Professional Documents
Culture Documents
RAYDISTA BAFRI
0910015005
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
SKRIPSI
GAMBARAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS YANG
DINILAI DENGAN METODE MDRD ( MODIFICATION OF
DIET IN RENAL DISEASE ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DIKLINIK SPESIALIS PENYAKIT DALAM
RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PADA BULAN
JANUARI 2013
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
RAYDISTA BAFRI
0910015005
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing 2,
Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,
LEMBAR PENGESAHAN
JANUARI 2013
Oleh :
RAYDISTA BAFRI
0910015005
Telah dipertahankan di depan Penguji
Pada Tanggal 5 Juni 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Komisi Penguji,
Penguji 1,
Penguji 2,
Universitas Mulawarman
Fakultas Kedokteran
Dekan Fakultas,
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allh SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Gambaran laju filtrasi
glomerulus yang dinilai dengan metode MDRD(Modification of Diet in Renal
Disease)pada pasien diabetes melitus tipe 2 di klinik spesialis penyakit dalam
RSUD A.W Sjahranie samarinda pada bulan januari 2013 .
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
merupakan salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman. Dalam proses penyusunan skripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. H. Zamruddin Hasid, S.E, S.U selaku Rektor Universitas Mulawarman.
2. dr. H. Emil Bachtiar Moerad, Sp. P selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
3. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Cisca H Nelwan M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan motivasi, kritik dan saran yang membangun serta membimbing
peneliti selama proses penulisan skripsi ini.
5. dr. Kuntjoro Yakti Sp.PD selaku dosen pembimbing II yang telah membantu
penulis untuk menentukan judul skripsi dan telah membuka wawasan serta
membimbing peneliti selama proses penulisan skripsi ini.
6. dr.Lily Kalalo Sp.PK selaku dosen penguji I yang telah bersedia memberikan
kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penulisan skripsi ini.
7. dr. Ronny Ishnuwardana MIH selaku dosen penguji II yang telah bersedia
memberikan kritik dan saran yang membangun serta membimbing peneliti
selama proses penulisan skripsi ini.
8. dr. Natanael Shem, DD. Sc, M.Sc selaku dosen wali yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan motivasi selama penulis menjalani masa perkuliahan di
FK UNMUL.
9. dr. Dieni Azra Sp.PD yang telah memberikan arahan untuk dilakukannya
penelitian di klinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie Samarinda
10. .Ibu Dwi Sartika.SST,Ibu Hj.faridah.SST,Ibu Hj.Isnaniah Amd.Kep dan Bapak
Ali serta staff poliklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda yang telah membantu mencarikan status pasien diabetes mellitus
tipe 2 dan menemani serta menghibur peneliti selama masa penelitian.
11. Kedua Orang Tuaku tersayang bapak Bahriansyah SE.MM dan ibu Faridah
atas dukungan doa, semangat, bimbingan, motivasi yang tidak pernah
berhenti kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan semuanya
dengan tegar, serta adik-adikku yang tersayang Mira Faradillah dan Azwar
Damari yang selalu memberikan hiburan sampai terselesaikannaya skripsi ini
12. Pamanku Abdul Malik dan acil Har yang selalu menghiburku dan memberikan
semangat selama dibangku kuliah.
13. The a Team Ausculapius , Ferdika Suhendra,M.Rozaki Ishak,Yuji Aditya dan
Andreas Tedi S.KK,Colin yang selalu menularkan semangat dan motivasi
serta keceriaan sehingga peneliti selalu bersemangat menjalani masa-masa
perkuliahan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang
membangun.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik
untuk penulis pribadi maupun para pembaca.
Samarinda, 25 Mei
2013
Penulis
: Raydista Bafri
NIM
: 0910015005
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Fakultas
: Kedokteran
Jenis Karya
: Skripsi
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Raydista Bafri
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Samarinda,04 februari 1989
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Jln. Cempaka IV no 76 Tanjung Redeb,Berau
Alamat e-mail
: Raydista@ymail.com dan Reybalalaika@gmail.com
Pendidikan Formal
SD
(1996 - 2002) : SDN 026 Tanjung Redeb,Berau
SMP
(2002 - 2005) : SMPN 3 Tanjung Redeb, Berau
SMU
(2005 - 2008) : SMUN 1 Tanjung Redeb,Berau
PT
(2009 2013) : Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
melalui SNMPTN tahun 2009 dan KKN (Kuliah
Kerja Nyata) didesa Bebakung Kab.Tana tidung
tahun 2012.
Kegiatan Non Formal
Perguruan Kempo tahun 2006
Perguruan Silat (IPSI) Setia Hati Terate 2007-2008
Perguruan Silat (IPSI) WASINDO 2008-2011
Nama
Program Studi
Judul
ABSTRAK
: Raydista Bafri
: Pendidikan Dokter
: Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus yang dinilai dengan
metode MDRD (Modification of Diet in Renal Disease )
pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 diKlinik Spesialis
penyakit Dalam RSUD A.W SJAHRANIE Samarinda
pada bulan Januari 2013.
sectional.Pengambilan data dari rekam medik pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang
berkunjung keklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie Samarinda.
Hasil: Jumlah Sampel 357 orang terdiri dari 51,83% laki-laki dan 48,18%
perempuan.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus terbanyak pada laki-laki yaitu
tahap 2 sebesar 39,46%(73 orang) pada perempuan yaitu pada tahap 2 sebesar
33,73%,terbanyak pada usia 51 -60 tahun pada tahap 2 sebesar 37,40%(49
orang ),serum kreatinin terbanyak 0,5 mg/d 0,9 mg/dl pada tahap 1 dan tahap
2,serum kreatinin > 2mg/dl pada tahap 3,4,dan 5,tekanan darah baik sebesar
15,2%,tekanan darah sedang sebesar 47,9%,tekanan darah buruk sebesar
36,7%,mayoritas sampel terdiagnosis diabetes mellitus < 5 tahun dan minoritas >
5 tahun.
Kesimpulan:Tahap Laju Filtrasi glomerulus terbanyak pada laki-laki,terbanyak
pada usia 51-60 tahun,eLFG < 60ml/min/1,73 m2 memilki serum kreatinin lebih
dari 1 mg/dl dan eLFG >60/min/1,73 m2 serum kreatinin 0,5 0,9 mg/dl, tekanan
darah sampel mayoritas hipertensi tingkat sedang dan buruk dan terdiagnosis
diabetes mayoritas kurang dari 5 tahun.
Kata Kunci : Diabetes Melitus,Nefropati Diabetik,MDRD,LFG
10
Nama
Program Studi
Judul
ABSTRACT
: Raydista Bafri
: Medical Faculty Mulawarman University
: Description of Glomerular Filtration Rate as assessed by
method MDRD (Modification of Diet in renal
Disease)among type 2 diabetes mellitus patients in internal
medicine clinic of A.W Sjahranie government general
hospital Samarinda in January 2013.
