Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 2
030.05.172
Putri Melati
030.07.062
030.07.212
Regina Fristasari
030.07.012
Ahmad Musa
030.08.022
Anastasia Carolin
030.08.042
Arista Sthavira
030.08.052
Azhari Ganesha
030.08.072
Cynthia Karamina E.
030.08.102
Ferdy
030.08.132
Julia Mutiarani
030.08.142
Laura Estelia
030.08.162
Mila Widyastuti
030.08.182
Noer Kamila
030.08.192
Prajnya Paramitha N.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada diskusi dengan topik Seorang laki-laki yang mengeluh sering merasa
kesemutan yang dilaksanakan dua sesi. Sesi pertama pada hari Selasa, 15 Maret 2011 dan
sesi kedua pada hari Kamis, 17 maret 2011. Jumlah peserta lengkap sesuai dengan jumlah
pada daftar anggota yaitu 14 orang. Diskusi berlangsung dengan dr. Victor sebagai tutor,
ketua diskusi Ahmad Musa dan Noer Kamila sebagai sekretaris. Diskusi berjalan dengan
baik. Para peserta diskusi bersikap kondusif dalam memberikan pendapatnya berdasarkan
referensi yang mereka miliki.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama
: Tn. Hadi
Umur
: 42 tahun
Keluhan tambahan :
-
Cepat lelah
Nyeri di pangkal ibu jari kaki kiri sejak 3 hari lalu, tapi sudah membaik.
Pemeriksaan fisik :
Data antropometri
TB : 160 cm
BB : 85 kg
BMI : 85/(1,6)2 = 33,2
(menurut WHO : Obese kelas 1, Asia Pasifik : Obese kelas 2)
Tanda vital
TD
Nadi
Pernafasan
: 24x/menit
Takipnoe
GDS
: 210mg/dl
Hiperglikemi
Status generalisata
3
Mata : kelopak mata atas kiri tampak benjolan kekuningan sebesar kacang hijau
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelainan getah bening leher.
Thorax : tidak ada kelainan pada pemeriksaan jantung dan paru.
Abdomen :
- nyeri tekan (-)
normal
- bising usus
normal
Nilai normal
Hasil pemeriksaan
Interpretasi
DARAH
Hb
13 16 g %
11,5 g%
Anemia
Lekosit
5000 10000/mm3
6200/mm3
Normal
Trombosit
150000 400000
212000
Normal
LED
0 10 mm/jam
45 mm/jam
Meningkat
SGOT
5 40 u/L
78 u/L
Meningkat
SGPT
5 41u/L
86 u/L
Meningkat
GD puasa
145mg/dl
Hiperglikemi
HBA1C
8%
Meningkat
DM terkontrol: <7%
DM tak terkontrol:>8%
LIPID DARAH
Kolesterol total
< 200mg/dl
292mg/dl
Meningkat
Trigliserida
<150mg/dl
270mg/dl
Meningkat
4
Kolesterol HDL
>55 mg/dl
35mg/dl
Rendah
FAAL GINJAL
Ureum
15-40 mg/dl
40mg/dl
Normal
Kreatinin
0,5-1,5mg/dl
1,5mg/dl
Normal
Asam urat
3,4 7,0mg/ dl
8,5 mg/dl
Meningkat
URINALISA
BJ
1005 1030
1015
Normal
pH
4,5-8,0
Normal
Protein
Negatif
+1
Proteinuria
Glukosa
Negatif
(-)
Normal
Sedimen eritrosit
0-1/LPB
5 6/ LPB
Meningkat
Sedimen lekosit
0-3/LPB
10 25/ LPB
Meningkat
Daftar masalah
Obese grade II
Dasar masalah
TB :160 cm ; BB :85 kg
Hipotesis penyebab
Jarang berolahraga
BMI : 33,2
Lingkar perut 114 cm
2.
Hipertensi grade II
TD : 145/100 mHg
Keturunan
3.
Hiperglikemi
Resistensi insulin
GD puasa 145mg/dl
4.
Xanthelasma
Benjolan kuning
sebesar kacang hijau di
kelopak mata atas kiri
Penimbunan lemak
jaringan subkutis
Daftar masalah
Hepatomegali
Dasar masalah
Hipotesis
di
2.
Arthritis Gout
Hiperurisemia
Asam urat:8,5mg/dl
3.
Anemia
Hb : 11,5 g%
Defisiensi Fe
4.
Peningkatan LED
LED 45mm/jam
Penyakit kronis
5.
SGOT 78 u/L
SGPT 86 u/L
6.
