You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hormon
tiroid

sangat

penting

untuk

metabolisme

energi, nutrisi, dan ionorganik, termogenesis serta merangsang


pertumbuhan

dan

perkembangan berbagai

jaringan,

Pada

periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf pusat


dan tulang.
Hormon

ini

mempengaruhi

beberapa

jaringan

dan

sel

melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta


reseptor yangmempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.
Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang
menonjol

adalah

hipertiroidisme),

dan

berefek pada

pertumbuhan somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi


sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF. Disfungsi tiroid
pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik
yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan
dan

perkembangan,

karena

maturasi

jaringan

dan

organ

atau jaringan spesifik yang merupakan pengatur perkembangan


bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga konsekuensi klinik
disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada masa
bayi dan anak. Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru
lahir tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau
fungsi

neurologik

yang

menetap,

ini

menunjukan

betapa

pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat


masa

tersebut.

perkembangan
lengkap,

otak

usia

yang

hipotiroidisme

pertumbuhan
biasanya

Setelah

lambat

tidak

perkembangan

tahun

tergantung
pada

dan

saat

dan

dan

sebagian besar

hormon
ini

keterlambatan

menetap
kognitif

tidak

tiroid sudah

mengakibatkan
maserasi

tulang,

berpengaruh pada

neurologik,

dilakukan skrinninguntuk deteksi dan terapi dini.

sehingga

perlu

1.2. Batasan Topik


1.2.1. Definisi Hipotiroid
1.2.2. Etiologi Hipotiroid
1.2.3. Faktor risiko Hipotiroid
1.2.4. Epidemiologi Hipotiroid
1.2.5. Klasifikasi Hipotiroid
1.2.6. Manifestasi klinis Hipotiroid
1.2.7. Patofisiologi Hipotiroid
1.2.8. Pemeriksaan diagnostik Hipotiroid
1.2.9. Penatalaksanaan medis Hipotiroid
1.2.10. Komplikasi Hipotiroid

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

DEFINISI HIPOTIROID
Hipotiroid merupakan gangguan pada kelenjar tiroid berupa

penurunan produksi dan sekresi hormone tiroid. Kelenjar ini


berperan melepaskan hormone tiroid keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid, terjadi gangguan sintesis
dan sekresi hormone tiroid, sehingga kadar hormone tiroid menjadi
rendah dan mengakibatkan penurunan laju metabolism tubuh
(Soewondo dan Cahyanur, 2008).
Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
gangguan pada salah satu tingkat dari aksis hypothalamushipofisis-tiroid end organ, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormone tiroid ataupun gangguan respon jaringan terhadap
hormone tiroid (faizi,2012).
2.2. ETIOLOGI HIPOTIROID
Hipotiroid dapat terjadi

akibat

malfungsi

kelenjar

tiroid,

hipofisis, atau hipotalamus. Namun, gangguan hipotalamus dan


hipofisis jarang menyebabkan hipotiroidisme, gangguan kelenjar
tiroid itu sendiri adalah yang paling umum. Hipotiroid disebabkan
oleh kelenjar tiroid kurang aktif. Ketika penyebabnya adalah
hipotalamus dan hipofisis kondisi ini diketahui sebagai secondary
hypothyroid. (William and wilkin.2011)
Hipotiroid pada orang dewasa :
1. Produksi yang tidak memadai dari hormone tiroid, biasanya
setelah

tiroidektomi

atau

terapi

radiasi

atau

karena

peradangan, tiroiditis autoimun kronis (penyakit Hashimoto)


atau kondisi seperti amiloidosis dan sarkoidosis (jarang).
2. Kegagalan hipofisis untuk menghasilkan thyroid stimulating
hormone (TSH), kegagalan hipotalamus untuk menghasilkan
thyrotropin releasing hormone (TRH).
3. Defisiensi yodium (biasanya makanan).
4. Penggunaan seperti obat antitiroid

seperti

propiltiourasil

(kowalak.2012)
Hipotiroid congenital
1. Perkembangan embriogenik yang mengalami defek (penyebab
paling

sering)

sehingga

timbul

kelainan

congenital

yaitu

kelenjar tiroid tidak dapat berkembang atau tidak terdapat


(kretinisme pada bayi)

2. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin


(penyebab

tersering

selanjutnya)

(disgenesistiroid

yang

berhubungan dengan mutasi gen pada PAX8 dan thyroid


transcription factor 1 (TITF1) dan 2 (FXOXE1) (Robert landenson,
2004)
3. Obat antitiroid

yang

digunakan

selama

kehamilan

dan

menyebabkan kretinisme pada bayi (jarang)


4. Defisiensi yodium saat kehamilan
Berikut adalah penyebab hipotiroid berdasarkan jenisnya :
a. Hipotiroidisme primer
Hashimoto thyroiditis adalah penyebab hipotiroid setelah

umur 8 tahun
Idiopatik myxedema (hipofungsi kelenjar tiroid)
Treatmen hiperparatiroid terdahulu (radioiodine therapy,

subtotal thyroidectomy)
Sub akut thyroiditis
Terapi radiasi pada leher
Kekurangan atau kelebihan iodine
Obat (litium, para aminosalicylate, fonamides)
Congenital (1 kasus per 4000 kelahiran)
Treatmeniodida yang berkepanjangan ( Fred, Ferri.2014)
b. Hipotiroidisme sekunder
Disfungsi hipofisis, postpartum nekrosis, neoplasma,
penyakit infiltrative menyebabkan defisiensi TSH (Fred,
Ferri.2014)
c. Hipotiroidisme tertier
Penyakit hipotalamus (granuloma neoplasma atau radiasi
menyebabkan kekurangan thyrotropin)(Fred, Ferri.2014)

2.3.

FAKTOR RISIKO HIPOTIROID


Menurut Elizabeth J Corwin (2009) Hipotiroidisme dapat terjadi

akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus. Apabila


hipotiroidisme disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH
yang rendah disebabkan oleh kadar TSH yang rendah. TRH dari
hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif pada
pelepasannya oleh TSH atau TH. Hipotiroidisme yang disebabkan

oleh hipotalamusmenyebabkan kadar TH, TSH dan TRH yang


rendah. Hipotiroidisme akibat pengobatan dapat terjadi setelah
terapi atau pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodin, atau
obat-obat seperti sitokin, amiodaron, dan litium.
Menurut Hans Tandra (2011) Penyakit tiroid bukan hanya
diderita pada usia dewasa, melainkan juga dapat diderita pada
anak walaupun prevalensinya masih sedikit. Penyebab hipotiroid
pada anak bisa bermacam-macam. Bisa karena cacat ketika berada
dalam kandungan ibunya, sehingga pertumbuhan kelenjar tiroidnya
tidak sempurna, dan bisa juga lantaran ibu yang menderita
hipotiroid. Di Negara berkembang, masalah kekurangan yodium
dapat berakibat hipotiroid pada anak.
2.4. EPIDEMIOLOGI HIPOTIROID
Insidensi hipotiroidisme bervariasi tergantung kepada factor
geografik dan lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan
asupan zat goitrogenik. Selain itu juga berperan factor genetic dan
distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh dunia penyebab
hipotiroidisme

terbanyak

adalah

akibat

kekurangan

iodium.

Sementara itu dinegara-negara dengan asupan iodium yang


mencukupi,

penyebab

tersering

adalah

tiroiditis

autoimun.

