sampai 8,8 mg/dl.Dari hasil penelitian
tersebut dapat terlihat dimana ada nilai serum kreatinin yang menggambarkan
beberapa

tahap Laju filtrasi Glomerulus dengan nilai serum kreatinin yang

sama,hal ini dipengaruhi oleh usia dan Jenis kelamin.Usia yang semakin
bertambah akan memberikan pengaruh pada hasil dari estimasi Laju Filtrasi
Glomerulus berdasarkan perhitungan dari metode MDRD,begitu juga dengan
jenis kelamin karena laki-laki dan wanita berbeda luas permukaan tubuhnya
(KDOQI-NKF, 2002). Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah dimana LFG <
60 ml/min/1,73 m2 yang merupakan definisi penyakit ginjal kronis walaupun
tanpa ada kerusakan ginjal yang menetap lebih dari 3 bulan (KDOQI-NKF,
2002).Dari hasil penelitian diatas terdapat beberapa sampel yang memiliki LFG <
60 ml/min/1,73 m2 dimana serum kreatininnya yaitu 1,0 mg/dl sampai dengan 8,8
mg/dl yaitu 71 orang (19,88%) yang diambil berdasarkan tabel 5.1.4.Sementara
itu penelitian yang dilakukan oleh Triyanti dkk,2008,menunjukkan hasil yang
menggunakan metode MDRD pada pasien DM tipe 2 tidak jauh berbeda yaitu
13,2% kejadian penyakit ginjal kronik di RS.Cipto MangunKusumo, Jakarta
(Triyanti, 2008). Berdasarkan nilai serum kreatinin yang dapat menggambarkan
penyakit ginjal kronis dimana LFG < 60 ml/min/1,73 m 2 yaitu diawali dengan

39

nilai serum kreatinin 1,0 mg/dl 1,5 mg/dl dengan prevalensi 47,1% (Triyanti,
2008).Pada penelitian ini terlihat garis logaritmik pada gambar 5.2.3 yang
menyatakan bahwa eLFG berbanding terbalik dengan serum kreatinin dimana
artinya semakin tinggi serum kreatinin seseorang semakin rendah eLFG-nya dan
tentu saja hal ini dipengaruhi oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai serum
kreatinin seperti diet protein,obat-obatan yang dikomsumsi cimetidine dan
trimetoprin serta massa otot seseorang.

40

Pada penelitian Middleton et al di Inggris menemukan prevalensi PGK (Penyakit


Ginjal Kronis) sebesar 27,5 % pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (Middleton,
2006) sementara penelitian lain yang dilakukan Coresh et al di Amerika Serikat
mendapatkan prevalensi sebesar 15,1% (Coresh, 2003).Oleh karena itu penting
sekali untuk mencegah hal tersebut terjadi dan hasil yang ditunjukkan eLFG
metode MDRD harus memodifikasi asupan protein untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada tahapan LFG.

Beberapa cara untuk mengurangi progresivitas

nefropati yaitu pemberian diet rendah protein sangatlah penting. Pada umumnya
pemberian diet mengandung protein sebanyak 0,8 gram/kgBB/hari, atau sekitar
10% kebutuhan kalori pada pasien Nefropati overt, tetapi bila LFG telah turun
maka pembatasan protein dalam diet menjadi 0,6 gram/kgBB/hari (KDOQI-NKF,
2002).
6.2.4 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan darah
Pada hasil penelitian diketahu dari 357 sampel penderita DM tipe 2 pada
setiap tahapnya memiliki control tekanan darah yang dibagi sesuai pengendalian
DM oleh PERKENI yaitu tekanan darah baik (130/80 mmHg),tekanan darah
sedang