11
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
KATA PENGANTAR
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Ilmiah
1.4.2
Definisi
2.1.2
Klasifikasi
2.1.3
Etiologi
2.1.4
Faktor resiko
2.1.5
Patogenesa
2.1.6
Diagnosis
12
2.1.7
Penatalaksanaan
2.1.8
Pencegahan ......................................................................................11
2.1.9
Komplikasi.......................................................................................11
Tempat Penelitian
4.2.2
Waktu Penelitian
Populasi
4.3.2
Sampel
5.2.2
5.2.3
13
5.2.4
5.2.5
BAB 6.PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Umum
6.2. Gambaran Khusus
6.2.1.
6.2.2.
6.2.3.
6.2.4.
6.2.5.
BAB 7.PENUTUP
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ........50
14
DAFTAR TABEL
hal.
Tabel 2.1
Tabel 2.1.2
Tabel 2.3
Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.2
Tabel 5.1.3
Tabel 5.1.4
Tabel 5.2.1
Tabel 5.2.2
Tabel 5.2.3
Tabel 5.2.4
.............................................................................................38
Tabel 5.2.5
16
DAFTAR GAMBAR
hal.
Gambar 2.1.1
5
Gambar 2.1.2
7
Gambar 2.1.3
12
Gambar 2.2.1
14
Gambar 2.2.2
16
Gambar 5.2.1
Gambar 5.2.2
Gambar 5.2.3
Gambar 5.2.4
Gambar 5.2.5
17
DAFTAR LAMPIRAN
hal.
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian..
50
Lampiran 2 Surat KEPK..
52
Lampiran 3 Rekapitulasi Data..
...53
18
DAFTAR SINGKATAN
ADA
ADP
AGEs
ATP
CK
DM
EKG
eLFG
ENOS
ESDR
ET-1
GGK
HDL
IDMS
KDOQI
LFG
MDRD
Mg/dl
NKF
NO
OHO
PAI-1
PKC
PGK
RSUD
SAlb
SCr
SUD
TTGO
VEGF
WHO
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
degenerative
seperti
penyakit
jantung
koroner,diabetes
mikroangiopati.Dari
meningkatnya
penyakit
segi
akibat
penelitian
penyumbatan
prospektif
pembuluh
menunjukkan
darah
baik
itu
sekarang
ini
adalah
komplikasi
mikrovaskuler
pada
penyakit
nefropati,dimana kejadiannya meningkat di negara maju dan berakhir pada tahaptahap penyakit ginjal dan menurut WHO (World Healty Organization) prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2 mencapai 85% - 95% kasus Diabetes Mellitus
1
yang menyebabkan
gagal ginjal terminal dan angka kejadiannya pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe
2 sama,tetapi karena banyak yang menderita diabetes mellitus tipe 2 maka
kejadian nefropati diabetik ini lebih banyak terdapat pada mereka yang menderita
tipe 2 (Hendromartono, 2009).
Nefropati diabetik itu sendiri ditandai dengan adanya proteinuria yang
berakhir dengan gagal ginjal,penyakit ginjal seperti nefropati biasanya diikuti
dengan penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus). secara progresive,Selain
albumin yang menunjukkan adanya proteinuria,kreatinin juga berperan dalam
menentukan apakah terjadi penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) atau tidak
(PERKENI, 2006).Prediktor LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) yang banyak
digunakan secara luas adalah kreatinin serum dan memenuhi syarat yaitu difiltrasi
sempurna oleh glomerulus dan juga diekresi dan direabsorpsi oleh tubulus (NKF,
2002).National Kidney Foundation menggunakan estimasi LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus). untuk menentukan tahapan penyakit ginjal yang didasarkan pada
nilai kreatinin serum dan menekankan bahwa nilai kreatinin serum ini saja tidak
optimal untuk menilai fungsi ginjal oleh karena itu metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease) yang merupakan persamaan untuk menilai fungsi ginjal
ataupun tahapan penyakit ginjal berdasarkan eLFG (Laju Filtrasi Glomerulus).
pada pasien diatas 18 tahun (NKF, 2002).Metode MDRD (Modification of Diet in
Renal Disease) memberikan suatu informasi berupa tahapan LFG (Laju filtrasi
Glomerulus ) berdasarkan stadium LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) yang terdiri
dari tahap 1,2,3,4 dan 5,dimana memerlukan variable umur,jenis kelamin,serum
kreatinin dan ras.Pada penelitian ini menggambarkan tahapan LFG (Laju Filtrasi
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran laju filtrasi glomerulus yang dinilai dengan metode
MDRD pada pasien yang mengidap diabetes melitus tipe 2 diKlinik spesialis
penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.?
1.3
Tujuan Penelitian
1.4
Manfaat Penelitian
tambahan
informasi
data
tentang
gambaran laju
MDRD
agar
ilmu yang
telah didapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIABETES MELITUS
2.1.1
Definisi
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik dan gejala klinis yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik yang terjadi melalui karena adanya defek
sekresi insulin,kerja insulin maupun disebabkan oleh keduanya. (ADA, 2002).
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai
90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45
tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-
berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di
dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,tetapi
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai Resistensi Insulin. Resistensi insulin
banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai
akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
(Purnamasari, 2009).Pada awalnya resitensi insulin belum dapat menyebabkan
keadaan diabetes mellitus karena sel-sel pancreas masih dapat mengkompensasi
sehingga terjadi hiperinsulinemia,kadar glukosa darah masih normal atau sedikit
meningkat,namun jika keadaan ini berlanjut terus maka sel-sel pancreas tidak
dapat mengkompensasi maka terjadilah diabetes mellitus
ditandai dengan glukosa darah yang tinggi dan pada keadaan kelainan sekresi
insulin yang kurang diawali dengan terdapatnya resistensi insulin dari sel sel
sasaran terhadap kerja insulin,insulin yang awalnya mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor sel tertentu akan menjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan
transfor glukosa menembus membran sel sehungga terdapat kelainan dalam
mengikat insulin dengan reseptornya,hal ini disebabkan berkurangnya jumlah
tempat resptor (PERKENI, 2006).
jelas
dan
sementara
gejala
yang
tidak
khas
diantaranya
Belum
DM
pasti
DM
Konsentrasi glukosa
Plasma Vena
< 100
DM
100-199
> 200
Darah sewaktu
Darah kapiler
< 90
90 - 199
> 200
Konsentrasi glukosa
Plasma vena
< 100
100-125
> 126
Darah puasa
Darah kapiler
< 90
90 - 95
> 126
2.1.7 Penatalaksanaan DM :
1. Edukasi
DM tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk
dengan
mapan.
Pemberdayaan
penyandang
diabetes
Glinid
Cara kerjanya sama dengan Sulfonuria, meningkatkan insulin fase
pertama.
Penambah sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer (Purnamasari, 2009).
Penghambat glukoneogenesis
Metformin
Mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati,
disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Penghambat Glukosidase Alfa ( Acarbose )
Obat ini Mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
(Foster, 2007).
