Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Dr. Mulyana Surya Atmaja, S.Pd,, M.Pd.
(i)
KATA PENGANTAR
Ajarilah anakmu dengan ilmu yang sesuai dengan zamannya, karena ia akan
hidup di zaman yang berbeda dengan dirimu. (Ali Bin Abu Tholib). Pernyataan kata bijak
di atas menegaskan dengan jelas bahwa kreativitas sangat dituntut untuk terus
dikembangkan dari waktu ke waktu sebagai bentuk penyeimbang dalam mengantisipasi
perkembangan zaman khususnya perkembangan di dunia pendidikan yang sangat pesat.
Guru dituntut untuk terus berinovasi dalam bidang keprofesian untuk memberikan
kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang dan mudah dipelajari oleh peserta didik
walau dalam keadaan serba terbatas misalnya dalam hal keberadaan media
pembelajaran.
Ucapan terima kasih banyak kepada Bupati dan Kepala Disdikpora Kabupaten
Karawang, Kepala dan Komite SMPN 2 Rawamerta. Para Pengawas Pembina, Teman
Sejawat di MGMP IPA Komisariat Telagasari Karawang serta semua rekan-rekan guru
dan TU di SMPN 2 Rawamerta Karawang yang telah mendukung dan memberikan
kesempatan serta membantu penulis dalam menyiapkan segala keperluan administratif
dan teknis lainnya sehingga dapat mengikuti ajang Simposium Guru Tahun 2015.
Semoga semua bantuan semuanya dijadikan sebagai suatu amal baik oleh Alloh SWT.
Mulyana SA
ABSTRAK
Mulyana Surya Atmaja, Metode Perkawinan Masal Cara Praktis Memahami dan
Meningkatkan Ketuntasan Belajar pada Materi Pewarisan Sifat pada Manusia. Karya Tulis
Ilmiah, Simposium Guru 2015.
Keterbatasan media pembelajaran dapat disiasati dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan barang bekas yang
murah dan mudah didapat. Media dari
alat dan bahan sederhana seringkali
menarik dan menantang karena dapat
merangsang kreativitas guru dalam
mengembangkannya dan peserta didik
dalam menggunakannya.
Kombinasi media pembelajaran
dan metode pembelajaran yang tepat
dapat meningkatkan proses pemahaman
dan ketuntasan belajar peserta didik
serta kondusivitas belajar. Hal ini terbukti
dari hasil pengamatan yang dilakukan
observer bahwa berdasarkan data chek
list di atas proses pembelajaran memilki
kecenderungan
sesuai
dengan
perencanaan yang telah ditentukan.
Kegiatan yang luput dilakukan guru
semata-mata sebagai tahap adaptasi
guru
dalam
memulai
proses
pembelajaran dan diperbaiki pada
kegiatan pembelajaran berikutnya.
Hasil jajak pendapat terhadap
peserta didik melalui angket tentang
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan metode kawin masal
setelah
diinterprestasikan
ternyata
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Rerata Perolehan Nilai Harian Peserta Didik Pada Materi Pewarisan Sifat ..........1
Tabel 2: Rerata dan Ketuntasan Hasil Belajar Kelas IX A SMPN 2 Rawamerta Karawang
......................................................................................................................................17
DAFTAR GAMBAR/FOTO
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi pembelajaran mengenai penurunan sifat sangat berguna dalam hal
penemuan dan penyediaan bibit unggul. Namun demikian dalam kaitannya dengan
perihal hereditas atau penurunan sifat pada manusia, materi pembelajaran ini mampu
memberikan referensi informasi yang bermanfaat bagi peserta didik untuk menghindari
berbagai permasalahan tentang penurunan sifat dan atau memecahkan berbagai
permasalahan sosialnya dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pertalian
darah (silsilah keluarga), misalnya saja pada penyakit menurun pada manusia yang
mempunyai ciri-ciri:1. Pada umumnya tidak dapat disembuhkan; 2. Dikendalikan oleh gen,
sehingga tidak menular; 3. Biasanya akan muncul dalam keadaan homozigot resesif; 4.
Individu dalam keadaan heterozigot pada umumnya tidak mengalami kelainan tetapi
bersifat carrier; 5. Dapat diusahakan agar terhindar.