(>130-140/>80/90

mmHg),dan

tekanan

darah

buruk

mmHg),dimana pada kontrol tekanan darah baik sebanyak

(>140/90
54 orang

(15,2%),tekanan darah sedang sebanyak 171 orang (47,9%),dan memiliki tekanan


darah buruk sebesar 131 orang (36,7%).Dari penelitian ini terlihat juga dimana
mayoritas jumlah sampel menderita tekanan darah sedang sebesar 171 orang dari
total jumlah sampel,hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Indah,2009
dimana jumlah sampel pada penderita DM tipe 2 mayoritas menderita tekanan
darah hipertensi sedang di RSUD A.W SJAHRANIE Samarinda (Indah, 2009).
Hipertensi merupakan suatu pertanda telah terjadi adanya komplikasi
makrovaskuler dan mikrovaskuler pada Diabetes, Hipertensi dan diabetes
biasanya ada keterkaitan patofisiologi yang mendasari yaitu adanya resistensi
insulin. Pada pasien diabetes tipe II sering mempunyai tekanan darah lebih tinggi
atau sama dengan 150/90mmHg, Kontrol tekanan darah dengan obat anti
hipertensi baik sistol dan diastole dan kontrol gula darah penderita pasien
hipertensi dengan diabetes telah terbukti dari beberapa penelitian dimana terbukti
menaikkan resiko stroke dan komplikasi kardiovaskuler. Pada pasien diabetes bila

41

disertai hipertensi, LVH (Left Ventikel Hipertrofi) dan nefropati diabetika


mempunyai resiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas infark dan stroke
(KDOQI-NKF, 2002)
Untuk pengendalian tekanan darah, KDOQI merekomendasikan pasien
Nefropati Diabetik agar diberikan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACE-I) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) pada pasien dengan atau tanpa
hipertensi. Karena Angiotensin II memilki efek mengganggu sekresi insulin dan
menurunkan sensitivitas insulin, maka oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa
blokade RAS mempunyai efek anti diabetogenik dan juga. Kadar angiotensin II
yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi arteriol efferent
dan meningkatkan hipertensi glomerulus, hal ini akan mempercepat terjadinya
kerusakan ginjal yang sesuai dengan pathogenesis nefropati diabetik (KDOQINKF, 2002).
6.2.5 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia diagnosis
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sampel penelitian yang
ditunjukkan oleh tahapan LFG lebih banyak menderita diabetes mellitus pada
kategori kurang dari 5 tahun dimana pada tahap 1 sebesar 117 orang
(75,4%),tahap 2 sebesar 101 orang (77%),tahap 3 sebesar 35 orang (59,32%),
tahap 4 sebesar 4 orang (44,5%),dan tahap 5 sebesar 1 orang (33,4%) sementara
jumlah sampel yang lebih sedikit menderita diabetes mellitus pada kategori lebih
dari 5 tahun dimana pada tahap 1 sebesar 38 orang (24,5%),tahap 2 sebesar 30
orang (23%),tahap 3 sebesar 24 orang (40,68%), tahap 4 sebesar 5 orang
(55,5%),tahap 5 sebesar 2 orang (66,7%).Penelitian yang dilakukan oleh Triyanti
dkk menunjukkan hasil yang tidak jauh bebrbeda dimana jumlah sampel pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 mayoritas kurang dari 5 tahun dimana,namun
penilitian tersebut digambarkan dengan eLFG < 60 ml/min/1,73 m 2 memiliki
prevalensi lebih besar dibandingkan eLFg >60 ml/min/1,73 m 2 sebesar 73,4 %
(Triyanti, 2008).Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arsono,2005,menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 merupakan
factor resiko terjadinya PGK dimana usia diagnosisnya lebih banyak pada diatas 5
tahun sebesar 86,1% (Arsono, 2005).
Perhitungan usia diagnosis menderita DM didasarkan pada data rekam

42

medik pasien dimana pasien sendiri tidak ingat timbulnya gejala klasik khas
diabetes mellitus

yaitu poliuria,polifagia dan polidipsia.Dalam dua setengah

tahun timbulnya diabetes mellitus sudah terjadi kelainan patologis yang berupa
penebalan membrane basalis glomerulus dan peningkatan matriks mesangial yang
berkembang sejalan dengan lamanya menderita diabetes mellitus yang
menyebabkan terjadinya kebocoran protein pada ginjal yang disebut dengan
proteinuria,dimana gagal ginjal muncul sekitar > 5 tahun setelah adanya
proteinuria (Marshall, 2003).Pada gambar 5.2.5 terlihat garis linier yang
menyatakan bahwa eLFG berbanding terbalik dengan usia diagnosis > 5 tahun
meningkat.