2.
Insulin
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan
memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
o Insulin kerja lambat.
Contohnya
adalah
insulin
suspensi
seng
yang
telah
dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
2.1.8 Pencegahan
Berdasarkan PERKENI yang mengacu ke pada WHO 1985,pencegahan
itu sendiri terdiri dari pencegahan primer dimana semua aktivitas yang ditujukan
untuk tidak terjadi hiperglikemi yang beresiko menjadi diabetes,pencegahan
sekunder dimana mencegah komplikasi dari diabetes dan pencegahan tersier untuk
menghindari kecacatan dari komplikasi (Suyono, 2009).
2.1.9 Komplikasi DM
Diabetes Melitus (DM) dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi berupa
komplikasi akut (yang terjadi secara mendadak) dan komplikasi kronis (yang
terjadi secara menahun).
Komplikasi akut dapat berupa :
1.Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl
2.Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan
hiperketogenesis
3.Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan
oleh hiperlaktatemia.
4.Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja
tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.
Komplikasi kronis :
10
Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan
yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut :
1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat
dilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit
Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi /
Peripheral Artery Disease.
2. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati
diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal).
3. Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan
berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri. (Foster,
2007)
Arthropati
Hipertensi
Nefropati
GGK
GGT/ESDR
Retinopati
Glikosilasi protein
cardiomyopati
Neuropati
Mikroangiopati
Katarak
Makroangiopati
Akumulasi poliol
p.jantung iskemik
p.jantung vascular perifer
stroke
defek platelet
hiperlipidemia
kerusakan leukosit
infeksi
11
2.2
NEFROPATI DIABETIK
Nefropati diabetik adalah suatu penyakit kronis dari diabetes mellitus yang
12
dan
magrofag
dan
jika
keadaan
ini
13
berlangsung lama akan merusak membrane basalis dan mesangium yang akhirnya
merusak seluruh glomerulus,sehingga terjadi transvaskular albumin sehingga
menimbulkan mikroalbuminuria (Hendromartono, 2009).
Pada jalur poliol,hiperglikemi intrasel dimana glukosa dimetabolisme oleh
aldose reduktase akan menghasilakan sorbitol,peningkatan sorbitol akan
mengakibatkan berkurangnya kadar inositol yang menyebabkan gangguan
osmolaritas membrane basal (Cooper, 1998).
Pada jalur protein kinase C,keadaan hiperglikemi dalam sel akan
meningkatkan sintesis molekul diasil gliserol yang merupakan kofaktor penting
pada aktivase protein kinase C
karena
ketidakseimbangan
reaksi
redoks
akibat
perubahan
14
hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal
yang dapat diukur secara tidak langsung dengan perhitungan klirens ginjal.
Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin,karena
itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang et al,2005; Tam, 2000; &
Widmann, 1995).Ada beberapa yang menggunakan rasio kadar urea dan kreatinin
baik itu pengumpulan urin maupun serum,namun ada juga metode yang
digunakan untuk menilai eLFG yaitu dengan metode atau formula karena mudah
dan praktis dengan menggunakan serum kreatinin atau dengan serum albumin dan
serum urea (KDOQI-NKF, 2002).Ureum dan Kreatinin beberapa golongan dari
non protein nitrogen (NPN) yng merupakan hasil samping metabolisme protein
yang berasal dari makanan,ureum sendiri merupakan hasil akhir katabolisme
protein dalam tubuh yang disintesa oleh hati dan dieksresikan malalui
ginjal,usus,air liur dan keringat,ureum dieksresikan dalam filtrat glomerulus dan
15
40% diserap oleh tubulus,salah satu penyebab peningkatan BUN (blood Urea
Nitrogen ) dikarenakan oleh diabetes mellitus melalui katabolisme yang
berlebihan dan menunjukkan adanya penurunan LFG ,sementara pada kreatinin
difiltrasi glomerulus dan tidak diabsorpsi oleh tubulus sehingga hasil untuk
pemeriksaan eLFG dibandingkan ureum (Foster, 2007).
LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) adalah volume atau waktu yang difiltrasi
oleh semua glomerulus,untuk mengukur LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) harus
ada substansi indikator dengan spesifik harus terdapat dalam darah dan indikator
yang cocok adalah karbohidrat inulin maupun kreatinin baik itu plasma maupun
klirens kreatinin,namun klirens kreatinin dapat menjadi bias karena belum tentu
urin yang terkandung sepenuhnya 24 jam,oleh karena
LFG
(Laju
Filtrasi
Glomerulus)
yang
mana
metode
16
(KDOQI, 2002)
Tahapan
2.4
Fungsi Ginjal
LFG
Tahap 1
Normal/meningkat
(ml/menit/1,73 m2 )
>90
Tahap 2
Penurunan ringan
60 89
Tahap 3
Tahap 4
Penurunan sedang
Penurunan berat
30 59
15 29
Tahap 5
Gagal ginjal
< 15
METODE MDRD
Formula untuk memprediksi nilai LFG disebut sebagai eLFG (estimated
GFR) atau perkiraan LFG. Formula MDRD ini membutuhkan data umur, jenis
kelamin, ras dan kadar kreatinin serum (John, 2004).Formula atau metode MDRD
(Modification of diet in renal disease) dikembangkan pada tahun 1999 dimana
menyesuaikan beberapa variabel yaitu luas permukaan tubuh yang dilihat dari ras
seperti ras Afrika Amerika yang memiliki luas permukaan tubuh dari ras yang ada
didunia,jenis kelamin dimana massa otot pria lebih besar dai wanita,serum
kreatinin,dan usia (KDOQI-NKF, 2002).Data-data ini biasanya dibutuhkan oleh
laboratorium bila dilakukan pemeriksaan kreatinin, sehingga ini memudahkan
memprediksi Tahapan LFG.Pemeriksaan kreatinin serum biasanya dilakukan
dengan metoda kolorimetrik berdasarkan reaksi Jaffe atau dengan metoda yang
lebih jarang dipakai yaitu enzimatik. Metoda kolorimetrik dipengaruhi oleh
kromogen lain seperti keton dan glukosa yang dapat memberikan hasil kreatinin
lebih tinggi atau bilirubin yang akan memberi hasil kreatinin lebih rendah,tetapi di
17
saja
mempengaruhi
hasil
perhitungan
LFGnya
(MacGregor,
18
-1.154
berkulit hitam
The ID-MS traceable MDRD formula
eGFR = 175 SCr
-1.154
hitam)
Keterangan
Formula untuk memprediksi GFR dari MDRD study. GFR dinyatakan dalam
ml/min/1.73 m2 .