Kondisi riil dalam proses pembelajaran sehari-hari di sekolah, materi ini
merupakan salah satu materi yang sangat menarik dan menantang bagi peserta didik
tetapi kadang peserta didik lebih cenderung memahami secara teoritis dan kesulitan saat
mengaplikasikannya. Hal ini terlihat dari saat konsep-konsep pewarisan sifat dipadukan
dengan perhitungan matematis yang dikenal dengan istilah biometri, peserta didik banyak
mengalami kesulitan dalam menghitung berbagai besarnya kemungkinan yang akan
muncul akibat dari perkawinan silang baik pada persilangan monohibrida (satu sifat
beda), dihibrida (dua sifat beda) atau persilangan lainnya yang lebih dari dua sifat beda.
Sebagai gambaran hasil ketuntasan belajar materi pewarisan sifat peserta didik
kelas IX pada SMP Negeri 2 Rawamerta (SMP Durama) terlihat pada rerata perolehan
nilai harian berikut ini:
Tabel 1: Rerata Perolehan Nilai Harian Peserta Didik Pada Materi Pewarisan Sifat
Rombongan Belajar Kelas:
A
Kelas
5,45
28%
4,45
17%
4,25
15%
4,25
13%
5,15
20%
5,00
21%
Nilai Rerata
Ketuntasan
Berdasarkan tabel nilai harian untuk materi pewarisan sifat di atas, tampak hasilnya di
bawah rerata ideal baik pencapaian secara individual maupun klasikal. Melalui kegiatan
refleksi setelah proses pembelajaran, berdasarkan masukan peserta didik diketahui ada
dua permasalahan utama yang menyebabkannya, yakni: 1) materi pewarisan sifat
cenderung bersifat teoritis karena banyak istilah asing dan proses pembuktian
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana respon peserta didik kelas IX A SMP Negeri 2 Rawamerta Kabupaten
Karawang tahun pelajaran 2014/2015 terhadap metode perkawinan masal sebagai
cara praktis memahami dan meningkatkan ketuntasan belajar pada materi pewarisan
sifat pada manusia?
2. Apakah penggunaan metode perkawinan masal dapat meningkatkan pemahaman dan
ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas IX A SMP Negeri 2 Rawamerta
Kabupaten Karawang tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pewarisan sifat pada
manusia?
C. Tujuan
Tujuan penelitian difokuskan pada hal-hal sebagai berikut :
1.
2.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah:
1. Bagi Peserta didik
a. Peserta didik akan lebih aktif, kritis, aplikatif dan dapat bekerja sama dalam
pembelajaran IPA.
b. Peserta didik dapat meningkatkan perolehan hasil belajar yang lebih baik dan
berkualitas.
2. Bagi Guru
a. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran;
b. Menginspirasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran;
c. Membangun budaya belajar sepanjang hayat, kreatif, dan inovatif;
d. Mempublikasikan pengalaman terbaik dari hasil inovasi pembelajaran di tempat
tugas.
e. Memotivasi guru dalam berkarier melalui karya inovasi pembelajaran.
f. Memacu guru untuk membuat media pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar
3. Bagi Sekolah
a. Memicu dan memacu rekan sejawat dalam menerapkan pembelajaran aktif, kreatif,
inovatif dan menyenangkan secara nyata dan terstruktur yang pada akhirnya akan
mewujudkan kondusifitas lingkungan belajar dan menjadikan sekolah sebagai suatu
lembaga yang dapat memberikan pelayanan prima yang lebih berkualitas bagi
peserta didik dan warganya.
b. Menjadi referensi penelitian lebih lanjut dalam menciptakan berbagai inovasi
pembelajaran yang lebih baik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Inovasi Pembelajaran
Teori inovasi dalam organisasi pendidikan biasanya diterapkan dalam bentuk
Team USAID, Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II, (Bandung. USAID, 2014), hal. 25
metode/alat baru c) memperbaiki sesuatu yang sudah ada, dan d) melakukan sesuatu
dengan cara baru.
2.
keinginan yang tidak perlu disertai perangsang dari luar. Motif dapat pula diartikan
sebagai daya penggerak yang telah aktif.
belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; 2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar
dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan
masalah; 3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki
seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang
dan kejadian; 4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5)
keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta
memprestasikan konsep dan lambang.6
4. Media Pembelajaran
Media dari alat dan bahan sederhana seringkali menarik dan menantang
karena dapat merangsang kreativitas guru dalam mengembangkan dan peserta didik
dalam menggunakannya. 7 Penggunaan media pembelajaran harus pula memenuhi
prinsip-prinsip tertentu seperti yang dinyatakan oleh Nana Sudjana adalah: 1)
Menentukan jenis media dengan dengan tepat; artinya, sebaiknya guru memilih terlebih
dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan
diajarkan. 2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu
diperhitungkan
apakah
penggunaan
media
itu
sesuai
dengan
tingkat
Ibid.