Didaerah endemik, prevalensi hipotiroidisme adalah 5 per 1000,


sedangkan prevalensi hipotiroidisme sub klinis sebesar 15 per
1000. Hipotiroidisme umumnya lebih sering dijumpai pada wanita,
dengan perbandingan angka kejadian hipotiroidisme primer di
Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per
1000 penduduk untuk pria (Soewondo P, dkk, 2008), (Vaidya
B,2008).
The Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III) yang melakukan survey pada 17.353 individu yang
mewakili

populasi

di

Amerika

Serikat

melaporkan

frekuensi

hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi (0,3% dengan klinis jelas


dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak ditemukan pada wanita dengan
ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks massa tubuh yang
rendah pada masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini
lebih tinggi pada ras kulit putih (5,1%) di bandingkan dengan ras

hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%). (Sumual AR,dkk, 2007)


(Bharaktiya S, 2007)
2.5. KLASIFIKASI HIPOTIROID
a. Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya:
1) Hipotiroidisme primer (tiroidal)
Hipotiroidisme primer (tiroidal) timbul akibat proses
patologis yang merusak kelenjar tiroid yang berakibat
penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid.
2) Hipotiroidisme sentral (hipotiroidime sekunder/pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak menghasilkan cukup
hormon perangsang tiroid (TRH) untuk merangsang
kelenjar

tiroid

untuk

menghasilkan

jumlah

hormon

tiroksin (TSH) yang cukup. Biasanya terjadi apabila


terdapat

tumor

di

kelenjar

hipofisis,

radiasi

atau

pembedahan yang menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi


dapat menghasilkan hormon yang cukup.
3) Hipotiroidisme tersier (hipotalamus)
Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan TRH yang
cukup.. Biasanya disebut juga disebut hypothalamicpituitary-axis hypothyroidism.
b. Klasifikasi hipotiroid menurut usia:
1) Kretinisme (Hipotiroidisme kongenital)
Adalah
defisiensi tiroid yang diderita sebelum atau
segera sesudah lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga
menderita

defisiensi

tiroid.

Hipotiroid

kongenital

disebabkan oleh agenesis atau disgenesis kelenjar tiroid


atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar
tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan
thyroid transcription factor 1 dan 2.
2) Hipotiroidisme juvenilis
Timbul sesudah usia 1 sampai 2 tahun
3) Hipotiroidisme miksedema (dewasa)
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan
supkutan

dan

miksedema

jaringan

terjadi

intersisial

pada

lainnya.

hipotiroidime

Meskipun

yang

sudah

berlangsung lama dan berat, istilah tersebut hanya dapat


digunakan

untuk

menyatakan

gejala

ekstrem

hipotiroidime yang berat.


c. Hipotiroid berdasarkan kadar TSH yaitu:
1) TSH < 5,5 IU/L normal
2) 5,5 IU/L TSH < 7 IU/L Hipotiroid ringan

pada

3) 7 IU/L TSH < 15 IU/L Hipotiroid sedang


Hipotiroid
4) TSH 15 IU/L Hipotiroid berat
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai
peninggian kadar TSH (TSH 5,5 IU/L) disertai adanya
symptom seperti fatigue, peningkatan BB, gangguan
siklus haid, konstipasi, tidak tahan dingin, rambut dan
2.6.

kuku rapuh.
PATOFISIOLOGI HIPOTIROID

(terlampir)
2.7.

MANIFESTASI KLINIS HIPOTIROID


Menurut Marton, 2008, manifestasi klinis yang ditimbulkan dari

hipoparatiroidisme, diantaranya :
1. Penurunan laju metabolisme basal (BMR)
2. Sensitivitas terhadap katekolamin menurun
3. Kadar kolesterol darah meningkat
4. Pada fungsi kardiovaskular terjadi penurunan curah jantung dan
bradikardi
5. Pada fungsi

gastrointestinal

mengalami

konstipasi

dan

penurunan nafsu makan


6. Pada fungsi respirasi mengalami hipoventilasi
7. Tonus otot dan reflek menurun
8. Intoleransi terhadap dingin
9. Penurunan keringat
10.Kulit dan rambut kasar
11.Berat badan meningkat.
12.Perilaku umum yang muncul pada penderita diantaranya
kemunduran mental dan fisik dan somnolen.
13.Gambar umum dari penderita diantaranya

suara

serak,

gangguan pertumbuhan pada anak-anak dan miksedamatosa.


