Professional Documents
Culture Documents
a. Tariff Import
Konsep proteksi produk dalam negeri melalui pengenaan pajak import untuk melemahkan daya
saing produk-produk import di pasar domestik tidak selamanya berlaku, terutama untuk
produk-produk HHBK, khususnya di pasar-pasar negara maju, mengingat bahwa produk-produk
HHBK pada umumnya tidak dihasilkan atau dikumpulkan di negara-negara tersebut.
Pengumpulan dan pemrosesan HHBK merupakan kegiatan yang padat karya, dan di negaranegara maju upah buruh relatif lebih mahal disbanding di negara-negara berkembang.
Disamping itu, jenis pekerjaan pengumpulan dan pemrosesan HHBK biasanya merupakan
pekerjaan yang kotor, menyita waktu dan menuntut kesabaran. Sehingga seringkali
negara-negara maju cenderung untuk mengenakan pajak atau tariff import yang relatif rendah
atas import HHBK dari negara-negara berkembang, dengan maksud untuk menjaga
keberlangsungan suplai untuk kebutuhan pasar domestik mereka. Sebaliknya pajak import atas
HHBK yang diimport oleh negara-negara berkembang cenderung relatif lebih tinggi.
Kecenderungan ini dimaksudkan untuk proteksi produk-produk dalam negeri, disamping
dimaksudkan untuk memperoleh pemasukan bagi negara bersangkutan.
disebabkan oleh pemberlakuan kebijakan ini, hal tersebut masih dapat diterima mengingat
bahwa penetapannya didasarkan atas alas an untuk perlindungan kesehatan dan keamanan
warga negara. Untuk itu pihak supplier harus sepenuhnya menyadari bahwa produk yang
mereka eksport harus memenuhi persyaratan yang diminta negara pengimport.
b. Pengendalian untuk perlindungan species (species protection controls) melalui penerapan CITES
CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species) mengatur perdagangan
tanaman dan hewan. CITES menetapkan tiga daftar atau kategori yang dituangkan dalam tiga
Appendices. Appendix I mencantumkan daftar spesies, sub spesies dan populasi yang
dilarang untuk diekspor. Appendix II memuat daftar dari tanaman dan hewan yang
perdagangannya diatur dengan mensyaratkan ijin ekspor yang diterbitkan oleh pemerintah yang
berkompeten dan mempunyai kewenangan. Ijin eksport hanya diberikan apabila specimen yang
akan diekspor tidak melanggar hokum (legal) dan ekspor komoditi tersebut tidak akan
membahayan keberlangsungan eksistensi spesies tanaman atau hewan tersebut. Appendix III
berisi spesies yang menjadi subyek pengaturan di di negara tertentu.
c. Pemberlakuan standar mutu dan standar teknis (Quality and technical standards)
Pemenuhan standar mutu dan standar teknis yang ditetapkan oleh negara tujuan merupakan
salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam mengekspor HHBK. Perlu
diperhatikan bahwa untuk satu komoditi yang sama, standar atau kriteria mutu dan standar
teknis seringkali berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Khusus untuk produk-produk
makanan, kebersihan, aroma, warna dan cara pengemasan seringkali juga menjadi hambatan
yang menyulitkan dalam perdagangan, apabila hal tersebut tidak diperhatikan.
Negara-negara tertentu seringkali juga mensyaratkan pemenuhan terhadap ketetapan batas
ambang kandungan zat-zat berbahaya seperti pestisida, herbisida, dan sebagainya. Pada kasus
seperti ini, kesepakatan pembelian biasanya didasarkan pada analisa terhadap sample produk
yang dikirimkan ke negara pembeli. Pengujian biasanya dilaksanakan oleh di laboratorium yang
ditunjuk oleh oleh pihak pembeli.
d. Kebijakan dan Kendali oleh Pemerintah
Kontrol suatu pemerintah atas pengumpulan, pemrosesan, penetapan harga dan mekanisme
perdagangannya umum terjadi di negara-negara berkembang, dan cenderung untuk
menyebabkan penyimpangan (distortion) dan mempengaruhi perdagangan internasional HHBK.
Untuk itu perlu upaya untuk meminimalkan terjadinya campur tangan hal tersebut
sepanjang hal tersebut dimungkinkan, karena perdagangan sesuai mekanisme pasar yang
berlaku (market driven) oleh pihak swasta merupakan mekanisme perdagangan yang lebih
efektif.
Larangan Import dan Boikot
Perdagangan HHBK sejauh ini tidak pernah mengalami larangan import dan boikot, sebagaimana yang
terjadi terhadap perdagangan kayu, mengingat bahwa hampir semua pihak, termasuk para pemerhati
lingkungan, menilai bahwa dari sisi pandang secara ekonomi dan lingkungan, perdagangan HHBK akan
mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga mendukung program pembangunan berkelanjutan. Hal
ini justru dinilai sebagai salah satu solusi untuk menanggulangi permasalahan kerusakan hutan. Pada
gilirannya upaya-upaya pelestarian hutan berdampak baik kepada kesempatan dan prospek untuk
peningkatan perdagangan internasional HHBK (Disarikan dari: Trade Restrictions affecting international
trade in non-wood forest products. Non-Wood Forest Products 8. FAO. 1995)