Paket Modul DBE-3, Pengajaran Profesional Dan Pembelajaran Bermakna Paket Pelatihan 3, Unit 2, (Bandung: USAID:
2009), hal. 2
8
Op. Cit. Nana Sudjana, h. 104.
7
Paket Modul DBE-3, Pengajaran Profesional Dan Pembelajaran Bermakna Paket Pelatihan 2, Unit 3, (Bandung: USAID,
2005), hal. 79.
7. Pewarisan Sifat
Hereditas adalah sebuah istilah mengenai penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya, sebuah cabang ilmu biologi yang dikenal dengan istilah genetika yang
dipelopori oleh seorang ilmuwan Austria bernama Gregor Johann Mendel ( 1822-1884).
Materi genetis terdapat pada setiap sel. Materi genetis tersebut terdapat dalam inti sel
(nukleus) pada bagian kromosom yang mengandung gen. Gen terdiri dari senyawa kimia
tertentu yang menentukan sifat individu. Gen terdapat dalam locus tertentu yang khas di
dalam kromosom berbentuk deretan linear secara teratur lurus beraturan. Untuk
memudahkan pemahaman mengenai gen yang menentukan sifat-sifat dari suatu individu,
biasanya diberi simbol huruf pertama dari suatu sifat. Gen dominan (yang mengalahkan
gen lain) dinyatakan dengan huruf besar dan gen resesif (gen yang dikalahkan gen lain)
dinyatakan dengan huruf kecil.10
Semua organisme memiliki jumlah kromosom tertentu. Organisme tingkat tinggi,
sel tubuhnya mengandung dua perangkat kromosom yang berasal dari kedua induknya.
Jumlah kromosom sel tubuh disebut diploid (2n) sedangkan kromosom dalam sel kelamin
dinamakan haploid (n) karena memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom sel
tubuh. Contoh jenis perkawinan silang yang dipelajari di tingkat SMP adalah persilangan
monohibrid (persilangan dua individu dengan satu sifat beda) dan dihibrida (persilangan
dua individu dengan dua sifat beda) yang keduanya (monohibrid atau dihibrida) bisa
memiliki dominasi penuh atau dominasi tidak penuh (intermediet). Berikut contoh-contoh
persilangan:
HUKUM MENDEL I: (Hukum pemisahan gen yang sealel) yang menyatakan:
Selam meiosis, terjadi pemisahan pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet
memperoleh satu gen dari alelnya.
HUKUM MENDEL II: (Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas), yang menyatakan:
b. Setiap gen dapat berpasangan secara bebas denga gen lain membentul alela
c. Keturunan pertama menunjukan sifat fenotipe dominan
d. Keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan
tertentu, misalnya persilangan monohibrid 3:1 dan pada persilangan dihibrid 9:3:3:1.
10
Sukis Wiyono dan Yani Muharomah, Mar Belajar Ilmu Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu untuk kelas IX
SMP/MTs, Depdiknas, (Surakarta; CV. Putra Nugraha: 2008), hh. 73-79.
dalam
kehidupan
sehari-hari
untuk
mempertimbangkan
atau
memprediksikan dan bahkan menghindari hal-hal negatif yang akan terjadi akibat faktorfaktor keturunan secara ilmiah dan bijaksana.
10
BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
A. Ide Dasar
Fenomena penurunan sifat pada manusia memerlukan waktu lama oleh
karenanya cara simulasi menjadi cara yang lebih kongkrit dan ilmiah. Simulasi
perkawinan masal pada proses pembelajaran pewarisan sifat dapat menjadi sebuah
metode
praktis
untuk
melibatkan
peserta
didik
secara
aktif,
menantang
dan
10
11
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan
mengumpulkan Informasi/ bereksperimen mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan mengasosiasikan/mengolah
informasi mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan
prosedur
dan
kemampuan
berpikir
induktif
serta
deduktif
dalam
1.
Kegiatan Kesatu
a. Perencanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan kawin masal pada materi pewarisan diawali dengan cara
menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang Standar Kompetensi:
Memahami
kelangsungan
hidup
makhluk
hidup
dengan
Kompetensi
Dasar:
Mendeskripsikan pewarisan sifat pada makhluk hidup yang disusun sedemikian rupa agar
proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, menyiapkan LKP (Lembar kerja
peserta didik), menyiapkan lembar pengamatan dan
mengkoordinasikan media
Team USAID PRIORITAS, Praktik yang Baik di SMP dan MTs, Modul II, (Bandung: USAID, 2014), hal. 53.