Dislipidemia
kolesterol total, TG
serta HDL
Komplikasi DM
Skema(6)
2) Hipertensi grade II (JNC VII) (1), karena tekanan darahnya 145/100 mmHg
3) Hiperglikemia, karena gula darah sewaktu 210 mg/dl dan puasa 145 mg/dl
4) Xanthelasma, karena ada benjolan kuning sebesar kacang hijau pada kelopak mata atas kiri
5) Hepatomegali, karena hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae serta SGOT,SGPT
6) Arthritis gout, karena sendi metatarsal I kiri bengkak, kadar asam urat 8,5 mg/dl ()
7) Anemia, karena kadar Hb 11,5 g% ()
8) Dislipidemia, karena kadar kolestrol total dan LDL , HDL
9) Diabetes Melitus, karena HBA1C 8%-->kadar gula darah tak terkontrol 3 bulan terakhir,
kadar gula darah puasa 145 mg/dl, pasien sering kesemutan, faktor risiko obese
Penatalaksanaan: (1)
Hipertensi
7
Simtomatik
Kausatif
: ACE-I
Diet
: rendah garam
Anjuran
Dislipidemia
Kausatif
Diet
Anjuran
Kausatif
Diet
Anjuran
Artritis Gout
Simtomatik
: analgesik, NSAID
Kausatif
Anjuran
Prognosis
Ad Vitam
: dubia ad bonam
Ad Fungsionam
: dubia ad malam
Ad Sanasionam
: dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
8
DIABETES MELITUS(4, 5)
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
2. Klasifikasi
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus
1. Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut) :
a. Proses imunologik
b. Idiopatik
2. Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan sekresi insulin bersama
resistensi insulin).
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta:
-
DNA mitokondria
Pankreatitis
-Cystik fibrosis
Trauma/pankreatektomi
-Hemochromatosis
Neoplasma
d. Endokrinopati
-
Akromegali
Feokromositoma
Sindrom Cushing
Hipertiroidisme
9
f. Infeksi
-
3. Etiologi
Etiologi dari DM dapat tejadi karena berbagai aspek seperti disebabkan oleh
munculnya fenomena autoimunitas, yang disebabkan oleh adanya mutasi akibat insersi virus
variola, coxsackie B4, rubela ataupun paparan zat kimia yang bersifat sitotoksik
nitrofenilurea atau sianida dari singkong basi, hal ini yang terjadi pada DM type I. Pada DM
type II terjadi kelainan genetik pada kromosom 7, 12 & 20 yang menyebabkan insufisiensi
enzim glukokinase dan penurunan ekspresi gen hepatocyt nuclear factor 1 alpha dan 4 alpha
yang dapat menghambat sintesa proinsulin.
4. Patofisiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I ( IDDM )
DM tipe I ( IDDM ) atau DM bergantung insulin, biasanya disebabkan oleh
munculnya fenomena autoimunitas, dimana telah terjadi molecular mimicry dari selsel beta pankreas (langerhans) yang disebabkan oleh adanya mutasi akibat insersi
virus variola, coxsackie B4, rubella ataupun paparan zat kimiawi yang bersifat
sitotoksik nitrofenilurea, atau sianida dari singkong basi. Mutasi yang tejadi pada
genom sel beta langerhans di pankreas akan menyebabkan terjadinya kelainan
ekspresi protein yang disandi oleh gen-gen yang terletak di kromosom 6 baik lengan
panjang maupun di sentromer. Pada lengan p atau panjang terdapat gen-gen yang
menyandi HLA A, B8 dan B18 serta Cw3 sedangkan pada sentromer disandi HLA
DR3 dan DR4. Pada IDDM terjadi defisiensi insulin yang berat, sehingga penderita
memerlukan terapi insulin untuk menghindari terjadinya ketoasidosis.
2. Diabetes Mellitus tipe II ( NIDDM )
10
Pada DM tipe II ( NIDDM ) atau DM tidak bergantung insulin, paling sedikit ada
dua kondisi patologis. Pertama, adanya penurunan kemampuan insulin untuk
berfungsi pada jaringan perifer untuk menstimulasi metabolisme glukosa dan
menghambat pengeluaran glukosa dari hati, suatu keadaan yang dinamakan resistensi
insulin. Obesitas menyebabkan resistensi insulin dan obesitas merupakan faktor resiko
utama terjadinya NIDDM. Kedua, ketidak mampuan kelenjar endokrin dipankreas
untuk mengkompensasi secara penuh penanganan resistensi insulin ini (defisiensi
insulin relatif ).