Miksedamatosa keadaan penderita yang kekurangan total
fungsi

tiroid.

Penderita

digambarkan

dengan

longgarnya

jaringan dibawah mata dan pembengakakan wajah (Guyton,


1989)
Menurut

Price,

2005

manifestasi

yang

ditimbulkan

dari

hipotiroidisme diantaranya :
a. Pada dewasa dan bentuk juvenilis diantaranya mudah lelah,
suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang, kulit
dingin dan kering, wajah membengkak, gerak lambat (aktifitas

motoric lambat) dan intelektual lambat, dan releksasi lambat


dari

reflek

tendon

dalam.

Perempuan

yang

mengalami

hipotiroidisme sering mengeluh hipermenore.


b. Hipotiroidisme konginetal atau kretinidme mungkin sudah
timbul sejak lahir dan menimbulkan manifestasi yang jelas
selama beberapa bulan pertama setelah kelahiran. Manifestasi
dini kretinisme antara lain icterus, fisiologik yang menetap,
tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan sulit makan. Anak
juga menunjukan kesulitan dalam mencapai perkembangan
normal.

Anak

yang

menderita

hipotiroidisme

congenital

memperlihatkan tubuh yang pendek, profil kasar, lidah menjulur


keluar, hidung yang lebar dan rata, mata yang jaraknya jauh,
rambut

jarang,

kulit

kering,

perut

menonjol

dan

hernia

umbilicus. Pemeriksaan radiologi rangka menunjukan tulang


mengalami

keterlambatan

dalam

pertumbuhan,

sepifisis dan keterlambatan perkembangan gigi.


2.8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologi rangka
Pemeriksaan ini menunjukkan tulang yang

disgensi

mengalami

keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis epifisis, dan


perlambatan perkembangan gigi.
2. Rontgenografi
Retardasi perkembangan tulang

dapat

ditujukan

dengan

rontgenografi pada saat lahir pada sekitar 60% bayi hipotiroid


congenital dan menunjukkan beberapa kehilangan hormone
tiroid selama kehidupan intrauterine. Misalnya epifis femoris
distal, yang normalnya ada pada saat lahir, seringkali tidak ada.
Pada penderita yamg tidak diobati, ketidaksesuaian antara usia
kronologis

dan

perkembangan

tulang

bertambah.

Roentgenogram tengkorak menunjukkan fontanella besar dan


sutura lebar; tulang tengkorak menunjukkan fontanella besar
dan sutura lebar. Pembesaran jantung atau efusi pericardium
dapat ada.
3. Skitigrafi
Dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada
bayi dengan hipotiroidisme congenital, tetapi pengobatan tidak

boleh teralu lambat karena penelitian ini.

125

I-natrium yodida

lebih unggul daripada 99mTc-natrium pertehnat untuk tujuan ini.


4. Elektrokardiogram
Dapat menunjukkan gelombang P dan T voltase rendah dengan
amplitude kompleks QRS yang menurun dan menunjukkan
fungsi ventrikel kiri jelek dan adanya efusi pericardium.
5. Elektroensefalogram sering menunjukkan voltase yang rendah.
Pada anak di atas umur 2 tahun, kadar kolesterol serum
biasanya meningkat.
6. Pemeriksaan laboratorium
Tes-tes laboratorium yang

digunakan

untuk

emmastikan

hipotiroidisme antara lain:


a. Kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah
b. BMR yang rendah
c. Kelainan
laboratorium
lain
yang
ditemukan

pada

hipotiroidisme antara lain adalah anemia dan penigkatan


kolesterol, CPK,SGOT, dan LDH. Hipotiroidismeyang berat
berkaitan dengan hipoglikemia, hiponatremia, hipoksia, dan
hiperkapnea
d. Kadar TSH mungkin tinggi mungkin juga rendah tergantung
pada jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroisime primer kadar
TSH serum akan tinggi sedangkan kadar tiroksin rendah,
sebaliknya kedua pengukuran tersebut akan rendah pada
2.9

pasien dengan hipertiroidisme sekunder. (Price, 2005)


PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Hipotiroid pada dewasa, penanganan meliputi :
Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan
preparat sintetik T4 dan kadang-kadang dengan T3
(pasien yang berusia lanjut harus mendapat preparat T4
dengan

dosis

awal

yang

sangat

rendah

untuk

menghindari masalah pada jantung, kadar TSH dipakai


untuk

memandu

peningkatan

dosis

yang

dilakukan

secara bertahap)
Pembedahan eksisi, kemoterapi atau radiasi jika terdapat
tumor kelenjar tiroid

Pertimbangan khusus untuk menangani pasien hipotiroid pada


dewasa:

Berikan diet rendah kalori tinggi serat dan anjurkan aktivitas


untuk mengatasi konstipasi serta meningkatkan penurunan
berat badan. Berikan obat pencahar dan pelunak feses bila

diperlukan
Sesudah terapi

sulih

hormone

tiroid

dimulai,

awasi

kemungkinan timbul gejala hipertiroidisme, seperti kegelisahan,

dan penurunan berat badan yang berlebihan


Beritahu pasien agar melaporkan setiap
menunjukkan

peningkatan

berat

penyakit

tanda

yang

kardiovasakuler,

seperti nyeri dada dan takikardi


Untuk mencegah koma miksedema, beritahu pasien agar tetap
meneruskan pemakaian obat-obat tiroidnya sekalipun gejala

sudah berkurang
b. Hipertiroid pada Anak
Deteksi dini harus dilakukan untuk mencegah retardasi mental
yang ireversibel dan memungkinkan perkembangan fisik yang

normal. Penanganan meliputi:


Pemberian levotiroksin oral (Shynthroid), yang dimulai dengan
dosis sedang dan secara bertahap dinaikkan hingga mencapai
dosis yang cukup untuk rumatan seumur hidup (peningkatan
dosis yang cepat dapat menimbulkan tirotoksisitas); pasien
anak memerlukan dosis yang lebih tinggi menurut proporsi
tubuhnya jika dibandingkan pasien dewasa karena anak-anak
memetabolisasi hormone tiroid lebih cepat (bayi yang berusia
kurang dari satu tahun)
Pertimbangan
khusus

untuk

menangani

pasien

hipotiroid pada anak:


Selama penatalaksanaan dini kreatinisme infantilis, pantau
tekanan darah dan frekuensi denyut nadi, segera laporkan bila
terjadi hipertensi dan takikardi. Informasikan orang tua bahwa
bayi mereka memerlukan penanganan seumur hidup dengan
pemberian suplemen tiroid. Ajarkan mereka cara mengenali
tanda-tanda overdosis : frekuensi nadi cepat, bayi yang
menjadi rewel, demam, bayi berkeringat dan penurunan berat

badan
Untuk mencegah kreatinisme infantilis, tegaskan pentingnya
gizi yang memadai selama kehamilan, yang meliputi konsumsi

makanan yang kaya yodium dan pemakaian garam beryodium,


atau pada kasus yang harus dibatasi asupan garamnya,
pemberian suplemen yodium.
2.10 KOMPLIKASI
a. Penyakit jantung
Semakin bertambah usia, orang yang terserang penyakit
jantung lebih banyak. Hipotiroid menaikkan kolestrol darah.
Pasien hipotiroid mudah terkena darah tinggi, denyut jantung
lambat, dan pompa jantung melemah. Orang tua dengan
hipotiroid akan lebih mudah mengalami komplikasi gagal
jantung.
b. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa
yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Orang tua dengan hipotiroid yang tidak terobati dengan
baik,