Metode MDRD ini dapat meningkatkan kualitas penatalaksanaan pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.Hal pertama adalah memotivasi laboratorium,para
dokter maupun klinisi untuk melaporkan eGFR pada klien yang memeriksakan
kadar kreatinin serum dan hasilnya <60 ml/min/1.73m2. The National Service
Framework for Renal Services merekomendaikan seluruh laboratorium klinik di
Inggris untuk melaporkan eGFR ini sejak 1 April 2006 (Health, 2005).Pada masa
yang akan datang tentunya akan sangat membantu program ini bila dilakukan
standar pemeriksaan kreatinin serum secara nasional maupun internasional.
Hasil evaluasi dari Lamb dkk menunjukkan bahwa penggunaan versi yang
tepat dari formula MDRD tergantung dari standar pemeriksaan kreatinin serum
yang dipakai. Pemeriksaan yang standar adalah isotope dilution mass
spectrometry ( ID-MS). Inggris sebagai contoh melakukan standarisasi dengan
sistem faktor koreksi dari National Quality Insurance Scheme dengan referensi
ID-MS laboratory (Health, 2005).Validasi formula MDRD ini belum dilakukan
pada seluruh populasi contohnya Asia, tetapi hal ini bukan berarti penggunaan
formula ini ditunda, tetap akan lebih baik program dapat dilakukan walau tanpa
kalibrasi dibandingkan tidak sama sekali dalam rangka mengenali pasien dengan
penurunan fungsi ginjal. Pada populasi dengan perbedaan jumlah ras yang
signifikan maka laporan harus dibuat berdasarkan ras,sedangkan pada populasi
yang relatif homogen, cukup satu nilai saja.Hal selanjutnya dari program ini
adalah mengembangkan program rujukan dan panduan terapi berdasarkan eGFR,
dengan prioritas pada PGK stadium 4 dan 5 agar mereka segera mencari pusat
19
pelayanan. KDOQI sendiri sudah mengeluarkan panduan untuk PGK dengan basis
internet untuk mempermudah akses bagi para klinisi. Panduan lain dikeluarkan
juga oleh Renal Association and the Royal College of Physicians of London.
Berbagai model untuk penatalaksanaan stadium 3 sudah dikembangkan di seluruh
dunia contoh Inggris memberikan insentif kepada para dokter umum dengan
panduan sistem poin yang diintegrasikan kepada the Quality Outcomes
Framework of the General Medical Services mulai 1 April 2006 (NICE, 2002).
Selain itu deteksi dini ini harus lebih diwajibkan pada pasien dengan risiko tinggi
seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Beberapa hal yang berpengaruh pada metode MDRD
Kreatinin serum yang diperiksa dengan metode Jaffe sering dilaporkan
lebih tinggi dari angka sesungguhnya karena ada beberapa hal yang
mempengaruhi di dalam serum (MacGregor, 2007). Hal yang mengganggu
tersebut lebih berpengaruh bila hasil kreatinin serum rendah, hal ini akan
mengganggu deteksi dini PGK dengan eGFR. Gangguan ini dapat diminimalisasi
dengan standarisasi pemeriksaan kreatinin yaitu dengan menggunakan IDMS
untuk menilai serum kreatinin,IDMS sendiri dibeberapa Negara eropa dan
Amerika merupakan suatu pemeriksaan standar untuk menilai serum kreatinin
(Sarnak, 2000).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode MDRD :
- baik dipakai pada kedua jenis kelamin (Lamb, 2005)
- faktor umur dimasukkan dengan tujuan kemungkinan penurunan massa
otot
20
- perlu faktor koreksi untuk golongan tertentu seperti : diabetes dan etnis (Coresh,
2003)
- sampai saat ini formula MDRD belum pernah divalidasi untuk populasi etnis
Indo-Asia (MacGregor, 2007)
- formula ini pun masih diperdebatkan karena beberapa ahli belum puas dengan
data yang ada.
2.5
KREATININ
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati
dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan dalam urin.Pada praktek klinis sehari-hari komponen ekskresi
dari fungsi ginal biasanya dinilai dengan menggunakan kadar kreatinin serum.
Kreatinin serum sering juga digunakan untuk menilai laju filtrasi glomerulus.
Produksi kreatinin berhubungan dengan massa otot, bila massa otot berkurang
maka kreatinin serum akan rendah sehingga laboratorium sering memberikan nilai
normal kreatinin dalam bentuk interval dan hal ini sering memberi petunjuk yang
salah untuk menilai fungsi ginjal (MacGregor, 2007).
Kelemahan kreatinin dalam memperkirakan LFG disebabkan oleh hal-hal di
bawah ini :
- Berhubungan dengan massa otot. Massa otot rendah maka LFG lebih tinggi dari
aslinya
- Korelasi negative dengan LFG, tidak sensitif pada penurunan LFG awal
- Kreatinin disekresikan juga oleh tubulus. Pada nilai rendah LFG lebih tinggi dari
aslinya
- Ekskresi ekstrarenal. Pada nilai rendah LFG lebih tinggi dari aslinya
- Konsumsi daging terutama dikukus. LFG tampak lebih rendah dari aslinya
- Pengaruh chromogen saat pengukuran. LFG tampak lebih rendah dari aslinya
- Kreatinin serum sering dianggap stabil . Tidak sensitif untuk perubahan yang
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
FAKTOR
RESIKO
DIABETES
MELLITUS
MIKROVASKU
TIPE 2 LER
RETINOPA
TI
MACROVASKU
LAR
NEFROPA
TI
Tekanan
Darah dan
usia
diagnosis
LFG /MDRD (
serum
kreatinin,usia,r
as dan jenis
kelamin )
TAHAPAN PENYAKIT
GINJAL
22
KETERANGAN :
= Yang diteliti
= Yang tidak diteliti
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah jenis deskriptif cross-sectional , yang
4.4
Kriteria Sampel
Adapun kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :
23
yang
menggunakan
obat
cimetidine
dan
trimetoprim
yang
diperoleh dari klinik spesialis penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang memeriksakan darahnya dan
terutama untuk mengetahui data-data seperti kreatinin serum, , umur dan jenis
kelamin dan tekanan darah.
4.6.
Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah pemeriksaan LFG
4.7
Variabel Penelitian
Variable penelitian yang ditentukan adalah :
a.LFG
b.Jenis kelamin
c.Usia
F.Usia Diagnosis
Definisi Operasional
a.LFG ( laju filtrasi glomerulus )
Merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi
24
b.21 - 30 tahun
c.31 - 40 tahun
e.51 60 tahun
f. 61 - 70 tahun
g. 71 - 80 tahun
d. 41 - 50 tahun
d.Kreatinin serum
Kreatinin dalam darah (serum) adalah salah satu indikator menilai fungsi
ginjal selain ureum dan menjadi variabel dalam metode MDRD untuk
menentukan terjadinya apakah ada penurunan fungsi ginjal atau belum yang
tertera pada hasil laboratorium pada rekam medis rawat jalan pasien.
Hasil Normal: a.Pria dewasa
: < 130/80
f.Usia diagnosis
Usia terdiagnosis merupakan data rekam medik pasien waktu sejak
pertama didiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 hingga saat penelitian dilaksanakan
dan dihitung dalam satuan tahun.