Pada DM tipe II didapat kelainan kromosomal 7, 12, 20, dimana kelainan
kromosomal 7 mengakibatkan terjadinya insufisiensi enzim glukokinase sehingga
terjadi hambatan pada proses stimulasi sel beta langerhans di pankreas. Kelainan
kromosom 12 dan 20 berdampak pada terjadinya penurunan ekspresi gen hepatocyt
nuclear factor 1a dan 4a akan mengakibatkan terjadinya hambatan fosforilasi dan
kaskade kinase di sel langerhans yang akhirnya akan menghambat sintesa
proinsulin.
Perbedaan antara DM tipe 1 dengan DM tipe 2
Tabel 1. Perbandingan antara DM tipe 1 dengan DM tipe 2
DM tipe 1
DM tipe 2
Nama Lama
DM Juvenil
DM dewasa
Umur (th)
Keadaan
Klinik
saat diagnosis
Berat
Ringan
Kadar Insulin
Berat Badan
Biasanya kurus
Pengobatan
5. Gejala Klinis
Gejala khas
-
Poliuri
- Polifagi
Polidipsi
Kesemutan
- Penglihatan kabur
Keputihan
- Cepat lelah
6. Diagnosis
I. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menyaring pasien DM, TGT (toleransi glukosa
terganggu), dan GDPT (glukosa darah puasa terganggu), sehingga kemudian dapat ditentukan
langkah yang tepat untuk mereka. Peran aktif para pengelola kesehatan sangat diperlukan
agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan sekunder dapat segera
diterapkan. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor
risiko untuk DM, yaitu:
12
Adanya TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT ini
risiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi daripada kelompok normal. TGT sering berkaitan
dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi dan dislipidemia.
Tabel 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
< 110
110 - 199
200
Plasma vena
darah kapiler
< 90
90 199
200
< 110
110 - 125
126
< 90
90 109
110
glukosa
darah
puasa
(plasma
vena)
126
mg/dl
Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir atau
3. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada
TTGO
7. Tata Laksana
1. Edukasi
2. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak
60 70 %
2) Protein sebanyak
10 15 %
3) Lemak sebanyak
20 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai
rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan:
1)
2)
3)
4)
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah
untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi
(gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam
beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak
20%
30%
25%
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (imt 2730) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea
b. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
dinaikkan perlahan lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak
tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.
8. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk
menderita DM. Pencegahan primer ini harus dikenal faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut.
Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya pencegahan primer. Masyarakat
luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya harus
diikutsertakan. Demikian pula pemerintah melalui semua jajaran terkait seperti
Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan perlu
memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan
pendidikan kesehatan.
b. Pencegahan Sekunder
Maksud pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak
awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan penyaring, namun
kegiatan tersebut memerlukan biaya besar. Memberikan pengobatan penyakit sejak
awal berarti mengelola DM dengan baik agar tidak timbul penyulit lanjut DM.
c. Pencegahan Tersier
16
9. Komplikasi
GOUT(3)
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari
artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang
terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia).
Penyakit ini paling sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan menyebabkan suatu
keadaan yang disebut podagra; tetapi penyakit ini juga sering menyerang pergelangan kaki,
lutut,pergelangan_tangan_dan_sikut.
Serangan pertama biasanya hanya mengenai satu sendi dan berlangsung selama beberapa
17
hari. Gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi. Tetapi jika
penyakit ini semakin memburuk, maka serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih
lama, lebih sering terjadi dan mengenai beberapa sendi. Sendi yang terkena bisa mengalami
kerusakan_yang_permanen.
DIAGNOSA
Diagnosis seringkali ditegakkan bedasarkan gejalanya yang khas dan hasil pemeriksan
terhadap_sendi.
Ditemukannya kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan memperkuat diagnosis.
Tetapi pada suatu serangan akut, kadar asam urat seringkali normal.
Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi dibawah mikroskop khusus akan tampak
kristal_urat_yang_berbentuk_seperti_jarum.
PENGOBATAN
Langkah
pertama
untuk
mengurangi
nyeri
adalah
mengendalikan
peradangan.
Saat ini obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen dan indometasin) lebih banyak
digunakan daripada kolkisin dan sangat efektif mengurangi nyeri dan pembengkakan sendi.
Kadang diberikan kortikosteroid (misalnya prednison).Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi,
suatu larutan kristal kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi. Pengobatan ini
sangat efektif untuk mengakhiri peradangan yang disebabkan oleh kristal urat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Kesimpulan
19
Kelompok kami menarik kesimpulan bahwa pasien tersebut menderita obesitas yang
berakibat
munculnya
penyakit-penyakit
lainnya
seperti
hipertensi,
hiperglikemia,
20