12
monohibrida dan dihibrida serta mulai mengaitkan dengan peristiwa pewarisan sifat yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ciri fisik seseorang, sifat dan kharakternya
dengan mengaplikasikan pola pewarisan sifat yang telah dipelajari sebelumnya. Melalui
pengaitan pola pewarisan yang dikemas sedemikian rupa (misalnya dalam soal cerita
sederhana) akan memberikan informasi secara tidak langsung kepada peserta didik
mengenai hal-hal yang harus dihindari ataupun tetap dijalani dengan konsekuensi tertentu
yang harus ditanggung. Pada bagian penegasan di akhir peserta didik diberikan
keleluasaan memilih secara bijak akan hal-hal negatif penurunan sifat yang mungkin
kelak akan dihadapinya.
13
d. Refleksi
Diskusi dengan kolaborator mengenai proses pembelajaran yang telah
dilangsungkan dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran
berikutnya. Pada kegiatan kesatu ini peserta didik masih kebingungan dengan istilah
asing dan masih belum memahami tentang arti lambang yang digunakan. Peserta didik
mulai tertarik ketika mulai melakukan praktikum sederhana mengenai monohibrida dan
dihibrida. Istilah-itilah asing yang dianggap rumit dengan sendirinya terfahami. Pada
kegiatan ini peserta didik sudah mulai mengajukan berbagai pertanyaan mengenai ciriciri fisik apakah yang diturunkan?. Proses pembelajaran ditutup dengan pemberian
pekerjaan rumah (PR) secara individual untuk memberikan masing-masing tiga penyakit
keturunan dan mencoba mengerjakan pola perkawinan monohibrida dan dihibrida tingkat
lanjut (LKP 3 monohibrida dan LKP 3 dihibrida). Pada kegiatan ini peserta didik fokus
pada kegiatan perkawinan silang dan belum mempresentasikan kegiatannya karena
terlalu asyik dan waktu tidak mencukupi.
Berdasarkan hasil refleksi direncanakan bahwa pada kegiatan kedua proses
pembelajaran didesain ulang dengan perencanaan sebagai berikut:
Guru harus mengingatkan ulang tentang istilah penting dan langkah-langkah
perkawinan silang.
Pembelajaran out door tetap dipertahankan karena memberikan keleluasaan
bergerak.
Guru memandu dan memfasilitasi peserta didik dalam kelompok serta memotivasi
peserta didik untuk berlomba mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kegiatan Kedua
a. Perencanaan Kegiatan
Perbaikan untuk proses kegiatan pembelajaran kedua didasarkan atas hasil
refleksi pada kegiatan kesatu dan ditambah dengan hasil diskusi antara guru dan
kolaborator, sedangkan tahapan proses tetap dilakukan seperti tahapan sebelumnya.
Perbaikan RPP dilakukan pada rancangan kegiatan inti, agar kegiatan kedua dapat
difokuskan agar peserta didik terlibat lebih aktif baik secara individual maupun kelompok.
Guru menyiapkan pula LKP, Lembar pengamatan kolaborator dan media pembelajaran
serta media untuk mendokumentasikan kegiatan kedua. Sebelum memulai proses
pembelajaran guru mengakomodasi jawaban PR peserta didik mengenai jenis-jenis
penyakit menurun dan mengumpulkan tugas perkawinan silang per kelompok dan
mengambil secara acak perwakilan tiap kelompok untuk diberi komentar dan dibahas
14
sekilas, sebagai tahapan apersepsi dan penyegaran memori peserta didik sebelum
melanjutkan pembelajaran mengenai materi pewarisan sifat pada manusia.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Setelah melakukan apersepsi dan membahas sekilas PR peserta didik, guru
menyiapkan LKP 2. Yaitu LKP yang memandu peserta didik untuk melakukan kegiatan
persilangan dengan teknik kawin masal secara bertahap untuk perlakuan genotif paretal
heterozygot pada kasus monohibrida DR (dominan-resesif) dan dilanjutkan pada kasus
dihibrida DR (dominan-resesif). Guru memfasilitasi peserta didik untuk menuliskan data
hasil praktikum monohibrida dan dihibridanya dalam tabel Rekapitulasi Data Hasil
Praktikum Kawin Masal (lihat lampiran).