4.9
Pengolahan Data
Pengolah data dilakukan dengan menggunakan computer yang memiliki
program excel untuk menyajikan data dalam bentuk table dan grafik.
25
4.10
Penyajian Data
Penyajian data yang ditampilkan berbentuk narasi ,table dan grafik.
Januari-Maret
1
2
3
4
April-Mei
1 2 3
4
Juni
2
3
Proposal
Permohonan izin
penelitian
26
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan diklinik spesialis penyakit dalam di RSUD A.W
Sjahranie Samarinda yang menggunakan data sekunder rekam medic pasien
diabetes mellitus tipe 2 yang menjalani rawat jalan di klinik spesialis penyakit
dalam antara tanggal 18 april 2013 sampai dengan tanggal 18 mei 2013.Data yang
digunakan adalah analisa univariat dimana variabel Laju Filtrasi Glomerulus, jenis
kelamin, usia,serum kreatinin dan tekanan darah serta usia diagnosis digambarkan
dalam bentuk,tabel dan gambar serta narasi berikut.
5.1 Gambaran Umum
Dari penelitian yang dilaksanakan diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie Samarinda tanggal 18 april 2013 sampai 18 Mei 2013,dimana data
sekunder yang diambil yaitu pada bulan januari 2013 karena pemeriksaan serum
kreatinin dilakukan setiap 3 bulan sampai 4 bulan sekali,maka didapatkan sampel
27
sebanyak 357 orang dimana semua sampel tersebut didiagnosis diabetes mellitus
tipe 2 dan pada rekam medik sudah ada hasil serum kreatinin,usia,jenis
kelamin,tekanan darah dan usia terdiagnosis diabetes mellitus yaitu pada bulan
januari 2013.Dari data tersebut,data dimasukkan kedalam perhitungan atau
kalkulator estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) yaitu manggunakan metode
atau persamaan MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) yang telah
disediakan oleh NKF (National Kidney Foundation) atau KDOQI yang hasil dari
kalkulator eLFG ini menunjukkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus serta tahap
berapa penderita diabetes mellitus tersebut.
Tabel 5.1.1 Distribusi jenis kelamin sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Pada tabel 5.1
N
Persentase (%)
185
51,83
172
48,18
357
100,00
dapat dilihat bahwa distribusi sampel berdasarkan jenis
kelamin didapatkan laki-laki 51,83 % ( 185 orang ) dan perempuan 48,18 % ( 172
orang ).
Tabel 5.1.2 Distribusi kelompok usia sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Kelompok Usia
20 30
31 40
41 50
51 60
61 - 70
71 - 80
Total
N
3
20
77
123
115
19
357
Persentase (%)
0,84 %
5,60 %
21,57 %
34,46 %
32,22 %
5,32 %
100%
Dari tabel 5.1.2 terlihat dimana usia sampel mayoritas berada pada rentang
usia 51-60 tahun sebesar 34,46 % dari total sampel dan minoritas berada pada
rentang usia 20 -30 tahun sebesar 0,84 % dari total sampel.Berdasarkan
perhitungan statistik maka diperoleh nilai rata-rata usia sampel yaitu 56 tahun
dengan usia minimum 23 tahun dan maksimum 80 tahun.
Tabel 5.1.3 Distribusi serum kreatinin sampel penderita Diabetes Mellitus tipe 2
28
diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie pada bulan januari 2013.
Serum Kreatinin
0,5 0,9
N
216
Persentase (%)
60,50
1,0 1,4
1,5 1,9
2,0 2,4
2,5 2,9
>3,0
105
19
9
3
5
29,42
5,32
2,52
0,84
1,4
Total
357
100
Dari tabel 5.1.3 diperoleh jumlah sampel mayoritas memiliki serum kreatinin
berturut-turut yaitu 0,5 0,9 mg/dl dimana persentasenya 60,50%,serum kreatinin
1 1,4 mg/dl sebesar 29,42%,serum kreatinin 1,5 1,9 mg/dl sebesar
5,32%,serum kreatinin 2 2,4 mg/dl sebesar 2,52 %,serum kreatinin 2,5 -2,9
mg/dl sebesar 0,84%,dan serum kreatinin > 3 mg/dl sebesar 1,4%.
Tabel 5.1.4 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus sampel penderita diabetes mellitus
tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan januari 2013.
Laju Filtrasi Glomerulus
(ml/min/1.73 m2)
Tahap 1 ( > 90 )
Tahap 2 ( 60 89 )
Tahap 3 ( 30 59 )
Tahap 4 (15 29 )
Tahap 5 ( < 15 )
Total
N
155
131
59
9
3
357
Persentase ( % )
43,42
36,69
16,53
2,52
0,84
100
29
:
:
60 89
131
30 -59
59
73
39
55,7
66,1
58
8
44,2
20
7
33,8
Tahap 4 :
15 -29
22,23
9
77,7
Tahap 5 :
< 15
66,67
8
33,3
357
185
100
172
4
100
Total
160
140
120
100
80
60
40
20
0
142
144
Laki-laki
43
perempuan
28
< 60 ml/min/1,73m2
> 60 ml/min/1,73m2
30
didominasi jumlah sampel pria lebih besar dari pada sampel perempuan.
5.2.2 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok usia pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie bulan Januari 2013.
Tabel 5.2.2 Distribusi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan kelompok usia pada
penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W Sjahranie bulan
Januari 2013.
Usia
Laju Filtrasi Glomerulus /MDRD( ml/min/1,72 m2)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
(Tahun )
N
3
10
46
%
1,93
6,45
29,6
53
7
34,1
61 70
39
9
25,1
48
71 - 80
6
2,58
Total
155
100
20 30
31 40
41 50
51 60
N
0
7
18
N
0
2
10
%
0
3,38
16,9
16
5
27,1
36,64
25
2
42,3
6,87
131
100
59
49
%
0
5,34
13,74
37,40
N
0
0
2
%
0
0
22,
N
0
1
1
%
0
33,4
33,4
3
44,
33,4
5
33,
4
0
100
100
7
10,1
7
100
100
50
0
20
30
40
50
60
70
80
90
31
Dari tabel dan gambar 5.2.2 distribusi dan frekuensi laju filtrasi glomerulus
berdasarkan kelompok usia mayoritas jumlah sampel pada usia 51 60 tahun
sebanyak 123 sampel dan minoritas pada usia 20-30 tahun sebanyak 3 sampel
hanya pada tahap 1.Mayoritas sampel berada pada LFG > 60 ml/min/1,73m 2.Dan
terlihat pada garis linier dimana eLFG berbanding terbalik dengan usia.
5.2.3 Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum
kreatinin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD
A.W Sjahranie bulan Januari 2013.
5.2.3 Tabel Distribusi dan frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan serum
kreatinin pada penderita DM tipe 2 diklinik spesialis penyakit dalam RSUD A.W
Sjahranie bulan Januari 2013.