lama-kelamaan

akan

mengalami

komplikasi

koma

miksedema. Komplikasi ini berat dan bisa berakibat fatal,


seperti suhu tubuh semakin dingin, denyut jantung sangat
lambat, sukar buang air kecil dan air besar, tubuh bengkak,
dan bahkan bisa tidak sadarkan diri. Suntikan hormon T4
sebaiknya segera diberikan. Kemampuan tubuh yang sudah
tua untuk mengubah T4 ke T3 juga menurun, sehingga bisa
dilakukan pemeberian T3 secara langsung (cytomel). Koma
miksedema ini bisa berakhir dengan gagal jantung dan
kematian.
Kelainan-kelainan lain yang dapat mendorong terjadinya
koma miksedema termasuk gagal jantung, edema paru, efusi
pleural atau peritoneal, ileus, kelebihan pemberian cairan, atau
pemberian obat sedatif atau narkotik pada pasien dengan
hipotiroid berat.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme)
Jika hipotiroid yang berat sudah terjadi sewaktu hidup
fetal, maka kita akan mendapatkan penderita yang cebol dan
mungkin imbisil (idiot, salah satu gangguan mental yang
disebabkan oleh kelainan genetik). Pada waktu lahir tidak

ditemukan kelainan, tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa


timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih
besar daripada biasanya. Pada waktu ini, kulit kasar dan
warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat
dan raut muka (ekspresi) seperti orang bodoh, sedangkan
hidungnya besar dan pesek, bibir tebal, mulut selalu terbuka
dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang
juga terlambat. Keadaan psikis berbeda-beda, biasanya antara
agak cerdas dan sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya.
Soewondo, P., Cahyanur, R. 2008. Hipotiroidisme dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium. Dalam : Penatalaksanaan Penyakit-Penyakit

Tiroid Bagi Dokter. Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FKUI/RSUPNCM. Jakarta :Interna publishing
William and wilkin.2011.Professional guide to pathophysiology third
edition. China :Lippincot William wilkin
Fred, ferri.2014.Ferris Clinical Advisor ED 1.United States:Elsevier
Kowalak dkk.2012. Buku Ajar Patofisiologi: Jakarta: EGC
Baughman, Diance C. 2000. Keperawatan Medikal-bedah: Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Ed.4. Jakarta: EGC
Gayton, Arthur C. 1989. BukuTeksFisiologiKedokteranEdisi 5, Bagian 2.
Jakarta : EGC Morton, Patricia G, dkk. 2011. KeperawatanKritis:
PendekatanAsuhanHolistikEdisi 8,Volume2. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson, dkk. 2005. PatofisiologiKonsepKlinis ProsesProses PenyakitEdisi 6, Volume 2.Jakarta : EGC.
Bharaktiya S, Orlander PR, Woodhouse WR, et al. Hypothyroidism. In:
eMedicineSpecialties. http://www.emedicine.com, last update oct
12, 2007.
Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguan akibat
kekurangan yodium. Dalam: Penatalaksanaan penyakit-penyakit
tiroid

bagi

dokter.

Departemen

ilmu

penyakit

dalam

FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21


Sumual AR, Langi Y. Hipotiroidisme. Dalam: Djokomoeljanto, editor.
Buku

ajar

tiroid

ologi

klinik.Badan

penerbit

Universitas

Diponegoro. Semarang. 2007. 295-317 4.


Vaidya B, Pearce Simon HS.Management of hypothyroidism in
adult.BMJ.2008; 337: 284-289.
Corwin, Elizabeth J. 2009.
EGC

Buku Saku Patofisiologi edisi 3. Jakarta :

Tandra, Hans. 2011. Mencegah dan Mengatasi penyakit Tiroid.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anwar,

Ruswana.

2005.

Fungsi

dan

Kelainan

Kelenjar

Tiroid.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/fungsi_da
n_kelainan_kelenjar.pdf diakses 14 september 2015

You might also like