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada tahap 1
sebesar 43,42 %,tahap 2 sebesar 36,69 %,tahap 3sebesar 16,53 %,tahap 4
sebesar 2,52 %, tahap 5 sebesar 0,84 %.
2.a.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
43

of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan jenis
kelamin laki-laki terbanyak pada tahap 2 (39,46%) dan perempuan terbanyak
pada tahap 2 (33,73%).
b.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan usia
pada LFG tahap 2 kelompok usia yang terbanyak adalah usia 51-60 tahun
(37,40%)
c. Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan nilai
serum kreatinin 0,5 mg/dl 0,9 mg/dl pada tahap 1 dan tahap 2,1 mg/dl 2
mg/dl pada tahap 3,serum kreatinin >2,0 mg/dl pada tahap 4 dan 5.
d.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan darah baik mayoritas
pada tahap 1 sebesar 85,2%,Kontrol tekanan darah baik sebesar 15,2 %,tekanan
darah hipertensi sedang 47,9%,dan tekanan darah hipertensi buruk 36,7%.
e.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia diagnosis terbanyak
kurang dari 5 tahun.

7.2 Saran
1.Perlunya penelitian lebih lanjut dengan metode MDRD (Modification of Diet in
Renal Disease) untuk pada penderita Diabetes mellitus dan juga mengenai
hubungan variable-variabel lainnya.
2 Untuk penelitian selanjutnya ,diharapkan dapat dilakukan dengan mengambil
data-data dalam kurun waktu yang luas dan dibandingkan dengan LFG yang
menggunakan clearance kreatinin agar komplikasi diabetes ini dapat di
monitoring dan dicegah.
3.Perlunya dilakukan pemeriksaan serum kreatinin setiap bulan agar dapat
dipantau dan dijaga mengingat banyaknya pasien tahap 1 dan tahap 2 yang
sewaktu-waktu dapat beralih ketahap 3,4 dan 5.
4.Perlunya monitoring pada penderita diabetes melitus tipe 2 seiring dengan
meningkatnya usia maka LFG semakin menurun.

44

45

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Association,2002,Nefropaty Diabetic care:25,supp 1(Diakses
tanggal 13 januari 2013)
Bawazier,Lucky Aziza.2006.Proteinuria. Aru.W.Sudoyo (Ed).Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam5thed.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFa
kultasKedokteranUniverstas Indonesia.
Cooper,ME.1998.Pathogenesis,prevention,and
treatment
of
diabetic
nefhropathy:Lancet;352:213-19.(diakses tanggal 25 januari 2013)
Coresh J, et al.2003.Prevalence of low glomerular filtration rate in nondiabetic
Americans: Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III).J Am SocNephrol 13:1338-49 .(diakses tanggal 25 februari
2013)
Department of Health. 2005. National service framework for renal services-part
two: chronic kidney disease, acute renal failure and end of life care. London,
Department of Health, .(diakses tanggal 18 januari 2013)
Foster, DW.2007.Diabetes Mellitus. Dlm; Isselbacher, Braunwold, eds. Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, Volume 5. Jakarta : EGC, :
2196-2218
Greene RJ.Harris ND.Goodyer LI.1993.Pathology and Theurapeutics for
Pharmacists:A Basic for Clinical Pharmacy practice.Chapman and
Hill.London :409-415.(diakses tanggal 12 januari 2013)
Ha H,LeeHB.Reactive Oxygen Species and Matrix Remodeling in Diabetic
Kidney.J am SocNephrol 2003;14 (suppl 3):S246-S249.(diakses tanggal 15
januari 2013)
Hendromartono, 2009.NefropatiDiabetik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata
KM, Setiati S, eds. Buku Ajar IlmuPenyakitDalam 5 th ed.
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUnivers
tas Indonesia. 1920-1923.
John R, Webb M, Young A, Stevens PE. Unreferred chronic kidney disease: a
longitudinal study.Am J Kidney Dis 2004;3:825-835.(diakses tanggal 25
januari 2013).
Lamb EJ, Wood J, Stowe HJ, ORiordan SE, Webb MC, Dalton RN. Susceptibility
of glomerular filtration rate estimations to variations in creatinine
methodology. A a study in older patients AnnClinBiochem 2005;42:11-18 .
(diakses tanggal 10 januari 2013)
Levey AS, Bosch JP, Lewis JB, Greene T, Rogers N, Roth D. A more accurate
method to estimate glomerular filtration rate from serum creatinine: a new
prediction equation. Modificationof Diet in Renal Disease Study Group.
Ann Int Med 1999;130:461-70. (diakses tanggal 10 mei 2013)
Lindeman RD, Tobin J, Shock NW. Longitudinal studies on the rate of decline in
renal fuction with age. J Am GeriatrSoc 1985; 33:278-85.(diakses tanggal 23