Serum
Laju Filtrasi Glomerulus MDRD ( ml/min/1,72 m2)
N
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 15
Tahap 5
kreatini
> 90
60 - 89
30 - 59
- 29
< 15
n
(mg/dl)
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
35
23
43
26
30
0
0
0
0
0
0
5
34
20
31
20
17
3
0
0
0
0
0
3
7
4
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
23
48
60
50
34
27
21
12
1,4
1,5
1,6
1,8
1,9
2,1
2,2
2,3
2,5
2,6
2,9
3,1
3,8
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
10
5
2
1
5
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
11
10
5
2
2
6
2
1
1
1
1
1
1
1
8,7
32
8,8
100
50
0
0
10
33
46
109
8
61
0
1
0
0
0
0
15,2
47,9
61
58
36,7
155
131
59
100
109
100
80
61
60
6158
Sedang >130140/>80-90
46
Buruk >140/90
40
20
0
9
1
5
Total
155
100
13
1
100
59
100
100
100
usia diagnosis
14
12
10
8
6
4
2
0
usia diagnosis
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Dari tabel dan gambar 5.2.5 distirbusi dan frekuensi LFG berdasarkan usia
diagnosis diperoleh pada setiap tahapan LFG lebih banyak dengan durasi
menderita diabetes kurang dari 5 tahun.Pada garis linier terlihat menunjukkan
eLFG berbanding terbalik dengan usia diagnosis.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus Yang dinilai
dengan metode MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 DiKlinik Spesialis Penyakit Dalam RSUD A.W
Sjahranie Samarinda Pada Bulan Januari 2013 akan diuraikan dalam bentuk
analisa deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.
6.1 Gambaran Umum
35
123
orang
34,46%
).Pada
penelitian
yang
dilakukan
36
dipengaruhi oleh faktor serum kreatinin dan usia serta keadaan hiperglikemia,oleh
karena itu sangat penting adanya untuk mengadakan terapi maupun intervensi
terhadap terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus untuk mencegah penderita
masuk kedalam tahap yang berat yaitu tahap 4 atau 5 yang bersifat fatal (NICE,
2002).
6.2 Gambaran Khusus
6.2.1 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode MDRD (Modification of Diet
in Renal Disease)terlihat bahwa tahap LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) antara lakilaki dan perempuan berbeda dimana pada jumlah sampel ini didominasi oleh lakilaki,tetapi hal ini bukan berarti laki-laki yang mendominasi setiap tahap LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus).Pada hasil penelitian didapatkan pada tahap 1 diperoleh
laki-laki sebanyak 69 orang (44,5%) sedangkan perempuan sebanyak 86 orang
(55,48%),pada tahap 2 diperoleh laki-laki sebanyak 73 orang (55,7%) dan
perempuan sebnayk 58 orang (44,27%),pada tahap 3 diperoleh laki-laki sebanyak
39 orang (66,1%) dan perempuan sebanyak 20 orang (33,89%), pada tahap 4
diperoleh laki-laki 2 orang (22,23%) dan perempuan sebanyak 7 orang (77,78%)
dan pada tahap 5 diperoleh laki-laki sebanyak 2 orang (66,67%) dan perempuan
sebanyak 1 orang (33,34%).Dari data diatas tersebut pada tahap 2,3 dan 5
didominasi oleh laki-laki sementara tahap 1 dan 4 didominasi oleh perempuan.
Hasil serupa juga dilaporkan pada penelitian Roesli ( 2007 ),dimana didapatkan
hasil prevalensi tahapan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) pada laki-laki dan
perempuan dan menurut hasil penelitian tersebut pada tahap 2,3 dan 5 di dominasi
oleh laki-laki sementara pada tahap 1 dan 4 didominasi oleh perempuan (Roesli,
2007).Pada penelitian yang dilakukan Triyanti dkk,2008 dengan eLFG dengan
pembagian LFG <60ml/min/1,73 m2 dan >60 ml/min/1,73 m2 menunjukkan hasil
bahwa LFG < 60 ml/min/1,73m2 di dominasi oleh perempuan sebesar 58,1% dan
LFG > 60 ml/min/1,73m2 di dominasi oleh laki-laki sebesar 53,3% (Triyanti,
2008).
Hal ini tentu saja harus mendapatkan pencegahan dan penanganan lebih dini
walaupun nilai normal kreatinin pada laki-laki 0,5 mg/dl 1,5 mg/dl dan
perempuan 0,5 mg/dl 0,3 mg/dl yang disertai dengan diabetes mellitus karena
37
dapat berakibat fatal yang bisa merujuk ke tahap 4 maupun tahap 5 yang
memerlukan dialisis maupun transplantasi ginjal (KDOQI-NKF, 2002).
6.2.2 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Usia
Hasil penelitian menunjukkan pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan
tahapan laju filtrasi glomerulus terbanyak pada kelompok usia 51 60 tahun dan
setiap kelompok usia menggambarkan tahap LFG (Laju Filtrasi glomerulus)yang
terlihat pada kelompok usia tersebut.Pada tahap 1 dimana kelompok usia
mayoritas adalah usia 51 60 tahun dengan jumlah sampel 53 orang sebesar
34,19%.pada tahap 2 mayoritas berada pada usia 51 60 tahun dengan jumlah
sampel 49 orang sebesar 37,40 % dari total sampel tahap 2.Pada tahap 3 mayoritas
pada usia 61 70 tahun dengan jumlah sampel 25 orang sebesar 42,37 % dari
total sampel tahap 3.Pada tahap 4 mayoritas berada pada usia 51 60 tahun
dengan jumlah sampel 4 orang sebesar 44,5 % dari total sampel tahap 3 dan pada
tahap 5 mayoritas berada berturut-turut pada usia 31 40 tahun,41 50 tahun,51
60 tahun sebesar masing-masing 33,4%. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat
bahwa setiap tahap LFG (Laju Filtrasi Glomerulus ) menurun seiring
bertambahnya usia tertentu namum setelah itu terlihat hasil yang tidak
konsisten,ada yang naik lalu turun lagi seiring bertambahnya usia yaitu pada usia
60-80 tahun dan pada LFG > 60 ml/min/1,73 m 2 (tahap 1 dan tahap 2)berada
pada mayoritas berada pada rentang usia 41 70 tahun dan LFG < 60 ml/min/1,73
m2 mayoritas berada 61 70 tahun, bila kita telaah ,hasil ini berbeda dengan hasil
dari NHANES III dimana LFG kurang dari 60ml/min/1,73m2 (Tahap 3,4 dan 5)
mulai meningkat tajam pada usia sekitar 70-an (MacGregor, 2007).Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi,2012 dimana jumlah penderita
nefropati diabetic terbanyak pada usia 51 -60 tahun (Desi, 2012). Dari penelitian
eLFG menurut NHANES III dengan sampel 15.600 orang dimana LFG menurun
seiring bertambahnya usia,tetapi hal ini dapat dipengaruhi oleh facktor lain seperti
proses penuaan maupun pengaruh dari nilai serum kreatinin itu sendiri seperti diet
tinggi protein,obat-obatan yang mempengaruhi serum kreatinin (NHANES-III,
1994).Pada penelitian Triyanti,2008, pada tahap 1 dan tahap 2 dimana LFG > 60
ml/min/1,73m2 mayoritas pada usia dibawah 60 tahun,dan pada tahap 3,4,dan 5
dimana LFG < 60 ml/min/1,73m2 mayoritas pada umur diatas 60 tahun (Triyanti,
38
2008),tetapi pada penelitian ini tidak digambarkan apakah terjadi penurunan atau
kenaikan tahapan LFG baik itu diatas 60 tahun maupun dibawah 60 tahun.Pada
penelitian ini terlihat garis linier pada gambar 5.2.2 yang menyatakan bahwa
eLFG berbanding terbalik dengan usia dimana LFG menurun seiring
bertambahnya usia tetapi tentu saja ada beberapa hal yang mempengaruhi hasil
eLFG pada metode MDRD seperti proses penuaan.