Setelah data didapat secara lengkap, guru memandu presentasi peserta didik
perwakilan pola perkawinan Monohibrida DR dan Dihibrida DR. Guru memandu diskusi
mengenai hasil praktikum dengan metode kawin masal yang dikaitkan dengan penyakit
menurun pada manusia. Peserta didik diberi kesempatan secara individual untuk
mengungkapkan sikapnya mengenai kemungkinan yang akan terjadi dan mencoba
memberikan solusinya secara bijak. Di akhir proses pembelajaran peserta didik diberi
tugas kelompok yang dikerjakan di rumah untu membahas Tabel 5, jika dalam
persilangan yang dilakukan bukan peristiwa dominan-resesif akan tetapi intermediet,
yakni perpaduan sifat yang sama kuat.
15
pelaksanaan juga bertindak memberikan saran dan masukan untuk proses selanjutnya
yang lebh baik.
d. Refleksi
Hasil
diskusi
bersama
kolaborator
menunjukan
perkembangan
yang
menggembirakan karena peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode kawin
masal membuat peserta didik terpacu untuk mencoba melakukannya secara mandiri
dalam kelompok. Peserta didik dapat merasakan mengawinkan/menyilangkan secara
acak, membaca dan mengelompokan berdasarkan genotif dan fenotif tertentu dan
menemukan
pola
perbandingan
perkawinan
silang
secara
nyata
yaitu
angka
perbandingan yang besarannya berupa kisaran yang mendekati. Peserta didik terpacu
untuk menyelesaikan praktikum secara cepat dan akurat karena tertantang untuk
memecahkan permasalahan perkawinan silang dengan sifat beda yang lebih dari satu.
Untuk peserta didik yang termasuk kategori slow learner diberi kesempatan bersama
teman-teman setahapnya untuk belajar lebih seksama setelah pulang sekolah dengan
dibimbing
tutor
sebaya
agar
proses
pembelajaran
berlangsung
lebih
pribadi,
peserta
didik
dapat
mandiri
dalam
menyelesaikan
berbagai
permasalahannya.
Peserta didik dapat menganalisis berbagai kemungkinan hasil perkawinan secara
logis berdasarkan perhitungan matematis.
Peserta didik dapat menganalisa dan mengkomunikasikan hasil praktikumnya dengan
baik dalam bentuk laporan singkat atau jurnal.
Guru harus menjelaskan mengenai fenomena intermediet dalam perkawinan silang.
2.
Kegiatan Ketiga
a. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan diawali dengan pengayaan RPP pada kegiatan inti pembelajaran
yang difokuskan agar peserta didik mampu bekerja individual dalam suatu kelompok.
Guru menyiapkan pula LKP, Lembar pengamatan kolaborator dan media pembelajaran
serta media untuk mendokumentasikan kegiatan ketiga. Sebelum memulai pembelajaran
guru memberikan kuisioner/angket jajak pendapat mengenai proses pembelajaran materi
16
pewarisan sifat dengan menggunakan metode kawin masal. Guru menggunakan data
pada tabel 5 untuk menjelaskan mengenai fenomena intermediet dalam persilangan.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Guru mengawali dengan pemberian informasi mengenai fenomena intermediet,
yaitu gejala perkawinan silang yang gen-gennya memiliki sifat sama kuat sehingga tidak
ada sifat yang dikalahkan seperti pada peristiwa dominan-resesif (DR). Peserta didik
diajak untuk mengkaji ulang data di Tabel 5 dalam sudut pandang peristiwa intermediet.
Fenomena intermediet memberikan fenotif (sifat yang tampak) yang lebih variatif,
sehingga perhitungannya menjadi lebih menantang dan menarik.
Setelah peserta didik memahami dengan baik maka peserta didik dipadu untuk
memahami LKP sebelumnya yang pernah dikerjakan akan tetapi dibaca dengan
menggunakan konsep intermediet yang secara genotif sama namun berbeda dalam
penampakan fenotifnya. Pada kegiatan ke-3 ini peserta didik diharapkan sudah
menyelesaikan dan memahami 8 pola perkawinan silang yaitu 4 variasi monohibrida dan
4 variasi dihibrida sehingga dianggap mampu untuk menyelesaikan soal cerita mengenai
pewarisan sifat pada manusia terutama dalam hal menghindari ekses penyakit menurun.