19

januari 2013)
Lestariningsih. 2004. Hipertensi pada Diabetik PIT V PERKENI 2004.Semarang. .
(diakses tanggal 25 mei 2013)
MacGregor MS, Boag DE, Innes A. Chronic kidney disease: evolving strategies
for detection and management of impaired renal function. Q J Med 2006;
99:365-75.(diakses tanggal 25 april 2013)
MJA .Chronic kidney disease and automatic reporting of estimated glomerular
filtration rate: a position statement. 2005; 183 (3): 138-141 .(diakses tanggal
15 februari 2013)
Mogensen.CE.1984.Microalbuminuria predicts clinical proteinuria and early
mortality in maturity onset diabetes.NEngl J Med;310/6:356-60.(diakses
tanggal 25 februari 2013)
Notoatmojo.2002.metodologi PenelitianKesehatan.Jakarta.RinekaCipta
National Institute for Clinical Excellence.Management of tye 2 diabetes: Renal
diseaseprevention and early management. London. NICE,2002.(diakses
tanggal 12 januari 2013)
NICE. Chronic Kidney Disease. Early identification and management of chronic
kidney disease in adults in primary and secondary care.2008. .(diakses
tanggal 12 januari 2013)
NKF-KDOQI clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation,
classification,and stratification .(diakses tanggal 8 januari 2013)
OCallaghan CA,Shine B, Lasserson DS. BMJ Open 2011Chronic kidney
disease:a large-scale population-based study ofthe effects of introducing the
CKD-EPI formula for eGFR reporting. (diakses tanggal 13 maret 2013)
ParvingH,OsterbyR,RitzE.DiabetikNefropaty,inThe kidney,edited by Brenner
BM,LevineS,Saunders: Philadelphia,2000,1731.(diakses tanggal 25 januari
2013)
PERKENI.KonsensusPengelolaan DM Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni;
2006. (diakses tanggal 5 januari 2013)
Pierrat A, et al. Predicting GFR in children and adults: a comparison of the
cockcroft and Gault, Schwartz, and Modification of Diet in RenalDisease
formulas. KidneyInt 2003; 58:259-63.(diakses tanggal 23 januari 2013)
Purnamasari.Dyah,2009.DiagnosisdanKomplikasi Diabetes Mellitus.Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
KM, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
th
PenyakitDalam5 ed.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalam
FakultasKedokteranUniverstas Indonesia.1880-1883
Sarnak JM, Levey AC, Schoolwerth A. Kidney disease as a risk factor for
development of cardiovascular disease: a statement from the American
Heart Association councils on kidney in cardiovascular disease, high blood

20

pressure research, clinical cardiology, and epidemiology and prevention.


Circulation 2000; 108:2154-69.(diakses tanggal 22 mei 2013)
Sastroasmoro, S &Sofyan I. (1995). Dasar-dasarMetodologiPenelitian.Jakarta
:BinarupaAksara.
Soni,Arsono.2005:Diabetes mellitus sebagai factor
kronik.Universitas Diponegoro.Semarang.72-73

resiko

gagal

ginjal

Suyono.Slamet.2009.Diabetes Mellitus di Indonesia.Sudoyo AW, Setiyohadi B,


Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S, eds. Buku Ajar IlmuPenyakitDalam 5 th
ed.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUniv
erstas Indonesia.1873-1879
Snedecor GW & Cochran WG, Statistical Methods 6th ed, Ames, IA: Iowa State
University Press, 1967
Tiwari, A.K., J.M. Rao. Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of
phytochemicals: Present status and future prospect. Current Science, 2002;
vol 83, 1 (30-38).
Third

National Health and NutritionExamination Survey (NHANES


III)1994:show the increasingprevalence of complications of chronic kidney
disease atlower levels of GFR. (diakses tanggal 25 mei 2013)

Waspadji,S.,2009,KomplikasiKronikDM:PengenalandanPenanganannya.dalamSu
doyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S, eds. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam5thed.Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia Jakarta, hal. 597-614.
William G, Pickup JC.2002. Handbook of Diabetes. London : Blackwell Science,
Zuo L, Ma Y-C, Zhou Y-H, Wang M Xu G-B, Wang H-Y. 2005.Application of
GFR-estaimating equations in Chinese patients with chronic kidney
disease.Am J Kidney Dis; 45:463-72.(diakses tanggal 19 januari 2013)

21

LAMPIRAN 1

50

LAMPIRAN 2

51

52

53

54

55

You might also like