6.2.3 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan Serum Kreatinin
Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode MDRD
(Modification of Diet in Renal Disease) diperoleh tahap laju filtrasi glomerulus
yang didasarkan oleh serum kreatinin dimana serum kreatinin terendah yaitu 0,5
mg/dl dan tertinggi 8,8 mg/dl.Pada tahap 1 menunjukkan serum kreatinin 0,5
mg/dl sampai dengan 0,9 mg/dl,tahap 2 menunjukkan serum kreatinin 0,7 mg/dl
sampai 1,3 mg/dl,tahap 3 menunjukkan serum kreatinin 1,0 mg/dl sampai 2,2
md/dl,tahap 4 menunjukkan serum kreatinin 1,9 mg/dl sampai 4 mg/dl dan tahap 5
menunjukkan serum kreatinin 3,8 mg/dl sampai 8,8 mg/dl.Dari hasil penelitian
tersebut dapat terlihat dimana ada nilai serum kreatinin yang menggambarkan
beberapa
sama,hal ini dipengaruhi oleh usia dan Jenis kelamin.Usia yang semakin
bertambah akan memberikan pengaruh pada hasil dari estimasi Laju Filtrasi
Glomerulus berdasarkan perhitungan dari metode MDRD,begitu juga dengan
jenis kelamin karena laki-laki dan wanita berbeda luas permukaan tubuhnya
(KDOQI-NKF, 2002). Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah dimana LFG <
60 ml/min/1,73 m2 yang merupakan definisi penyakit ginjal kronis walaupun
tanpa ada kerusakan ginjal yang menetap lebih dari 3 bulan (KDOQI-NKF,
2002).Dari hasil penelitian diatas terdapat beberapa sampel yang memiliki LFG <
60 ml/min/1,73 m2 dimana serum kreatininnya yaitu 1,0 mg/dl sampai dengan 8,8
mg/dl yaitu 71 orang (19,88%) yang diambil berdasarkan tabel 5.1.4.Sementara
itu penelitian yang dilakukan oleh Triyanti dkk,2008,menunjukkan hasil yang
menggunakan metode MDRD pada pasien DM tipe 2 tidak jauh berbeda yaitu
13,2% kejadian penyakit ginjal kronik di RS.Cipto MangunKusumo, Jakarta
(Triyanti, 2008). Berdasarkan nilai serum kreatinin yang dapat menggambarkan
penyakit ginjal kronis dimana LFG < 60 ml/min/1,73 m 2 yaitu diawali dengan
39
nilai serum kreatinin 1,0 mg/dl 1,5 mg/dl dengan prevalensi 47,1% (Triyanti,
2008).Pada penelitian ini terlihat garis logaritmik pada gambar 5.2.3 yang
menyatakan bahwa eLFG berbanding terbalik dengan serum kreatinin dimana
artinya semakin tinggi serum kreatinin seseorang semakin rendah eLFG-nya dan
tentu saja hal ini dipengaruhi oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai serum
kreatinin seperti diet protein,obat-obatan yang dikomsumsi cimetidine dan
trimetoprin serta massa otot seseorang.
40
nefropati yaitu pemberian diet rendah protein sangatlah penting. Pada umumnya
pemberian diet mengandung protein sebanyak 0,8 gram/kgBB/hari, atau sekitar
10% kebutuhan kalori pada pasien Nefropati overt, tetapi bila LFG telah turun
maka pembatasan protein dalam diet menjadi 0,6 gram/kgBB/hari (KDOQI-NKF,
2002).
6.2.4 Gambaran Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan darah
Pada hasil penelitian diketahu dari 357 sampel penderita DM tipe 2 pada
setiap tahapnya memiliki control tekanan darah yang dibagi sesuai pengendalian
DM oleh PERKENI yaitu tekanan darah baik (130/80 mmHg),tekanan darah
sedang
(>130-140/>80/90
mmHg),dan
tekanan
darah
buruk
(>140/90
54 orang
41
42
medik pasien dimana pasien sendiri tidak ingat timbulnya gejala klasik khas
diabetes mellitus
tahun timbulnya diabetes mellitus sudah terjadi kelainan patologis yang berupa
penebalan membrane basalis glomerulus dan peningkatan matriks mesangial yang
berkembang sejalan dengan lamanya menderita diabetes mellitus yang
menyebabkan terjadinya kebocoran protein pada ginjal yang disebut dengan
proteinuria,dimana gagal ginjal muncul sekitar > 5 tahun setelah adanya
proteinuria (Marshall, 2003).Pada gambar 5.2.5 terlihat garis linier yang
menyatakan bahwa eLFG berbanding terbalik dengan usia diagnosis > 5 tahun
meningkat.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada tahap 1
sebesar 43,42 %,tahap 2 sebesar 36,69 %,tahap 3sebesar 16,53 %,tahap 4
sebesar 2,52 %, tahap 5 sebesar 0,84 %.
2.a.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
43
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan jenis
kelamin laki-laki terbanyak pada tahap 2 (39,46%) dan perempuan terbanyak
pada tahap 2 (33,73%).
b.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan usia
pada LFG tahap 2 kelompok usia yang terbanyak adalah usia 51-60 tahun
(37,40%)
c. Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan metode MDRD (Modification
of Diet in Renal Disease ) pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan nilai
serum kreatinin 0,5 mg/dl 0,9 mg/dl pada tahap 1 dan tahap 2,1 mg/dl 2
mg/dl pada tahap 3,serum kreatinin >2,0 mg/dl pada tahap 4 dan 5.
d.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan tekanan darah baik mayoritas
pada tahap 1 sebesar 85,2%,Kontrol tekanan darah baik sebesar 15,2 %,tekanan
darah hipertensi sedang 47,9%,dan tekanan darah hipertensi buruk 36,7%.
e.Frekuensi Laju Filtrasi Glomerulus berdasarkan usia diagnosis terbanyak
kurang dari 5 tahun.