Guru memberikan contoh, yang selanjutnya diaplikasikan bersama peserta didik pada
kasus yang berbeda.
c. Observasi
Observer
dilakukan
oleh
kolaborator
yang
memantau
dan
memonitor
pelaksanaan kegiatan untuk dikiritisi dan diperbaiki menjadi lebih baik. Guru dan
kolaboratur berdiskusi guna mengaktifkan peserta didik secara optimal melalui proses
pembelajaran yang efektif.
17
d. Refleksi
Peserta didik tampak antusias saat pola-pola yang telah mereka pelajari
diterapkan dan terbukti pada kasus penurunan sifat yang terjadi sehari-hari dan
dialaminya, seperti pada peristiwa penurunan ciri fisik misalnya. Pola-pola yang ada
berlaku pula dalam hal penurunan sifat-sifat negatif (seperti penyakit menurun), sehingga
peserta didik dapat memprediksi kemungkinan yang akan terjadi secara perhitungan
matematis. Sisa ketuntasan peserta didik yang masih ada dituntaskan dengan cara
melakukan remedial setelah pulang sekolah.
D. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran
Data hasil aplikasi praktis inovasi pembelajaran pada kegiatan perkawinan masal
pada materi pewarisan sifat pada manusia diperoleh melalui tiga cara yaitu data hasil: 1)
Pengamatan; 2) Nilai rerata dan ketuntasan belajar; dan 3) Angket peserta didik.
18
Kriteria
Kegiatan I
Kegiatan II
Kegiatan III
Rerata (KKM=78,29)
61,9
74,1
84,1
Ketuntasan Klasikal
10,87%
30,4%
91,3%
80
Tuntas KLSKL.
60
40
20
0
Kegiatan I
Kegiatan II
Kegiatan III
Gambar 5: Histogram Hasil Penilaian dan Ketuntasan Klasikal Kegiatan I, II dan III
3. Angket Peserta Didik
Skala likert yang digunakan dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana motivasi
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran IPA tentang materi pewarisat sifat
pada manusia dengan menggunakan metode kawin masal. Hasil angket dianalisis
dengan cara merekap hasil jawaban peserta didik dan mengkonversikanya dengan Tabel
4: Penafsiran Hasil Angket sehingga menjadi suatu data masukan yang berharga
mengenai pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
kawin masal. Adapun hasil selengkapnya adalah:
Hasil angket peserta didik di atas dapat ditampilkan dalam bentuk grafik
prosentase seperti berikut ini, untuk dikonversikan dengan tabel 4 mengenai penafsiran
hasil angket dengan kriteria sebagai berikut: (0) = Tidak ada; (1 25) = Sebagian kecil;
(26 49) = Hampir setengahnya; (50) = Setengahnya; (51 75) = Sebagian Besar; (76
99) = Pada Umumnya; 100 = Seluruhnya.
Prosentase Jawaban
19
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
SS
S
R
TS
STS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pernyataan Angket Peserta Didik
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pembelajaran pewarisan sifat dengan menggunakan metode perkawinan masal pada
peserta didik kelas IX A SMP Negeri 2 Rawamerta Kabupaten Karawang tahun
pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara
signifikan.
2. Penggunaan metode perkawinan masal dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta
didik kelas IX A SMP Negeri 2 Rawamerta Kabupaten Karawang tahun pelajaran
2014/2015, dengan adanya indikator peningkatan perolehan nilai dan ketuntasan hasil
belajar.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dllaksanakan, peneliti memiliki saran seperti di
bawah ini untuk meningkatkan efisiensi hasil penelitian di antaranya adalah:
1. Penerapan metode kawin masal yang memanfaatkan barang bekas (sedotan) di
sekitar sekolah merupakan suatu alternatif jawaban dalam memberdayakan media
sederhana yang selain murah dan mudah didapat juga tidak mengurangi makna
pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
2. Manajemen waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode kawin masal
harus dikelola sebaik mungkin terutama pada saat pelaksanaan praktikum. Peserta
didik diberi intruksi yang jelas dan ringkas dalam suatu kerja kelompok yang kompak.
3. Pembelajaran dengan metode kawin masal dapat dipadukan dengan jenis metode
pembelajaran lainnya dan bahkan dapat menginspirasi guru untuk membuat media
serupa yang lebih baik.
4. Kreativitas guru dalam mengaitkan konsep pewarisan sifat manusia secara
kontekstual dengan metode kawin masal akan menjadi lebih bermakna dan
menginspirasi peserta didik apabila dikaitkan dengan fenomena keseharian.
21
DAFTAR PUSTAKA
21
22