7.2 Saran
1.Perlunya penelitian lebih lanjut dengan metode MDRD (Modification of Diet in
Renal Disease) untuk pada penderita Diabetes mellitus dan juga mengenai
hubungan variable-variabel lainnya.
2 Untuk penelitian selanjutnya ,diharapkan dapat dilakukan dengan mengambil
data-data dalam kurun waktu yang luas dan dibandingkan dengan LFG yang
menggunakan clearance kreatinin agar komplikasi diabetes ini dapat di
monitoring dan dicegah.
3.Perlunya dilakukan pemeriksaan serum kreatinin setiap bulan agar dapat
dipantau dan dijaga mengingat banyaknya pasien tahap 1 dan tahap 2 yang
sewaktu-waktu dapat beralih ketahap 3,4 dan 5.
4.Perlunya monitoring pada penderita diabetes melitus tipe 2 seiring dengan
meningkatnya usia maka LFG semakin menurun.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Association,2002,Nefropaty Diabetic care:25,supp 1(Diakses
tanggal 13 januari 2013)
Bawazier,Lucky Aziza.2006.Proteinuria. Aru.W.Sudoyo (Ed).Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam5thed.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFa
kultasKedokteranUniverstas Indonesia.
Cooper,ME.1998.Pathogenesis,prevention,and
treatment
of
diabetic
nefhropathy:Lancet;352:213-19.(diakses tanggal 25 januari 2013)
Coresh J, et al.2003.Prevalence of low glomerular filtration rate in nondiabetic
Americans: Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III).J Am SocNephrol 13:1338-49 .(diakses tanggal 25 februari
2013)
Department of Health. 2005. National service framework for renal services-part
two: chronic kidney disease, acute renal failure and end of life care. London,
Department of Health, .(diakses tanggal 18 januari 2013)
Foster, DW.2007.Diabetes Mellitus. Dlm; Isselbacher, Braunwold, eds. Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, Volume 5. Jakarta : EGC, :
2196-2218
Greene RJ.Harris ND.Goodyer LI.1993.Pathology and Theurapeutics for
Pharmacists:A Basic for Clinical Pharmacy practice.Chapman and
Hill.London :409-415.(diakses tanggal 12 januari 2013)
Ha H,LeeHB.Reactive Oxygen Species and Matrix Remodeling in Diabetic
Kidney.J am SocNephrol 2003;14 (suppl 3):S246-S249.(diakses tanggal 15
januari 2013)
Hendromartono, 2009.NefropatiDiabetik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata
KM, Setiati S, eds. Buku Ajar IlmuPenyakitDalam 5 th ed.
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUnivers
tas Indonesia. 1920-1923.
John R, Webb M, Young A, Stevens PE. Unreferred chronic kidney disease: a
longitudinal study.Am J Kidney Dis 2004;3:825-835.(diakses tanggal 25
januari 2013).
Lamb EJ, Wood J, Stowe HJ, ORiordan SE, Webb MC, Dalton RN. Susceptibility
of glomerular filtration rate estimations to variations in creatinine
methodology. A a study in older patients AnnClinBiochem 2005;42:11-18 .
(diakses tanggal 10 januari 2013)
Levey AS, Bosch JP, Lewis JB, Greene T, Rogers N, Roth D. A more accurate
method to estimate glomerular filtration rate from serum creatinine: a new
prediction equation. Modificationof Diet in Renal Disease Study Group.
Ann Int Med 1999;130:461-70. (diakses tanggal 10 mei 2013)
Lindeman RD, Tobin J, Shock NW. Longitudinal studies on the rate of decline in
renal fuction with age. J Am GeriatrSoc 1985; 33:278-85.(diakses tanggal 23
19
januari 2013)
Lestariningsih. 2004. Hipertensi pada Diabetik PIT V PERKENI 2004.Semarang. .
(diakses tanggal 25 mei 2013)
MacGregor MS, Boag DE, Innes A. Chronic kidney disease: evolving strategies
for detection and management of impaired renal function. Q J Med 2006;
99:365-75.(diakses tanggal 25 april 2013)
MJA .Chronic kidney disease and automatic reporting of estimated glomerular
filtration rate: a position statement. 2005; 183 (3): 138-141 .(diakses tanggal
15 februari 2013)
Mogensen.CE.1984.Microalbuminuria predicts clinical proteinuria and early
mortality in maturity onset diabetes.NEngl J Med;310/6:356-60.(diakses
tanggal 25 februari 2013)
Notoatmojo.2002.metodologi PenelitianKesehatan.Jakarta.RinekaCipta
National Institute for Clinical Excellence.Management of tye 2 diabetes: Renal
diseaseprevention and early management. London. NICE,2002.(diakses
tanggal 12 januari 2013)
NICE. Chronic Kidney Disease. Early identification and management of chronic
kidney disease in adults in primary and secondary care.2008. .(diakses
tanggal 12 januari 2013)
NKF-KDOQI clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation,
classification,and stratification .(diakses tanggal 8 januari 2013)
OCallaghan CA,Shine B, Lasserson DS. BMJ Open 2011Chronic kidney
disease:a large-scale population-based study ofthe effects of introducing the
CKD-EPI formula for eGFR reporting. (diakses tanggal 13 maret 2013)
ParvingH,OsterbyR,RitzE.DiabetikNefropaty,inThe kidney,edited by Brenner
BM,LevineS,Saunders: Philadelphia,2000,1731.(diakses tanggal 25 januari
2013)
PERKENI.KonsensusPengelolaan DM Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni;
2006. (diakses tanggal 5 januari 2013)
Pierrat A, et al. Predicting GFR in children and adults: a comparison of the
cockcroft and Gault, Schwartz, and Modification of Diet in RenalDisease
formulas. KidneyInt 2003; 58:259-63.(diakses tanggal 23 januari 2013)
Purnamasari.Dyah,2009.DiagnosisdanKomplikasi Diabetes Mellitus.Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
KM, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
th
PenyakitDalam5 ed.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalam
FakultasKedokteranUniverstas Indonesia.1880-1883
Sarnak JM, Levey AC, Schoolwerth A. Kidney disease as a risk factor for
development of cardiovascular disease: a statement from the American
Heart Association councils on kidney in cardiovascular disease, high blood
20
resiko
gagal
ginjal
Waspadji,S.,2009,KomplikasiKronikDM:PengenalandanPenanganannya.dalamSu
doyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S, eds. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam5thed.Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia Jakarta, hal. 597-614.
William G, Pickup JC.2002. Handbook of Diabetes. London : Blackwell Science,
Zuo L, Ma Y-C, Zhou Y-H, Wang M Xu G-B, Wang H-Y. 2005.Application of
GFR-estaimating equations in Chinese patients with chronic kidney
disease.Am J Kidney Dis; 45:463-72.(diakses tanggal 19 januari 2013)
21
LAMPIRAN 1
50
LAMPIRAN 2
51
52
53
54
55